^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Kitab Suci Mengajarkan bahwa Yesus Menjadikan St. Petrus Paus Pertama
Kitab Suci Membuktikan Kepausan (video)
YESUS MEMBERIKAN KUNCI-KUNCI KERAJAAN SURGA KEPADA PETRUS DI MATIUS 16
Yesus memberikan kunci-kunci Kerajaan Surga kepada Petrus, dan menyatakan bahwa apa pun yang diikat oleh Petrus di atas bumi akan terikat di dalam Surga, dan apa pun yang ia lepaskan di atas bumi akan terlepas di dalam Surga. Walaupun kedua belas rasul berkumpul bersama di sini, Yesus hanya mengatakan hal-hal ini kepada St. Petrus seorang.
SEWAKTU YESUS SEDANG BERBICARA KEPADA PETRUS, IA BERKATA BAHWA DIRINYA AKAN MEMBANGUN GEREJA-NYA DI ATAS BATU KARANG INI
Yesus berkata: “Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat*-Ku.” Kata untuk “jemaat” di sini berasal dari kata bahasa Yunani, ἐκκλησία (ekklesia), yang berarti Gereja. Kata Yunani untuk “ini” – pada “di atas batu karang ini” adalah kata ganti penunjuk taute, yang berarti “batu karang yang sama ini”. Taute digunakan sewaktu “ada keinginan untuk menarik perhatian secara khusus kepada sebuah objek tertentu, baik yang berada di sekeliling sang pembicara secara lahiriah atau dalam konteks kesastraan dari sang penulis.” (H.E. Dana dan J.R. Mantey, A Manual Grammar of the Greek New Testament, [Panduan Tata Cara Bahasa Yunani Perjanjian Baru], 127). Dalam versi King James [Kitab Suci bahasa Inggris versi Protestan yang terkemuka], taute diterjemahkan menjadi “the same”: “yang sama” di 1 Korintus 7:20 dan “this same”: “yang sama ini” pada 2 Korintus 9:4.
Maka, perkataan Yesus kepada Petrus memiliki arti sebagai berikut: engkau adalah Petrus dan di atas BATU KARANG YANG SAMA INI Aku akan mendirikan jemaat-Ku. Dari konteks yang diberikan kepada kita ini, “batu karang ini” tentunya merujuk kepada Petrus. Kebetulan saja bahwa Yesus juga mengganti namanya dari Simon menjadi suatu nama yang berarti batu karang. (Tetapi perkara yang satu ini akan kita lihat lebih lanjut tidak lama lagi.)
PERUBAHAN NAMA PETRUS
Yesus mengganti namanya dari Simon menjadi Petrus, segera sebelum Ia berkata, “dan di atas batu karang ini Aku akan mendirikan jemaat-Ku”.
Di dalam Perjanjian Lama, perubahan nama menandakan penunjukkan atau panggilan khusus atau perubahan status. Di kitab Kejadian, kita membaca hal berikut tentang Abraham:
Allah mengubah namanya dari Abram menjadi Abraham karena nama baru itu menandakan peranannya yang khusus sebagai PEMIMPIN umat Allah. Abraham dipilih untuk menjadi bapa banyak bangsa. (Ia juga disebut sebagai “batu karang”, seperti yang akan kami tunjukkan.) Dalam bahasa Ibrani, Abram berarti bapa besar, tetapi Abraham berarti bapa dari banyak orang.
Demikian pula, di Kejadian 3:28, kita membaca bahwa Tuhan mengubah nama Yakub menjadi Israel untuk menandakan peranan atau posisinya yang khusus. Maka, di samping hal-hal penting yang Yesus katakan kepada St. Petrus di Matius 16, perubahan nama dari Simon menjadi Petrus berguna untuk menegaskan peranan khusus St. Petrus dan statusnya yang baru.
KUNCI-KUNCI KERAJAAN SURGA
Tiada rasul lain yang diberikan kunci-kunci Kerajaan Surga. Di Matius 18:18, kita membaca bahwa semua rasul diberi kekuatan untuk mengikat dan melepaskan; tetapi hanya Petrus yang dijanjikan kunci-kunci Kerajaan Surga pada Matius 16:19. Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa kekuatan yang diberikan kepada para rasul untuk mengikat dan melepaskan di Matius 18:18, harus dilaksanakan di bawah kunci-kunci yang hanya diberikan kepada Petrus. Petrus memiliki posisi kekuasaan yang unik di dalam Gereja.
“KUNCI KERAJAAN” MERUJUK KEPADA YESAYA 22 DAN KEDUDUKAN SANG PERDANA MENTERI
Berikut ini hal yang sangat menarik. Kebanyakan orang tidak tahu bahwa rujukan tentang kunci Kerajaan Surga di Matius 16:19 (dan kepada kuasa Petrus untuk mengikat dan melepaskan dengan kunci tersebut) berasal dari Yesaya bab 22. Kata-kata Yesus kepada Petrus di Matius 16 adalah suatu rujukan kepada tanggung jawab perdana menteri di Kerajaan Perjanjian Lama.
Perhatikan bahwa gaya bahasanya jelas mirip dengan gaya bahasa Matius 16:19. Di dalam Perjanjian Lama, Allah mengadakan suatu perjanjian dengan Daud untuk mendirikan suatu Kerajaan. Monarki Daud, yang merupakan Kerajaan Allah di Bumi, dimaksudkan sebagai suatu prototipe bagi Kerajaan Allah yang akan didirikan Yesus. Itulah alasan Yesus disebut sebagai putra Daud di dalam Injil. Itulah pula mengapa salah satu tema utama dari Injil Matius adalah kerajaan. Itulah juga mengapa Petrus sendiri berkata di dalam Kisah Rasul 2:30 bahwa Yesus duduk di atas takhta Daud. Lukas 1:32 berkata demikian tentang Yesus: “Ia akan menjadi besar dan akan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi. Dan Tuhan Allah akan mengaruniakan kepada-Nya takhta Daud, bapa leluhur-Nya ....”
Nubuat Yesaya tentang kunci kerajaan Daud adalah paralel Perjanjian Lama terhadap pemberian kunci Kerajaan Surga oleh Yesus kepada St. Petrus di Perjanjian Baru
Yesus duduk di atas takhta Daud. Tetapi Kerajaan Yesus adalah kerajaan yang bersifat rohani; Kerajaan-Nya adalah Gereja-Nya. Kerajaan Yesus bukan hanya menggenapi, tetapi melampaui prototipenya, yaitu Kerajaan Daud. Intinya, Kerajaan Yesus didirikan dengan cara yang menyerupai Kerajaan Daud.
YESUS JELAS-JELAS MENJADIKAN ST. PETRUS SEBAGAI PERDANA MENTERINYA
Di dalam Kerajaan Daud, bukan hanya ada seorang raja yang memerintah banyak orang, tetapi Sri Raja juga memiliki suatu kabinet rajani. Sri Raja memiliki para menteri Rajani atau pejabat ketua. Anda bisa melihat rujukan-rujukan kepada kabinet tersebut (para pejabat ketua atau para menteri rajani) di 2 Samuel 8 (2 Raja-Raja 8 di dalam Kitab Suci Katolik Douay-Rheims). Anda juga bisa mendapati rujukan tersebut di 1 Raja-Raja 4 (3 Raja-Raja 4 di Kitab Suci Katolik Douay-Rheims) dan di berbagai tempat lain. Di dalam kabinet rajani ini, terdapat menteri keamanan, menteri perdagangan, menteri persediaan, dsb.
Tetapi, dari antara semua menteri raja, ada seorang menteri yang memiliki otoritas di atas para menteri yang lain. Ialah sang perdana menteri, yang berkuasa atas rumah raja. Di situlah kebenaran Yesaya 22 yang menarik ini menjadi relevan dengan Matius 16.
Di dalam Yesaya 22, kita membaca bahwa sang perdana menteri MEMILIKI KUNCI rumah Daud. Coba saya ulangi: sang perdana menteri memiliki kunci rumah Daud. Kunci ini melambangkan otoritas atas rumah raja.
Perhatikan bahwa sang perdana menteri memiliki kunci rumah Daud. Kita juga dapat melihat bahwa “kekuasaannya” telah diberikan kepadanya, dan ia akan menjadi “bapa bagi penduduk Yerusalem.”
Di dalam Yesaya 22, sang perdana menteri dari Kerajaan adalah seorang pria yang bernama Sebna. Yesaya 22:15 berkata bahwa Sebna “mengurus istana”- yang berarti bahwa ia mengatur rumah raja. Lalu Sebna meninggalkan jabatan perdana menteri dan digantikan oleh seorang pria lain yang bernama Elyakim. Lalu kita membaca bahwa kunci Kerajaan yang Sebna punyai diberikan kepada Elyakim oleh Raja Hizkia (penerus Daud yang meraja pada waktu itu). Raja Hizkia memberikan kunci Kerajaan kepada Elyakim karena Elyakim meneruskan Sebna yang menjabat sebagai perdana menteri.
Elyakim sekarang memiliki kunci rumah Daud. Karena ia memiliki kunci tersebut, semua orang akan mengenali Elyakim sebagai perdana menteri Sri Raja.
Coba pikirkan betapa mengejutkan kemiripannya dengan Matius 15. Di Yesaya 22:22, kita melihat rujukan yang jelas tentang dialihkannya kunci Kerajaan, sama seperti Yesus memberi kunci kepada St. Petrus. Di samping itu, pernyataan bahwa dengan kunci tersebut, “apabila ia membuka, tidak ada yang dapat menutup; apabila ia menutup,tidak ada yang dapat membuka” sangat mirip dengan yang dikatakan Yesus kepada St. Petrus di Matius 16:19, ketika Ia memberikannya kunci-kunci Kerajaan-Nya: “Apa yang kauikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kaulepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga.” Makna hal ini seharusnya sangat jelas.
Yesus duduk di atas takhta Daud. Maka, sewaktu Yesus datang untuk mendirikan Kerajaan-Nya (Gereja-Nya), yang merupakan penggenapan Kerajaan Daud, Ia demikian pula menunjuk kabinet kerajaan-Nya, yaitu rasul-rasul-Nya. Tetapi, dari antara para menteri tersebut (rasul-rasul-Nya), ada seorang perdana menteri yang mengatasi semua menteri-menteri lain dan semua anggota Kerajaan-Nya. Perdana menteri ini adalah yang akan memiliki kunci-kunci Kerajaan-Nya dan akan diberikan keutamaan di dalam Gereja-Nya untuk mengawasi perkara-perkara Kerajaan-Nya.
Sewaktu Yesus berkata kepada Petrus, “Kepadamu akan Kuberikan kunci Kerajaan Sorga”, ini seharusnya sudah menjadi petunjuk yang jelas kepada semua orang Yahudi yang terinformasi, bahwa Yesus akan menjadikan St. Petrus sebagai perdana menteri-Nya. Yesus sedang menyatakan bahwa St. Petrus akan menjadi Paus pertama –presiden atau gubernur bagi Gereja-Nya. Ini adalah bukti yang kuat dan tak terbantahkan bahwa Yesus memang berkata bahwa St. Petrus akan menjadi Paus pertama di Matius 16:18-19.
SIAPAKAH BATU KARANG DI MATIUS 16? BATU KARANG ITU ADALAH PETRUS
Seharusnya sungguh jelas bahwa Petruslah yang dinyatakan Yesus sebagai batu karang. Namun orang-orang Protestan mengajukan banyak bantahan pada poin ini.
BANTAHAN: PETRUS BUKANLAH BATU KARANG ITU KARENA HANYA YESUSLAH SANG FONDASI
Mereka yang mengajukan bantahan ini gagal untuk menyadari bahwa Kitab Suci berbicara tentang semua rasul sebagai fondasi.
Adakah kontradiksi antara Wahyu 21:14 dan 1 Korintus 3:11? Tidak, tentunya tidak. Fakta bahwa Kristus adalah fondasi yang tunggal, seperti yang diajarkan 1 Korintus 3:11, hanya membuktikan bahwa segala sesuatu berasal dari Kristus. Segala otoritas sejati dalam Gereja harus datang dari Kristus, sebab Gereja sendiri datang dari Kristus. Segala sesuatu di luar Kristus merupakan fondasi palsu.
Para Rasul disebut oleh Kitab Wahyu sebagai fondasi dari kota Yerusalem yang baru. Tentunya ini tidak bertentangan dengan ayat lain yang menyebutkan Yesus sebagai fondasi.
Otoritas Petrus tepatnya berasal dari Yesus Kristus, seperti yang diperlihatkan oleh Matius 16. Maka sangat jelas bahwa kalau Yesus adalah yang menetapkan hal-hal ini dalam diri Petrus, maka yang ditetapkan dalam diri Petrus bukanlah fondasi yang lain dari Kristus. Itu adalah fondasi Kristus yang sama pula.
Maka, fakta bahwa Kristus adalah fondasi atau batu penjuru, seperti yang kita baca di Efesus 2:20, tidak berarti bahwa Kristus sendiri tidak bisa atau tidak menunjuk seorang murid untuk memiliki jabatan abadi yang akan menjadi batu karang, yang di atasnya Gereja akan dibangun. Kedua konsep itu tidak saling asing. Misalnya: Yesus adalah Gembala yang Baik (Yohanes 10:14), tetapi Ia juga memberikan tangung jawab penggembalaan atas semua domba-domba-Nya kepada Petrus, seperti yang kita lihat di Yohanes 21:15-17. Yesus adalah pemilik kunci-kunci (Why 1:18; Why 3:7), tetapi Ia memberikan kunci-kunci-Nya kepada Petrus.
ALLAH MENJULUKI ABRAHAM “GUNUNG BATU” DI PERJANJIAN LAMA
Allah disebut sebagai gunung batu di sepanjang Perjanjian Lama dan di Ulangan 32:4, tetapi Abraham juga dijuluki gunung batu di Yesaya 51:1-2.
Abraham dijuluki sebagai "Gunung Batu" di Perjanjian Lama
Perjanjian Lama berkata agar kita memandang gunung batu, memandang Abraham. Abraham digambarkan sebagai gunung batu karena ia adalah bapa semua orang Israel. Nama Abraham diubah dari Abram untuk melambangkan peranannya sebagai gunung batu dan bapa umat Allah. Jadi, bukankah pantas bagi Yesus untuk memilih seseorang sebagai batu karang dan bapa dalam Perjanjian Baru bagi Israel yang baru, yaitu Gereja? Ya, dan itulah alasan nama Simon diubah menjadi Petros, yang berarti batu karang. Menimbang bukti ini, setiap orang seharusnya bisa benar-benar melihat dengan jelas, bahwa St. Petrus adalah batu karang itu. Namun demikian, mari kita beralih kepada poin-poin yang lain.
BAGAIMANA DENGAN PETROS VS PETRA DALAM BAHASA YUNANI?
Orang-orang Protestan sering berargumen bahwa Yesus tidak mungkin berkata bahwa Petrus adalah Batu Karang itu, oleh sebab perbedaan-perbedaan dalam kata-kata bahasa Yunaninya. Mereka mengajukan bahwa dalam versi orisinal bahasa Yunani Matius 16:18, nama Petrus adalah petros, yang berarti batu kecil, sedangkan kata untuk menyebut batu karang adalah petra, yang berarti batu karang besar. Versi bahasa Yunaninya berkata: “Engkau adalah Petrus (petros) dan di atas batu karang (petra) ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku.” Tetapi argumen ini dibantah oleh poin-poin berikut.
Pertama, kata petros dan petra memiliki arti yang sama (batu karang) di dalam bahasa Yunani yang digunakan pada zaman Kristus. Di dalam beberapa puisi Yunani kuno yang jauh terdahulu, petros berarti “batu kecil” dan petra berarti “batu besar”; namun perbedaan kecil ini sudah menghilang ketika Injil Matius ditulis dalam bahasa Yunani. (Pada poin ini, lihatlah kutipan D.A. Carson, seorang Protestan, di halaman berikut.)
Perbedaan kecil antara petros dan petra hanya ada di dalam bahasa Yunani Atika, dan tidak ada di dalam bahasa Yunani Koine. Injil ditulis dalam bahasa Yunani Koine. Di dalam bahasa ini, petros dan petra, kedua-duanya berarti “batu karang”. Terlebih lagi, dahulu ada sebuah kata untuk batu yang bisa saja digunakan Yesus. Seandainya Yesus ingin memanggil Petrus dengan panggilan batu, namun bukan batu karang (petros), maka Yesus akan menggunakan kata lithos. Namun itu tidak dilakukan-Nya. Ia menggunakan petros, yang berarti batu karang. Tetapi, kalau ada persamaan antara Petrus dan batu karang, lantas mengapa ada dua kata bahasa Yunani yang digunakan (petros dan petra)? Jawabannya ditemukan dalam fakta yang sangat penting, bahwa Yesus berbicara dalam bahasa Aram, bukan Yunani.
YESUS BERBICARA DALAM BAHASA ARAM, BUKAN YUNANI, DI DALAM MANA NAMA PETRUS DAN BATU KARANG MEMILIKI ARTI YANG SAMA
Di dalam bahasa Aram, Matius 16:18 akan berkata demikian: “Engkau adalah kepha, dan di atas kepha ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku.”
Coba diperhatikan: dalam bahasa Aram, kata yang sama (kepha) digunakan di kedua tempat. Sama sekali tidak ada perbedaan antara keduanya. Yesus sedang menyamakan Simon dengan batu karang, yang di atasnya Gereja akan didirikan. Hal ini juga tertuang dalam terjemahan-terjemahan bahasa Prancis dari ayat ini yang berkata: “Tu es pierre, et sur cette pierre ....”
Kesalahpahaman Protestan pada poin ini terjadi karena ketika orang menerjemahkan bahasa Aram yang dituturkan Yesus ke dalam bahasa Yunani, kata bahasa Aramnya – kepha – menjadi petra. Petra adalah kata yang lazim untuk batu karang dalam bahasa Yunani, dan merupakan kata feminin. Kenyataan bahwa petra adalah kata feminin tidak menjadi masalah untuk bagian kedua ayat itu: di atas kepha ini (di atas batu karang ini); namun petra tentunya tidak bisa digunakan untuk nama Petrus yang baru, karena Petrus seorang pria.
Maka, di dalam bahasa Yunani, nama Petrus diubah saja menjadi Petros, sinonim dari petra, tetapi yang memiliki akhiran maskulin. Itulah satu-satunya alasan adanya perbedaan antara kedua kata itu. Sama sekali tidak diragukan bahwa Yesus sedang menyatakan bahwa Yesus adalah batu karang itu.
Tidak diragukan bahwa Yesus mengumumkan bahwa Petruslah sang batu karang, yang diberikan-Nya kunci Kerajaan Surga di Matius 16
BANYAK ORANG PROTESTAN MENGAKUI BAHWA JELAS ADANYA BAHWA PETRUS ADALAH SANG BATU KARANG
Beberapa orang Protestan pun harus mengakui, ketika menghadapi fakta-faktanya, bahwa tidak ada gunanya terus menyangkal kenyataan bahwa Petrus adalah Batu Karang itu.
Di dalam Theological Dictionary of the New Testament {Kamus Teologi Perjanjian Baru}, karya seorang Protestan yang disunting oleh para Protestan Gerhard Kittel dan Gerhard Friedrich, ada sebuah artikel yang ditulis oleh Oscar Cullman, seorang Protestan. Artikel ini dapat ditemukan dalam Volume 6:108 dari Theological Dictionary. Cullman menyatakan:
Dr. John Broadus (1886), seorang sarjana Kitab Suci Baptis Reformed terpaksa mengakui:
D.A. Carson, seorang Baptis, profesor Perjanjian Baru dari Trinity Evangelical Seminary juga terpaksa mengakui:
KITA TAHU BAHWA YESUS BERBICARA DALAM BAHASA ARAM KARENA KITAB SUCI MENUTURKAN KATA-KATANYA DALAM BAHASA ARAM
Karena kata-kata Yesus dalam bahasa Aram bersangkutan dengan poin-poin yang kita telah diskusikan tentang Petrus sang batu karang, marilah mempertimbangkan bukti bahwa Yesus memang berbicara dalam bahasa Aram. Kita tahu bahwa Yesus berbicara dalam bahasa Aram, karena pertama-tama, kitab-kitab Injil mencatat beberapa kata bahasa Aram yang digunakan-Nya. Coba perhatikan Matius 27:46, yang memuat perkataan Yesus dari salib, “Eli, Eli, lama sabachtani?” Kata-kata itu merupakan kata-kata bahasa Aram, dan bukan bahasa Yunani. Artinya adalah, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa Engkau meninggalkan Aku?”
Gabata dan juga Golgota adalah kata-kata dalam bahasa Aram. Ini semakin membuktikan bahwa bahasa Aram merupakan bahasa yang digunakan Yesus. Namun St. Yohanes menyebut kata-kata-Nya itu bahasa Ibrani di dalam Alkitab, sebab seperti yang dijelaskan para sarjana, bahasa “Ibrani” itu, seperti yang pada umumnya digunakan dalam Perjanjian Baru, mengacu kepada bahasa Aram.
Tuhan Yesus menggunakan bahasa Aram. Penggunaan bahasa Aram pada waktu Tuhan Yesus juga ditunjukkan di Kitab Suci yang menyebut tempat Tuhan disalib sebagai Golgota, yang berasal dari bahasa Aram, artinya "Tempat Tengkorak".
TERDAPAT BUKTI YANG KUAT BAHWA INJIL MATIUS DITULIS PERTAMA-TAMA DALAM BAHASA ARAM LALU DITERJEMAHKAN KE DALAM BAHASA YUNANI
Terdapat bukti yang kuat dari para bapa Gereja perdana bahwa Injil Matius pada mulanya ditulis dalam bahasa Aram lalu diterjemahkan ke dalam bahasa Yunani. Eusebius, yang adalah sejarawan Gereja perdana, orang pertama yang menulis sejarah Gereja sejak awal mulanya sampai waktu dirinya hidup pada abad ke-4, berulang kali menyatakan bahwa Matius menulis Injilnya dalam bahasa Ibrani –maksudnya bahasa Aram.
Di dalam Buku 3, Bab 3 dari karyanya, Sejarah Gereja, Eusebius mengutip Papias untuk berkata: “Matius menyusun sejarahnya dalam dialek Ibrani, dan setiap orang menerjemahkannya semampu diri.” “Dialek Ibrani” di sini yang dimaksudkannya ini adalah bahasa Aram.
Di dalam Buku 6, Bab 25, Eusebius mengutip Origenes untuk menyatakan: “[Injil] Yang pertama ditulis oleh Matius ... yang telah mengeluarkannya bagi para konvert Yahudi dan menulisnya dalam bahasa Ibrani.”
Di dalam Buku 6, Bab 25, Eusebius mengutip bapa Gereja perdana yang agung, St. Ireneus, untuk menyatakan: “Matius memang membuahkan Injilnya yang ditulis di antara orang-orang Ibrani dalam dialek mereka sendiri, sedangkan Petrus dan Paulus memberitakan Injil dan mendirikan Gereja di Roma.”
St. Ireneus yang dikutip oleh sejarahwan Gereja, Eusebius, berkata bahwa St. Matius menulis Injilnya dalam bahasa Ibrani (Aram) dan bahwa St. Petrus mendirikan Gereja di Roma.
Seperti yang dikutip oleh Eusebius, St. Ireneus tidak hanya berkata bahwa Matius menulis Injilnya dalam bahasa Ibrani (bahasa Aram) namun juga bahwa Petrus mendirikan Gereja di Roma – sesuatu yang ditentang oleh banyak orang non-Katolik, walaupun bahwa bukti sejarah bahwa Petrus dahulu berada di Roma tidak terbantahkan. “Semua tradisi kuno menceritakan kemartiran Petrus di Roma, dan tidak satu sumber pun menyatakan lokasinya sebagai tempat yang lain. Sangat sedikit peristiwa Gereja apostolik yang dinyatakan benar oleh begitu banyak orang.”[1]
Mohon diingat baik-baik bahwa Eusebius, yang mengutip Papias, Origenes serta Ireneus untuk menunjukkan bahwa Matius dahulu menulis dalam bahasa Aram, hidup kira-kira dari tahun 260 sampai 340 Masehi, dan ialah penulis pertama sejarah lengkap Gereja. Sekiranya itu tidak cukup untuk membungkam segala penolakan pada perkara ini, kita sungguh punya bukti dalam Alkitab, bahwa nama Petrus dalam bahsa Yunani, Petrus, setara Petra, batu karang yang di atasnya Gereja didirikan. Bukti internal ini berasal dari Yohanes 1:42.
YOHANES 1:42 MENYAMAKAN NAMA PETRUS DENGAN BATU KARANG
Coba anda ikuti ini secara logis.
Di dalam Yohanes 1:42, nama baru Petrus diberikan dalam bahasa Aramnya, yaitu Kefas. Beberapa orang bertanya, “Bukannya nama Petrus adalah Kepha dalam bahasa Aram?”. Ya, tetapi dalam terjemahan bahasa Indonesia Yohanes 1:42, Kefas hanya semata-mata versi yang di-Indonesiakan dari nama Kepha dalam bahasa Aram. Maka Yohanes 1:42 berkata bahwa Kefas diterjemahkan menjadi Petrus, nama sang rasul.
Kefas = nama Petrus (Yohanes 1:42)
Kita juga tahu bahwa Kefas akan diterjemahkan sebagai petra, yang merupakan kata untuk batu karang (Matius 16:18) di atas mana Gereja dibangun.
Karena Kefas = nama baru Petrus (seperti yang dikatakan di dalam Yohanes 1:42), dan Kefas = petra, yaitu kata untuk batu karang, tidak dapat disanggah lagi bahwa nama baru Petrus adalah petra, batu karang.
Nama baru Petrus adalah sama dengan batu karang, tidak diragukan lagi.
The Primacy of Peter {Keutamaan Petrus} adalah kumpulan esai oleh para sarjana “Ortodoks” Timur. Orang-orang “Ortodoks” Timur tidak Katolik dan tidak menerima Kepausan. Karya ini (The Primacy of Peter {Keutamaan Petrus}) disunting oleh seorang pelajar “Ortodoks” Timur, John Meyendorf. Di dalam karya orang “Ortodoks” Timur ini, diakui berulang-ulang bahwa Kitab Suci mengajarkan bahwa Petrus adalah batu karang itu:
DENGAN ADANYA KONTEKS INI, SANGATLAH TIDAK WAJAR BILA YESUS TIDAK MENGATAKAN BAHWA PETRUS ADALAH SANG BATU KARANG
Berpikirlah sejenak betapa tidak wajar bila Yesus tidak berkata bahwa Petrus adalah sang batu karang. Seperti yang kami baru saja buktikan, Yesus hanya memberkati Petrus seorang.
Yesus hanya mengubah nama Petrus seorang.
Yesus mengumpulkan murid-murid-Nya dan memberikan kunci Kerajaan Surga kepada Petrus seorang. Ia lalu memberikan kepada Petrus seorang kekuatan untuk mengikat dan melepaskan.
Tetapi, sewaktu Ia berkata tentang batu karang, walaupun pernyataan ini dituturkan di antara rasul-rasul lain hanya kepada Petrus, orang-orang Protestan ingin kita percaya bahwa Yesus tidak berkata tentang Petrus, tetapi tentang diri-Nya sendiri atau tentang hal lain. Ini sangatlah konyol. Jelas sudah bahwa pandangan mereka ini salah dan tidak ada gunanya untuk berargumentasi tentang hal ini.
Terlebih lagi, harus kami tunjukkan bahwa alasan Yesus, sewaktu Ia merujuk kepada Petrus, mengatakan bahwa “di atas batu karang ini Aku akan membangun jemaat-Ku” dan bukan di atas engkau, adalah bahwa walaupun Petrus memang sang batu karang, jabatan yang Ia dirikan dalam Petrus (Kepausan) akan terus ada bahkan setelah Petrus meninggal. Hal tersebut didirikan di atas Petrus, tetapi akan selalu berlanjut dan ada setelah Petrus mati. Hal ini adalah institusi yang dibangun di dalam Petrus, tetapi tidak terbatas hanya kepada Petrus. Ia akan memiliki penerus-penerus.
PARA BAPA GEREJA PERCAYA BAHWA PETRUS ADALAH SANG BATU KARANG
Para Bapa Gereja Perdana, penulis-penulis Kekristenan awal yang terkemuka dari abad-abad pertama mengakui bahwa Petrus adalah sang batu karang. Terdapat banyak kutipan yang bisa diajukan, termasuk yang berikut:
Seseorang juga dapat mengutip St. Ambrosius, Hieronimus dan banyak lagi, tetapi poin ini harusnya sudah jelas.
Para Bapa Gereja, termasuk Tertulianus, St. Sirilus dari Aleksandria, St. Basilius Agung, dan St. Gregorius Nazianzius percaya bahwa bahwa St. Petruslah yang membangun Gereja Kristus dan ialah sang batu karang
PENOLAKAN: BATU KARANG ITU ADALAH IMAN PETRUS, BUKAN PETRUS SENDIRI
JAWABAN: BAPA-BAPA GEREJA BERKATA BAHWA PETRUS DAN IMANNYA ADALAH SANG BATU KARANG KARENA IMAN PETRUS TIDAK DAPAT DIPISAHKAN DARI PETRUS SENDIRI
Untuk berargumentasi melawan Kepausan, beberapa orang non-Katolik berkata bahwa Yesus merujuk kepada iman Petrus (bukan Petrus sendiri) sebagai batu karang di atas mana Gereja akan didirikan. Mereka bahkan akan mengutip beberapa tulisan tertentu dari bapa-bapa Gereja Perdana untuk membuktikan hal ini. Misalnya, mereka akan mengutip tulisan ini dari Santo Hilarius dari Poitiers.
Hal yang mereka tidak katakan kepada anda bahwa di dalam tulisan yang sama, St. Hilarius berkata bahwa Petrus adalah fondasi Gereja (Tentang Allah Tritunggal 6, 20 {On the Trinity 6, 20}).
St. Hilarius dari Poitiers, seorang Bapa Gereja, percaya bahwa St. Petruslah sang fondasi Gereja dan batu karang yang ditunjuk Yesus Kristus di Matius 16.
Bapa-bapa Gereja mengerti bahwa iman Petrus tidak dapat dipisahkan dari Petrus sendiri dan dari kekuasaan yang Yesus bangun di atasnya sebagai perdana menteri dari Gereja-Nya. Kita juga melihat kebenaran ini di dalam Lukas bab 22.
LUKAS 22 MENGAJARKAN INFALIBILITAS KEPAUSAN (INFALIBILITAS DARI KUASA PAUS)
Di dalam Lukas bab 22, kita menemukan sebuah ayat Kitab Suci yang penting, yang sering orang tidak perhatikan, yang membuktikan ajaran Katolik akan Kepausan.
Ayat ini menarik. Ayat ini menyimpan kebenaran yang penting. Pertama-tama, terjadi di antara para Rasul pertengkaran tentang siapa yang akan dianggap terbesar. Yesus menjelaskan bahwa Kerajaan-Nya tidaklah seperti kerajaan bangsa-bangsa {kafir}. Maka Yesus sedang berbicara tentang struktur Kerajaan-Nya atau Gereja.
Yesus lalu berkata bahwa Iblis telah berkehendak untuk menampi semua rasul {menampi kamu – “kamu” di sini adalah kata penunjuk orang kedua jamak yang menunjuk kepada para rasul} tetapi Ia telah berdoa untuk Petrus {“engkau” - tunggal} agar iman Petrus tidak gugur.
Penting untuk dicatat bahwa sewaktu Yesus berkata “Iblis telah menuntut untuk menampi kamu,” “kamu” di sini jamak. Hal ini jelas di dalam naskah orisinal bahasa Yunani, tetapi tidak jelas di dalam bahasa Indonesia {ataupun Inggris}. Iblis telah menuntut untuk menampi semua Rasul, kata Yesus; tetapi Ia berdoa untuk Simon Petrus seorang, agar imannya tidak gugur. Petrus, yang menerima kunci Kerajaan Surga, memiliki iman yang tidak akan gugur menurut kata-kata Yesus. Yesus berkata demikian hanya untuk Petrus, yang memisahkan Petrus dari rasul-rasul yang lain.
Kata “tidak gugur” di sini berarti tidak dapat gagal. Maka, kita melihat, langsung di dalam Lukas 22, akar dari ajaran Katolik tentang infalibilitas seorang Paus. Ajaran tentang infalibilitas seorang Paus bukan berarti bahwa seorang Paus sejati, sebagai penerus Petrus, tidak akan pernah berbuat salah. Hal ini bukan berarti ia tidak dapat berdosa. Hal ini berarti bahwa sewaktu seorang Paus sejati mengajarkan secara berwibawa tentang iman atau moralitas kepada seluruh Gereja (yaitu, dari Takhta Petrus), Yesus tidak akan membiarkan ajaran tersebut salah/gagal. Karena jika Ia membiarkannya salah/gagal, maka Gereja akan sendirinya dituntun kepada kesalahan dan gagal. Konsili Vatikan I (suatu konsili dogmatis Gereja) merumuskannya sebagai berikut:
Iman dari Kepausan atau sang Pauslah yang telah didirikan di dalam Petrus dan akan dibawa terus melalui penerus-penerusnya di dalam Kepausan tersebut. Bahkan di dalam Gereja Perdana para bapa-bapa Gereja melihat bahwa Lukas 22 adalah suatu bukti untuk Kepausan.
Di Konsili Vatikan I (1870), Paus Pius IX mendogmakan karunia infalibilitas yang dimiliki St. Petrus dan para penerusnya, yaitu para Paus Gereja Katolik
YESUS MEMERCAYAKAN SELURUH DOMBA-DOMBANYA KEPADA PETRUS DI YOHANES 21
Yohanes bab 21 menyediakan lebih banyak bukti bahwa Yesus memercayakan seluruh anggota Gereja-Nya kepada St. Petrus.
Kita melihat di sini, di Yohanes 21 bahwa Yesus memercayakan seluruh domba-dombanya kepada St. Petrus. Konsili Vatikan Pertama yang dogmatis menyatakan bahwa waktu ini di Yohanes 21, setelah Kebangkitan Yesus, adalah waktu di mana Yesus sebetulnya memberikan kepada St. Petrus kunci dan kepemimpinan dari Gereja-Nya yang Ia telah janjikan kepada Petrus pada Matius 16.
Setelah Kebangkitan, Tuhan menunjuk St. Petrus seorang untuk menggembalakan seluruh domba-domba-Nya, yaitu seluruh umat dan Gereja-Nya. Sejak saat inilah janji infalibilitas Kepausan berlaku bagi St. Petrus dan para penerusnya.
Penting untuk digarisbawahi bahwa saat ini setelah Kebangkitan, di Yohanes 21, adalah titik di mana Yesus menjadikan St. Petrus paus pertama. Hal ini sangat penting karena beberapa orang non-Katolik mengedepankan tiga penyangkalan Santo Petrus akan Yesus di Yohanes 18:25. Waktu Petrus menyangkal Yesus Kristus terjadi sebelum Penyaliban dan Kebangkitan, Yesus belum memberikan kepada St. Petrus kepemimpinan sebagai paus. Kata-kata di Mt. 16:18-20 menjanjikan kunci Kerajaan kepada St. Petrus. Kata-kata ini adalah janji bahwa Yesus akan membangun Gereja-Nya di atas diri-Nya dan membuat Petrus perdana menteri dari Gereja-Nya, tetapi Kepausan ini tidak diberikan kepada Petrus sampai setelah Kebangkitan, lewat kata-kata di Yohanes 21:15-17. Maka, penyangkalan Santo Petrus akan Yesus sama sekali tidak berlawanan dengan ajaran Gereja Katolik tentang Kepausan.
Terlebih lagi, Gereja Katolik tidak mengajarkan bahwa seorang Paus sejati tidak dapat berbuat dosa berat atau masuk Neraka. Gereja mengajarkan bahwa seorang Paus sejati memegang posisi kekuasaan paling tinggi di dalam Gereja, dan bahwa sewaktu Paus sejati mengajarkan dengan cara yang mengikat kepada Gereja universal, Allah akan melindunginya dari kesalahan pengajaran. Kekuatan ini terdapat di dalam Kepausan sendiri, yang dilindungi oleh Kristus.
YESUS MEMERINTAHKAN PETRUS UNTUK MEMERINTAHKAN DOMBA-DOMBANYA
Pada Yohanes 21:15-17, Yesus berkata kepada Petrus: “Gembalakan domba-domba-Ku {ἀρνίον – arnion yang berarti domba kecil}, Gembalakan domba-domba-Ku {πρόβατον – probaton yang berarti domba}, Gembalakan domba-domba-Ku {πρόβατον – probaton yang berarti domba}.” Yesus jelas-jelas memberikan kepada St. Petrus kekuasaan atas domba-domba-Nya, anggota Gereja-Nya. Ketika Yesus mengucapkan perintah ini, Ia membedakan antara domba-domba kecil dan domba-domba lain. Bapa-bapa Gereja perdana mengerti bahwa ini adalah rujukan kepada anggota Gereja yang tua dan muda atau untuk membedakan antara umat dan imam. Semuanya dipercayakan kepada St. Petrus.
Sekarang, hal yang sangat penting adalah sewaktu Yesus berkata “Gembalakan domba-domba-Ku, Gembalakan domba-domba-Ku, Gembalakan domba-domba-Ku.”, perintah kedua dari tiga perintah ini menggunakan kata poimaine dalam bahasa Yunani. Dalam banyak terjemahan Bahasa Indonesia, “gembalakan” digunakan untuk ketiga perintah ini, tetapi sebetulnya perintah kedua berbeda dari yang pertama dan yang ketiga.
Pada perintah yang pertama dan ketiga yang Yesus berikan kepada Petrus akan domba-domba-Nya, kata dalam bahasa Yunani ini adalah boske. Boske berarti memberi makan. Tetapi kata poimaine, perintah kedua dari Yesus untuk Petrus tentang domba-domba-Nya memiliki arti untuk memimpin domba-domba-Nya. Hal ini sangat menarik karena kata poimaine yang Yesus gunakan untuk memberikan kepemimpinan bagi Petrus di atas domba-domba-Nya pada Yohanes 21:16 juga digunakan di Wahyu 2:27.
Hal ini berarti bahwa Petrus bukan hanya memiliki kepemimpinan di atas domba-domba Kristus, tetapi juga kepemimpinan yuridiksi untuk memimpin dan memerintahkan domba-domba, berlawanan dengan pendapat para ‘Ortodoks’ Timur. Kata yang sama, poimaine, digunakan pada Why 12:5 dan di tempat-tempat lain merujuk kepada kekuatan untuk memerintah.
Berikut adalah kata-kata dari seorang Bapa Gereja Timur, St. Yohanes Krisostomus tentang ayat Yohanes 21:
PETRUS DISEBUTKAN LEBIH DARI 100 KALI DI DALAM PERJANJIAN BARU; RASUL YANG MENDEKATI JUMLAH INI ADALAH ST. YOHANES YANG HANYA DISEBUT 29 KALI
Menonjolnya nama Petrus di dalam Kitab Suci menunjukkan bahwa ia memegang, lewat institusi Kristus, posisi yang unik dari antara para rasul. Petrus dinamakan lebih dari 100 kali di dalam Perjanjian Baru. Rasul yang mendekati jumlah ini adalah Yohanes, yang hanya disebut 29 kali.
BAHASA DARI KITAB SUCI BERULANG-ULANG MENGKHUSUSKAN PETRUS DAN MEMISAHKANNYA DARI RASUL-RASUL LAIN
Cara Kitab Suci menggunakan Nama Petrus sangatlah jelas. Orang-orang harus berpikir akan pentingnya contoh-contoh ini. Perhatikan bagaimana nama Petrus disebut, sedangkan Rasul-rasul lain disebut berulang kali sebagai mereka yang bersama Petrus. Hal ini menunjukkan bahwa Kitab Suci memisahkan St. Petrus dari antara Rasul-rasul lain.
Jelas bahwa Petrus ditunjuk secara khusus sebagai pemimpin dari para Rasul. Hal ini penting karena para penulis Perjanjian Baru memisahkan Petrus seperti itu walaupun mereka menulis bertahun-tahun setelah Kebangkitan. Hal ini menunjukkan bahwa posisi kepemimpinan Petrus masih memiliki maknanya di dalam Gereja setelah Kebangkitan.
SETIAP KALI NAMA-NAMA RASUL DISEBUT, PETRUS DISEBUT PERTAMA KALI
Setiap kali nama 12 Rasul di dalam Perjanjian Baru disebut, Petrus disebut pertama kali dan Yudas disebut terakhir. Hal ini benar walaupun urutan para Rasul yang lain yang berada di antaranya tidak selalu sama. Urutan ini dapat ditemukan di Matius 10:2, Markus 3:14, Lukas 6:14 dan Kisah Para Rasul 1:13.
URUTAN DI KITAB MATIUS BUKAN HANYA MENYEBUT PETRUS SEBAGAI YANG PERTAMA TETAPI MENYEBUTNYA “PERTAMA” ATAU “PEMIMPIN”
Kata Yunani yang digunakan di Matius 10:2 (protos) berarti pertama atau pemimpin atau ketua. Karena tidak ada jumlah lain yang diberikan di urutan ini – dan Petrus bukanlah rasul pertama yang mengikuti Yesus (Andreas adalah yang pertama) – pernyataan ini jelas bukan untuk memberikan suatu nomor kepada Simon Petrus. Hal ini mengindikasikan bahwa ia adalah pemimpin atau ketua dari para dua belas rasul. Matius secara harfiah berkata: Sang Pemimpin, Petrus.
Menarik pula bahwa protos digunakan untuk “terkemuka” {“kepala” di dalam Terjemahan Lama} di Matius 20:27:
Injil yang sama (Matius) juga mengatakan kepada kita bahwa Petrus adalah sang ketua dari antara mereka (Matius 10:2). Pernyataan dalam Matius 20:27 tentang siapa yang akan menjadi terkemuka / kepala dari antara mereka bukanlah sebuah pengajaran umum, tetapi memiliki suatu penerapan yang khusus dan nyata. Sang pemimpin, Petrus, haruslah juga berlaku sebagai hamba, melepaskan kepemimpinannya dengan kerendahan hati. Ayat ini adalah satu alasan mengapa seorang paus (yang adalah ketua dari Gereja Yesus) juga disebut sebagai “hamba dari para hamba Allah” (servus servorum dei).
YOHANES DAN PETRUS BERLARI KEPADA KUBUR YESUS; YOHANES SAMPAI DI SANA PERTAMA KALI, TETAPI MENUNGGU PETRUS UNTUK MASUK
Ini adalah poin yang tidak sepenting poin-poin lain yang telah kami bahas, tetapi hal ini menarik. Pada Yohanes 20, kita membaca bahwa Petrus dan Yohanes berlari kepada makam dari mana Yesus bangkit kembali. Yohanes mendahului Petrus dan sampai ke sana lebih dulu tetapi ia tidak masuk. Yohanes berhenti dan menunggu agar Petrus masuk.
Fakta bahwa Yesus membuat St. Petrus sebagai Paus pertama terungkapkan berulang-ulang setelah Kebangkitan, dan kisah Gereja Perdana: Kisah Para Rasul.
PETRUS MENGAMBIL PERANAN UTAMA DALAM PENGGANTIAN YUDAS; PENGGANTIAN YUDAS MENUNJUKKAN SUKSESI (PENERUSAN) PARA RASUL
Pada Kisah Para Rasul 1, kita membaca tentang keputusan untuk menggantikan Yudas yang telah mati dengan seorang rasul lain. Petrus berdiri di tengah-tengah mereka, dan memimpin pengambilan keputusan untuk menggantikan Yudas.
Hal ini jelas-jelas menunjukkan posisi kepemimpinan Petrus sebagai Paus pertama, tetapi hal ini juga menunjukkan penerusan (suksesi) apostolik. Dalam kata lain, posisi para Rasul (yang adalah uskup) berlanjut dengan penggantian setelah Rasul-rasul ini atau para uskup ini meninggal. Tentang posisi Yudas, Kisah Para Rasul 1:20 berkata: biarlah jabatannya diambil orang lain. Para uskup mengalami penggantian dalam sejarah misi Gereja; maka, sewaktu St. Petrus sendiri meninggal di Roma sebagai uskup pertamanya, posisinya sebagai perdana menteri dan pemimpin Gereja Kristiani akan ditempati oleh Uskup dari Roma yang lain, yang adalah Paus kedua. Namanya adalah Linus.
St. Linus, Paus setelah St. Petrus
DALAM KISAH PARA RASUL 2, KITA MELIHAT KEUTAMAAN ST. PETRUS SEBAGAI PAUS DI DALAM KHOTBAHNYA YANG PANJANG KEPADA PARA ORANG YAHUDI
Perhatikan lagi bahasa yang dipakai di sini, “bangkitlah Petrus berdiri dengan kesebelas rasul itu.” Kejadian ini berlangsung pada hari Pentakosta, yang dianggap sebagai hari ulang tahun Gereja, di mana semua pemimpin Gereja berkumpul. Setelah ia berkhotbah kepada para orang Yahudi, mereka bertanya kepada para pria (kata benda majemuk) apa yang mereka harus lakukan. Di sini, Petrus lagilah yang menjawab pertanyaan untuk semua orang:
St. Petrus berkhotbah pada saat Pentakosta agar orang-orang bertobat dan memberi diri mereka untuk dibaptis, di mana jumlah anggota Gereja bertambah sekitar tiga ribu orang.
Kita juga melihat di sini bahwa tidak ada keselamatan di luar Gereja yang dipimpin oleh St. Petrus, yaitu Gereja Katolik.
DI KISAH PARA RASUL 4, KEUTAMAAN PETRUS SEBAGAI PAUS DITUNJUKKAN DALAM KHOTBAHNYA KEPADA PARA PEMIMPIN ORANG YAHUDI
Pada sebuah perkumpulan bersama para imam besar, sebuah pertanyaan diajukan kepada mereka: dengan kuasa manakah kamu bertindak demikian? Sekali lagi, St. Petruslah yang menjawab untuk rasul-rasul lain.
SEKALI LAGI PETRUS DIPISAHKAN SEBAGAI SANG PEMIMPIN DI KISAH PARA RASUL 5
Dalam Kisah Para Rasul 5, para Rasul sekali lagi ditanya oleh sang imam besar dan ditahan agar tidak mengajar dalam nama Yesus.
Jika semua Rasul menjawab, seperti yang ayat ini jelaskan, lalu mengapa Kitab Suci membahasakan hal ini dengan cara ini, tanpa menyebut nama Petrus sendiri? Jelas saja bahwa alasannya adalah ia adalah pemimpin para Rasul, yang adalah Paus pertama.
PETRUS MENJATUHKAN HUKUMAN GEREJA DALAM KASUS ANANIAS DAN SAFIRA
Di dalam Kisah Para Rasul 5, kita membaca bahwa dua orang Kristiani, Ananias dan Safira, menjual sebidang tanah tetapi lewat penipuan, mereka menyimpan sebagian uang hasil penjualannya. St. Petruslah yang menjatuhkan pengadilan yang tegas dari Tuhan dan dari Gereja.
St. Petruslah yang menjatuhkan pengadilan terhadap Ananias yang mencoba menipu Gereja. Akibatnya, Ananias kehilangan nyawanya.
ORANG PAGAN PERTAMA YANG MENJADI KRISTIANI DIPERINTAHKAN UNTUK PERGI MENGUNJUNGI ST. PETRUS, KEPALA GEREJA
Di dalam Kisah Para Rasul 10, kita melihat tentang orang pagan pertama yang berkonversi, yang bernama Kornelius. Orang-orang harus mengingat pentingnya penerimaan Kornelius di dalam Gereja. Diterimanya konvert pagan pertama adalah suatu hal yang besar yang menunjukkan universalitas Gereja yang satu dan benar. Fakta bahwa sang malaikat berkata kepada Kornelius agar ia langsung bertemu, secara spesifik, dengan St. Petrus dan bahwa Petrus akan memberitahunya apa yang ia harus lakukan, memberikan suatu gambaran akan keutamaan St. Petrus sebagai kepala dari Gereja.
Malaikat memerintahkan kepada Kornelius, konvert pertama dari bangsa-bangsa, untuk menemui St. Petrus.
WAHYU BAHWA LARANGAN-LARANGAN HUKUM LAMA UNTUK MAKANAN YANG TIDAK TAHIR SUDAH DIHAPUSKAN, YANG MENJADI AKHIR DARI HUKUM YANG LAMA, DIBERIKAN KEPADA ST. PETRUS, KEPALA GEREJA
Sesuai petunjuk dari malaikat kepada orang kafir pertama yang berkonversi untuk pergi ke Santo Petrus, penting untuk digarisbawahi bahwa St. Petrus sendirilah yang diwahyukan tentang akhir dari Hukum Lama dan aturan-aturannya.
Dari antara para rasul, St. Petruslah yang diberikan wahyu tentang bagaimana hukum tentang binatang-binatang yang haram (untuk dimakan) tidak lagi berlaku.
Terjadi hal yang menarik di sini, yaitu wahyu yang diberikan kepada Petrus tiga kali. Hal ini berkaitan dengan Yohanes 21:15-17, di mana tiga kali Yesus menunjukkan kepada Petrus bahwa semua anggota Gereja-Nya dipercayakan kepada Petrus: Gembalakanlah domba-domba-Ku, gembalakanlah domba-domba-Ku, gembalakanlah domba-domba-Ku. Hal ini sesuai dengan ketiga tanggung jawab kepausan St. Petrus dan semua paus-paus sejati: yaitu untuk mengajarkan dan menjaga doktrin sejati, menjaga liturgi atau penyembahan Gereja, dan memerintah Gereja lewat disiplin.
JELAS BAHWA SANTO PETRUS MEMILIKI KEUTAMAAN PADA KONSILI YERUSALEM
Di dalam Kisah Para Rasul 15, kita membaca tentang pertikaian tentang hal penyunatan. Beberapa orang mengajarkan bahwa semua orang pagan yang berkonversi menjadi umat Kristiani harus disunat agar dapat diselamatkan. Setelah banyak perdebatan, Paulus dan Barnabas pergi kepada Rasul-rasul di Yerusalem untuk mencari nasihat untuk pertanyaan ini. Para pemimpin Gereja mengadakan sebuah konsili untuk mendiskusikan hal ini. Konsili ini kadang-kadang dinamakan konsili ekumenis pertama dari Gereja Kristiani.
Setelah banyak pertikaian, Santo Petrus bangkit dan memberikan sambutan pertama untuk mendiamkan semua perdebatan dan untuk memberikan sebuah keputusan. Hal ini terjadi karena ialah pemimpin Gereja, Paus yang pertama. Kitab Suci menyebut secara khusus fakta bahwa Petrus berbicara dan memberikan keputusannya, dan para orang banyak menjadi diam:
St. Yakobus berbicara setelah Paulus dan Barnabas; karena seperti yang diceritakan sejarahwan Gereja Eusebius, St. Yakobus pergi menjadi Uskup dari gereja setempat di Yerusalem.
PENGUMUMAN DARI KEPUTUSAN YANG DIRAIH DARI KONSILI YERUSALEM MENUNJUKKAN KEKUATAN GEREJA DAN KONSILI-KONSILI EKUMENIS
Perhatikan bahwa di Kisah Para Rasul 15 para Rasul (dipimpin oleh St. Petrus) mencapai sebuah keputusan, setelah Yesus pergi meninggalkan bumi, lewat kepemimpinan yang mereka telah terima dari Kristus. Proses ini berlangsung di dalam sejarah Gereja sejati Yesus Kristus, yaitu Gereja Katolik. Oleh karena Gereja adalah pilar dan fondasi dari kebenaran, seperti yang kita baca di 1 Tim. 3:15, perintah, aturan dan keputusannya mengikat, bila disetujui oleh kekuasaan uskup tertinggi, yakni, Sri Paus; karena ia memiliki kekuatan untuk mengikat dan melepaskan dari Kristus. Itulah mengapa, setelah Konsili Yerusalem, Paulus berkhotbah bahwa orang-orang harus mengikuti aturan-aturan berikut:
Ayat ini tidak lengkap di dalam Kitab Protestan. Terjemahan Baru dan Alkitab King James {Alkitab terjemahan Protestan yang terkemuka dalam bahasa Inggris } menghapus bagian tentang mematuhi aturan-aturan dari para rasul dan penatua-penatua karena hal ini menunjukkan kekuasaan Gereja dan sebuah kekuasaan yang harus dipatuhi di luar Kitab Suci.
St. Ignatius dari Antiokhia, seorang Kristiani kuno, percaya bahwa Gereja Katolik adalah Gereja Yesus Kristus.
KESIMPULAN DARI BUKTI KITAB SUCI UNTUK KEPAUSAN
Kita telah melihat bukti yang tidak terbantahkan dari Kitab Suci bahwa St. Petrus adalah Paus pertama. Kita telah melihat bukti dari kata-kata Yesus, dari keempat Injil, dari Kisah Para Rasul, dari bapa-bapa Gereja, dan lainnya. Adalah sebuah fakta sejarah bahwa St. Petrus meninggal di Roma sebagai uskup pertamanya dan bahwa ia diteruskan oleh Paus-paus lain di dalam sejarah. Mereka memanggul kepausan St. Petrus sebagai pemimpin dan gubernur dari Kerajaan Kristus (Gereja-Nya), layaknya Elyakim meneruskan kedudukan Sebna sebagai perdana menteri di dalam Kerajaan Daud.
Catatan kaki:
[1] Mike Aquilina, Bapa-Bapa Gereja {The Fathers of the Church}, Huntington, IN: Our Sunday Visitor Publishing, hal. 35
Artikel-Artikel Terkait
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 2 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 2 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 3 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 5 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...