^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Tentang Pelarian dari Hal-Hal yang Menuntun kepada Dosa - Khotbah St. Leonardus
KHOTBAH UNTUK MINGGU PERTAMA DARI MASA PRAPASKAH
Tentang Pelarian dari Hal-Hal yang Menuntun kepada Dosa
Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai oleh Iblis (Santo Matius, iv, 1)
I. Betapa anehnya peperangan yang kita menangkan dengan melarikan diri, di mana kita dikalahkan dengan menghadapi musuh. Adalah suatu hal yang pasti bahwa hidup kita adalah suatu peperangan yang senantiasa berlangsung; dan dengan mengikuti panji Kristus, kita memaparkan diri kita kepada serangan-serangan dari begitu banyak musuh. Tetapi, strategi pertempuran dari Yesus Kristus berbeda adanya dari strategi pertempuran dunia! Di sini, pelarian diri adalah tindakan pengecut; lencana militer dicabut dari serdadu yang melarikan diri; dan hidupnya ditandai dengan noda yang tak terhapuskan. Dalam kasus serdadu Kristus, sebaliknya, tindakan yang termulia adalah untuk melarikan diri. Kidung kejayaan dari para pemenang Gereja yang kudus dinyanyikan bagi tindak pelarian diri; untuknyalah tangan seseorang dihiasi dengan daun palma; dan agar tidak seorang pun dapat memandang tindakan itu sebagai suatu hal yang memalukan, Pemimpin kita memberikan suatu lambang di dalam pribadi-Nya sendiri. Tentang hal memerangi musuh-Nya, Ia mencari suatu tempat yang tak dihuni dan melarikan diri ke padang gurun: Ia dibawa oleh Roh ke padang gurun; dan Ia tidak ingin berurusan dengan lebih dari satu musuh, tetapi Ia ingin bertarung satu melawan satu dengan Iblis: untuk dicobai oleh Iblis. Betapa besar misteri ini! Putra Allah, yang begitu siap dengan senjata-Nya, menguatkan diri di padang gurun, dan hanya ingin bertarung dengan satu musuh saja: dan manusia, yang begitu lemahnya, pergi mencari musuh di dalam rumahnya sendiri, di dalam pesta senja, di dalam pesta dansa, di dalam percakapan, bukan hanya melawan Iblis, tetapi juga hal-hal yang menuntun kepada dosa. Betapa lancang dirinya itu! Bukalah mata, wahai engkau yang sengaja membutakan matamu sendiri; belajarlah dari Tuhan kita semboyan keselamatan ini, bahwa di dalam pertempuran melawan Neraka, semakin kita melarikan diri dari musuh, semakin kita mendekati kemenangan; semakin kita seorang diri, semakin kita menjadi suci; semakin kita memojokkan diri ke dalam kesendirian, semakin kita menjadi aman. Ke padang gurun! Jika perlu ke padan gurun! Marilah kita menguburkan diri kita di dalam gua yang terpencil, untuk menghindari segala hal yang menuntun kepada dosa. Tidakkah anda mengeluh bahwa anda setiap hari dikejar oleh begitu banyak godaan, dan anda hampir tidak memiliki waktu untuk bernapas? Lalu mengapakah anda mencobai diri anda sendiri, dengan memaparkan diri anda setiap harinya kepada begitu banyak penyebab dosa dengan kunjungan-kunjungan tersebut, hubungan-hubungan tersebut, persahabatan-persahabatan tersebut, permainan-permainan tersebut, perkumpulan-perkumpulan tersebut, pesta pora tersebut? Bagaimanakah anda mendapatkan keamanan di tengah-tengah bahaya yang begitu banyak, dan bagaimanakah anda dapat menjadi begitu gegabah dengan jatuhnya diri anda yang begitu sering terjadi? Pada hari ini saya ingin menghentikan kebebasan palsu itu, dan mengentaskan pada waktu yang sama kebutaan anda, dengan menunjukkan kepada anda bahwa bahaya yang terbesar dari godaan-godaan, adalah dengan memaparkan diri kepada hal-hal yang menuntun kepada dosa, itulah yang akan menjadi poin pertama; dan bahwa obat yang paling mujarab untuk melawan godaan-godaan adalah untuk menghindari hal-hal yang menuntun kepadanya, itulah yang akan menjadi poin kedua. Dengan tidak melarikan diri, seseorang mengalami kekalahan; dan dengan melarikan diri, seseorang mencapai kemenangan.
II. Adalah suatu semboyan dari para teolog yang teragung bahwa di dalam godaan-godaan yang terkuat dan terdashyat, suatu pertolongan rahmat Allah yang khusus dibutuhkan untuk memperoleh kemenangan. Itulah yang diajarkan oleh Suarez, yang mengikhtisarkan apa yang diajarkan oleh semua Doktor kuno dan modern: Di dalam keadaan-keadaan, ujarnya kepada kita, kehendak bebas, yang tak memiliki pertolongan khusus dari rahmat, pasti akan jatuh; dan pendapat itu diterima secara umum di kalangan para teolog. Di samping itu, para moralis mengajarkan kepada kita bahwa suatu objek yang hadir mengusik kehendak dengan jauh lebih efektif daripada sewaktu objek itu tidak hadir: objek itu mengusik kehendak jauh lebih efektif dengan menggunakan rupa-rupanya yang hidup, yang kita sebut sebagai spesies diri, daripada dengan menggunakan warna-warna yang diturunkan, yang kita sebut sebagai spesies abstrak. Iblis, memang, demi menggerakkan Tuhan kita Yesus Kristus, tidak menunjukkan kepada-Nya dunia yang digambarkan di atas suatu peta geografis; tetapi ia menunjukkan dunia di hadapan mata-Nya dari atas sebuah pegunungan. Ostendens illi omnia regna mundi. Dan tanpa memerlukan banyak alasan, setiap orang mengetahuinya melalui pengalaman. Sebab, sewaktu anda haus atau lapar, tidakkah anda merasakan kehausan atau selera makan anda lebih dibangkitkan dengan melihat suatu mata air yang mengalir atau suatu meja yang dipenuhi hidangan-hidangan yang memikat, daripada dengan melihat hal-hal tersebut terlukis di atas sebuah kanvas? Objek yang hadir memiliki suatu hal yang khas dalam dirinya sehingga menggoda pancaindra, memikat pikiran, dan menarik kehendak. Atas kedua dasar teologi dan filsasat yang telah kita tetapkan inilah kita akan melangsungkan wacana kita. Jiwa kita begitu lemahnya sehingga, sewaktu jiwa diserang oleh suatu godaan yang kuat, jiwa kita jatuh jika tidak disertai oleh suatu pertolongan khusus dari Allah; jiwa tidak melawan, sebab jiwa itu lamban dan lemah; dan kelemahan ini, hendaknya anda mengenalinya, adalah suatu dampak dari dosa asal, yang telah membuat akal budi menjadi gelap, menempatkan kehendak di atas tebing yang licin, membangkitkan gairah, sehingga di hadapan godaan tertentu yang menekan, bahkan jika objeknya tidak hadir, yakni, tanpa hal-hal yang menuntun kepada dosa, jiwa mengalami bahaya terjatuh. Engkau melihat, ujar Santo Agustinus, hal apa yang bertarung di dalam dirimu, dari dirimu melawan dirimu. Jika demikian adanya, jika ada di dalam diri kita seorang musuh yang memerangi diri kita; jika kita tidak mampu meloloskan diri dari bahaya, bahkan dengan melarikan diri dalam kesendirian, apakah yang harus dikatakan kepada mereka yang lemah, yang bersalah atas begitu banyak dosa, di dalam posisi yang begitu berbahaya, tanpa kekuatan, yang gairahnya begitu kuat, yang masih akan melawan hal-hal yang menuntun kepada dosa? Tidakkah jelas adanya, bahwa mereka akan jatuh ke dalam jurang? Maka, anda melihat bahwa jika benar adanya, sebagaimana yang akan saya buktikan kepada anda, bahwa bahaya yang paling besar dari godaan-godaan adalah dengan memaparkan diri kepada godaan-godaan tersebut, dan bahwa dengan tidak melarikan diri dari godaan-godaan tersebut, seseorang akan jatuh.
III. Marilah kita melihat apa yang melandasi keyakinan yang gila dari orang-orang yang memaparkan dri kepada hal-hal yang menuntun kepada dosa, dengan intensi untuk tidak berdosa; dan marilah mencermati apakah harapan itu adalah harapan yang legitim, ataukah suatu keberpura-puraan yang lancang. Tampaknya bagi saya bahwa mereka melandasi keyakinan mereka yang gila itu atas tiga anggapan, ketiganya adalah anggapan yang salah: mereka beranggapan bahwa hal-hal tersebut tidak cukup kuat untuk membuat mereka jatuh; mereka beranggapan bahwa mereka memiliki kekuatan yang cukup untuk membuat perlawanan; mereka beranggapan pada akhirnya bahwa Allah akan menolong mereka dengan rahmat-nya. Mereka tidak melawan hal-hal yang menuntun kepada dosa itu dengan cukup, dan mereka terlalu memercayakan diri mereka kepada Allah; tetapi betapa mereka salah! Adapun hal-hal yang menuntun kepada dosa, siapakah yang tidak tahu bahwa hal-hal itulah yang menjadi lubang di mana begitu banyak orang kudus terperosok, mereka yang bagaikan aras Libanon, yang terbiasa bertarung menghadapi badai godaan yang begitu kuat, dan yang, sekalinya ditempatkan di hadapan hal-hal yang menuntun kepada dosa, mereka pun jatuh. ‘Berapa banyak pria, ujar Santo Agustinus, yang saya lihat dengan mata kepala saya sendiri, terperosok akibat hal-hal yang menuntun kepada dosa, para pria yang telah menjadi gembala bagi orang-orang, pengajar bagi dunia, teladan kesucian, dan yang kejatuhannya saya sama sekali tidak akan terka layaknya seorang Hieronimus atau Ambrosius!’ Ada kabar bahwa dahulu di Etiopia, terdapat seorang penyihir perempuan yang begitu menggoda sehingga sewaktu seseorang memandang wajahnya, ia pun akan langsung jatuh cinta kepadanya. Ah! Itulah yang paling pasti dari hal-hal yang menuntun kepada dosa, sebagaimana yang diyakinkan oleh Allah sendiri kepada bangsa Ibrani, sewaktu Ia berbicara tentang para wanita asing: Pastinya, Ia berkata kepada mereka, mereka akan menyesatkan hati kalian; karena, dengan menggambarkan kepada khayalan suatu objek yang menyenangkan, mereka akan begitu membelai pancaindra sehingga setelah akal budi tergoda, kehendak pun tergerakkan dan bergegas menuju segala jenis kejahatan. Itulah kesalahan dari mereka yang percaya bahwa diri mereka mampu memuaskan diri hanya dengan merasakan di dalam pikat dari hal-hal yang menuntun kepada dosa buah dari kepuasan yang tak bersalah, tanpa bersetuju kepada suatu dosa pun. Saya akan pergi ke pertunjukkan ini, ujar seorang, bukan untuk melakukan kejahatan di sana, tetapui untuk mendapatkan kenikmatan dari suatu sandiwara yang dimainkan dengan baik, dari intrik-intrik yang baru, dari suatu nyanyian yang merdu; saya akan membaca novel ini, bukan untuk berdosa, tetapi hanya untuk mengagumi di dalamnya luhurnya pikiran, kefasihan gaya menulis dan kemurnian perkataan. Saya akan pergi ke pesta senja ini, ke hiburan yang satu ini; saya akan bergaul dengan bebas bersama orang ini, bukan untuk melakukan kejahatan, tetapi untuk melewatkan waktu di dalam suatu masyarakat yang jujur, di dalam hiburan yang ringan serta cinta yang platonik. Diamlah, saya mohon, diamlah; anda tidak memberikan alasan yang logis, anda berada dalam kegilaan: bukanlah kepercayaan yang anda miliki, melainkan kelancangan dan kegegabahan; saya juga tidak takut untuk berkata kepada anda bahwa anda akan jatuh ke dalam berbagai jenis dosa. Anda akan jatuh, karena pendapat anda, bahwa untuk memisahkan dosa dari hal-hal yang menuntun kepada dosa sedemikian sulitnya, sehingga Bapa yang Abadi tidak ingin memaparkan kepada bahaya yang sedemikian besarnya para malaikat di Surga, tidak pun Tuhan kita para rasul-nya di atas bumi. Para malaikat berdosa di Surga, dan segera setelahnya, Allah membuka Neraka dan mencampakkan mereka ke dalamnya. Mengapa sedemikian segeranya? Kepala biara Rupert memberikan kita alasannya dengan menafsirkan perkataan di kitab Kejadian: Ia memisahkan cahaya dari gelap gulita: ‘Ia tidak menghendaki, ujarnya, untuk membiarkan suatu saat pun para malaikat pembangkang berada bersama para malaikat baik, agar para malaikat pembangkang tidak menyeret para malaikat baik bersama mereka di dalam pemberontakan mereka.’ Camkanlah hal itu, anda yang berkata: saya akan pergi ke pesta senja itu, bersama teman-teman ini, tetapi bukan untuk melakukan kejahatan. Allah sendiri tidak memandang para malaikat-Nya berada dalam keamanan di dalam Surga, di hadapan mata-Nya, tanpa hal-hal lain yang dapat menjerumuskan mereka ke dalam dosa selain kedekatan dengan para malaikat jahanam dan anda ingin bermain, bersenda gurau, bergaul dengan amat bebas bersama ia yang hanya berbeda dari Iblis karena Iblis hanya semata-mata suatu roh dan ia sepenuhnya adalah daging? Dan kebebasan itu, anda menyebutnya sebagai sopan santun dan rekreasi tak berdosa? Yudas berdosa dengan mengkhianati Tuannya, dan segera setelahnya Tuhan kita Yesus Kristus mengusir Yudas dari dewan Apostolik, untuk mencegah agar teladannya jangan sampai menyeret para rasul lainnya, sebagaimana yang diajarkan kepada kita oleh Kepala biara Isakh. Anda melihat betapa besar perkara yang dibuat oleh Allah terhadap hal-hal yang menuntun kepada dosa… Tetapi, anda akan berkata, saya hanya ingin memperoleh beberapa kenikmatan bagi mata saya. Baiklah, tetapi anda tidak melihat rantai dosa yang akan menyeret anda dengan melihat objek itu, sebab penglihatan lazimnya menuntun kepada pikiran, pikiran kepada kenikmatan, kenikmatan kepada persetujuan, persetujuan kepada tindakan, tindakan kepada kebiasaan, kebiasaan kepada kebutuhan moral, kebutuhan kepada kemustahilan moral untuk mengoreksi diri, kemustahilan kepada keputusasaan dan pengutukan. Oh! Terkutuklah hal-hal yang menuntun kepada dosa! Lihatlah jika tidak benar adanya bahwa godaan-godaan tanpa hal-hal yang menuntun kepadanya, adalah meriam tanpa peluru, tetapi godaan-godaan yang dipersatukan dengan hal-hal yang menuntun kepadanya, adalah tebing yang curam bagi jiwa-jiwa yang malang.
IV. Orang jangak pun menjawab: Saya melihat bahwa maksud khotbah ini adalah untuk mengisi pikiran saya dengan beratnya suara hati. Apa gunanya ketakutan dan kegundahan yang begitu besar? Lantas kita semua perlu masuk biara, atau menjadi rahib, atau selamanya menyangkal Firdaus: sebab jika kejahatan dari hal-hal yang menuntun kepada dosa sepasti yang telah dikatakan oleh khotbah ini, dan jika di sisi lain kita tidak dapat hidup di dalam dunia tanpa dikelilingi oleh hal-hal yang menuntun kepada dosa, kita menjadi terdorong kepada keputusasaan, di bawah dalih untuk mengoreksi diri kita. Tetapi hal-hal semacam itu adalah hal-hal yang baik untuk menakut-takuti anak-anak; tidaklah benar adanya bahwa di dalam hal-hal yang menuntuk kepada dosa terdapat kejahatan yang sebegitu besarnya seperti yang dikatakan; kita hanya perlu memaparkan diri kepada hal-hal tersebut dengan intensi untuk tidak bersetuju kepada daya pikat hal-hal tersebut; sebab jika kita memiliki di dalam diri kita kekuatan yang cukup untuk melawannya, kita mengelabuhi diri sendiri dengan menyebut sebagai kegegabahan suatu hal yang hanya merupakan tekad dari jiwa yang pemberani. – Di sini kita melihat anggapan yang kedua, yang sama tidak benarnya dan sama gegabahnya dengan yang pertama. Tidak terdapat kejahatan di dalam hal-hal yang menuntun kepada dosa kejahatan yang sebesar yang telah kita katakan. Atas dasar apa anda dapat menuturkan dalil yang bahkan ragu diucapkan oleh Iblis dendiri? Apakah anda percaya bahwa anda memiliki kekuatan yang cukup untuk melawan? Tetapi, saya berkata... apakah gairah-gairah anda sudah anda jinakkan sedemikan rupa seperti para kudus dan para pelayan Allah? Tetapi bagaimanapun, mereka menakuti; mereka melarikan diri ke padang gurun, ke kuburan; dan karena mereka tidak dapat menemukan keamanan, mereka selalu hidup dalam kesedihan, dengan gundah, tuli, buta, dan bisu secara sukarela, mereka berpakaian lusuh, tidak makan dengan cukup, dan selalu berjaga-jaga dan senantiasa menderita. Saya terkejut setiap kali saya merenungkan tanggapan yang diberikan oleh Santo Hieronimus kepada Vigilantius, yang bertanya kepadanya apakah yang ia takuti, dan mengapa ia tidak hidup di kota, tetapi ia pergi menguburkan dirinya di dalam padang gurun. ‘Aku tahu apa yang kutakuti,’ ujar sang peniten kudus itu, ‘aku takut akan segala bahaya yang mengelilingi dirimu; aku menakuti pertentangan-pertentangan yang menuntun kepada amarah; saya takut akan percakapan-percakapan yang sia-sia; aku takut akan ketamakan yang tegar dan keras; aku takut akan tatapan-tatapan yang tak senonoh.’ Dan seakan-akan tidak cukup baginya untuk mengungkapkan diri secara demikian, ia tidak malu untuk menambahkan perkataan ini, yang saya tidak akan berani ulangi, andaikata perkataan ini tidak datang dari mulutnya sendiri: Timeo ne capiat me oculus meretricis. Dan Vigilantius menanggapi bahwa ujarannya itu adalah pelarian diri seorang pengecut, dan bukan kemenangan seorang pemberani. ‘Kesabaran, ujar orang kudus itu, kesabaran; kuakui kelemahanku; aku tidak memiliki keberanian untuk menghadapi musuh-musuh yang demikian kuatnya, tidak pun kekuatan untuk melawan mereka.’ Apakah yang anda katakan sekarang? Itukah beratnya suara hati atau kebenaran yang jelas? Seorang Hieronimus, yang terlelahkan oleh penitensi, mengakui bahwa ia tidak memiliki kekuatan untuk melawan suatu pertemuan yang tak terduga: dan anda, dengan gairah-gairah yang begitu hidup, dengan indra yang tak terkekang, dengan badan yang begitu lembut, dan jiwa yang begitu lemah, anda ingin meyakinkan saya bahwa pancaindra anda sedemikian tunduknya kepada akal budi sehingga anda mampu memandang dengan kebebasan penuh objek-objek ini tanpa terbakar oleh hasrat; bahwa anda mampu mendengarkan percakapan-percakapan yang dipenuhi hawa nafsu tanpa merasakan tusukan-tusukan konkupisensi; bahwa anda mampu melakukan pertukaran pendapat bersama orang ini, tanpa memberikan jalan kepada pikiran-pikiran yang berdosa; bahwa anda mampu mengunjungi rumah ini tanpa melampaui batasan-batasan persahabatan yang legitim; bahwa anda mampu menatap tanpa henti lukisan-lukisan yang tidak senonoh itu, tanpa merasakan kenikmatan yang berdosa? Ah! Sungguh buta kegegabahan itu! O mirabile verbum et omni stupore dignum! seru Santo Bernardinus dari Siena; hal itu seakan-akan saya berkata kepada anda: Saya akan berjalan di atas air dan saya tidak akan tenggelam; saya akan berdiri di dekat api dan saya tidak akan menjadi hangat; saya akan berjalan di atas batu bara yang panas dan saya tidak akan terbakar. Ligabit quis ignem in sinu suo, et vestimenta non comburet. Ah! Anda, orang-orang buta! Anda akan berdosa, ya orang malang, anda akan berdosa, anda akan terjerembap ke dalam berbagai pelanggaran; sebab dosa, ujar Kebijaksanaan Sirakh, selalu menyertai kegegabahan semacam itu: Aku telah melihat buruknya kegegabahan dari hati mereka; dan aku telah mengenal kejatuhan mereka.
V. Anda akan berkata kepada saya bahwa hal-hal tidak seperti apa yang anda percayai. Bagi anda sekalian, yang berada di dalam biara, semua gambaran terukir di dalam pikiran, semua bayangan mengambil wujud, sengatan yang terkecil pun menjadi suatu wabah; tetapi bagi kami, yang melihat dan merasakan seluruh hari, kebiasaan membuat kami menjadi lebih tidak sensitif. Saya bersukacita tentang hal itu: mungkin seorang malaikat telah turun dari surga bagi anda, untuk mengikat dan memurnikan pinggang anda dengan ikat pinggang putih, lambang dari ketidakberdosaan, seperti yang telah terjadi kepada seorang Thomas Aquinas? Mungkin anda telah, seperti Santo Bernardus, mengalahkan konkupisensi, dengan berguling-guling di dalam semak berduri; atau memadamkan gairah-gairahnya di tengah-tengah salju, seperti Santo Fransiskus, bapa kita? Tetapi bagaimanapun, para pria ini merasa takut, dan anda, anda tidak merasa takut? – Kami tidak merasa takut, karena kami mengikuti suatu jalan lain, dan dengan demikian kami tidak membuat hal-hal menjadi lebih buruk. – Ah! Saya mengerti apa yang anda katakan! Anda bertindak secara tidak acuh dengan daging anda; yakni, anda ingin makan dengan baik, minum dengan lebih baik, tidur di atas ranjang yang amat lembut, lalu tanpa mengekang lidah anda, tanpa menghalangi kaki anda, tanpa menyelubungi mata anda, berbicara, melihat, mengecap, bertindak dengan kebebasan penuh, karena acapkali oleh karena rasa takut yang berlebihan terhadap kejahatan, seseorang membuatnya ada di mana kejahatan tidak ada. Bukankah itu yang anda hendak katakan? Tetapi, jika demikian, izinkanlah saya menghadirkan diri di pintu masuk dari gua-gua para anakoret yang paling terkenal, dan berseru kepada mereka dengan segenap tenaga saya: Ya Hilarion, ya Pakomius, ya Arsenius, apakah yang kalian lakukan? Keluarlah dari tempat peristirahatan kalian, campakkanlah baju rambut kalian, keluarlah dari padang gurun kalian, dan datanglah ke tengah-tengah dunia; datanglah untuk mendengar perkataan saya, sebab masa ketidakberdosaan telah kembali. Janganlah berkata kepada saya bahwa gairah-gairah itu hidup, bahwa hal-hal yang menuntun kepada dosa dekat adanya dan bahwa kerapuhan manusia besar adanya: saya terkejut oleh karena manusia-manusia yang seperti kalian begitu takut. Setidaknya tunjukkanlah diri kalian sendiri, pandanglah di sekitar kalian orang muda yang segar dan hidup, yang tidak melukai diri sendiri dengan melakukan penitensi seperti yang kalian lakukan, yang tidak tidur seperti kalian di atas lantai yang keras, yang tidak makan rerumputan liar dan air murni seperti kalian, tetapi yang, dipenuhi dengan semangat dan kehidupan, makan dengan baik, berpakaian dengan baik, tinggal di tengah-tengah hal-hal yang menuntun kepada dosa, pergi ke pesta, bercakap-cakap, bermain-main, bersenang-senang dengan Iblis di tengah-tengahnya, dan yang, walaupun demikian, tidak merasa takut: dan kalian, kalian merasa takut? – Ya, tentunya, kami takut, dan kami ingin merasa takut sampai datangnya kematian: kami telah memiliki contoh yang begitu mematikan di hadapan mata kami. Daud, yang begitu kudus, telah jatuh akibat satu tatapan saja; Salomo, yang begitu bijak, telah jatuh ke dalam hawa nafsu yang tak terkendali; Petrus, pangeran dari para Rasul, telah ditaklukkan oleh hormat manusiawi yang menyedihkan: bagaimanakah kami tidak akan menakuti, kami, yang begitu lemah dan rapuh? Ya, kami hendak merasa takut, dan melarikan diri bagaimanapun caranya dari segala hal yang menuntun kepada dosa, untuk menjamin keselamatan kekal diri kami. Demikianlah perkataan yang dimiliki oleh para anakoret kudus itu: dan anda, apakah yang anda katakan? Kegilaan apakah yang anda miliki itu? Anda berkata bahwa anda baik-baik saja, karena anda tidak mengenal kejahatan; dan anda dipenuhi dengan semangat yang membara dari demam yang jahat dan mematikan. Dengarkanlah Santo Bernardus, yang berkata kepada anda bahwa dengan kodrat yang rapuh dan kelemahan seperti yang kita miliki, adalah suatu mukjizat besar untuk tidak jatuh di tengah-tengah hal-hal yang menuntun kepada dosa yang begitu kuat layaknya untuk membangkitkan orang mati. Kebenaran ini ditegaskan untuk anda melalui suatu contoh yang amat mengerikan, sayang sekali! Suatu contoh yang, oleh Santo Gregorius, Paus, tuturkan kepada kita tentang seorang uskup dari Afrika, yang, di dalam penganiayaan oleh bangsa Vandal melawan iman Kristus di Afrika, membiarkan lidahnya dikoyakkan daripada untuk berhenti mengkhotbahkan Injil. Allah, untuk membalasnya, membuat suatu mukjizat yang menolongnya; sedemikian rupa sehingga ia berbicara, setelah ia kehilangan lidahnya, sebaik sebelumnya. Dan bagaimanapun, setelah memenangkan atas orang-orang barbar ini kejayaan yang begitu indah, setelah menderita kemartiran yang begitu mulia; setelah memenangkan begitu banyak jiwa bagi Allah oleh pengkhotbahannya, ia yang menyandang atas dirinya, bagaikan suatu kejayaan, mukjizat istimewa untuk berbicara tanpa lidah, yang menimbulkan pada waktu yang bersamaan kekaguman dan kesalehan dalam diri semua orang yang berbicara dengannya, karena di setiap napasnya ia mengucapkan suatu mukjizat, ia, yang adalah suatu mukjizat senantiasa yang hidup, karena ia telah secara lancang memperbolehkan masuk ke dalam ruangannya seorang gadis muda yang datang untuk meminta nasihat-nasihat darinya, ia kehilangan pada waktu yang bersamaan, untuk kenikmatan yang hina, ketidakberdosaannya, jasa-jasa yang telah diperolehnya, kejayaan dan mukjizatnya... Seorang uskup, seorang martir, seorang pengkhotbah yang begitu bersemangat, yang menyandang mukjizat-mukjizat di dalam mulutnya, karena ia ditempatkan dalam hal yang menuntun kepada dosa, ia pun jatuh! Jadi, datanglah anda kepada saya untuk berkata: saya tahu sejauh mana saya dapat melangkah maju, dan saya memiliki kekuatan yang cukup untuk melawan. Demikianlah bagaimana Allah menghukum kegegabahan, dengan membiarkan seseorang jatuh ke dalam dosa-dosa yang lebih berat: tiada suatu alasan pun yang dapat membenarkan perilaku anda; sebab, sewaktu anda memaparkan diri anda kepada hal yang menuntun kepada dosa, baik jika anda memperkirakan bahaya dosanya atau tidak. Jika anda tidak memperkirakannya, anda adalah seseorang yang lalai, dan anda jatuh oleh karena kelalaian anda. Jika anda memperkirakannya, anda adalah seseorang yang gegabah, dan anda jatuh oleh karena kelancangan anda. Dengan demikian, di dalam kasus yang satu atau yang lainnya, anda pantas mendapatkan hukuman, dan Allah tidak akan membantu anda dengan rahmat-Nya: tetapi, itulah anggapan anda yang terakhir dan pembatalan pernyataan anda yang terakhir.
VI. Kita telah sampai di sini kepada poin penentu: anda akan berkata keapda saya, bilamana kita memiliki, ataukah kita tidak memiliki, pertolongan dari rahmat. Jika kita memilikinya, mengapakah begitu takut dan mengapakah kita begitu banyak berdebat? Di mana kekuatan kita kurang adanya, di situlah Allah menggantikannya dengan rahmat-Nya. – Saya setuju dengan anda bahwa Allah menyediakan rahmat-Nya kepada kita: tetapi dapatkah anda secara rasional menjanjikan kepada diri anda sendiri dari pihak Allah pertolongan-pertolongan khusus dan yang amat berlimpah, pada saat yang sama di mana, bertentangan dengan kehendak anda, anda lebih terpapar kepada bahaya untuk menghina-Nya? Dapatkah anda berpikir bahwa Allah lebih menjaga seseorang yang lebih menghindari perhatian-perhatian-Nya yang kebapaan; bahwa Ia harus memberikan suatu rahmat yang lebih besar kepada seseorang yang memaparkan diri kepada hal-hal yang membuatnya kehilangan rahmat itu, dan dengan demikian, menunjukkan dengan baik bahwa ia tidak begitu peduli akan rahmat itu?Apakah anda berpendapat bahwa Allah membuat suatu mukjizat dengan menjaga anda dari dosa, di tengah-tengah hal-hal yang menuntun kepada dosa di mana begitu banyak orang telah jatuh? Hal itu akan menjadi suatu kelancangan yang gila. Ia, ujar Santo Siprianus, terlalu lancang, ia yang hendak berjalan di mana ia tahu bahwa orang lain telah terperosok. Atas dasar apa anda melandaskan kepastian bahwa Allah akan membantu anda dengan rahmat-Nya? Atas dasar Kitab Suci? Tidak, tentunya tidak: anda akan menemukan di dalam Kitab Suci, sebaliknya, ratusan contoh yang membuktikan bahwa sewaktu suatu tujuan dapat dicapai dengan menggunakan sarana yang umum, Allah tidak biasanya membuat mukjizat-mukjizat. Sewaktu Ia membangkitkan Lazarus, yang, sudah berbau busuk, ia dapat menerbangkan ke udara batu penutup kuburannya: tetapi Ia menghendaki sebaliknya, bahwa para pembantu menyingkirkan batu tersebut: Tollite lapident karena hal itu dapat dilakukan tanpa mukjizat. Demikian pula, sewaktu seorang malaikat memecahkan rantai Santo Petrus, Ia tidak membantunya untuk berpakaian, karena Petrus dapat melakukannya dengan tenaganya sendiri dan tanpa mukjizat. Sewaktu malaikat menyelamatkan dari tengah-tengah badai kapal yang di atasnya Paulus berada, ia tidak membantunya untuk mendarat, karena Paulus mampu melakukannya sendiri tanpa mukjizat. Bacalah pula peristiwa-peristiwa lain yang anda temukan di mana-mana di dalam Injil; lalu katakan kepada saya jikalau anda tidak dapat menyingkirkan diri anda dari rumah ini, menolak teman itu, keluar dari hubungan ini: lalu mengapakah anda menghendaki agar Allah membuat suatu mukjizat, dan anda tetap berada di tengah-tengah lidah-lidah api di mana anda mencampakkan diri anda sendiri secara sukarela? Tidakkah anda mengenali bahaya itu? Atas dasar apa anda melandasi kelancangan itu, kepercayaan diri yang terkutuk itu? Mungkin atas apa yang telah terjadi kepada orang lain? Anda tidak dapat melakukannya. Anda akan menemukan di dalam Kitab Suci bahwa Allah telah menjaga Yudit dari murka Holofernes, Susana, dari hawa nafsu yang tidak murni dari dua orang tua, dan sejumlah besar perawan yang lembut terpaparkan oleh para tiran di dalam tempat-tempat yang najis: tetapi anda tidak akan menemukan seorang pun dari para pahlawan itu yang memaparkan diri mereka sendiri secara sukarela kepada bahaya. Maka, bekaskanlah terlebih dahulu dalam hati ajaran ini, bahwa barangsiapa, oleh karena tingkah lakunya sendiri, memaparkan diri kepada hal yang menuntun dirinya untuk menghina Allah, tidak boleh menantikan suatu pertolongan khusus dari Allah. Maka, siapakah yang dapat mengharapkan pertolongan ini? Ia yang memaparkan diri kepada hal yang menuntun kepada dosa oleh karena kewajiban, oleh karena ketaatan, oleh hukum kasih. Allah telah memerintahkan kepada para malaikat-Nya untuk menjagamu di dalam semua jalan-jalanmu. Mengertikah anda hal itu? Ke manakah anda akan dijaga dan diselamatkan? Ke dalam jurang? Tentunya tidak, melainkan ke dalam jalan-jalan, in viis, dan hanya dalam jalan-jalan yang anda hadapi, in viis tuis. Tetapi jika anda melangkah ke tengah-tengah jurang, anda akan jatuh. Harapannya akan gagal, ujar Allah melalui mulut Ayub, dan ia akan terjerembap di hadapan semua orang.
VII. Untuk menunjukkan kepada anda bahwa barangsiapa memaparkan diri secara sukarela kepada bahaya jatuh ke dalamnya, atau malah terjerembap ke dalamnya, dan bahwa Allah tidak mengulurkan tangan kepadanya untuk membantunya dengan rahmat-Nya, datanglah bersama saya ke dalam keheningan Palestina: lihatlah, tersembunyi di dalam gua besar ini seorang anakoret, yang tak beralas kaki, wajahnya pucat pasi, terbungkus layaknya suatu jasad yang hidup di dalam sebuah kantong pembungkus yang kasar. Dia ini adalah Yakobus, yang begitu terkenal di dalam sejarah: janggutnya yang panjang yang berwarna putih dan wajahnya yang dipenuhi keriput menunjukkan bahwa ia sudah berpengalaman sebagai serdadu Kristus. Ia telah sampai kepada suatu derajat kesucian yang sedemikian rupa sehingga ia melakukan mukjizat-mukjizat, mengusir dengan perkataannya para iblis dari tubuh orang-orang yang kerasukan, sehingga ia disebut orang kudus di mana-mana. Ia baru saja mengusir roh jahat dari seorang anak perempuan muda: bapak dari anak itu memohonnya untuk menjaganya beberapa hari di dalam tempat tinggalnya, untuk melindungi anak perempuan itu dari jebakan-jebakan iblis. Sayang sekali! Yakobus lalai dan memperkenalkan ke dalam tempat tinggalnya bahaya yang hidup, dan membayangkan kepada dirinya sendiri bahwa ia akan mampu berada di dekat api tanpa menjadi terbakar. Tetapi, sayang sekali, anak perempuan itu telah menjadi kesalahan bagi dirinya! Setan melihatnya terkurung di dalam tempat tinggalnya bersama anak perempuan itu, mulai menyerangnya dengan gagasan-gagasan yang tidak murni. Pria tua itu, petapa itu, orang kudus itu, pembuat mukjizat itu, ia yang berjaya atas iblis sekarang sungguh ditaklukkan oleh iblis, sehingga setelah ia merampas kehormatan dari anak perempuan itu, ia mencabut nyawanya... Betapa anehnya peristiwa itu! Sehingga kita hampir tidak dapat memercayainya. Lalu datanglah anda sekarang untuk berkata bahwa Allah akan menyediakan rahmat-Nya bagi kelemahan anda. Datanglah anda untuk berkata: apa gunanya menjadi takut dan begitu khawatir? Jika orang-orang yang begitu kuatnya jatuh, apakah yang akan terjadi kepada diri anda? – Seseorang akan berkata kepada saya, justru sebaliknya: orang-orang itu jatuh, persisnya karena mereka terlalu takut, dan karena mereka kurang berpengalaman. Hal itu terjadi kepada mereka seperti yang terjadi kepada seseorang yang meniti sebuah balok yang sangat sempit di tengah-tengah badai yang mengamuk: seseorang yang sudah terbiasa dan yang berlari dengan pasti tanpa kesulitan; tetapi seseorang yang tidak terbiasa, dan yang berjalan sambil gemetar, menjadi pening dan jatuh. Mengejutkankah jikalau seorang petapa, yang hanya terbiasa tinggal bersama pepohonan di hutan, ditempatkan di dalam hal yang menuntun kepada dosa dan jatuh, dan jika Allah, oleh karena kelancangan orang itu, tidak mengulurkan tangan-Nya? Tetapi tidak demikian adanya dengan pria yang pemberani, dan yang tahu melalui pengalaman bahwa ia tidak jatuh di dalam begitu banyak kedekatan terhadap hal-hal yang menuntun kepada dosa; ia dapat mengharapkan pertolongan dari Allah, dengan memaparkan diri kembali kepada hal yang menuntun kepada dosa. Oh! Betapa besar kekurangajaran dan kelancangan itu! Kelancangan itulah yang menyesatkan Samson; dan kelancangan itulah yang menyesatkan pada hari ini begitu banyak jumlah orang Kristen. Anda tahu bahwa Samson, setelah ia menaklukkan beberapa kali musuh-musuhnya, membusungkan dada oleh karena kemenangan-kemenangannya, dan berkata kepada dirinya sendiri di dalam hatinya: aku akan menyelamatkan diriku sendiri; pada saat yang sama di mana Delila menolaknya... dan menyerahkannya kepada orang Filistin: Egrediar sicut ante feci, et me excutiam; aku akan keluar seperti yang telah kulakukan dan aku akan meloloskan diri. Rahang ikan belanak menjadi petir di dalam tanganku; pintu gerbang kota bagaikan jerami di pundakku; rantai yang paling kokoh bagaikan jaring laba-laba di lenganku; siapakah yang mampu melawanku? Egrediar sicut ante feci: waktu ini aku akan meloloskan diri dengan mulia. Ia memang lolos, saudara-saudaraku; tetapi bagaimana caranya? Anda mengetahuinya; dengan dirantai, dipermalukan, dihukum untuk memutarkan penggilingan seperti seekor kuda. Oh! Betapa banyaknya orang yang seperti Samson, yang menjadi angkuh karena telah meloloskan diri dari beberapa hal yang berbahaya yang menuntun kepada dosa, dengan suatu ketidakberdosaan yang dipura-purakan, karena mereka belum melakukan dosa, menantang hal-hal lain yang menuntun kepada dosa dengan kelancangan, dan bercengkerama bersama Delila-Delila, tanpa mengkhawatirkan pikiran-pikiran yang menodai khayalan mereka, dengan memberi nama keberanian tanpa dosa, kesopanan, kesantunan, dan nama yang serupa kepada hal-hal yang berbahaya itu, yang pada akhirnya menguburkan mereka di bawah kehancuran yang lebih menyeramkan daripada yang diderita Samson, karena kehancuran itu abadi.
VIII. Katakanlah apa yang anda hendaki, Bapaku, pengalaman terbukti melawan anda: percaya atau tidak percaya, hal itu bagaimanapuin tetap ada. Jika Roh Kudus berkata: Barangsiapa mencintai bahaya akan binasa dalam bahaya itu, silakan anda menjelaskan kitab ini: tetapi pengalaman berpihak kepada kami, maka, kita harus menghadapi pengalaman-pengalaman lain. – Maka, mohon anda datang bersama saya, lihatlah di jalan ini anak perempuan muda ini yang membiarkan dirinya dirayu, ia berdiri setiap harinya, terkadang di ambang pintunya, terkadang di jendelanya: lihatlah betapa bebasnya ia berlaku bersama pria muda itu, yang berjalan-jalan ke sini dan ke sana di jalan yang sama, sambil memandang langit, dan mengkhayalkan karya-karya kegelapan. – Tetapi, bapaku, apa yang hendak anda katakan? Semua itu dilakukan demi suatu tujuan yang baik, yakni, untuk pernikahan – Baiklah. Tetapi, sebelum pernikahan terjadi, anak perempuan muda itu kehilangan ketidakberdosaannya. Kecelakaan itu, apakah jarang terjadi pada masa ini? Marilah melangkah lebih jauh: orang-orang berdansa di dalam rumah itu, mereka melakukan pesta senja, di sana sandiwara dimainkan, anak-anak perempuan muda ditarik pergi ke sana; mereka melihat semua tingkah laku yang tidak pantas disoraki, semua tingkah laku yang tidak senonoh dipuji di sana, mereka melihat kedipan-kedipan mata di sana, tanda-tanda; mereka melihat di sana hal-hal yang tidak seharusnya mereka lihat dan yang tidak dapat saya katakan di sini. Cobalah anda berhenti di pintu rumah itu, ujar Santo Hieronimus, perhatikanlah orang-orang yang keluar dari rumah itu, dan anda akan melihat mereka dengan cara yang sepenuhnya berbeda dari sewaktu anda melihat mereka memasuki rumah itu. Seseorang belajar percabulan sewaktu melihatnya ditampilkan; dan wanita yang tiba di teater tanpa dosa, pulang menyandang noda. Bukankah hal itu terjadi setiap harinya? Pria muda itu yang membawa sebuah novel, sebuah puisi; ia membacanya pertama-tama oleh karena keingintahuan, lalu oleh karena kesukaan; dan pada akhirnya, buku itu menjadi baginya suatu hal yang direnungkan. Tiada kejahatan di sana – anda akan berkata demikian: tetapi sementara itu, kebajikannya menurun hari demi hari. Ia pergi ke rumah orang muda ini yang bermain dan bernyanyi untuk bersenang-senang; mereka akan percaya bahwa mereka berada di Firdaus (Firdaus milik Muhammad), dan bagaimanapun, pria muda itu mempertahankan dirinya semurni bunga bakung. – Semurni bunga bakung? Dan bagaimanapun, kita melihat bahwa ia segera melakukan hubungan yang tidak pantas; ia merampok sebuah rumah; ia membenci bapak dan ibunya; ia menghancurkan seluruh keluarganya. – Oh! Itu adalah dampak dari beberapa tindakan jahat. – Ya tentunya, suatu tindakan jahat memang telah dilakukan; tetapi kejahatan itu terjadi oleh karena ia membaca novel itu, pergi ke pesta senja itu, mengunjungi rumah yang mencurigakan itu; tidakkah pengalaman semacam itu terjadi terus-menerus di dalam keluarga? – Anda benar, Bapaku, berserulah terhadap orang-orang muda yang lancang itu, yang, karena mereka memiliki belerang di dalam urat nadi mereka, ingin bercengkerama di dekat api; apakah mengejutkan bahwa mereka menjadi terbakar? Tetapi saya yang sudah tua, yang berambut putih, saya tidak lagi memiliki api di dalam tubuh saya, maka saya dapat mengizinkan diri saya untuk melakukan beberapa kesenangan, tanpa dituduh sebagai orang yang lancang. – Anda sudah tua, saya tahu; tetapi dari manakah anda belajar bahwa usia tua membuat seseorang menjadi sempurna? Anda berkata bahwa anda tidak lagi dapat merasakan konkupisensi yang membara: tetapi apakah api itu lebih lemah daripada yang dibicarakan di dalam bab pertama dari kitab Makabe yang kedua, yang telah disembunyikan oleh para imam di dasar sebuah sumur yang kering? Sewaktu mereka sedang kembali pulang dari pengasingan yang begitu panjang, mereka tidak lagi menemukan api, tetapi mereka menemukan sebuah lubang di mana terdapat air yang keruh dan kotor: dan bagaimanapun, air yang terpaparkan sinar matahari itu kehilangan penampilannya yang menjijikkan, kembali memanas, mulai bersinar dan terbakar, dan bukan hanya muncul dari sana sebuah api, tetapi sebuah api yang besar. Anda sudah tua, tetapi anda memiliki di dalam diri anda air yang keruh dan tebal; janganlah percayakan diri anda kepada air itu, seru seorang pengulas yang bijak, air itu adalah putri dari api: Nolite fidere huic aquae, soboles ignis est. Jika anda memaparkan air yang keruh itu kepada sinar matahari, oh! Betapa panasnya! Lihatlah betapa banyak uap yang akan muncul! Orang tua, saya tidak tahu jikalau dengan berbicara seperti ini saya menceritakan apa yang telah terjadi kepada diri anda; anda mengetahuinya: apa yang saya ketahui, apa yang ditegaskan oleh pengalaman, apa yang tidak dapat anda bantahkan terhadap diri saya, adalah bahwa dalam perkara ini, terdapat dua hal, untuk tidak berdosa sekalinya kita memaparkan diri kepada hal yang menuntun kepada dosa, atau untuk tidak memaparkan diri kepada hal yang menuntun kepada dosa. Tetapi, dari antara kedua hal itu, yang manakah yang paling sulit dilakukan? Tentunya yang pertama, yakni, untuk menahan diri untuk tidak berdosa setelah kita terpaparkan hal yang menuntun kepadanya; karena, menurut Santo Bernardus, untuk melakukannya, kita memerlukan suatu mukjizat; maka, jauh lebih mudah adanya untuk menghindari hal yang menuntun kepada dosa. Tetapi, jika anda tidak melakukan hal yang lebih mudah, bagaimanakah anda ingin agar saya percaya bahwa anda lalu akan melakukan apa yang lebih sulit, yakni, bahwa anda tidak akan berbuat dosa setelah anda ditempatkan pada hal yang menuntun kepadanya? Lantas, berapa kali, anda telah berjanji kepada imam pengaku dosa anda untuk tidak lagi pergi ke rumah ini, untuk tidak lagi mengunjungi teman-teman ini, untuk memutuskan hubungan ini; dan bagaimanapun sampai sekarang anda belum melakukannya. Begitu banyak hari Paskah yang telah berlalu di mana anda selalu mengatakan hal yang sama tanpa melakukannya. Juga walaupun anda akan bersumpah kepada saya, saya tidak dapat memercayai anda, ujar Santo Bernardus: Engkau tidak dapat melakukan apa yang lebih mudah, bagaimanakah aku dapat percaya bahwa engkau akan dapat melakukan yang lebih sulit? Bukankah semua itu berlandaskan suatu pengalaman yang lebih sering terjadi, yang lebih kokoh, dan yang lebih berbobot daripada pengalaman anda?
IX. Sebelum mengakhirinya, saya ingin, dengan murah hati, mengabulkan semua anggapan anda. Ah, ya, saya akan mengabulkan bahwa anda boleh memaparkan diri anda sendiri tanpa dosa kepada hal yang menuntun kepada dosa, bahwa anda memiliki kekuatan yang cukup yang diperlukan untuk melawan dosa, bahwa anda dapat mengandalkan pertolongan rahmat, dan bahwa anda memiliki pengalaman untuk diri anda sendiri. Tetapi, tolehkanlah pandangan anda menuju tanah, dan renungkanlah jurang yang menganga yang menelan Datan dan rekan-rekannya. Tahukah anda siapa Datan itu? Ia adalah salah seorang dari mereka yang melintasi Laut Merah dengan kaki yang kering. Tetapi, lihatlah tulisan yang diukirkan di oleh Teodoret di sisi dari jurang yang menelannya itu: Mereka yang telah berjalan di tengah-tengah lautan telah ditelan di dalam tanah; maknanya: mereka yang telah melintasi laut dengan kaki yang kering telah tenggelam di dalam tanah yang padat. Marilah memusatkan diri kita kepada pikiran ini: anda lolos tanpa mengalami luka dari pesta senja itu, saya memberikannya kepada anda. Anda telah lolos dari lautan: tetapi, bayangan-bayangan yang tetap tinggal di dalam benak anda, pikiran-pikiran yang mengusik malam yang anda lalui, ingatan yang amat hidup tentang hal-hal yang telah anda lihat dan dengar, konkupisensi yang tersendiri itu, seperti yang diucapkan oleh Tertulianus, bukanlah bagi anda suatu badai yang mengancam anda, yang akan menenggelamkan diri anda di dalam tanah yang padat? Saya akan melangkah lebih jauh, dan saya akan mengabulkan bahwa anda tidak berdosa, baik sebelum maupun setelah terpapar hal yang menuntun kepada dosa. Apakah ada sesuatu yang meyakinkan anda? Ah sayang sekali! Bukalah mata anda, dan ketahuilah bahwa jebakan-jebakanlah yang telah dipersiapkan oleh Iblis untuk diri anda pada waktu kematian. Hal-hal yang menuntun kepada dosa itu, yang telah anda cari, keterlekatan-keterlekatan yang telah anda puaskan melalui begitu banyak kunjungan, belaian, ingatan, salam, percakapan, surat, pesan, anda berkata bahwa hal-hal tersebut sekarang sama sekali tidak berkesan kepada diri anda? Saya menyangkalnya: tetapi bahkan andaikata hal itu benar, anda akan melihat pada waktu kematian semua hal-hal yang menuntun kepada dosa itu bangkit dan terpampang di dalam benak anda, semua hal-hal yang menuntun kepada dosa, semua bayangan, ingatan, hubungan itu. Ah! Betapa hal-hal itu menjerumuskan anda ke dalam kekhawatiran yang besar! Betapa hati anda telah disusutkan oleh hal-hal tersebut! ...Lalu anda akan mengakui kebenaran itu , bahwa bahaya yang terbesar dari godaan-godaan, bahkan yang lebih besar, bahwa satu-satunya jurang bagi jiwa... adalah untuk memaparkan diri kepada hal yang menuntun kepada dosa. Maka, bekaskanlah dengan kuat di dalam hati anda semboyan ini: barangsiapa tidak melarikan diri, ia binasa. Jika anda tidak memercayainya, semoga Allah memberikan anda rahmat untuk tidak mengalaminya.
BAGIAN KEDUA
X. Jikalau demikian adanya, dalam keadaan yang putus asa, karena sewaktu kita berada dalam hal-hal yang menuntun kepada dosa, godaan begitu kuatnya sehingga kita tidak dapat percaya kepada diri kita sendiri, ataupun kepada Allah. Lalu apakah yang harus kita lakukan? Di manakah obatnya? Inilah obatnya: larikanlah diri anda dari hal yang menuntun kepada dosa; tiada dan tidak mungkin ada obat yang lain. Kita harus melakukan apa yang kita lakukan pada waktu terjadinya wabah, yakni, dengan menggunakan tiga hal: pelarian, parang, dan api; dan pertama-tama pelarian. Si vere ploras, exi foras, St. Thomas dari Villanueva verseru: jika engkau menangis dengan tulus, pergilah ke luar; keluarlah dari rumah itu, putuskanlah hubungan itu. Teladani Yusuf, yang menyelamatkan diri dengan melarikan diri, dengan meninggalkan jubahnya di tangan nyonyanya yang jahat. Saya tidak akan mencela kejadian itu, karena kejadian itu terlalu terkenal: saya tidak akan melukiskannya dengan warna-warna yang dipilih oleh selera seniman; sayang sekali! Kita terlalu banyak melihatnya terjadi di dalam semua pameran, di dalam semua tempat tinggal, di dalam semua galeri: dan Allah mengetahui dengan cara apa, dan dengan sikap yang seperti apa! Oh, lukisan yang memalukan! Bagaimana? Tidak cukup dengan menemui di dalam beberapa pameran Venus yang tak berpakaian, Adonis yang tidak tahu malu, yang membangkitkan gairah yang amat fasik; kita melihat Susana yang amat suci, Magdalena peniten, Yosef, yang menjadi teladan kemurnian, dijadikan objek untuk membangkitkan api yang tidak murni. Para bapa dari keluarga, kita akan menemukan diri kita sendiri di hadapan pengadilan Allah, demikian pula anda yang memamerkan di dalam rumah anda lukisan-lukisan yang menjijikkan serta para pelukis yang melukisnya. Malu, sungguh malu! Tetapi saya akan berkata terlalu banyak; dan kita harus kembali kepada pokok pembicaraan kita. Jadi demikianlah bagaimana kita harus mengalahkannya: berlari, berlari, larikanlah diri anda. Yusuf sama sekali tidak membuang-buang waktu untuk mencermati apa yang harus dilakukannya; tetapi ia langsung berjalan, atau ia langsung berlari, ia bergegas pergi ke tangga, sebab sewaktu rumah mengalami kebakaran, kita menyelamatkan diri dari kebakaran dengan menjatuhkan diri dari atas ke bawah. – Tetapi, bapaku, pria yang datang ke rumah saya adalah seorang teman dari suami saya, ayah baptis dari putra saya; ia adalah seseorang yang sejak lama saya percayai, dan umurnya sudah matang: bahaya semacam apa yang mungkin kita alami? Haruskah saya mengusirnya? – Saya tidak tahu apa yang harus saya katakan kepada anda; tetapi dengarkanlah apa yang dikatakan Kitab Suci tentang Yusuf: Wanita itu melelahkan pria muda itu. Bagaimana, pria muda? Ia digambarkan sebelumnya sebagai pria yang sudah dewasa: Erat vir in cunctis prospere agens. Perhatikan: kita menjadi tua dengan hidup lama; tetapi kita tampak muda dengan hidup lama bersama seseorang. Pertama kalinya istri Potifar melihat Yusuf, ia tampak kepadanya sebagai seorang pria yang dewasa. Vir erat; tetapi, karena terbiasa melihatnya, Yusuf pun pada akhirnya tampak kepadanya seperti seorang pria muda. Et molesta erat adolescenti. Semoga mereka yang mendengar saya menuai faedah dari pelajaran ini; dan jika mereka meminta sebuah obati, inilah obat itu: pelarian, parang, dan api. – Tetapi, bapaku, jika anda melihat orang yang dengannya saya memelihara hubungan ini; andaikata anda tahu betapa ia itu sederhana, spiritual, dan rendah hati, ia akan dapat menjadi teladan bagi para pelukis sebagai seorang Santa Teresa atau seorang Katarina dari Siena; dan anda menghendaki bahwa di situ ada bahaya bagi diri saya? – Apa yang saya ketahui, adalah bahwa untuk memikat Holofernes, hanya dibutuhkan kasut dari seorang Yudit, wanita muda yang amat spiritual: Sandalia ejus rapuerunt eum. Sayang sekali! Beberapa orang yang spiritual, yang berkerudung, yang sederhana dan tersembunyi terlalu sering menjadi karang di bawah air, yang oleh karenanya karamnya kapal paling sering terjadi secara amat pasti. Belati yang digunakan oleh Petrus untuk memotong telinga Malkhus ditakdirkan untuk menyembelih di atas meja anak domba Paskah: Habet illum in usu agni pascalis. Saya hendak berkata bahwa orang-orang yang suci, dengan cara-cara yang suci, dan di dalam tempat suci, dapat terjatuh: itulah mengapa diperlukan pelarian, parang, dan api: Si vere ploras, exi foras.
XI. Tetapi, anda akan berkata kepada saya, itu adalah suatu keketatan yang berlebihan. – Berlebihan? Jika demikian adanya, koyakkanlah Injil; Tuhan kita Yesus Kristus oleh karena itu tidak berkata dengan jelas: pelarian, parang, dan api, Ia berseru kepada kita dari ketinggian Surga: Jika matamu menjadi batu sandungan bagimu, cungkillah, dan campakkanlah matamu itu jauh daripadamu; parang dan api: jika tanganmu menjadi batu sandungan bagimu, penggallah, dan campakkanlah tanganmu itu jauh daripadamu; parang dan api: dan untuk membuktikan kepada anda bahwa asas ini tidaklah mustahil untuk dipraktikkan, saya ingin membingungkan diri anda dengan suatu teladan dari seorang pahlawan perempuan yang murah hati. Ah! Saya tidak tahu namanya! Saya ingin agar namanya diukir dengan huruf keemasan. Ia adalah seorang rohaniwati suci dari ordo Santo Dominikus, yang kepadanya seorang raja dari Spanyol telah jatuh hati. Walaupun rohaniwati itu tidak bersalah, dan ia telah berkata ribuan kali: Lebih baik mati daripada melakukan aib, karena ia menakuti segala hal yang mungkin menimbulkan suatu gairah yang tak terkekang kepada seorang penguasa, dan karena ia takut menakuti kekerasan yang mungkin menimpa dirinya sendiri serta noda bagi biaranya, setelah ia lama merenung, ia pun pada akhirnya terdorong oleh suatu naluri yang istimewa dari Roh Kudus, dan berkata kepada dirinya sendiri: Ah, karena pangeran itu telah berkata begitu banyak kali bahwa mataku adalah bintang-bintang baginya, cintanya, aku tidak dapat menyenangkannya dengan mataku tanpa mengecewakan Yesusku. Dengan berkata demikian, ia menempatkan di hadapan dirinya di satu sisi sebuah pena bulu dan secarik kertas, dan di sisi lain, sebuah cangkir kecil yang di dalamnya ia hendak mengirimkan kepada Sri Raja matanya sebagai hadiah. Tetapi, sebelum mencungkil matanya, ia menulis kepadanya dalam kata-kata ini: ‘Tuan, untuk menolak segala hal kepada seorang Raja, adalah untuk mengabulkan kepadanya segala hal: itulah mengapa saya bertekad untuk mengirimkan kepada anda mata ini yang begitu anda senangi, agar anda menyerahkan kepada Yesusku harta yang telah saya kuduskan kepada-Nya sejak lama. Maka, terimalah kedua mata yang telah begitu anda cintai: terimalah mata ini tanpa rasa takut; sebab jika kedua mata ini membakar anda dari jauh, mata ini akan memadamkan gairah anda dari dekat. Janganlah mengeluh kepada saya; seorang rohaniwati yang kehilangan penglihatannya tidak kehilangan sesuatu pun; Mempelai saya yang disalibkan akan lebih mencintai diri saya dengan dua luka di kepala daripada dengan kedua mata saya. Saya hanya meminta satu hal dari diri anda, ya Pangeran! Dengan kedua mata yang saya kirimkan kepada anda: agar ada sudi mempertimbangkan betapa butanya cinta itu, dan dengan memperkenankan diri anda di masa depan untuk memiliki kedua mata ini, anda menyerahkan hati saya kepada Allah.’ Setelah menulis kata-kata ini, wanita yang pemberani itu, yang tergerakkan oleh suatu ilham ilahi, mencungkil kedua bola matanya dari kepalanya, dan mengirimkannya, mata yang masih berdebar dan yang menjijikkan Sri Raja yang jatuh cinta kepadanya.
XII. Sembunyikanlah, hai bintang-bintang di langit, mata yang membuat kalian memucat! Ya piala mulia dari kemurnian perawan... relikui dari kesucian! Datanglah kemari, wahai para wanita, datanglah kemari, wahai wanita muda, datanglah kemari, wahai orang-orang muda: semua mata ini yang akan mengejutkan kalian pada hari penghakiman; semua mata ini akan mencela kalian oleh karena kedipan yang begitu banyak di dalam gereja, tatapan yang berdosa yang begitu banyak yang olehnya kalian telah menyesatkan begitu banyak jiwa: mata yang membuat kalian mengerti betapa perlunya menggunakan parang dan api untuk melarikan diri dari hal-hal yang menuntun kepada dosa. Dan walaupun kita tidak diwajibkan untuk mengikuti jiwa yang murah hati itu dengan mencungkil mata kita sendiri, apa yang dilakukannya oleh suatu ilham dari Roh Kudus, kita harus meneladaninya, bagaimanapun, dengan mematiragakan mata kita, sebab mata kita adalah pengkhianat bagi jiwa; dengan terus menatap ke bawah dan menutup mata kita pada waktu dan tempat yang pantas, demi menjaga kemurnian hati. Atau, pergunakanlah mata itu untuk menangisi di kaki Yesus begitu banyak dosa yang telah kita lakukan. Datanglah, ya Penebusku yang manis! Untuk menyediakan dengan rahmat-Mu apa yang kurang dari lidahku, yang tidak memiliki, aku tahu hal itu, kemujaraban yang dibutuhkan untuk meyakinkan mereka yang mendengarkan diriku agar mereka menggunakan pelarian, parang, dan api. Yesus berseru kepada anda dari ketinggian salib-Nya: Jika matamu menjadi batu sandungan bagimu, cungkillah, yakni, jika orang itu anda sayangi bagaikan buah mata anda, usirlah dia dari rumah anda. Janganlah berkata kepada saya: saya akan berubah, saya akan berjaga-jaga, saya akan lebih berhati-hati: tidak, tidak, usirlah dia, usirlah dia: erue, projice: parang dan api! Parang dan api! Campakkanlah ke dalam api surat-surat yang begitu anda sayangi; perhiasan, pita, potret, cincin yang anda kenakan di jari anda sebagai tanda cinta. Campakkanlah ke dalam api buku-buku yang tidak senonoh yang begitu memikat diri anda; lukisan-lukisan yang memalukan: carilah sedikit; dan jika anda menemukan di dalam rumah anda suatu gambar yang tidak senonoh, copotkanlah gambar itu dari tembok, dan buanglah ke dalam api dengan berkata: uro vos ne urar à vobis; aku akan membakar kalian agar diriku tidak terbakar oleh kalian selama-lamanya di dalam Neraka. Pelarian, parang, dan api; yakni, janganlah anda kembali ke rumah itu, ke pesta senja itu; hentikan keintiman itu; putuskan hubungan dengan teman-teman itu; cukup sudah kemesraan yang gila itu, cukup sudah pesta pora itu, tidak, jangan pernah melakukannya lagi. Jika tanganmu menjadi batu sandungan bagimu, penggallah. Yesuslah ayng memerintahkannya kepada anda dari ketinggian salib itu: ini bukanlah suatu nasihat, yang diberikan-Nya kepada anda, melainkan suatu perintah. Berlarilah, saudara-saudaraku, berlarilah dari hal-hal yang menuntun kepada dosa; dan jika anda berada di dalam hal yang terdekat yang menuntun kepada dosa, ah! Bencana besar! Sakramen-sakramen tidak lagi berguna bagi anda; pengakuan dosa dan komuni anda menjadi penistaan: tiada lagi Paskah, tiada lagi indulgensi untuk anda. Buah-buah apa yang dihasilkan oleh khotbah ini? Ah! Betapa besar kesakitan yang saya alami! Salib yang saya pegang di tangan berkata kepada saya bahwa khotbah yang paling diperlukan dari segala khotbah akan menjadi yang paling tidak bermanfaat, dan bahwa orang tidak akan melakukan sesuatu pun dari apa yang saya katakan. Tidak sesuatu pun? Bagaimana? Bukankah tatapan-tatapan yang tidak senonoh akan berkurang? Tidak. Bukankah kebebasan dalam hal berbicara, ketidakberpakaian yang menimbulkan skandal, bukankah hal-hal tersebut akan berkurang? Tidak. Lukisan-lukisan yang bejat yang sama akan tetap tergantung di tembok? Ya. Orang akan membaca dengan gairah yang sama buku-buku yang jahat? Ya. Orang juga akan menyanyikan secara terbuka lagu-lagu yang tidak murni? Ya. Orang juga akan mengunjungi teman-teman yang jangak; orang akan menjaga hubungan-hubungan yang sama? Ya. Orang akan terus pergi ke tempat-tempat yang mencurigakan, dan di sana mereka akan melakukan pesta pora yang sama? Ya. Ya, Yesusku - jadi apa gunanya begitu banyak keringat dari para pelayan-Mu, begitu banyak khotbah, begitu banyak khotbah pada masa Prapaskah, jika walaupun semua itu telah dilakukan, umat-umat-Mu ingin menjadi terkutuk? Jika demikian, akulah yang menangisi kemalangan yang begitu besar itu, selama air mataku memperolehkan pertobatan dari salah satu jiwa yang mendengarkanku. Kuminta kepada-Mu pada hari ini satu jiwa saja, Tuhan, satu jiwa saja, semoga jiwa itu yang paling tenggelam dalam hal-hal yang menuntun kepada dosa; janganlah menolak permohonanku ini, ya Yesusku yang manis! Apakah yang Kauminta untuknya? Air mata, dukacita, pertobatan. Ah! Aku akan menangis untuk ketidaksetiaannya: aku mohon ampun daripada-Mu; dan yang saya minta dari anda pada hari ini, saudaraku, bukanlah air mata, bukanlah penyesalan. Bukan, bukan; saya hanya meminta kepada anda suatu tekad yang dipenuhi kemurahan hati untuk berhenti menempatkan diri dalam hal-hal yang menuntun kepada dosa. Turunlah ke dalam lubuk hati anda, dan carilah hal yang menuntun kepada dosa yang menawan diri anda dengan rantai dan perbudakan Setan. Yang mana? Di manakah anda menemukannya? Ah, koyakkanlah rantai itu; buat apakah rantai itu? Sepatah ya dalam kemurahan hati cukup bagi saya. Jadi, berkatalah dari hati: ya, Allahku, ya, Allahku, aku ingin menghentikannya, aku tidak akan lagi mengunjungi orang ini, orang itu; aku tidak akan lagi pergi ke rumah itu. Ah! Betapa indahnya kemenangan itu! Oh! Betapa indahnya kejayaan itu! Tetapi, apakah yang saya katakan? Satu jiwa saja! Bertekadlah, saudara-saudaraku, dengan tekad yang mulia untuk menolak segala hal yang menuntun kepada dosa. Kita sekarang berada pada permulaan dari empat puluh hari suci; apakah gunanya kelelahan saya dan jerih payah yang anda lakukan bagi diri anda sendiri, jika pada hari-hari yang suci ini, anda mendengarkan khotbah dan pergi ke pesta senja; pergi mengaku dosa dan mengunjungi hal-hal yang menuntun kepada dosa? Oh! Semoga tidak demikian adanya; tetapi, persembahkanlah segalanya kepada Salib suci ini, sebagai buah pertama dari masa Prapaskah ini, tekad untuk menjauhkan dari diri anda segala hal yang menuntun kepada dosa: dan agar anda dapat melaksanakannya dengan segera, ingatlah anda bahwa bahaya terbesar dari godaan-godaan, adalah dengan memaparkan diri kepada hal yang menuntun kepada godaan itu, dan bahwa obat satu-satunya adalah dengan melarikan diri. Itulah kebenaran yang tak terbantahkan: dengan tidak melarikan diri, kemenangan akan hilang dari diri anda; dan jika anda melarikan diri, anda menjadi pemenang. Cara apakah yang harus digunakan untuk melakukannya? Inilah caranya: pelarian, parang, dan api. Jadi, ulangilah seratus kali sewaktu anda pulang ke rumah anda tiga kata ini: pelarian, parang, dan api; pelarian, parang, dan api.
Catatan kaki:
Diterjemahkan dari karya yang disadur dari bahasa Italia ke dalam bahasa Prancis:
Œuvres du bienheureux Léonard de Port-Maurice [Karya-Karya Beato Leonardus dari Porto Mauritio], terjemahan M. Charles SAINTE-FOI, T. I, Paris, Louis Vivès, Librairie-Éditeur, 1858, hal. 85-111.
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 4 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 4 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 4 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 4 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 4 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 5 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 6 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 7 bulanBaca lebih lanjut...