I.
“Karena Yesus tahu bahwa tiba saatnya bagi diri-Nya untuk pergi dari dunia ini untuk berpulang kepada Bapa; sebagaimana Ia telah mengasihi orang-orang milik-Nya yang ada di dunia, Ia pun mengasihi mereka sampai akhirnya.[1] Karena Ia tahu bahwa tiba saatnya bagi diri-Nya untuk wafat dan meninggalkan dunia ini, dan karena Ia hingga saat ini bahkan telah mengasihi manusia dengan cinta yang sedemikian besarnya, Ia ingin memberikan mereka bukti cinta kasih-Nya yang terbesar. Lihatlah diri-Nya terduduk di meja, terbakar sepenuhnya dengan kasih. Ia berpaling kepada para murid-Nya seraya berkata, Dengan kerinduan Aku telah rindu untuk makan Paskah ini bersama kalian.[2] Para murid-Ku (dan Ia lalu mengatakan hal yang sama kepada kita semua) tahu bahwa Aku tidak merindukan suatu hal pun di sepanjang hidup-Ku selain untuk makan perjamuan malam ini bersama kalian; sebab setelahnya, aku Aku akan mengorbankan diri-Ku sendiri untuk keselamatan kalian.
Ya Yesusku, itukah mengapa Engkau dengan semangat yang membara rindu menyerahkan hidup-Mu demi kami, ciptaan-Mu yang malang? Ah! Kerinduan-Mu ini membakar hati kami dengan kerinduan untuk menderita dan mati demi cinta akan diri-Mu, sebab Engkau sungguh sudi menderita dan mati demi cinta bagi diri kami. Ya Penebus yang terkasih, buatlah kami mengetahui apa yang Kaukehendaki dari ridi kami: kami hendak berkenan kepada-Mu dalam segala hal. Kami ingin menyenangkan-Mu, untuk setidaknya membalas secara Sebagian cinta-Mu yang besar kepada kami. Hendaknya Kau semakin kobarkan api yang terberkati ini di dalam diri kami: hendaknya api ini membuat kami melupakan dunia dan diri kami sendiri, agar sejak hari ini pikiran kami hanya tertuju untuk menjadi berkenan kepada hati-Mu yang penuh kasih.
II.
Lihatlah anak domba Paskah terduduk di meja, gambaran Juru Selamat kita; sebagaimana anak domba itu dihabiskan pada perjamuan malam, demikian pula, pada hari berikutnya, dunia akan menyaksikan di atas altar salib Yesus Kristus, Anak Domba Allah, dihabisi oleh siksaan. Maka, ia bersandar di dada Yesus.[3] Berbahagialah engkau, ya Yohanes yang terkasih, engkau yang menyandarkan kepalamu di dada Yesus, engkau yang pada waktu itu memahami cinta kasih yang lembut dari Penebus yang penuh cinta ini terhadap jiwa-jiwa yang mengasihi-Nya! Ya, Tuhanku yang manis, Engkau telah mencurahkan diriku dengan rahmat yang serupa. Ya, aku pun telah merasakan kelembutan dari rasa saying-Mu kepadaku, sewaktu Engkau sungguh menghiburku dengan terang surgawi dan rasa manis rohani; tetapi, setelah segala curahan rahmat-Mu, Aku tidak setia kepada-Mu. Ah, janganlah biarkanku kembali hidup secara durhaka kepada kebaikan-Mu. Aku ingin menjadi milik-Mu sepenuhnya: terimalah diriku dan tolonglah diriku.
III.
Ia bangkit dari perjamuan malam itu, dan menanggalkan jubah-Nya, dan Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya kepada pinggang-Nya. Setelah itu, Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki para murid dan menyeka kaki mereka dengan kait yang terikat kepada pinggang-Nya itu.[4]
Ya jiwaku, lihatlah Yesusmu bangkit dari meja, menanggalkan jubah-Nya, dan mengambil sehelai kain putih dan mengikatkannya kepada pinggang-Nya: Ia lalu menuang air ke dalam sebuah basi, berlutut di depan para murid-Nya, dan mulai membasuh kaki mereka. Lalu, sang penguasa alam semesta, Putra tunggal Allah, merendahkan diri-Nya sendiri untuk membasuh kaki ciptaan-Nya. Ya Malaikat, apakah yang kalian katakan? Akan menjadi suatu kehormatan besar seandainya Yesus Kristus telah mengizinkan mereka, seperti yang dilakukan-Nya kepada Magdalena, untuk membasuh kaki-Nya yang ilahi dengan air mata mereka. Tetapi tidak, Ia hendak menempatkan diri-Nya sendiri di kaki para hamba-Nya demi memberikan kepada kita, pada akhir hidup-Nya, teladan kerendahan hati yang besar ini, dan bukti akan cinta kasih yang besar yang dimiliki-Nya kepada manusia.
Dan, Ya Tuhan, akankah kami senantiasa berbangga diri untuk tidak menanggung cemoohan, atau kelalaian yang terkecil pun, tanpa segera merasakan rasa kesal, dan berpikir untuk membalas dendam, setelah kami, akibat dosa-dosa kami, pantas diinjak-injak oleh para iblis di dalam Neraka? Ah Yesusku, teladan-Mu telah membuat penghinaan dan olok-olok menjadi menyenangkan bagi diri kami. Sejak waktu ini, aku berniat menanggung setiap penghinaan dan cemoohan demi cinta akan diri-Mu.”
Catatan kaki:
The Complete Works of Saint Alphonsus de Liguori – The Passion and the Death of Jesus Christ [Karya Lengkap Santo Alfonsus de Liguori – Sengsara dan Wafat Yesus Kristus], disunting oleh Rev. Eugene Grimm, Vol. V, New York, Cincinnati, dan St. Louis, Benziger Brothers, 1887, hal. 169-171.
[1] ‘Sciens Jesus quia venit hora ejus, ut transeat ex hoc mundo ad Patrem, cut dilexisset suos … in finem dilexit eos.’ – Yohanes, xiii. 1.
[2] ‘Desiderio desideravi hoc pascha manducare vobiscum, antequam patiar.’ – Lukas xxii. 15.
[3] ‘Cum recubuisset ille supra pectus Jesu.’ – Yohanes xiii. 25.
[4] ‘Surgit a cœna, et ponit vestimenta sua; et cum accepisset linteum praecinxit se. Deinde mittit aquam in pelvim, et cœpit lavare pedes discipulorum, et extergere linteo quo erat praecinctus.’ – Yohanes xiii. 4-5.
Khotbah yang bagus