^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Pesta Kunjungan Santa Perawan Maria - Khotbah St. Fransiskus de Sales
KHOTBAH UNTUK PESTA KUNJUNGAN SANTA PERAWAN MARIA
2 Juli 1618[1]
Exurgens Maria, abiit in montana cum festinatione, in civitatem Juda.
Maria bangkit, dan dengan amat segera pergi ke pegunungan, ke sebuah kota di Yehuda.
Lucae 1, 39.
“Baginda Ratu kita yang amat terkasih dan yang tidak pernah cukup dicintai ini, sang Perawan yang mulia, baru saja mengiakan perkataan Malaikat Santo Gabriel, dan misteri Penjelmaan terjadi di dalam dirinya. Setelah mendapat kabar dari Santo Gabriel yang sama ini bahwa sepupunya, Elisabet pada masa tuanya mengandung seorang putra,[2] sang Perawan Suci lalu ingin pergi mengunjunginya, karena ia adalah saudaranya dan karena ia ingin membantu meringankan bebannya pada masa kehamilannya, sebab ia tahu bahwa demikianlah kehendak Allah. Pada waktu yang bersamaan, ujar St. Lukas Penginjil, sang Perawan Suci berangkat dari Nazaret, sebuah kota kecil di Galilea di mana ia tinggal, untuk pergi ke Yehuda, ke rumah Zakharia. Abiit in montana: ia pergi ke pegunungan di Yehuda dan melakukan perjalanan itu, walaupun perjalanan itu panjang dan sulit; sebab, ujar beberapa orang penulis, kota di mana Elisabet tinggal jauh jaraknya dari Nazaret: 27 lieues [130 km];[3] beberapa penulis yang lain berkata bahwa jaraknya sedikit lebih dekat, walaupun perjalanan itu tetap sulit adanya bagi Perawan yang amat lembut dan halus ini, karena perjalanan itu dilakukan dengan melintasi pegunungan.
Sang Perawan merasakan wahyu ilahi, dan ia pun sampai ke tempat itu, bukan karena ia terbawa oleh suatu keingintahuan untuk melihat bilamana perkataan Malaikat itu memang benar, sebab ia sama sekali tidak meragukannya, dan karena ia sepenuhnya meyakini hal yang telah dinyatakan oleh Malaikat itu kepadanya. Bagaimanapun, beberapa orang mungkin ingin mendukung gagasan bahwa sang Perawan memiliki suatu rencana untuk memuaskan suatu rasa ingin tahu; sebab memang benar adanya bahwa hal itu adalah suatu keajaiban yang menakjubkan bahwa Santa Elisabet, yang tidak pernah punya anak dan mandul, mengandung pada masa tuanya. Atau, mereka berkata,[4] ia mungkin memendam sedikit keraguan akan apa yang telah diwartakan oleh sang Malaikat kepadanya: tetapi hal itu tidak benar, dan Santo Lukas mengutuk dan membantah mereka dengan perkataan yang ditulisnya pada bab yang pertama,[5] bahwa sewaktu Santa Elisabet melihat sang Perawan Suci masuk, ia pun berkata: Terberkatilah engkau karena engkau telah percaya. Maka, bukanlah keingintahuan atau suatu keraguan akan mengandungnya Santa Elisabet yang membuat sang Perawan Suci melakukan perjalanan itu, melainkan tentunya beberapa pertimbangan yang amat baik; beberapa dari antaranya akan saya bahas.
Sang Perawan pergi ke sana untuk melihat keajaiban besar itu atau rahmat yang besar itu, yang telah dibuat oleh Allah kepada wanita yang tua dan mandul itu, yang membuatnya mengandung seorang putra pada masa kemandulannya, sebab ia sungguh tahu bahwa di dalam Hukum Lama, kemandulan adalah suatu hal yang cela; tetapi karena wanita benar itu tua usianya, ia juga pergi ke sana untuk membantunya pada masa kehamilannya dan memberikannya segala kelegaan yang sanggup diberikannya. Kedua, ia mengunjungi Elisabet demi menyingkapkan misteri Penjelmaan yang Mahaagung yang telah terjadi di dalam dirinya; sebab Baginda Ratu kita tidak mengabaikan bahwa saudara sepupunya itu adalah orang benar,[6] yang amat baik, takut akan Allah dan sangat merindukan kedatangan Mesias yang dijanjikan di dalam Hukum Lama demi menebus dunia, dan bahwa ia akan sangat terhibur sewaktu tahu bahwa janji-janji ilahi itu telah digenapi, dan bahwa sudah tiba waktu yang dinantikan oleh para Nabi dan Bapa Bangsa. Ketiga, sang Perawan suci juga datang ke sana demi mengembalikan suara Zakharia. Zakharia telah kehilangan suaranya akibat ketidakpercayaannya terhadap prediksi Malaikat, sewaktu ia berkata kepadanya bahwa istrinya akan mengandung seorang putra yang akan dinamai Yohanes.[7] Keempat, sang Perawan Suci tahu bahwa kunjungan itu akan membawa berkat yang teramat besar kepada rumah Zakharia, berkat yang berlimpah yang akan sampai kepada anak yang ada di dalam rahim Santa Elisabet, yang akan dikuduskan oleh kedatangannya. Demikanlah alasan-alasan kunjungannya itu, dan ada beberapa alasan lain yang dapat saya ceritakan; tetapi saya tidak akan melakukannya.
Di samping itu, tidakkah anda sekalian berpikir, Saudari-Saudariku yang amat terkasih, bahwa apa yang secara amat khusus mendorong Baginda Ratu kita yang mulia untuk melakukan kunjungan ini adalah kasihnya yang amat membara dan kerendahan hatinya yang amat besar, yang membuatnya pergi secepat mungkin dan sesegera mungkin melewati pegunungan Yehuda? Tentunya, Saudari-Saudariku yang terkasih, itulah dua kebajikan yang mendorongnya dan yang membuatnya pergi dari kota Nazaret yang kecil itu, sebab kasih tidaklah malas:[8] kasih meluap-luap di dalam hati di mana ia bersemayam dan berdiam, dan sang Perawan yang Teramat Suci penuh dengan kasih, sebab ia mengandung Cinta Kasih di dalam rahimnya. Ia senantiasa melakukan perbuatan-perbuatan kasih, bukan hanya terhadap Allah, yang bersama-Nya ia bersatu oleh karena suatu kasih sayang yang tersempurna yang dapat dilukiskan, tetapi ia juga memiliki cinta kasih terhadap sesama dengan kesempurnaan yang amat besar, yang membuatnya sangat menginginkan keselamatan bagi semua orang dan pengudusan bagi jiwa-jiwa. Dan karena ia tahu bahwa ia dapat mengambil bagian dalam pengudusan Santo Yohanes, yang masih berada di dalam rahim Santa Elisabet, ia pergi dengan amat segera ke sana. Kasih yang dimilikinya itu mendesaknya pula untuk bersukacita bersama wanita tua itu atas berkat yang istimewa yang dikaruniakan kepadanya oleh Tuhan, sehingga dari keadaannya yang mandul dan steril, ia mengandung dan mengusung anak yang akan menjadi Pendahulu bagi Sabda yang Menjadi Daging.
Sang Perawan pun pergi bersukacita bersama saudara sepupunya itu, dan yang satu membuat yang lain untuk memuji Allah yang telah mencurahkan kepada kedua wanita itu rahmat yang begitu berlimpah: atas ia yang Perawan, Ia membuatnya mengandung Putra Allah melalui kuasa Roh Kudus,[9] dan atas Santa Elisabet yang mandul, Ia mencurahkan rahmat yang istimewa itu sehingga ia mengandung anak yang akan menjadi Pendahulu sang Mesias secara bermukjizat. Tetapi, karena tidak pantas bagi ia yang telah terpilih untuk mempersiapkan jalan Tuhan[10] untuk dinodai oleh dosa, Baginda Ratu kita segera pergi agar Santo Yohanes menjadi dikuduskan, dan agar Anak suci itu yang adalah Allah, satu-satunya yang empunya pengudusan jiwa-jiwa, dapat melakukan pengudusan kepada Santo Yohanes yang mulia itu di dalam kunjungan ini, dan memurnikannya dan merampasnya dari dosa asal. Hal itu pun dilakukan-Nya dengan kepenuhan yang luar biasa sehingga beberapa doktor mendukung pendapat yang kukuh bahwa Santo Yohanes tidak pernah melakukan dosa ringan,[11] walaupun beberapa orang yang lain memiliki pendapat yang berlawanan.
Maka dari itu, kasih adalah sebab bagi Perawan suci itu untuk mengambil bagian dalam pengudusan tersebut. Tetapi, tidaklah mengejutkan bahwa hatinya yang suci itu penuh dengan cinta kasih dan keinginan akan keselamatan umat manusia, sebab ia mengandung di dalam rahimnya yang amat suci itu Cinta Kasih sendiri, sang Juru Selamat dan Penebus dunia; dan menurut saya, kepada Perawan Suci itulah kita harus memberikan perkataan Kidung Agung:[12] Kepalamu serupa dengan Gunung Karmel. Lihatlah, sewaktu sang Mempelai ilahi menggambarkan kecantikkan dari Mempelai Wanita-Nya, Ia memulai dengan kepadanya. Tetapi apakah yang dimaksudkan oleh Kekasih ilahi itu sewaktu Ia berkata kepala dari wanita yang dikasihinya itu serupa dengan Gunung Karmel? Di atas Gunung Karmel terhampar bunga-bunga aneka warna yang harum semerbak, serta pepohonan yang ada di sana mengeluarkan wangi yang amat harum. Apakah makna dari bunga-bunga itu dan bau wangi itu, jika bukan kasih, yang merupakan kebajikan yang amat indah dan harum, yang tidak pernah berada sendiri di dalam jiwa? Dan meskipun kita mengacukan perkataan dari Kidung Agung ini kepada Gereja, yang merupakan Mempelai Wanita yang sejati milik Tuhan kita, dan yang serupa dengan Gunung Karmel yang di atasnya terhampar segala jenis kembang kebajikan yang harum oleh karena kekudusan dan kesempurnaan, kita juga dapat memahami Mempelai Wanita itu sebagai sang Perawan Suci yang adalah Mempelai yang setia milik Roh Kudus. Karena ia memiliki kasih yang teramat sempurna itu, ia serupa dengan Gunung Karmel oleh karena perbuatan-perbuatan yang sering dilakukannya, baik kepada Allah maupun kepada sesama; dan kasih ini, layaknya pohon yang wangi, mengeluarkan harum yang amat semerbak dan manis.
Tetapi, para rabi dan beberapa orang lainnya[13] kelihatannya ingin semakin memperlihatkan bahwa sang Mempelai ilahi itu, sewaktu Ia berbicara tentang kekasihnya yang tercinta, memaksudkan kasih; sebab mereka menerjemahkannya sebagai berikut: Kepalamu serupa dengan merah lembayung. Dan juga,[14] pipi dari Mempelai Wanita-Nya itu dibandingkan dengan belahan buah delima yang merah menyala. Bukankah ini semua adalah kasih dari sang Perawan Suci yang dilukiskan dengan lugu? Sebab sang Perawan Suci bukan hanya memiliki kasih, tetapi ia juga telah menerima dengan kepenuhan yang teramat khusus Cinta Kasih itu sendiri. Ia telah mengandung Dia yang penuh cinta kasih, yang membuat-Nya sebagai Cinta Kasih sendiri; sedemikian rupa sehingga perkataan Kidung Agung ini tidak dapat diterapkan dengan lebih baik selain kepada sang Perawan Suci sendiri, sewaktu sang Mempelai Suci, yang menatap kekasih-Nya pada waktu ia beristirahat, tergerak oleh karena belas kasih yang suci, yang membuatnya memohon kepada para putri Yerusalem agar tidak membangunkan Mempelai Wanitanya itu, dengan berkata:[15] Wahai para putri Yerusalem, aku memohon demi kijang-kijang dan rusa-rusa betina di padang agar kalian tidak membangunkan kekasihku yang ada dalam cinta kasih, apalagi jika ia tidak menginginkan atau menghendakinya. Mengapa tidak? Karena ia ada dalam cinta kasih. Atau, menurut suatu versi yang lain:[16] Wahai para putri Yerusalem, aku memohon agar kalian tidak membangunkan kasih dan cinta sendiri, apalagi jika ia tidak menginginkannya; dan kasih itu adalah kekasihku sendiri, yakni, sang Perawan Suci…. Dengan cinta kasih yang memenuhi dirinya, ia dikaruniai dengan kerendahan hati yang mendalam, sebagaimana kesaksian dari perkataannya sewaktu Santa Elisabet memujinya: sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya, segala bangsa akan memujinya dan menyebutnya terberkati.[17]
Tetapi, demi mencegah hal ini untuk menjadi penyebab kebingungan bagi pikiran kita, mari kita menjelaskan bagaiman perkataan ini harus dimengerti. Beberapa doktor menduga bahwa sewaktu Baginda Ratu kita berkata bahwa Tuhan kita telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya, ia bukan bermaksud berbicara tentang kebajikannya, yakni kerendahan hati. Dari antara orang-orang yang berpandangan seperti itu, kita melihat Maldonat,[18] dan beberapa orang lainnya; sebab, mereka menambahkan bahwa walaupun kerendahan hati sang Perawan sangatlah besar, tidakkah ia akan memandang dirinya rendah, tidak pun ia ingin berbicara tentang kerendahan hati, sebab perkataan itu akan berlawanan dengan kerendahan hati itu sendiri. Tetapi, sewaktu ia berkata: Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya, maksudnya adalah kehinaan, ketercelaan, dan rasa malu yang dilihatnya dalam dirinya sendiri, sebab demikianlah kodratnya dan karena ia berasal dari ketiadaan: dalam makna itulah ia hendak meyakinkan bahwa Allah telah memperhatikan kerendahan dari hamba-Nya, sebab orang yang sungguh rendah hati, ujar para doktor, tidak pernah percaya atau melihat bahwa dirinya memiliki kerendahan hati.
Beberapa orang memiliki pendapat yang berlawanan,[19] dan pendapat ini adalah pendapat yang paling mungkin. Mereka menduga bahwa Baginda Ratu kita bermaksud berbicara tentang kerendahan hati, dan bahwa ia sungguh tahu bahwa kebajikan itulah yang telah memikat Putra Allah untuk berada dalam rahimnya. Maka, tiada keraguan bahwa ia tahu kebajikan ini ada dalam dirinya, sebab ia mengenali bahwa kerendahan hati yang dilihatnya berada dalam dirinya tidak berasal dari dirinya sendiri. Bukankah Rasul Agung Santo Paulus mengakui bahwa ia memiliki kasih, melalui perkataan yang sungguh yakin, sehingga ia tampak lebih berbicara dengan kegegabahan daripada kasih? Ia berkata:[20] Siapakah yang akan memisahkan daku dari kasih Yesus Kristus? Rantai, pencobaan, maut, salib, api, pedang? Tidak, tiada suatu hal pun yang akan dapat memisahkanku dari kasih Allah yang adalah Yesus Kristus. Lihatkah anda betapa yakinnya perkataan Rasul ini? Jika ia mengakui bahwa tiada suatu hal pun yang akan dapat memisahkannya dari kasih Allahnya, maka hal itu sama sekali tidak diragukan. Ia pastinya percaya bahwa ia memiliki kasih. Tentunya pula, hal itu tidak diragukan, walaupun sewaktu ia berkata Siapakah yang akan memisahkan daku dari kasih Allahku, harus dimengerti bahwa hal itu demikian adanya berkat rahmat Allah. Maka dari itu, sang Perawan yang mulia tidak kekurangan kerendahan hati, tidak pun ia berbuat salah terhadap kerendahan hati sewaktu ia menyatakan bahwa Allah telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya, sama seperti sewaktu Santo Paulus menulis: Siapakah yang akan dapat memisahkan daku dari kasih? Sebab sang Perawan tahu bahwa dari antara segala kebajikan yang lain, kerendahan hati adalah yang menyentuh dan memikat hati Allah.
Sang Mempelai Laki-Laki, setelah ia mencermati Mempelai Wanita-Nya secara saksama, melayangkan pandangannya kepada alas kaki Mempelainya itu dan kepada langkahnya, yang sungguh menyenangkannya sehingga dirinya yang amat terpikat itu mengakui:[21] Oh, betapa indah sandalmu itu, betapa anggunnya dirimu saat engkau berjalan! Kita juga melihat di dalam Kitab Suci[22] bahwa sewaktu Yudit pergi menemui Holofernes, ia berdandan dengan begitu cantiknya; wajahnya dianugerahi dengan kecantikan yang teramat langka yang pernah terlihat, matanya berbinar-binar, bibirnya keunguan, rambutnya yang terurai tergerai di atas pundaknya. Bagaimanapun, Holofernes tidak terpikat oleh mata, maupun bibir, ataupun rambut Yudit, ataupun segala sesuatu yang baru saja saya katakan tentang dirinya; tetapi sewaktu ia melayangkan padangannya kepada sandalnya dan alas kakinya, yang, seperti yang dapat kita duga, berselubungkan emas dan keanggunan yang memukau, ia pun menjadi terpesona dan tergerak hatinya. Demikianlah Tuhan kita memperhatikan keberagaman dan kecantikan dari kebajikan-kebajikan yang dimiliki oleh Baginda Ratu kita, yang membuatnya luar biasa rupawan, tetapi sewaktu Bapa yang abadi melayangkan pandangannya atas sandalnya atau terompahnya itu, Ia sedemikian terpesona sehingga Ia membiarkan diri-Nya terpukau dan mengutus Putra-Nya, yang menjelma di dalam rahimnya yang teramat suci.
Dan apakah sandal dan terompah dari sang Perawan itu, jika bukan kerendahan hati yang digambarkan oleh alas kakinya, yang merupakan aksesori yang paling hina yang kita kenakan sebagai perhiasan badan, sebab alas kaki senantiasa menyentuh tanah, dan menginjak kotoran serta lumpur. Juga, memang pantas adanya bahwa agar kerendahan hati demikian adanya, dengan terus menjadi rendah, kecil, dan berada di kaki semua orang. Kerendahan hati adalah landasan dan fondasi dari kehidupan rohani, sebab kerendahan hati senantiasa hendak berada terlentang di tanah dan di dalam ketiadaan dan kehinaannya. Kerendahan itulah yang diperhatikan oleh Allah di dalam diri sang Perawan Suci, dan perhatian-Nya itulah sumber dari segala kebahagiannya, dengan demikian, ujarnya, oleh karena itu, ia akan dinyatakan sebagai terberkati dari antara segala ciptaan, dari keturunan yang satu sampai keturunan yang lain. Maka dari itu, sewaktu Baginda Ratu kita berkata bahwa Allah telah memperhatikan kerendahannya, ia merenungkan dirinya sendiri baik tentang kodrat dari dirinya maupun keberadaan yang dimilikinya, suatu hal yang membuatnya menjadi rendah.
Abraham, yang memiliki iman yang sedemikian besarnya sehingga ia tidak dapat tidak mengenali karunia-karunia Allah di dalam dirinya, bagaimanapun mengakui sebagaimana yang tertulis di dalam kitab Kejadian,[23] bahwa ia hanyalah debu dan abu … Demikian pula, sang Perawan, yang merenungkan kehidupannya yang amat suci dan amat murni, melihat bahwa kehidupannya itu baik, dan karena ia melihat di dalam kerendahan hati dirinya sendiri, ia dapat berkata dengan makna bahwa Allah telah memperhatikan kerendahan hatinya; tetapi juga dengan makna yang lain, karena ia melihat hinanya dirinya itu, ia berkata bahwa Ia telah memperhatikan kerendahannya, kehinaannya, dan ketercelaannya, dan oleh karena itu, ia akan disebut terberkati.
Tetapi, entah dengan makna yang satu atau yang lain, ia berbicara dengan kerendahan hati yang sedemikian besarnya sehingga ia memperlihatkan dengan jelas bahwa ia memperoleh segala kebahagiaannya karena Allah telah melayangkan pandangan-Nya kepada kecilnya dirinya itu. Itulah mengapa kita dapat mengutarakan perkataan dari Kidung Agung ini kepadanya:[24] Dum esset Rex in accubitu suo, nardus mead edit odorem suum; Cintaku bagiku adalah narwastu yang menyebarkan harum yang semerbak. Narwastu adalah sebuah semak kecil yang mengeluarkan harum yang amat manis. Tanaman ini tidak tumbuh tinggi seperti aras Libanon, dan dengan demikian, tetaplah pendek, dan memberikan harumnya yang amat manis sehingga semua orang yang menghirupnya merasakan sedapnya harumnya itu. Perawan yang kudus dan suci itu adalah narwastu yang berharga yang tidak pernah meninggikan dirinya sendiri oleh karena suatu hal yang telah dilakukan atau dikatakannya; tetapi di dalam kerendahannya dan kecilnya dirinya itu, bagaikan narwastu, ia telah mengeluarkan harum yang sedemikian manisnya sehingga sampai ke takhta Kemegahan ilahi, yang begitu terpikat dan bersukacita sewaktu Ia meninggalkan Surga untuk datang ke atas bumi dan menjelma di dalam rahim yang termurni dari sang Perawan yang tiada tara.
Maka, anda melihat, Saudari-Saudariku yang amat terkasih, betapa kerendahan hati berkenan kepada Allah, dan bagaimana Baginda Ratu kita yang mulia telah dipilih untuk menjadi Bunda dari Tuhan kita karena ia rendah hati. Putranya yang ilahi sendiri memberikan kesaksian sewaktu wanita yang baik itu melihat mukjizat yang baru saja dilakukan-Nya. Melihat gumaman orang-orang Yahudi, wanita itu memandang ke langit dan berseru dengan suara nyaring: Terberkatilah rahim yang telah mengandung diri-Mu dan dada yang telah menyusui-Mu; yang ditanggapi oleh sang Juru Selamat: Barangsiapa mendengar sabda Allah dan menjaganya, ia lebih terberkati.[25] Seolah-olah Ia hendak berkata: Memang benar bahwa Ibunda-Ku terberkati karena ia telah mengandung diri-Ku di dalam rahimnya, tetapi ia jauh lebih terberkati karena ia mendengar perkataan Bapa-Ku yang ilahi dengan rendah hati dan menjaga sabda-Nya itu. Dan di tempat yang lain, sewaktu Ia diberi tahu bahwa Ibunda-Nya ingin menemui-Nya, sang Raja ilahi ini menjawab bahwa orang-orang yang melakukan kehendak Bapa-Nyalah[26] yang adalah Ibunda-Nya dan saudara-saudari-Nya. Ia bukannya tidak ingin mengakui Ibunda-Nya, tetapi Ia ingin membuat orang paham bahwa Ibunda-Nya itu bukan hanya berkenan kepada Allah karena ia telah mengandung diri-Nya, tetapi juga berkat kerendahan hatinya yang menyertai pelaksanaan kehendak-Nya di dalam segala sesuatu.
Tetapi saya melihat bahwa waktunya sudah hampir habis, dan oleh karena itu saya akan harus menyudahi dan melewatkan sedikit waktu yang tersisa dengan membahas cerita dari Injil ini, sebab cerita ini sedemikian indahnya dan manisnya untuk diperdengarkan, menurut saya. Sang Penginjil lantas berkata bahwa sang Perawan bangkit dengan segera dan pergi ke pegunungan Yehuda, untuk memperlihatkan kesegeraan yang harus kita buat untuk menanggapi ilham ilahi; sebab pantas adanya bahwa sewaktu Roh Kudus menyentuh hati, kita harus mengusir segala rasa suam-suam kuku. Ia mencintai kesungguhan dan ketepatan waktu. Ia memusuhi segala penundaan dan keterlambatan dalam pelaksanaan kehendak ilahi.[27] Exurgens Maria; ia segera bangkit dan segera pergi ke pegunungan Yehuda, sebab Anak yang dikandungnya itu sama sekali tidak menyusahkannya, karena Anak itu tidak serupa dengan anak yang lainnya. Sewaktu ia pergi, sang Perawan sama sekali tidak merasakan kesusahan para wanita lainnya, yang berat dan membuat mereka tidak dapat berjalan akibat beratnya anak yang mereka kandung, karena anak-anak itu adalah pendosa. Tetapi, Anak yang dikandung oleh Baginda Ratu kita bukanlah pendosa, melainkan sang Juru Selamat bagi para pendosa dan Ia yang telah datang demi menghapuskan dosa dunia.[28] Sewaktu Baginda Ratu kita pergi, ia sama sekali tidak terbebani, tetapi ia merasa lebih ringan dan lincah. Ia berjalan dengan kesegeraan yang amat besar karena keperawanannya yang murni mendesaknya untuk melakukannya agar ia segera menjadi tersembunyi, sebab para perawan harus terus menjadi tersembunyi dan tampak sejarang mungkin di tengah-tengah gejolak dunia.
Intravit Maria, ia masuk ke dalam rumah Zakharia dan memberi salam kepada saudara sepupunya, Elisabet;[29] ia mengecup dan merangkul saudara sepupunya itu. Demikianlah bagaimana menutup Injil kita ini, sebab waktunya sudah habis. Santo Lukas memang berkata bahwa Maria memberi salam kepada Elisabet, tetapi sehubungan dengan Zakharia, Maria diam seribu bahasa, sebab keperawanan Baginda Ratu kita tidak mengizinkannya untuk memberi salam kepada pria, dan ia ingin mengajarkan kita bahwa para perawan harus melakukan segala sesuatu demi menjaga kemurnian diri mereka. Ada ribuan dokumen tentang segala hal ini, tetapi saya hanya akan membahas secara singkat dan menuntaskan cerita ini. Rahmat dan pertolongan seperti apa, Saudari-Saudariku yang terkasih, yang anda kira jatuh ke atas rumah Zakharia sewaktu sang Perawan masuk ke dalamnya? Jika Abraham menerima rahmat yang begitu banyak karena ia telah menerima tiga Malaikat sebagai tamu di dalam rumahnya,[30] jika Yakub membawa begitu banyak berkat kepada Laban,[31] walaupun Laban adalah seorang pria yang fasik, jika Lot diselamatkan dari penghangusan kota Sodom karena ia telah menyambut dua Malaikat sebagai tamu rumahnya,[32] jika Nabi Elia memenuhi semua bejana dari janda miskin itu,[33] jika Elisa membangkitkan anak dari wanita Sunem,[34] pada akhirnya, jika Obed Edom menerima begitu banyak pertolongan dari Surga karena ia telah menyambut Tabut Perjanjian ke dalam rumahnya,[35] rahmat seperti apa dan betapa banyaknya berkat surgawi yang turun ke atas rumah Zakharia, di mana masuk Malaikat penasihat agung,[36] Yakub yang sejati itu dan Rasul ilahi, Tabut Perjanjian yang sejati, Tuhan kita yang terkandung di dalam rahim Baginda Ratu kita!
Tentunya, segenap rumah itu penuh dengan sukacita: sang anak melonjak, sang bapa kembali dapat berbicara, sang ibu dipenuhi dengan Roh Kudus dan menerima karunia nubuat, sebab sewaktu ia melihat Baginda Ratu yang suci itu masuk ke dalam rumahnya, ia berseru: Bagaimanakah hal ini terjadi kepadaku bahwa ibu dari Allahku datang mengunjungi daku?[37] Anda lihat, ia menyebut sang Perawan sebagai Ibu sebelum ia melahirkan, suatu hal yang berlawanan dengan adat, karena para wanita tidak disebut ibu sebelum mereka melahirkan, karena sering kali mereka mengalami kelahiran yang menyedihkan. Tetapi Santa Elisabet sungguh tahu bahwa sang Perawan akan melahirkan dengan bahagia, dan itulah sebabnya ia sama sekali tidak kesulitan untuk menyebutnya sebagai Ibu sebelum Maria menjadi seorang Ibu, sebab ia yakin bahwa ia akan menjadi seorang ibu, dan bukan Ibu dari manusia semata, melainkan dari Allah; maka dari itu, ia tertegun bahwa Putri semacam itu datang mengunjunginya.
Lalu ia berkata:[38] Terberkatilah engkau, ya Nyonya, sebab engkau telah percaya; dan juga, terberkatilah engkau di atas segala wanita. Di sini kita melihat betapa besarnya karunia nubuat yang diterimanya, sebab ia berbicara tentang hal-hal di masa lalu, di masa kini, dan di masa depan. Engkau terberkati sebab engkau telah percaya akan segala sesuatu yang telah dibicarakan oleh sang Malaikat kepadamu, karena engkau telah memperlihatkan dalam perbuatanmu bahwa imanmu lebih besar daripada iman Abraham.[39] Engkau telah percaya bahwa yang perawan dan yang mandul akan mengandung, suatu hal yang melampaui kodrat alami: demikianlah hal di masa lalu yang diketahuinya melalui rahmat nubuat. Sehubungan hal yang akan datang, ia melihat melalui karunia itu bahwa sang Perawan akan terberkati di antara segala wanita, dan ia juga menyerukannya. Ia juga berkata tentang masa kini, dengan menyebutnya Ibu dari Allah. Di samping itu, Santa Elisabet menambahkan bahwa anak yang dikandungnya telah melonjak dengan sukacita sewaktu sang Perawan datang. Tentunya, tidaklah mengejutkan jika Santo Yohanes melonjak dengan sukacita sewaktu didatangi oleh Juru Selamatnya, sebab Tuhan kita berkata sewaktu Ia berbicara kepada orang-orang Yahudi:[40] Abraham bapa kalian bersukacita sewaktu ia melihat dalam karunia nubuat itu hari-Ku datang, hari yang kalian lihat. Dan jika semua Nabi merindukan sang Mesias yang terjanji di dalam Hukum Lama dan bersukacita sewaktu mereka tahu bahwa segala sesuatu akan tergenapi pada waktunya, betapa kita dapat menduga besarnya sukacita yang memenuhi Santo Yohanes sewaktu ia melihat di seberang rahim ibundanya sang Mesias sejati yang terjanji, Idam-Idaman para Bapa Bangsa,[41] yang datang mengunjunginya demi memulai melalui dirinya karya Penebusan kita dengan merenggutnya dari lumpur dosa asal!
Ya betapa, Saudari-Saudariku yang amat terkasih, betapa anda sekalian harus dipenuhi dengan sukacita sewaktu anda dikunjungi oleh Juru Selamat ilahi ini pada Sakramen Mahakudus di altar, dan oleh rahmat rohani yang anda sekalian terima setiap harinya dari Kemegahan ilahi melalui begitu banyak ilham dan perkataan yang dikatakan-Nya kepada hati anda; sebab Ia selalu dekat untuk mengetuk pintu dan berbicara kepada anda[42] tentang apa yang Ia hendaki agar anda perbuat demi cinta akan diri-Nya. Ah! Betapa besarnya perbuatan syukur yang wajib anda lakukan kepada Tuhan atas pertolongan yang begitu banyak ini! Betapa anda harus mendengarkan-Nya dengan perhatian yang besar dan melaksanakan kehendak-kehendak ilahi-Nya dengan setia dan segera!
Sang Perawan yang amat suci itu, sewaktu ia mendengar bahwa saudara sepupunya Elisabet berkata memujinya, merendahkan dirinya dan menyerahkan segenap kemuliaan kepada Allah; lalu sambil mengakui bahwa semua kebahagiaannya itu, seperti yang telah saya katakana, berasal dari Ia yang telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya, ia memadahkan kidung Magnificat yang cantik dan mengagumkan itu,[43] kidung yang melampaui segala sesuatu yang telah dinyanyikan oleh para wanita lainya: lebih agung daripada kidung Yudit,[44] sama sekali lebih cantik daripada kidung yang dinyanyikan oleh saudari Musa setelah anak-anak bangsa Israel telah menyeberangi Laut Merah dan setelah Firaun dan orang-orang Mesir terkubur di dalam airnya,[45] pendek kata, lebih cantik daripada yang telah dinyanyikan oleh Simeon[46] dan daripada segala nyanyian yang telah disebutkan oleh Kitab Suci.[47]
Ya Saudari-Saudariku yang terkasih, anda yang memiliki sang Perawan sebagai Ibunda, para putri dari Kunjungan Baginda Ratu kita dan dari Santa Elisabet, anda harus berusaha keras untuk meneladaninya, terutama dalam kerendahan hati dan kasih, yang merupakan kebajikan-kebajikan utama yang membuatnya melakukan Kunjungan ini. Anda oleh karena itu harus bersinar terutama dalam kebajikan-kebajikan ini, sambil membawa diri anda dengan amat segera untuk mengunjungi Saudari-Saudari anda yang sakit, dan saling melegakan dan membantu dengan santun satu dengan yang lain di dalam kelemahan diri anda, baik yang rohani maupun yang jasmani; dan manakala perkaranya adalah untuk mempraktikkan kerendahan hati dan kasih, anda harus bergegas dengan perhatian dan kesegeraan yang istimewa, sebab anda lihat, tidaklah cukup bagi putri dari Baginda Ratu kita untuk berpuas diri berada di dalam rumah Kunjungan dan menyandang kerudung Rohaniwati. Perbuatan semacam itu akan menyalahi Ibunda semacam itu, akan menjadi kebusukan untuk berpuas diri dalam hal itu; tetapi anda harus meneladaninya dalam kesucian dan kebajikannya. Ya Saudari-Saudariku, kerahkanlah perhatian yang besar untuk membentuk hidup anda sehingga menyerupai hidupnya; jadilah anda lembut, rendah hati, penuh kasih, dan santun, dan muliakanlah Tuhan bersamanya dalam hidup ini. Semoga jika anda melakukannya dengan setia dan rendah hati di dalam dunia ini, anda pasti akan memadahkan di Surga, bersama Perawan yang sama ini, kidung Magnificat itu; dan memberkati melalui kidung suci itu Kemegahan ilahi, dan anda akan diberkati olehnya sampai segala keabadian, ke mana kita dituntun oleh Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Amin.”
Catatan kaki:
Disadur dari sumber berbahasa Prancis:
Œuvres de saint François de Sales [Karya-Karya Santo Fransiskus de Sales], T. IX – Khotbah Volume III, Annecy, Imprimerie J. Niérat, 1847, hal. 157-169.
[1] Khotbah ini, yang secara keseluruhan mengacu pada halaman 169 kepada ‘rumah Kunjungan’ membuktikan bahwa khotbah ini telah diwartakan pada suatu masa di mana Institusi itu telah mengalami suatu perkembangan. Maka, bukanlah hal yang ganjil untuk mengatribusikan kepada khotbah ini tahun 1618, tahun di mana Kongregasi itu telah memiliki empat Biara. Di samping itu, ada berbagai alasan yang diberikan oleh Tawarikh Institusi itu yang tidak mengizinkan untuk menduga bahwa khotbah ini diberikan pada suatu masa yang sebelumnya.
[2] Lucae, I, 36.
[3] Salmeron (loquens de milliarib. German.), Comment. in loc. Lucae; post B. Canisium, de Maria Deip., 1. IV, c.m.
[4] Theophyl. Enarr., in loc. Lucae; Calvin., Harm. Evang., in eundem locum.
[5] Ayat. 45.
[6] Lucae, I, 6.
[7] Lucae, I, 13, 18-20.
[8] Cf. opusc. Vitis Myst., c. xxxii, et De Modo bene vivendi, c. LI, inter Op. S. Bern.
[9] Lucae, I, 35.
[10] Ibid., v. 76.
[11] Vide B. Canisium, De Corrupt. Verbi Dei, c. x.
[12] Cap. viii, 5.
[13] Aben Esra, Santes Apgninus, alii.
[14] Cant., IV, 3, VI, 6.
[15] Cap. II, 7, III, 5.
[16] Ibrani, Suryani, Arab.
[17] Lucae 1, 48.
[18] Comm. In Luc., ad locum.
[19] S. Aug., Expos. in Magnif., et serm. ccviii (in Append.); S. Bern., homil. I super Missus est, et ubi infra, p. 164.
[20] Rom, viii, 35-39.
[21] Cap. vi, 1.
[22] Judith, X, e, xvi, 19, ii.
[23] Cap. xviii, 27.
[24] Cap. i, ii. Cf. S. Bern., serm. xlii in Cant.
[25] Lucae, xi, 27, 28.
[26] Matt., xii, 47-50.
[27] Cf. S. Ambr., in locum Lucae.
[28] Joan., I, 29.
[29] Lucae, I, 40.
[30] Gen., xviii.
[31] Ibid., xxix.
[32] Ibid., xix.
[33] III Reg., xvii, 10-16.
[34] IV Reg., iv.
[35] II Reg., vi, 10, 11.
[36] Is., ix, 6; juxta Septuag.
[37] Lucae, I, 41-44, 64.
[38] Vers. 45, 42.
[39] Cf. Genes., xvii, 17.
[40] Joan., viii, 56.
[41] Aggaei, ii, 8.
[42] Apoc., iii, 20.
[43] Lucae, I, 46-55.
[44] Judith, xvi, 1-21.
[45] Exod., xv, 1-21.
[46] Lucae, ii, 29-32.
[47] Cf. tom. praced. Hujus Edit, pp. 206-208.
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 4 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 4 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 4 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 4 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 6 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 7 bulanBaca lebih lanjut...