| Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
| Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan | ![]() |
Paus St. Gregorius VII, Musim Panas 1076: “ … Allah yang murka-Nya, ketika Ia mulai mengadili, sama kencang dengan kesabaran-Nya yang berlimpah-limpah.”
St. Ireneus, Contra Haereses, Buku IV, Bab 14, 180 M: “Maka pada mulanya, Allah membentuk Adam, bukan seolah-olah karena Ia membutuhkan manusia, namun agar bisa dimiliki-Nya seseorang yang dapat Dia curahkan kebaikan-kebaikan-Nya … oleh sebab itulah Allah menuntut pengabdian dari pihak manusia, agar, karena Ia baik dan rahim, Ia boleh mencurahkan kebaikan bagi mereka yang terus mengabdi pada-Nya.”
(1918): “Yasinta [dari Fatima] mengidap penyakit selama beberapa hari setelah Fransiskus. Suatu hari, Lusia mendapatinya sangat girang, tidak seperti biasanya. ‘Lihatlah, Lusia!’, ujar Yasinta. ‘Bunda Maria telah datang mengunjungi kami di sini, dan berkata bahwa sebentar lagi dia akan datang membawa Fransiskus ke Surga. Dan dia bertanya apakah aku masih ingin mempertobatkan orang berdosa lebih banyak lagi dan aku berkata ya. Bunda Maria ingin aku pergi ke dua buah rumah sakit. Namun bukan untuk disembuhkan, tetapi untuk menderita lebih banyak demi cinta akan Allah, demi pertobatan orang berdosa dan demi reparasi atas pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan terhadap Hati Tak Bernoda Maria.’” (Our Lady of Fatima [Bunda Maria dari Fatima], hal. 161)
Santo Yohanes Krisostomus (392): “Merataplah bagi orang-orang tak percaya; merataplah bagi orang-orang yang tidak sedikit pun berbeda dari mereka, orang-orang yang karena itu meninggal tanpa pencerahan, tanpa meterai! [Pembaptisan] … mereka berada di luar Istana … bersama orang-orang terkutuk: sebab, ‘Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, jika seseorang tidak dilahirkan kembali dari air dan Roh, ia tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Surga.’”
“Lalu sahut Musa: ‘Bagaimana jika mereka tidak percaya kepadaku dan tidak mendengarkan perkataanku, melainkan berkata: TUHAN tidak menampakkan diri kepadamu?’ TUHAN berfirman kepadanya: ‘Apakah yang di tanganmu itu?’ Jawab Musa: ‘Tongkat.’ Firman TUHAN: ‘Lemparkanlah itu ke tanah.’ Dan ketika dilemparkannya ke tanah, maka tongkat itu menjadi ular, sehingga Musa lari meninggalkannya. Tetapi firman TUHAN kepada Musa: ‘Ulurkanlah tanganmu dan peganglah ekornya’ --Musa mengulurkan tangannya, ditangkapnya ular itu, lalu menjadi tongkat … Lagi firman TUHAN kepadanya: ‘Masukkanlah tanganmu ke dalam bajumu.’ Dimasukkannya tangannya ke dalam bajunya, dan setelah ditariknya ke luar, maka tangannya kena kusta, putih seperti salju. Sesudah itu firman-Nya: ‘Masukkanlah tanganmu kembali ke dalam bajumu.’ Musa memasukkan tangannya kembali ke dalam bajunya dan setelah ditariknya ke luar, maka tangan itu pulih kembali seperti seluruh badannya.” (Keluaran 4:1-7)
The Life of St. Isaac Jogues [Riwayat Hidup St. Isakh Jogues], hal. 225: “Jogues mendapat kabar bahwa kedua orang Huron itu akan dihukum mati malam itu di Tionontoguen. Dia tinggal bersama mereka di pendopo dan menegaskan permohonan-permohonannya kepada mereka. Pada akhirnya, mereka setuju. Sekitar saat itu, suku Mohawk melemparkan beberapa jagung mentah yang baru saja dipetik kepada para tahanan. Pelepah-pelepah [jagung]-nya tersebut basah karena hujan yang baru turun. Romo Jogues dengan berhati-hati mengumpulkan tetesan air yang berharga itu di atas sebuah daun dan menuangkannya di kepala kedua neofit [para konvert baru] itu, untuk membaptis mereka dalam nama Bapa dan Putra dan Roh Kudus. Suku Mohawk paham bahwa perbuatannya [perbuatan Jogues] itu bermaksud mendatangkan kebahagiaan kepada para korban yang mereka benci ini. Meluaplah murka mereka terhadap kelancangannya dan dia pun mereka pukuli, mereka ancam akan mereka bunuh bersama orang-orang Huron … Pada malam itu, dua orang Huron [yang telah dibaptisnya] itu dibakar di atas api.”
St. Alfonsus (sekitar tahun 1755): “Kerendahan hati adalah kebenaran, seperti yang telah dikatakan secara benar oleh St. Teresa, dan karena itulah Tuhan amat mencintai orang yang rendah hati, sebab mereka cinta kebenaran.”
St. Gregorius dari Elvira (360 M): “Kristus disebut sebagai Jala, karena melalui Dia dan dalam Dia berbagai khalayak bangsa-bangsa dikumpulkan dari lautan dunia, melalui air Pembaptisan dan ke dalam Gereja, tempat dibuatnya pembedaan antara yang baik dan yang fasik.”
Santo Benediktus: “Jam demi jam, awasilah dengan berhati-hati segala sesuatu yang kaulakukan, penuh sadar bahwa tatapan Allah ada padamu, di mana pun engkau mungkin berada.”
Paus Pius IX, Konsili Vatikan Pertama, Sesi 3, Bab 4 tentang Iman dan Akal, 1870: “Itulah pula mengapa dogma-dogma suci harus senantiasa dipertahankan dengan makna yang telah sekalinya dinyatakan oleh Bunda Gereja yang kudus; dan tidak pernah boleh ada pergeseran dari makna tersebut di balik dalih dan atas nama suatu pemahaman yang lebih mendalam.”
St. Alfonsus (sekitar tahun 1755): “Dan damai sejahtera lebih besar seperti apa yang dapat dirasa jiwa, daripada mampu berkata ketika rebah di malam hari: Kalau saja ajal menjemput pada malam ini, aku berharap bisa mati dalam rahmat Allah. Betapa besar penghiburan yang datang ketika mendengar sambaran guntur, ketika merasakan tanah yang bergetar, dan menantikan ajal dengan kepasrahan, kalau demikianlah keputusan Allah!” (Persiapan Kematian: Cara Bersiap Menyambut Ajal - Pertimbangan X St. Alfonsus)
St. Afrahat (336 M): “Maka, inilah iman: bahwa seorang manusia percaya akan Allah … Roh-Nya … Kristus- Nya … Juga bahwa seorang manusia percaya akan kebangkitan orang mati; dan juga, bahwa ia percaya akan Sakramen Pembaptisan. Inilah kepercayaan Gereja Allah.”
Paus St. Gregorius Agung: “ … menjaga kaidah kebenaran, mengesampingkan hormat kepada pribadi manusia mana pun.” (Buku 2, Surat 18)
St. Petrus Kanisius (Abad XVI), tentang dosa sodomi: “Dosa yang tercela dan keji ini dikutuk di dalam surat-surat dari Santo Petrus dan Santo Paulus; dan di samping itu, dosa ini dikutuk oleh kodrat. Kitab Suci menyatakan kepada kita ... tentang betapa besarnya kejahatan ini … dosa yang mengerikan ini … Jika orang sampai dengan malang melakukannya, bumi sendiri akan menjadi najis, murka ilahi akan meletus setinggi-tingginya terhadap orang itu ....” (Summa Doctrinae Christianae)
Paus St. Gregorius: “Hendaknya benak anda setiap harinya merenungkan wejangan-wejangan Kitab Suci, yang olehnya pernyataan-pernyataan kaum bidah terbantahkan dan iman Gereja Kudus dibela melawan para anggota Iblis yang sedang mencoba menggulingkan agama Kristiani dengan berbagai macam alat mereka.” (Kepada Para Klerus, Biarawan dan Umat Awam Vallombrosa, 1073)
Paus St. Gregorius VII: “Kitab ilahi bersaksi bahwa hukuman sepadan patut diperoleh mereka yang berbuat jahat serta mereka yang menyetujuinya [Roma 1:32].” (Kepada Para Klerus dan Umat Awam Jerman, 1075)
Paus Inosensius IV (1254): “Terlebih, sehubungan percabulan yang dilakukan oleh seorang pria tak menikah dengan seorang wanita tak menikah, sama sekali tidak boleh ada keraguan sedikit pun bahwa perbuatan itu adalah dosa berat, sebab sang Rasul menyatakan bahwa ‘orang cabul dan pezina ditolak dari kerajaan Allah’ (1 Korintus 6:9).”
Paus Inosensius IV (1254): “Terlebih, sehubungan percabulan yang dilakukan oleh seorang pria tak menikah dengan seorang wanita tak menikah, sama sekali tidak boleh ada keraguan sedikit pun bahwa perbuatan itu adalah dosa berat, sebab sang Rasul menyatakan bahwa ‘orang cabul dan pezina ditolak dari kerajaan Allah’ (1 Korintus 6:9).”
St. Alfonsus (1755): “(St. Robertus) Belarminus bercerita bahwa ketika ia telah pergi menolong seseorang yang sekarat, dan usai menasihatinya untuk mendaraskan doa tobat, orang itu menjawab bahwa ia tidak tahu apakah penyesalan itu. Belarminus bersusah payah menjelaskannya kepada orang itu; tetapi pria yang sakit itu berkata: ‘Romo, saya tidak memahami anda; saya tidak mampu melakukan hal-hal ini’. Dan demikianlah ia meninggal, ‘dengan meninggalkan tanda-tanda yang jelas bahwa ia terkutuk’, seperti yang tercatat dalam karya tulis Belarminus. Akan seperti ini hukuman adil bagi pendosa, ujar St. Agustinus: karena ia telah melupakan Allah di sepanjang hidupnya, ia akan melupakan dirinya sendiri dalam kematian: ‘Ia dipukul dengan teramat adil, sebab ia telah melupakan Allah di sepanjang hidupnya, dan karena itu ia mati melupakan dirinya sendiri’.” (Persiapan Kematian, Pertimbangan VI: Kematian Pendosa)
Paus Leo X, Exsurge Domine, 15 Juni 1520, Kesalahan-Kesalahan Martin Luther, #23:
“Ekskomunikasi hanya merupakan pinalti lahiriah dan tidak merampas manusia dari doa-doa rohani bersama milik Gereja.” - Dikutuk
^