Para Paus dan Anti-Paus – Pertanyaan Pembaca

Larry, jelas adanya bahwa anda tidak begitu akrab dengan perkara-perkara ini. Kami menyarankan agar anda bukan hanya melihat materi lain di situs kami dan di dalam video-video kami, tetapi juga secara khusus agar anda membaca dokumen ini: Glosarium istilah dan prinsip.

Menurut ajaran para Paus sendiri, para klaiman Kepausan pasca-Vatikan II tidak mungkin adalah Paus yang valid. Para bidah tidak dapat secara valid terpilih untuk jabatan Kepausan. Karena para klaiman Kepausan pasca-Vatikan II telah merupakan/adalah bidah, mereka adalah Anti-Paus. Maka, mereka tidak memiliki otoritas untuk mengikat dan melepaskan. Untuk memiliki seorang Anti-Paus yang secara palsu bertindak sebagai Paus, atau mengendalikan Roma, bukanlah hal yang tidak selaras dengan ajaran Katolik ataupun janji-janji Kristus kepada Gereja. Kenyataannya, hal tersebut terjadi banyak kali di dalam sejarah Gereja. Anda perlu membaca dokumen ini: Skisma Barat Besar (1378-1417) dan Hal yang Kita Pelajari akan Kemurtadan Setelah Vatikan II – kekacauan yang besar, beberapa Anti-Paus, para Anti-Paus di Roma, seorang Anti-Paus yang diakui oleh semua Kardinal… Skisma Barat Besar membuktikan bahwa suatu rentetan Anti-Paus di tengah-tengah krisis pasca-Vatikan II adalah suatu hal yang sepenuhnya mungkin terjadi.

Posisi kami adalah suatu pembelaan terhadap Kepausan. Orang-orang yang melekat kepada sekte Vatikan II menolak Kepausan. Tentang hal tersebut, pertimbangkanlah bidah-bidah Anti-Paus Fransiskus yang mencengangkan di dalam dokumen ini: Anti-Paus Fransiskus Secara Terbuka Menolak Kepausan.

Komentar-komentar anda juga menyiratkan bahwa anda kemungkinan percaya bahwa para Paus sejati mampu mengubah doktrin Katolik. Pandangan semacam itu tidak benar. Iman itu tidak dapat berubah. Bahkan seorang Paus yang terpilih secara valid tidak memiliki otoritas sama sekali untuk mengubah ajaran Katolik, tetapi ia hanya mampu menjaga dan membela ajaran tersebut. Dogma tidak dapat berubah. Sewaktu seorang Paus mendefinisikan suatu dogma, ia tidak membuat dogma itu benar sejak saat itu. Melainkan, ia secara khidmat menyatakan tanpa kesalahan hal yang telah selalu benar sejak kematian Rasul yang terakhir. Dogma harus dipercayai sebagaimana yang “telah dinyatakan sekalinya”, tanpa suatu pergeseran pun dari makna tersebut menuju suatu “pengertian yang lebih mendalam”. Siapa pun yang menyangkal ajaran Katolik melakukan dosa bidah dan berhenti menjadi anggota Gereja.