^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Santa Margareta dari Antiokhia, Perawan & Martir
Pesta: 20 Juli
“Perawan yang mengagumkan ini, yang dinamai Marina oleh orang-orang Yunani, berasal dari Antiokhia di Pisidia… kota yang ada di perbatasan Pisidia dan Frigia. Ayahnya adalah seorang imam penyembah berhala yang tersohor, yang bernama Aedisius. Ibundanya mati tidak lama setelah ia dilahirkan, dan oleh karena itu, ia diasuh oleh seorang inang yang tinggal 20 sampai 24 kilometer dari kota itu. Wanita pengasuhnya itu mengilhaminya sejak awal hidupnya dengan rasa jijik terhadap kemaksiatan dan cinta akan kebajikan. Margareta tumbuh besar dengan mengagumkan dalam hikmat, kesederhanaan, kesucian dan segala kebajikan lainnya yang pantas bagi kaum perempuan. Setelah ia mendengar sabda iman yang menghidupkan dan pewartaan Injil, ia segera menganut agama Kristiani, dan tidak lagi ingin mengakui Tuhan yang lain selain Yesus Kristus. Ia bahkan membaktikan keperawanannya kepada Yesus dan memilih-Nya sebagai mempelainya yang abadi.
Sewaktu ayahnya itu melihat anak perempuannya menjadi Kristen, ia pun berusaha untuk membuat Margareta meninggalkan agamanya. Karena upaya-upayanya itu sama sekali tidak membuahkan hasil, ia melampiaskan segala kegetiran dari amarahnya itu kepada Margareta, sampai titik di mana ia bahkan muak melihatnya; sebab ia menganggap anaknya itu sebagai kekejian, dan akhirnya mengasingkan putrinya itu dari dirinya. Tetapi, Tuhan, yang tidak pernah meninggalkan orang-orang yang berharap dalam diri-Nya, sudi menghibur Margareta dalam kebaikan-Nya yang besar, dan membuatnya amat dikasihi oleh wanita pengasuhnya, yang menyayanginya seperti anak kandungnya sendiri; sebab pengasuhnya itu juga seorang Kristen, dan perilakunya selaras dengan imannya. Dari antara kebajikan-kebajikan yang mengagumkan yang dicurahkan oleh rahmat ilahi atas Perawan muda itu, orang melihat dalam dirinya berkemilau cinta yang sedemikian besarnya akan kerendahan hati yang suci, sehingga ia tidak pernah membanggakan darah birunya, dan karena ayahnya telah mengusirnya dari rumahnya, ia menaati ibu asuhnya dalam segala hal, seperti seorang hamba yang sederhana; ia bahkan menjaga domba-domba ibu asuhnya itu, dan tidak malu untuk menggembalakan domba-domba itu bersama anak-anak perempuan lainnya; menunaikan tanggung jawab itu dengan kerendahan hati yang besar dan dengan kelemahlembutan, seturut teladan Rahel yang cantik dan rendah hati, ibunda dari Yusuf (bapa bangsa) yang pada hari-hari mudanya, menjaga kawanan domba ayahnya.
Sementara itu, seorang prefek dari praetorium yang bernama Olybrius, seorang pria yang penuh dengan Hasrat dan ketidaksalehan pergi dari Asia mengunjungi Antiokhia untuk menganiaya orang-orang Kristen. Sewaktu ia melewati kota itu, ia melihat Margareta yang terberkati yang sedang menggembalakan domba-dombanya bersama anak-anak perempuan lainnya yang sebaya. Karena Olybrius terpikat oleh kecantikan Margareta, dan karena ia takluk kepada hawa nafsu dirinya sendiri, ia memberi perintah ini kepada para hambanya: ‘Pergilah segera, untuk mencari tahu tentang gadis muda itu dengan saksama. Jika ia merdeka, saya akan menjadikannya sebagai mempelai saya; jika sebaliknya, ia terlahir dalam perbudakan, saya akan membayar uang tebusan yang layak untuk dirinya, dan ia akan menjadi salah satu dari selir-selir saya.’ Hamba-hambanya itu bergegas melaksanakan perintah-perintah dari tuan mereka, dan segera membawa kepadanya Margareta yang muda itu. Sewaktu orang-orang fasik itu membawa Margareta ke sana, Perawan yang terberkati itu, yang penuh rasa takut akibat kerapuhan dirinya itu yang adalah seorang perempuan, mulai gemetar sekujur tubuhnya; dan kengeriannya pun berlipat ganda sewaktu ia memikirkan siksaan-siksaan yang kejam dan barbar yang dideritakan oleh orang-orang pagan kepada para umat beriman.
Ia pun bertutur kata kepada Yesus, mempelainya itu, dan memohon kepada-Nya agar Ia memberikannya kekuatan agar sanggup menanggung siksaan-siksaan yang paling mengerikan dan agar ia jangan sampai mengkhianati iman yang telah dijanjikannya kepada-Nya dengan khidmat. Ia berkata kepada Yesus, ‘Utuslah Malaikat kudus-Mu, agar ia menjaga, melindungi, dan membela raga dan jiwaku.’ Sementara sang Perawan yang terberkati berdoa demikian, orang-orang dari prefek itu sampai di hadapannya dan berkata kepadanya: ‘Gadis muda ini adalah musuh bagi dewa-dewa dan kekaisaran; ia menyembah Yesus yang dahulu disalibkan oleh orang-orang Yahudi, dan ancaman-ancaman kita maupun janji-janji kita tidak dapat menggoyahkannya.’
Hakim mereka yang fasik memerintahkan agar Margareta dibuat menghadapnya segera. Sewaktu Margareta datang menghadapnya, hakim itu berkata demikian kepadanya:
Perawan itu menjawabnya:
Jawaban itu memenuhi sang presiden dengan kemurkaan yang tak terungkapkan; dan ia segera memberikan perintah agar Margareta dikurung di dalam penjara yang gelap, dan melarang memberikannya bantuan apa pun, bahkan untuk minum ataupun makan; ia berharap bahwa tanpa pertolongan manusia, kegelapan dari penjara itu akan membuatnya takluk kepada kehendak-kehendaknya. Tetapi, Margareta, yang terhibur oleh kunjungan para Malaikat kudus dan yang dibantu oleh suatu cahaya surgawi hanya bertekun dengan ketabahan yang semakin besar dalam pengakuan akan nama Kristus, dan memandang sebagai amat mudah segala sesuatu yang dapat dibayangkan akan dideritanya.
Karena sang prefek melihat bahwa tiada sesuatu yang dapat menggoyahkan iman Margareta, tidak pun perlakuan-perlakuan yang baik maupun rasa takut akan siksaan-siksaan, ia melanjutkan perjalanannya menuju kota Antiokhia. Segera setelah ia sampai di kota itu, ia menghimpun kaum bangsawan kota itu bersama semua orang yang tampak tergolong cendekiawan, untuk mendapatkan nasihat dari mereka tentang segala cara, bukan untuk kehilangan Margareta dengan membunuhnya, melainkan untuk menaklukkannya, baik dengan alasan-alasan yang dibuat-buat, maupun dengan membuatnya ngeri. Setelah ia membahas perkara itu panjang lebar, ia berhenti untuk berencana membuat Perawan muda itu hadir di hadapan sekumpulan orang dan menyelidikinya secara publik. Ia mengimbuhkan: ‘Mungkin rasa malu yang dirasakannya sewaktu ia terlihat sedemikian terbukanya bagi khalayak ramai akan membuatnya bertekuk lutut, dan hal itu tidak akan didapatkan melalui kelaparan, pemenjaraan, atau intimidasi.’ Di hari kedua setelah ia masuk ke dalam kota itu, sang prefek lalu memberi perintah untuk membuat suatu pengadilan yang mengagumkan dan agar semua orang dari kota itu berhimpun untuk menyaksikan pertunjukkan yang hendak diberikannya itu dengan menginterogerasi sang Perawan.
Pada hari yang ditetapkannya, ia menghimpun khalayak yang besar, dari kedua jenis kelamin. Sang prefek, yang mengenakan pakaian yang mengagumkan, duduk di atas takhtanya dan memerintahkan agar gadis yang merawat iman akan Kristus dalam hatinya itu dibawa ke hadapan semua orang. Setelah ia dibawa di hadapan publik, sang prefek memulai dengan menujukan kepada gadis itu kata-kata yang baik; ia membujuk gadis itu untuk meninggalkan kesalahan-kesalahannya, yang akan membuatnya menderita siksaan-siksaan dan bahkan kematian, dan bahwa jika ia kembali kepada jalan pikiran yang lebih waras, ia akan memperoleh kebaikan dari sang prefek.
Sang Perawan milik Kristus itu menjawab:
Olybrius lalu berkata kepadanya:
Margareta yang terberkati menjawab:
‘Engkau menyatakan bahwa aku telah disesatkan dan diindoktrinasi oleh kegilaan-kegilaan yang luar biasa; jika engkau ingin mendengarkanku, engkau akan segera tahu siapakah Dia itu, dengan syarat, bagaimanapun, bahwa engkau akan percaya kepada Kristus.’
Dan sang prefek berkata:
Margareta pun melanjutkan perkataannya:
Sang presiden menjawab:
Margareta yang terberkati menjawab:
Sang presiden, yang menjadi murka akibat percakapan itu, memerintahkan agar Margareta digantung kepalanya dan dipukuli berkali-kali dengan tongkat. Para algojo melaksanakan perintah itu dengan sedemikian kejamnya, sehingga darah yang memancar dari tubuh yang begitu halusnya dari perawan muda itu mengalir di atas tanah bagaikan dari suatu mata air. Banyak pria dan wanita yang menyaksikan hukuman mati yang begitu barbarnya itu tidak dapat menahan air mata iba dan keluh kesah mereka; dan, seolah-olah menghiburnya, mereka berkata kepada martir yang terberkati itu:
Martir suci itu menjawab mereka:
Lalu, presiden Olybrius yang murka, memberi perintah agar badan Margareta direntangkan dan diikat di atas bingkai kayu penyiksaan, dan agar sisi tubuhnya disayat dengan paku besi yang amat tajam. Para algojo yang segera memulai tugas mereka, tanpa belas kasih mengoyakan daging martir muda itu sehingga mereka melepaskan sayatan-sayatan dagingnya sampai ususnya tampak terlihat, dan sampai darah mencurat ke segala arah. Para hadirin tidak dapat tahan melihat peristiwa semacam itu, dan mereka semua, sampai sang prefek yang bengis itu, memalingkan wajah mereka karena kebarbaran yang kejam itu membuat mereka ngeri. Adapun wanita kudus itu, yang dikuatkan oleh pertolongan surgawi, sama sekali tidak menganggap apa-apa siksaan-siksaan yang ditanggungnya itu; dan beberapa orang yang hadir, yang mengagumi keberaniannya, berkata kepada diri mereka sendiri: ‘Lihatlah bagaimana gadis muda yang lembut dan halus itu menanggung siksaan-siksaan berdarah yang tidak berani dilihat bahkan oleh para pria yang paling pemberani pun.’ Tetapi, para pegawai prefek mengambil kesempatan yang seharusnya telah melembutkan ketidakmanusiawian mereka untuk justru merancang siksaan-siksaan baru yang akan mendatangkan ajal. Karena mereka melihat bahwa perawan milik Tuhan itu menertawakan paku besi yang menyiksanya, mereka merekayasakan siksaan-siksaan yang bahkan lebih kejam, yang akan membuat Margareta terpaksa menyerah atau yang membuatnya mengalami kematian dengan cara yang teramat kejam. Dan setelah mereka menghentikan siksaan yang sedang berlangsung, mereka memberi perintah agar Margareta kembali dibawa ke dalam kegelapan penjara.
Sewaktu sang martir telah kembali masuk penjara, ia mengangkat tangannya kepada Tuhan, dan berdoa agar Allah mengaruniainya dengan ketekunan yang jantan dalam menghadapi siksaan dan godaan-godaan. Sewaktu ia sedang memohon pertolongan Allah, Iblis dengan ribuan jalan yang ditempuhnya untuk menyakiti manusia, bersiap diri untuk menakuti Margareta dengan berbagai tipu muslihat … Ia mengubah rupa dirinya menjadi seekor naga di hadapan Margareta, dan ia mengembuskan api yang busuk dari mulut dan lubang hidupnya. Ia tampak siap memangsa Margareta. Sang perawan yang terberkati, sewaktu ia melihat rupa Iblis yang menakutkan itu, seperti biasa berlindung di balik tameng doa, dan dengan membuat tanda salib untuk melawan musuhnya itu, ia dengan demikian memohon pertolongan dari Surga:
Setelah kata-kata itu terucap, sang ular yang tua itu pun melangkah mundur dalam kekacauan, dan ia sama sekali tidak dapat berbuat apa-apa terhadap perawan itu. Dan seketika, penuh sukacita berkat pertolongan samawi, Margareta memanjatkan rasa syukur yang besar kepada Allah, Juru Selamat bagi semua orang yang berharap dalam diri-Nya. Musuh dari nama Kristiani kembali mencoba menakuti wanita kudus itu dengan mengambil rupa seorang pria yang mengerikan; tetapi Margareta memerintahkannya, atas nama Tuhan, untuk menjauhkan diri darinya, dan ia patuh kepadanya dan mengakui kekalahannya.
Serangan-serangan jahanam itu diikuti oleh kunjungan surgawi yang memenuhi diri perawan Kristus itu dengan sukacita. Suatu cahaya ilahi, yang kemilau seperti sang surya, menerangi penjara itu; dan di dalam cahaya itu, tampaklah suatu gambaran salib keselamatan, yang di puncaknya bertengger seekor burung merpati yang lebih putih dari salju, dan seketika ada suara yang terdengar yang menyelamati martir muda itu dan mendorongnya untuk bertekun. Kunjungan itu semakin menguatkan perawan yang terberkati itu; dan jiwanya menerima dari kunjungan itu semangat dan kesabaran yang kian meningkat sehingga ia akan mengalahkan segala siksaan.
Setibanya pagi hari, sang hakim, yang murkanya sama sekali tidak mereda sedikit pun terhadap Wanita suci itu, memberi perintah agar Margareta dibawa keluar dari penjaranya yang menjijikkan di mana ia telah membuatnya dikurung, dan agar Margareta dibawa kepada pengadilannya di hadapan khalayak yang berhimpun di sana. Karena Margareta tampil dengan wajah yang tampak tidak menderita suatu kejahatan apa pun, Olybrius membuat ancaman-ancaman yang menakutkan kepadanya untuk mengguncangkan ketabahannya: ia berkata kepada Margareta bahwa jika ia tidak setuju pada saat itu juga untuk menyembah dewa-dewa kekaisaran, ia akan membuatnya menderita siksaan api. Martir suci itu menjawab kepada sang pezalim yang angkuh:
Sewaktu Margareta berhenti berbicara, hakim yang kejam itu, yang semakin jengkel, memerintahkan agar pakaian Margareta ditanggalkan dan agar ia digantung dari kerekan, lalu agar seluruh anggota tubuhnya dibakar dengan bara api yang membara. Pada saat siksaan itu sedang berlangsung, ia mencemoohnya dengan berkata:
Margareta yang terberkati itu menjawabnya:
Setelah ia berkata demikian, Margareta menatap ke Surga dan memanjatkan doa ini:
Kuasa Tuhan sungguh ajaib! Bara api yang membakar itu menyegarkan dirinya bagaikan embun yang manis, dan Margareta berkata kepada hakim itu:
Karena para algojo kelelahan dan menyerah, mereka pun membiarkan Margareta tergantung, tetapi tanpa satu luka pun, dan mereka berkata kepada sang prefek:
Olybrius lalu memerintahkan agar sebuah kuali penjerangan dibawa, dan dipenuhi dengan air mendidih, dan agar Margareta dicampakkan ke dalamnya dengan kaki dan tangan yang terikat. Sewaktu Margareta dilemparkan ke dasar kuali itu, ia berdoa demikian:
Ia kembali berkata bahwa rantainya itu terpatahkan, dan wanita kudus itu bangkit berdiri sehat walafiat. Orang-orang yang hadir, yang melihat begitu banyaknya keajaiban yang dikerjakan oleh Allah dalam dirinya itu, berseru, penuh rasa takjub:
Maka berkatalah Margareta kepada mereka:
… Sang pezalim yang fasik itu, yang melihat ketabahan perawan itu yang tak terkalahkan, dan karena ia putus asa karena ia tidak dapat memperoleh sesuatu pun darinya, bertitah agar Margareta dihukum mati. Para algojo merenggut Margareta dan membawanya keluar kota itu, ke tempat tujuan di mana hukuman mati dilakukan.
Margareta yang terberkati meminta agar ia diberi beberapa saat untuk berdoa, dan setelah ia menuntaskan doanya, ia berkata kepada algojonya bahwa ia dapat melaksanakan hukuman itu. Dan sang algojo, yang mengambil pedangnya, seturut perintah yang telah diberikan kepadanya, memenggal kepala Margareta. Perawan yang terberkati ini dimartirkan demi nama Kristus pada tanggal 16 dari bulan Agustus.
Santa Margareta dari Antiokhia dilukiskan dengan ciri-ciri berikut: 1) menuntun seekor naga yang terantai, simbol godaan-godaan yang diajukan kepadanya oleh musuh keselamatan, yang telah ditaklukannya; 2) membawa sabuk di tangannya, sebab pada beberapa ziarah dalam nama wanita kudus ini, para wanita mengenakan sebuah sabuk di mana ada terdapat relikui-relikuinya, dan devosi ini bertujuan menghalau musibah yang mengancam kehamilan dan berbagai penyakit ginjal. Di Italia, di Prancis terutama, dan khususnya di Saint-Germain des Prés, Santa Margareta dihormati sebagai santa pelindung wanita hamil; 3) berada di dekat sebuah bejana besar yang mengingatkan akan kuali yang penuh air mendidih di mana ia dijerumuskan; 4) membawa salib kecil di dalam genggaman tangannya, simbol cinta kasihnya yang besar kepada Yesus; 5) mengenakan pakaian gembala, dan menjaga domba-domba ibu asuhnya.”
Catatan kaki:
Disadur dari sumber berbahasa Prancis
Monsinyur Paul Guérin, Les petits Bollandistes - Vies des saints, Vol. VIII (3 Juli – 23 Juli), Paris, Bloud et Barral, Libraires-Éditeurs, 1888, hal. 509-516.
Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 3 mingguBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 3 mingguBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 4 mingguBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 4 mingguBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 1 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 3 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 4 bulanBaca lebih lanjut...Kami menerima semua dogma Gereja Katolik tanpa terkecuali, dan kami memandang mereka yang menerima semua dogma Gereja dan belum terpisah darinya, sebagai orang Katolik; itulah bagaimana kami bersekutu dengan Gereja...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...