^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan | ![]() |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Santo Vincentius Ferrer Mengonversikan 200.000 Orang Yahudi, Membangkitkan Orang Mati
Malaikat Penghakiman
“Sewaktu St. Vincentius meninggalkan kota Ayllon pada permulaan tahun itu [1411], ia menapakkan kakinya menuju daerah selatan dari Salamanca, dan berkhotbah di berbagai kota serta desa di sepanjang jalan. Di Zamora, pengkhotbahannya amat menakjubkan, seperti yang akan kita lihat kemudian. Beberapa waktu di bulan Februari dan Maret, ia membaktikan karyanya untuk mengevangelisasikan kota Salamanca, di mana terjadi dua peristiwa yang mengagumkan yang akan kami ceritakan sekarang. Kedua peristiwa ini telah dibuktikan dengan baik. Di kota Salamanca, seperti di tempat-tempat lainnya, Santo Vincentius memusatkan perhatiannya untuk mengonversikan orang-orang Yahudi, yang dipandangnya sebagai rintangan-rintangan utama untuk menyebarkan agama Kristiani. Mereka memiliki kendali atas keuangan dari kota tersebut pada waktu itu, sebagaimana mereka telah memiliki dan memang memiliki kendali atas keuangan dari tempat-tempat lainnya sejak lama. St. Vincentius pun masuk ke dalam sinagoga mereka, dengan salib yang digenggamnya, dan mulai berkhotbah kepada mereka. Ia mengerahkan segenap kuasa kefasihannya. Upayanya sia-sia: ia tidak dapat menggerakkan para pendengarnya. Ia lalu berpaling kepada salib yang dipegang dalam tangannya dan memohon Tuhan kita untuk melunakkan hati orang-orang Yahudi. Doanya didengar, dan hujan salib yang berwarna putih salju mulai jatuh atas orang-orang Yahudi yang berkumpul di sana. Mukjizat ini menggerakkan orang-orang yang telah terus bertuli telinga terhadap desakan Santo Vincentius. Orang-orang Yahudi disambut ke dalam Gereja, dan sinagoga mereka menjadi Sanktuarium Vera Cruz.[1]
Ia pun sekarang berkhotbah di ruang terbuka, di taman Biara Dominikan St. Stefanus (atau San Esteban) yang terletak di atas bukit kecil yang disebut Gunung Zaitun, St. Vincentius secara khidmat menyatakan bahwa dirinya adalah Malaikat Penghakiman yang disebutkan oleh St. Yohanes Penginjil di dalam Kitab Wahyu.[2] Orang banyak berhimpun di sana, dan para bapa dari Biara itu, yang banyak dari antaranya adalah para teolog dari Inkuisisi, menjadi saksi atas pernyataan tersebut, yang menyebabkan hadirinnya bergumam. Walaupun perkataan St. Vincentius sungguh-sungguh mengejutkan, peneguhan terhadap klaimnya itu bahkan lebih mencengangkan. Seorang wanita yang telah meninggal sedang dibawa ke dalam Gereja St. Paulus … pada saat ia berkhotbah. St. Vincentius memerintahkan orang-orang yang memanggul wanita itu untuk membawa jenazahnya ke hadapannya. Dalam kuasa Allah, Santo Vincentius memohon wanita yang mati itu untuk bersaksi bilamana perkataannya itu benar [bahwa ia adalah Malaikat Penghakiman dari Kitab Wahyu]; dan di depan mata semua orang yang hadir, wanita yang mati itu kembali hidup untuk sesaat, memberikan kesaksian atas klaim dari Santo Vincentius, dan kembali tertidur dalam kematian, setelah ia menuntaskan tugasnya. Sebuah salib ditegakkan di atas tempat di mana peristiwa ini berlangsung. Sebuah fresko di Biara San Esteban menggambarkan kejadian itu, dan sebuah ukiran menceritakan kepada semua orang yang peduli untuk membacanya sejarah dari perkataan St. Vincentius Ferrer serta peneguhan mukjizat tersebut.”[3]
Sang Pembuat Mukjizat
“Pada suatu hari [pada tahun 1412], Santo Vincentius sedang berkhotbah di kota ini [Zamora]. Dua orang sedang digiring untuk dihukum mati. Hukuman untuk mereka adalah untuk dibakar sampai mati. Santo Vincentius meminta kepada para penegak keadilan untuk membawa kedua orang yang dihukum itu untuk menghadapnya. Hal itu pun dilakukan, dan kedua penjahat itu ditempatkan di anak tangga mimbar, tersembunyi dari mata khalayak ramai. St. Vincentius mulai berbicara tentang hukuman yang akan dialami di kehidupan yang lain dan lalu, dengan gaya bahasa yang hidup, menggambarkan dosa yang atasnya kedua orang yang dihukum itu bersalah dan hukuman yang pantas didapatkan akibat dosa tersebut. Khotbahnya berlangsung selama tiga jam, tetapi sewaktu para otoritas datang untuk mengambil kedua orang itu, apa yang terlihat adalah bahwa penyesalan telah menuntaskan tugasnya dengan cara yang mengejutkan dan mujarab, sebab kedua orang itu terbakar oleh suatu api yang misterius sampai tulang-belulang mereka sendiri.[4] Tubuh para penjahat itu dikuburkan di dekat mimbar dari mana Santo Vincentius telah berkhotbah …
Oleh karena mukjizat-mukjizatnyalah St. Vincentius meneguhkan kebenaran-kebenaran yang dikhotbahkannya; mukjizat-mukjizat yang sama inilah yang meresap ke dalam lubuk hati yang telah mengeras dalam dosa, dan melunakkannya. Konversi-konversi yang dilakukannya adalah mukjizat-mukjizat yang hidup, dan untuk mengubah hati yang penuh dosa adalah suatu mukjizat yang lebih besar daripada untuk menyembuhkan orang yang sakit kusta, atau mencelikkan mata orang buta, atau memberikan suara kepada orang bisu, sebab konversi semacam itu mengharuskan perubahan kehendak, dan kehendak yang telah diperlemah oleh kenikmatan atau dikeraskan oleh keangkuhan sulit untuk berubah. Kita telah melihat keberhasilan St. Vincentius, bagaimana para pendosa menangis memohon belas kasih, dan bergabung menjadi anggota penitennya. Kita telah melihat bahwa, menurut orang-orang Yahudi, 200.000 dari antara mereka diterima ke dalam Gereja berkat khotbah dari pria ini. Pengaruh seorang kudus tidak pernah mati, dan St. Vincentius Ferrer, sang Pembuat Mukjizat dan Malaikat Penghakiman, sama kuatnya sekarang di hadapan Allah seperti pada waktu ia masih hidup. Pikiran akan hal ini seharusnya mendorong kita dan mendesak kita untuk berlindung kepadanya, ‘agar ia dapat berbelas kasih kepada kita pada senja kehidupan, dan menghantar kita selamat sampai kepada Yesus Kristus.’”
Catatan kaki:
Disadur dari sumber berbahasa Inggris:
Rev. Andrew Pradel, St. Vincent Ferrer [St. Vincentius Ferrer], R. Washbourne, 18 Paternoster Row, 1875.
Bab tentang Malaikat Penghakiman: hal. 48-50.
Bab tentang Sang Pembuat Mukjizat: hal. 103-105.
[1] Fages, ‘Histoire’, hal. 309-11; ‘Notes et Documents’, hal. 207-11. Gereja itu diserahkan kepada Ordo Kerahiman pada tahun yang sama, di tahun 1412, dan suatu ukiran dalam bahasa Latin yang mengenang peristiwa tersebut ditempatkan di muka bangunan tersebut.
[2] xiv. 6: ‘Dan aku melihat seorang malaikat lain yang terbang di tengah-tengah langit, yang memiliki Injil yang Abadi, untuk berkhotbah kepada orang-orang yang terduduk di bumi, dan di atas setiap bangsa, serta suku, dan bahasa, dan orang-orang, sambil berkata dengan suara yang lantang: Takutilah Tuhan, dan hormatilah diri-Nya, sebab waktu penghakiman-Nya telah tiba.’ Para pembaca akan ingat bahwa istilah Malaikat mendefinisikan jabatan, dan bukan kodrat dari makhluk-makhluk ini, dan berarti seorang utusan atau pewarta. (Bandingkan artikel ‘Angel’ oleh Romo Hugh Pope, O.P., di dalam ‘Catholic Encyclopedia’, 1907, London, I, 476-81.)
[3] Bandingkan Fages, ‘Histoire’, hal. 311-19; Bayle op. cit., hal. 206. Salib itu ada di tempatnya pada tahun 1901, dan seorang Romo Dominikan yang mengunjungi San Esteban memberikan kepada penulis deskripsi tentang salib tersebut. Biara itu sendiri merupakan tempat dari mana Kolumnus memulai perjalanannya untuk menemukan Dunia Baru. Sewaktu semua orang memusuhinya, Kolumbus memperoleh seorang sahabat yang hangat dalam pribadi rohaniwan Dominikan Uskup Diégo de Déza….
[4] ‘Histoire’, Vol. I, hal. 304; ‘Acta Sanctorum’, hal. 511.
Justru karena kami punya kasih Kristiani sejati kepada sesama kamilah, materi-materi kami ini kami terbitkan. St. Paulus mengajarkan, bahwa kita harus menelanjangi perbuatan-perbuatan kegelapan (Ef. 5:11). Gereja Katolik, satu-satunya lembaga...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – devosi kepada Santa Perawan Maria itu krusial untuk keselamatan dan pengudusan jiwa. Namun, dan juga yang terpenting, orang harus 1) punya iman Katolik sejati (yakni, iman Katolik tradisional),...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Since your comment is written in English, we are responding in English and including a translation in Indonesian. However, we would recommend that you write us in Indonesian instead, if...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – memang benar bahwa orang hendaknya mengasihi orang lain dan menjaga ciptaan Allah. Namun, yang terutama, kita pertama-tama harus mengasihi/mencintai Allah. Sangat amat penting pula, terutama pada zaman kita,...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – Misteri Terang itu datangnya dari Yohanes Paulus II. Dia ini seorang Anti-Paus dan pemurtad masif. Rosario orisinal yang diberikan oleh Santa Perawan Maria adalah 15 dekade dengan Misteri-Misterinya...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...peristiwa terang kenapa tidak ada dalam pembahasan artikel ini?
devie 3 bulanBaca lebih lanjut...Allah Maha Besar melalui Putranya Yesus Kristus dan Bundanya Maria ..Melakukan muzizat menunjukan Betapah Besarnya dan Baiknya Allah..Kita manusia harus berbuat baik satu dengan yang lain dan alam sekitar serta...
fidelis Budi Suryanto 3 bulanBaca lebih lanjut...Are the FSSP and SSPX right on the sacraments?
Petrus Fiter Panco 4 bulanBaca lebih lanjut...Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 5 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...