^
^
| Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa | 
| Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |  | 
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Kebenaran-Kebenaran Mendasar - Devosi Sejati kepada Santa Perawan Maria
(Klik untuk kembali ke Rangkuman || Pasal III)
Bagian I, Bab II, PASAL I
Kebenaran-Kebenaran Mendasar
60. Sampai sini, saya sudah menuturkan beberapa patah kata soal perlunya kita berdevosi kepada Santa Perawan Maria. Sekarang, harus dikatakan apa saja bagian dari devosi tersebut; itulah yang akan saya lakukan, dengan pertolongan Allah, sesudah saya dedahkan beberapa kebenaran mendasar. Kebenaran-kebenaran ini akan melahirkan devosi besar dan kukuh yang hendak saya singkapkan itu.
§I. – Kebenaran Pertama: Yesus Kristus Tujuan Akhir Kita.
61. Yesus Kristus Juru Selamat kita, Allah benar dan manusia benar, haruslah merupakan tujuan akhir segala devosi kita yang lain; kalau tidak, lantas devosi-devosi itu akan menjadi palsu dan menyesatkan. Yesus Kristus adalah Alfa dan Omega, awal dan akhir segala sesuatu. Sang Rasul berkata bahwa kita bekerja hanya demi menjadikan semua orang sempurna dalam Yesus Kristus, karena hanya dalam Dialah berdiam genapnya Keilahian dan penuhnya segala rahmat, kebajikan serta kesempurnaan. Sebab hanya dalam Dia kita telah diberkati dengan segala berkat rohaniah. Sebab Dialah satu-satunya Guru yang harus mengajar kita, satu-satunya Tuhan yang pada-Nya kita bergantung, satu-satunya Kepala yang pada-Nya kita harus bersatu, satu-satunya Panutan yang harus kita teladani, satu-satunya Penyembuh yang harus menyembuhkan kita, satu-satunya Gembala yang harus memberi kita makan, satu-satunya Kebenaran yang harus kita percayai, satu-satunya Hidup yang harus menghidupkan kita, dan satu-satunya Segalanya dalam segala sesuatu yang harus cukup bagi kita. Tiada diberikan nama di bawah Surga, selain nama Yesus, yang olehnya kita harus diselamatkan. Allah tiada memberi landasan keselamatan, kesempurnaan dan kemuliaan kita, selain Yesus Kristus: seluruh bangunan yang tak didirikan atas batu kukuh ini didirikan di atas pasir yang bergerak, dan niscaya cepat atau lambat akan jatuh. Semua orang beriman yang tak bersatu dengan Dia seperti ranting satu dengan pokok anggur, akan jatuh, akan mengering, dan hanya pantas dibuang ke tungku perapian. Di luar Dia, hanya ada kesesatan, dusta, kefasikan, kemudaratan, kematian dan pengutukan. Namun kalau kita berada di dalam Yesus Kristus dan Yesus Kristus di dalam kita, kita tak perlu takut pengutukan. Baik para Malaikat Surga, maupun manusia di bumi, baik roh-roh jahat Neraka, maupun makhluk lain yang mana pun tak mampu membahayakan kita, sebab tiada yang dapat memisahkan kita dari kasih Allah yang ada dalam Yesus Kristus. Melalui Yesus Kristus, bersama Yesus Kristus, dalam Yesus Kristus, kita bisa melakukan segala sesuatu: mempersembahkan segala penghormatan dan kemuliaan kepada Bapa, dalam persatuan dengan Roh Kudus; kita akan dijadikan sempurna dan menjadi bagi sesama kita, harum mewangi kehidupan kekal.
62. Maka jikalau kita membina devosi kuat kepada Santa Perawan Maria, tujuan satu-satunya adalah demi semakin sempurna membina devosi kepada Yesus Kristus, demi memberi jalan yang mudah dan terjamin untuk menemukan Yesus Kristus. Jikalau devosi kepada Santa Perawan Maria menjauhkan orang dari Yesus Kristus, lantas devosi itu harus ditolak sebagai ilusi Iblis; namun itu sama sekali tidak benar, justru sebaliknya, seperti yang sudah saya perlihatkan dan akan saya perlihatkan kemudian, devosi kita perlukan hanya demi tujuan menemukan Yesus Kristus dengan sempurna, mengasihi-Nya dengan penuh cinta dan mengabdi diri-Nya dengan setia.
63. Di sini aku berpaling sesaat menghadap Engkau, ya Yesusku yang terkasih, untuk mengeluh dengan penuh kasih kepada Yang Mulia, oleh sebab kebanyakan orang Kristen, bahkan yang paling terpelajar sekalipun, tidak tahu tentang hubungan yang niscaya antara Engkau dan Ibunda-Mu yang suci itu. Engkau adalah Tuhan, selalu bersama Maria, dan Maria selalu bersama-Mu dan tak bisa berada tanpa Dikau, jikalau tidak, Maria tidak akan berada seperti dirinya sekarang. Hanya Engkau, ya Yesusku, yang hidup dan meraja dalam Maria lebih sempurna dari semua Malaikat dan Orang Terberkati. Ah! Coba saja kita tahu kemuliaan dan cinta yang Kaudapat dalam makhluk ajaib itu, dari-Mu dan dari dia, orang akan mendapat kesan yang berbeda dari yang sekarang kami miliki. Maria bersatu sedemikian mesra, sehingga lebih mudah memisahkan sinar dari matahari, panas dari api; bahkan saya katakan, lebih mudah memisahkan semua Malaikat dan semua Orang Kudus dari Engkau, daripada memisahkan Santa Perawan Maria: sebab dia mengasihi Engkau dengan cinta yang lebih membara, dia menjunjung-Mu lebih sempurna daripada semua makhluk lain bersama-sama.
64. Sesudahnya, wahai Guruku yang terkasih, tidak mengejutkan dan mengenaskankah, ketika melihat ketidaktahuan dan kegelapan tempat beradanya semua orang di bumi ini terhadap Bunda-Mu yang suci itu? Aku tidak sedang berbicara tentang begitu banyaknya penyembah berhala dan orang pagan yang tak mengenal-Mu, dan karena itu tak memikirkan Maria; aku bahkan tidak sedang berbicara tentang orang-orang bidah dan skismatis, yang tak terpikir berdevosi kepada Bunda suci-Mu itu, karena mereka terpisah dari Engkau dan dari Gereja Kudus-Mu; namun aku sedang berbicara tentang orang-orang Kristen Katolik dan bahkan kaum Terpelajar di kalangan Katolik, mereka yang mengaku mengajarkan kebenaran-kebenaran kepada orang lain, namun tidak mengenal-Mu maupun Ibunda Suci-Mu, selebih-lebihnya dengan cara spekulatif, kering, mandul dan acuh tak acuh. Tuan-tuan ini jarang-jarang sekali berbicara tentang Ibunda Suci-Mu dan devosi yang harus kami punya kepadanya, sebab ujar mereka, mereka takut orang menyalahgunakan devosi itu, takut orang menghina Engkau dengan terlalu berlebihan menghormati Ibunda Suci-Mu. Kalau mereka melihat atau mendengar orang berbakti kepada Santa Perawan Maria dan orang itu berbicara sering-sering tentang devosi kepada Ibunda Baik dengan cara halus, kuat dan persuasif, sebagai sarana aman tanpa ilusi, sebagai jalan pintas tanpa bahaya, sebagai jalur tak bernoda tanpa cacat cela, dan sebagai rahasia ajaib untuk menemukan-Mu dan mengasihi-Mu dengan sempurna, mereka akan berseru-seru melawan orang berbakti itu, dan akan mereka berikan kepada orang itu beribu-ribu alasan sesat untuk membuktikan kepadanya bahwa orang hendaknya tidak berbicara sebegitu banyak tentang Santa Perawan Maria, bahwa ada penyalahgunaan-penyalahgunaan besar dalam devosi ini, dan bahwa orang harus berusaha menghancurkan devosi tersebut, dan alih-alih justru berbicara tentang-Mu, bukan membawa orang menuju devosi kepada Maria yang sudah dengan cukup mereka kasihi.
Kadang-kadang orang mendengar mereka berbicara tentang devosi kepada Ibunda Suci-Mu itu, bukan karena hendak membina dan meyakinkan orang lain tentang devosi itu, namun untuk menghancurkan penyalahgunaan-penyalahgunaan yang telah dibuat dengan devosi tersebut. Sedangkan, Tuan-Tuan itu tak punya rasa saleh dan devosi lembut kepada-Mu, sebab mereka tak memiliki kedua-duanya kepada Maria, karena mereka memandang rosario, skapulir, kaplet sebagai devosi banci, yang hanya pantas untuk orang bodoh, dan tanpanya orang bisa selamat. Dan kalau mereka jumpai beberapa orang berbakti kepada Santa Perawan Maria dengan mendaraskan Rosario atau mengamalkan praktik devosi lain kepada Maria, pikiran dan hati mereka akan segera berubah: alih-alih Rosario, mereka akan menyarankan orang itu mengucapkan tujuh Mazmur; alih-alih devosi kepada Santa Perawan Maria, mereka menyarankannya berdevosi kepada Yesus Kristus.
Ya Yesusku yang terkasih, orang-orang itu punya Roh-Mukah? Berkenankah mereka kepada-Mu dengan bertindak seperti itu? Berkenankah kepada-Mu, orang yang tidak mengerahkan segenap upaya untuk berkenan kepada Ibunda-Mu, karena takut mengecewakan Engkau? Devosi kepada Ibunda Suci-Mu menghalangi devosi kepada-Mukah? Penghormatan yang kami berikan kepadanya dia simpan bagi dirinya sendirikah? Ibunda-Mu itu mengasingkan dirikah? Apakah dia itu orang asing yang tak punya hubungan apa-apa dengan Engkau? Kecewakah Engkau dengan orang yang ingin berkenan kepada Ibunda-Mu? Berpisah atau menjauh dari cinta kasih-Mukah, orang yang berserah kepada Ibunda-Mu dan mengasihinya?
65. Namun demikian, ya Guruku yang terkasih, kebanyakan orang terpelajar ini telah dihukum atas keangkuhan mereka, karena sekiranya segala sesuatu yang sudah kukatakan itu benar, mereka tetap menjauhi devosi kepada Ibunda Suci-Mu dan tidak bersikap kurang acuh tak acuh. Jagalah diriku, ya Tuhan, jagalah diriku dari pemikiran dan praktik-praktik mereka, dan perkenankanlah aku mengambil bagian dalam rasa bersyukur, rasa hormat, rasa meluhurkan dan cinta yang Kaupunya kepada Ibunda Suci-Mu, supaya aku boleh semakin mengasihi-Mu dan memuliakan-Mu seiring aku meneladani-Mu dan mengikut Engkau lebih dekat lagi.
66. Aku sampai titik ini seolah-olah belum berkata apa-apa untuk menghormati Ibunda Suci-Mu, lantas berilah aku rahmat untuk memujinya secara layak: Fac me digne tuam Matrem collaudare, kendati semua musuh itu, seteru-seteru-Mu, dan biarkanlah aku bersuara lantang bersama para Kudus: Non praesumat aliquis Deum se habere propitium qui benedictam Matrem offensam habuerit... : “Hendaknya orang yang menghina Bunda Suci Allah tidak menjadi sedemikian gegabah, sehingga menganggap diri akan beroleh kerahiman-Nya.”
67. Demi beroleh dari kerahiman-Mu, devosi sejati kepada Bunda Suci-Mu dan demi menginspirasikannya kepada seisi bumi, buatlah aku mengasihi-Mu dengan penuh semangat, dan karena itu, terimalah doa membara yang kupanjatkan bagi-Mu bersama Santo Agustinus dan para sahabat sejati-Mu:
Orasi mengagumkan dari Santo Agustinus ini hendak saya alihbahasakan dari Latin, supaya orang-orang yang mendengar bahasa Latinnya mendaraskannya setiap hari untuk meminta cinta kasih Yesus, yang kita cari melalui Santa Perawan Maria.
Keinginan para umat yang tidak tahu bahasa Latin bisa dipuaskan dengan memberikan terjemahan doa itu di sini:
§II. – Kebenaran Kedua: Kita Adalah Milik Yesus Kristus dan Maria.
68. Harus disimpulkan dari Yesus Kristus sehubungan diri kita, bahwa kita bukanlah milik diri kita sendiri, seperti kata sang Rasul, namun seutuh-utuhnya milik Yesus, ibarat anggota tubuh-Nya dan budak yang telah Dia tebus dengan harga sedemikian mahal, dengan harga darah-Nya seutuh-utuhnya. Sebelum Pembaptisan, kita dulu dimiliki Iblis sebagai para budaknya; dan Pembaptisan telah menjadikan kita sebagai hamba sejati Yesus Kristus, yang harus hidup, bekerja dan mati hanya demi berbuah untuk sang Allah-Manusia itu, memuliakan-Nya dalam badan kita dan menjadikan-Nya Raja di dalam jiwa kita, sebab kita adalah taklukkan-Nya, umat yang Dia tebus dan harta warisan-Nya. Alasan itu jugalah yang membuat Roh Kudus membandingkan kita: 1) dengan pepohonan yang ditanam di sepanjang sungai rahmat, di padang rumput Gereja, yang harus menghasilkan bebuahan pada waktunya; 2) dengan ranting pohon anggur yang Yesus Kristus adalah pokoknya, yang harus menghasilkan buah anggur baik; 3) dengan kawanan domba yang digembalai Yesus Kristus, yang harus beranak-pinak dan menghasilkan susu; 4) dengan tanah baik yang digarap Allah, dan yang di dalamnya tumbuhlah benih sampai tiga puluh, enam puluh atau seratus kali lipat. Yesus Kristus sudah memberi kutukan-Nya atas pohon ara tak berbuah, dan menjatuhkan kutukan atas hamba percuma yang tidak memanfaatkan talentanya. Itu semua membuktikan kepada kita bahwa Yesus Kristus ingin menerima beberapa buah dari pribadi kita yang kurus kering ini, maksudnya, perbuatan-perbuatan baik kita, sebab perbuatan-perbuatan baik itu Dialah empunya seorang diri: Creati in operibus bonis in Christo Jesu[2]: “Diciptakan dalam perbuatan-perbuatan baik dalam Yesus Kristus”. Itulah perkataan yang menunjukkan bahwa Yesus Kristus adalah pangkal satu-satunya dan harus merupakan pangkal satu-satunya segala perbuatan baik kita, dan bahwa kita harus mengabdi Dia, bukan hanya seperti pelayan bayaran, namun sebagai hamba kasih. Saya jelaskan.
69. Di dunia ini, ada dua cara untuk menjadi milik orang lain dan bergantung pada otoritasnya, yakni: pelayanan dan kehambaan sederhana; pihaknya kita sebut sebagai pelayan dan hamba.
Dengan pelayanan bersama seperti yang dimiliki umat Kristen, seseorang berupaya melayani orang lain selama waktu tertentu, dengan upah atau gaji tertentu.
Dengan kehambaan, seseorang bergantung seutuhnya kepada orang lain selama masa hidupnya, dan harus melayani majikannya, tanpa mengklaim darinya upah atau gaji apa-apa, ibarat binatang yang hidup dan matinya berhak ditentukan oleh sang majikan.
70. Ada tiga jenis kehambaan: kehambaan kodrat, kehambaan paksa dan kehambaan sukarela. Semua makhluk adalah hamba Allah jenis pertama: Domini est terra et plenitudo ejus[3]; roh-roh jahat dan kaum terkutuk tergolong jenis kedua; Orang Benar dan Para Kudus tergolong jenis ketiga. Kehambaan sukarela merupakan yang tersempurna dan termulia bagi Allah, Dia yang memandang hati dan juga meminta hati, Dia yang dinamai Allah segala hati, atau Allah segala kehendak penuh cinta. Alasannya, dengan kehambaan ini orang memilih Allah dan mengabdi Dia di atas segala-galanya, meskipun kodrat orang itu tidak mewajibkannya.
71. Ada perbedaan paripurna antara seorang pelayan dan seorang hamba:
72. Di kalangan umat manusia, tiada yang lebih membuat kita menjadi milik orang lain, selain kehambaan. Tiada pula di kalangan umat Kristen yang lebih menjadikan kita secara absolut milik Yesus Kristus dan Ibunda Suci-Nya, selain kehambaan sukarela, seturut teladan Yesus Kristus sendiri, Dia yang telah mengambil rupa seorang hamba dengan cinta kasih kepada kita: Formam servi accipiens[4], dan teladan Perawan Suci, yang telah menyatakan dirinya hamba dan abdi Tuhan. Sang Rasul disebut dengan nama kehormatan servus Christi.[5] Orang-orang Kristen beberapa kali disebut dalam Kitab Suci dengan nama servi Christi. Ada orang besar yang dengan benar berkata, bahwa kata servus dahulu kala hanya bermakna hamba, sebab dulu, belum ada pelayan-pelayan seperti dewasa ini, ketika para majikan hanya dilayani oleh hamba atau orang merdeka. Dengan istilah yang jelas terang-benderang, Katekismus menyebut kita mancipia Christi, “hamba Yesus Kristus”, dan dengan demikian melenyapkan segala keraguan bahwa kita adalah hamba Yesus Kristus.
73. Menimbang itu, saya ungkapkan bahwa kita harus menjadi milik Yesus Kristus dan menghamba kepada-Nya, bukan hanya sebagai pelayan bayaran, namun sebagai hamba penuh kasih, yang terdorong oleh cinta kasih besar berserah dan memberikan diri untuk melayani-Nya sebagai hamba, dengan kehormatan satu-satunya untuk menjadi milik-Nya. Sebelum Pembaptisan, kita dahulu adalah hamba Iblis: Pembaptisan telah menjadikan kita hamba Yesus Kristus: orang Kristen haruslah entah hamba Iblis, atau hamba Yesus Kristus.
74. Yang saya katakan secara absolut tentang Yesus Kristus, saya katakan secara relatif tentang Santa Perawan Maria. Sebelum Maria dipilih oleh Yesus sebagai rekan tak terpisahkan dalam hidup-Nya, wafat-Nya, kemuliaan-Nya serta kuasa-Nya di Surga dan di bumi, Maria sudah diberikan rahmat oleh Yesus sehubungan dengan Kemegahan-Nya supaya Ibunda-Nya itu memiliki segala hak dan privilese yang sama yang Dia miliki secara kodrat: Quidquid Deo convenit per naturam, Mariae convenit per gratiam... “Segala sesuatu yang pantas dimiliki Allah karena kodrat, patut dimiliki Maria karena rahmat”, ujar para Kudus, sehingga menurut mereka, karena Yesus dan Maria memiliki kehendak dan kuasa yang sama, lantas mereka berdua memiliki rakyat, pelayan dan hamba yang sama.
75. Dengan demikian, seturut pemikiran para Kudus dan beberapa orang besar, kita bisa menyatakan dan menjadikan diri kita sebagai hamba kasih Santa Perawan Maria, supaya kita bisa dengan lebih sempurna lagi menjadi hamba Yesus Kristus. Santa Perawan Maria adalah sarana yang digunakan oleh Tuhan kita untuk datang kepada kita; Santa Perawan Maria jugalah sarana yang harus kita gunakan untuk datang kepada-Nya. Maria tidak seperti ciptaan-ciptaan lainnya: karena lekat dengan ciptaan-ciptaan ini bisa lebih menjauhkan kita dari Allah, daripada kalau kita menjauhi mereka. Namun yang paling diidamkan Maria adalah menyatukan kita dengan Yesus Kristus, Putranya; sedangkan yang paling diidamkan Putra adalah supaya kita datang kepada Dia melalui Ibunda Suci-Nya. Hal itulah yang bagi-Nya berkenan dan merupakan penghormatan. Sebab, ibarat kata, orang yang hendak menghormati dan berkenan kepada seorang raja, menjadi rakyat dan hamba raja itu dengan lebih sempurna jikalau orang itu menghamba ratunya. Itulah sebabnya para Bapa kudus, diikuti oleh Santo Bonaventura, berkata bahwa Santa Perawan Maria merupakan jalan untuk datang kepada Tuhan kita: Via veniendi ad Christum est appropinquare ad illam (In spicil.-min).
76. Selain itu, kalau seperti yang saya katakan, Santa Perawan Maria adalah ratu dan penguasa Surga dan bumi: Imperio Dei omnia subjiciuntur et Virgo; ecce imperio Virginis omnia subjiciuntur et Deus (ujar Santo Anselmus, Santo Bernardus, Santo Bernardinus, Santo Bonaventura), bukankah itu berarti dia memiliki rakyat dan hamba yang sama jumlahnya dengan jumlah ciptaan? Tak masuk akalkah, bahwa dari antara begitu banyaknya hamba paksa, ada beberapa yang merupakan hamba kasih: yakni, hamba yang dengan sukarela memilih mengabdi Maria sebagai Penguasa mereka? Apa?! Manusia dan roh jahat saja punya hamba sukarela, bagaimana bisa Maria tidak punya? Apa?! Seorang raja menganggap sebagai kehormatan kalau ratunya, yaitu pendampingnya, punya hamba-hamba yang hidup matinya berhak ditentukan oleh Sri Ratu, sebab, kehormatan dan kuasa penguasa yang satu adalah kehormatan dan kuasa milik penguasa yang lain. Lantas, masa kita mau percaya bahwa Tuhan kita, selaku putra terbaik dari segala putra, Dia yang telah membuat Ibunda Suci itu mengambil bagian dalam segenap kuasa-Nya, menganggap tidak pantas kalau Ibunda-Nya itu memiliki hamba-hamba? Masakah rasa hormat dan kasih yang Dia punya kepada Ibunda-Nya lebih kecil dari yang dipunya Ahasyweros kepada Ester, lebih kecil dari yang dimiliki Salomo kepada Batsyeba? Siapa gerangan berani berkata dan sampai-sampai berpikir seperti itu?
77. Namun ke manakah pena mengantar saya? Mengapakah saya berhenti di sini untuk membuktikan sesuatu yang sudah begitu kentara? Kalau orang tak mau menyebut diri hamba Santa Perawan Maria, biarkan saja! Biarlah kita menjadikan diri kita dan menyatakan diri kita sebagai hamba Yesus Kristus, sebab itu menjadikan kita hamba Santa Perawan Maria, karena Yesus merupakan buah dan kemuliaan Maria. Demikianlah yang kita lakukan dengan sempurna dalam devosi yang akan kita bahas berikutnya.
§III. – Kebenaran Ketiga: Kita harus meninggalkan segala yang buruk dalam diri kita.
78. Perbuatan-perbuatan kita lazimnya ternoda dan rusak akibat tanah busuk yang ada dalam diri kita. Ketika orang menuang air bersih dan jernih ke dalam bejana berbau busuk, atau anggur ke dalam takaran yang sudah memuat anggur lain yang tengik, lantas air jernih serta anggur itu pun menjadi busuk dan dengan gampang berubah bau menjadi tidak sedap. Demikian pula, ketika ke dalam bejana jiwa kita yang sudah ternoda oleh dosa asal dan dosa nyata, Allah mencurahkan rahmat-rahmat serta embun surgawi-Nya (istilahnya, anggur lezat cinta kasih-Nya), karunia-karunia-Nya itu lazimnya membusuk dan ternoda akibat khamir jahat dan tanah busuk yang ditinggalkan dosa dalam diri kita. Perbuatan-perbuatan kita, bahkan kebajikan-kebajikan terluhur sekalipun, akibatnya berbau tengik. Lantas dalam upaya beroleh kesempurnaan (yang hanya bisa diraih melalui persatuan dengan Yesus Kristus), sungguh amat penting untuk mengosongkan segala sesuatu yang buruk dalam diri kita: kalau tidak, Tuhan kita, Dia yang kemurnian-Nya tak terhingga, dan yang kebencian-Nya tiada batas terhadap noda sekecil apa pun dalam jiwa, akan menolak kita di mata-Nya, dan tidak akan mau bersatu dengan diri kita.
79. Untuk mengosongkan diri dari kita sendiri, kita harus:
80. Menimbang itu, haruskah orang terkejut bahwa Tuhan kita telhah berkata bahwa barang siapa hendak mengikut Dia, harus menyangkal diri sendiri dan membenci nyawanya: bahwa sekiranya orang mengasihi nyawanya akan kehilangan nyawanya itu, dan barang siapa membenci dirinya sendiri akan beroleh keselamatan jiwa?[8] Sang Hikmat tak terhingga, yang tak berfirman tanpa alasan, hanya bersabda agar kita membenci diri sendiri karena kita sungguh amat patut dibenci: tiada yang sedemikian patut dikasihi selain Allah, tiada yang sedemikian patut dibenci selain diri kita sendiri.
Praktik yang akan saya singkap adalah salah satu rahasia ini, tak dikenal oleh sebagian besar orang Kristen, dikenal hanya oleh sedikit orang yang berbakti, dan dilaksanakan serta dihargai oleh orang-orang yang lebih sedikit lagi. Untuk mulai tahu apa itu praktik ini, mari kita beralih kepada kebenaran keempat, menyusul kebenaran ketiga.
§IV. – Kebenaran Keempat: Perlunya Perantara kepada Yesus Kristus Sang Perantara.
83. Lebih sempurna, karena lebih rendah hati, kalau kita tidak menghampiri Allah sendirian, tanpa disertai seorang perantara. Seperti yang sudah saya tunjukkan, tanah jiwa kita sebegitu busuknya, sehingga jika kita mengandalkan pekerjaan-pekerjaan, kerajinan dan persiapan diri kita sendiri untuk sampai pada Allah dan berkenan kepada-Nya, sudah pasti bahwa semua kebenaran kita akan bernoda, atau dianggap enteng oleh Allah, kalau kita hendak mengundang-Nya bersatu dengan diri kita dan mengabulkan permohonan kita. Sebab bukan tanpa alasan Allah telah memberikan kita perantara-perantara untuk datang kepada Kemegahan-Nya: telah Dia lihat ketidaklayakan dan ketidakberdayaan diri kita. Dia mengasihani kita, dan untuk menyanggupkan kita beroleh kerahiman-kerahiman-Nya, telah disediakan-Nya bagi kita para perantara penuh kuasa untuk datang menuju kebesaran-Nya. Itulah sebabnya, kalau kita mengabaikan para perantara itu dan mencoba langsung menghampiri kekudusan-Nya tanpa perantara yang mengantar kita, artinya kita tidak rendah hati, artinya kita tidak hormat dengan Allah yang begitu luhur dan sucinya. Itu berarti kita menyepelekan Raja diraja, dan menganggapnya hanya seorang raja atau pangeran dari bumi, yang bahkan takkan mau kita hampiri kalau tidak disertai seorang sahabat yang mau berbicara mewakili kita.
84. Tuhan kita adalah pembela serta perantara penebusan dengan Allah Bapa. Melalui diri-Nya kita harus berdoa bersama segenap Gereja berjaya dan Gereja militan; melalui diri-Nyalah kita mendapatkan jalan menuju Kemegahan-Nya, dan kita hanya pernah boleh tampil di hadapan-Nya dengan mengandalkan serta mengenakan jasa-jasa-Nya, bagaikan si kecil Yakub mengenakan kulit anak kambing di depan Ishak untuk menerima berkatnya.
85. Namun tak perlukah kita seorang perantara dengan Sang Perantara sendiri? Kemurnian kita sedemikian besarnyakah, sehingga bisa menyatukan diri kita secara langsung dengan Dia, dan dengan usaha kita sendiri? Bukankah Dia itu Allah, yang dalam segala sesuatu setara Bapa-Nya? Bukankah Dia dengan demikian adalah Sang Kudus dari antara para kudus, dan karena itu patut mendapat hormat yang sama seperti hormat kepada Bapa-Nya? Kalau dengan kasih-Nya yang tak terhingga, Dia sudah menjadikan diri-Nya sebagai jaminan serta perantara kita kepada Allah Bapa-Nya demi menenangkan murka-Nya serta melunasi utang kita kepada-Nya, lantas patutkah kita membalas dengan rasa hormat serta takut yang lebih kecil kepada kemegahan dan kekudusan-Nya?
Maka marilah kita berkata dengan teguh bersama Santo Bernardus, bahwa kita perlu seorang perantara kepada Sang Perantara sendiri, dan bahwa Santa Perawan Maria adalah orang yang paling mampu menunaikan tanggung jawab kasih itu. Melalui Perawan Marialah Yesus Kristus datang, dan melalui Perawan Maria jugalah kita harus datang kepada Yesus Kristus. Kalau kita takut datang langsung kepada Yesus Kristus Allah kita, entah takut kebesaran-Nya yang tak terbatas, atau karena rendahnya diri kita atau karena dosa-dosa kita, marilah kita dengan teguh memohon pertolongan Maria Bunda kita: dia itu baik, dia itu lembut. Tiada yang keras atau tak enak dalam dia, tiada yang terlampau luhur dan terlalu silau. Melihatnya sama dengan melihat kodrat murni kita. Perawan Maria bukanlah matahari, matahari yang dengan kemilau sinar-sinarnya bisa menjadikan kita buta akibat kelemahan diri kita. Namun Bunda Allah itu cantik dan manis bagaikan bulan, yang menerima cahayanya dari matahari dan melembutkan cahaya itu demi menyesuaikannya dengan diri kita yang lemah. Begitu pengasihnya Santa Perawan Maria, sehingga tak ditolaknya seorang pun yang meminta perantaraannya, betapapun besar dosa mereka itu; sebab, ujar para Kudus, sejak bumi dijadikan, tiada pernah terdengar Sang Perawan menolak orang yang berlindung kepadanya dengan penuh kepercayaan dan ketekunan. Begitu besar kuasa Perawan Suci itu, sehingga tiada pernah permintaan-permintaannya ditolak; dirinya hadir menghadap Putranya hanya untuk memohon kepada-Nya: begitu Dia menerimanya, segera Dia mengabulkannya: Dengan penuh rasa sayang, Dia selalu ditaklukkan oleh dada, rahim serta doa-doa Bunda kinasih-Nya itu.
86. Ini semua diambil dari Santo Bernardus dan Santo Bonaventura. Itulah sebabnya mereka berpendapat bahwa ada tiga anak tangga yang harus kita naiki untuk sampai kepada Allah. Yang pertama, yakni yang terdekat dengan kita dan yang paling sesuai kemampuan kita: Maria. Yang kedua adalah Yesus Kristus. Dan yang ketiga adalah Allah Bapa. Untuk sampai pada Yesus, kita harus datang kepada Maria, dialah perantara kita dalam perantaraan; untuk datang pada Bapa yang kekal, kita harus datang pada Yesus, Dialah perantara kita dalam penebusan. Namun tatanan ini akan kita jaga sempurna dengan devosi yang akan saya bahas berikutnya.
§V. – Kebenaran Kelima: Harta rohani kita rentan hilang dalam genggaman tangan kita sendiri.
87. Sungguh sulit bagi kita yang lemah lagi rapuh ini untuk menjaga rahmat serta harta yang telah kita terima dari Allah dalam diri kita sendiri:
Catatan kaki:
Santo Louis (Ludovikus) Maria Grignion de Montfort, Traité de la vraie Dévotion à la sainte Vierge [Risalah Devosi Sejati kepada Santa Perawan Maria], Edisi XIX, Izin cetak versi Prancis dari Renatus Fransiskus (Uskup Lusiona/Luçon, Prancis) tanggal 18 Des. 1842, Imprimerie Oberthur, Rennes-Paris, 1906, hal. 43-72.
[1] Tom. IX, Operum meditat…
[2] Surat kepada Jemaat di Efesus, II, 10.
[3] Mazmur, XXIII, 1.
[4] Surat kepada Jemaat di Filipi, II, 7.
[5] Surat kepada Jemaat di Galatia, I, 10, dll.
[6] Roma, VI, 6.
[7] Kejadian, VI, 12.
[8] Santo Yohanes, XII, 25.
[9] 1 Korintus, XV, 31.
[10] Santo Yohanes, XII, 24.
[11] 1 Korintus, IV, 7.
[12] Catatan dalam terjemahan Prancis: tiga patah kata ini qui la servent [“yang melayaninya”, dalam bahasa Indonesia], tidak ada dalam manuskripnya. Kata-kata ini jelas mengungkapkan pikiran St. Louis.
St Aloysius Gonzaga doakanlah kami. Bantulah kami maju dalam mengutamakan kerendahan hati setiap hari. 🙏
Kita 4 bulanBaca lebih lanjut...Pengamatan menarik. Lebih relevan lagi karena banyak dari materi kami membahas bidah-bidah & kemurtadan Vatikan II, yang melibatkan orang-orang yang mengaku Katolik, padahal sebenarnya tidak, karena banyak dari mereka telah...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...Berarti anda tidak paham ttg arti katholik, jadi anda belajar yg tekun lagi spy cerdas dlm komen
Orang kudus 6 bulanBaca lebih lanjut...Anda bahkan tidak percaya bahwa Yesus mendirikan Gereja Katolik, dan anda menyebut diri Katolik. Sungguh sebuah aib. Yesus jelas-jelas mendirikan Gereja di atas Santo Petrus (Mat. 16:18-19), yakni Gereja Katolik,...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...Membaca artikel-artikel di Website ini, aku ingat satu ayat di Kitab Amsal. "Didikan yang keras adalah bagi orang yang meninggalkan jalan yang benar, dan siapa benci kepada teguran akan mati."...
St. Paul 6 bulanBaca lebih lanjut...Saya katolik, tetapi hanya perkataan Yesus yang saya hormati, yaitu tentang cinta kasih. Yesus tidak mendirikan gereja katolik. Anda paham arti cinta kasih? Cinta kasih tidak memandang. Tuhan meminta kita...
Kapten.80 7 bulanBaca lebih lanjut...Terimakasih atas artikelnya, saya semakin mengerti perjalanan kerajaan raja salomo
Novriadi 8 bulanBaca lebih lanjut...Justru karena kami punya kasih Kristiani sejati kepada sesama kamilah, materi-materi kami ini kami terbitkan. St. Paulus mengajarkan, bahwa kita harus menelanjangi perbuatan-perbuatan kegelapan (Ef. 5:11). Gereja Katolik, satu-satunya lembaga...
Biara Keluarga Terkudus 9 bulanBaca lebih lanjut...Halo – devosi kepada Santa Perawan Maria itu krusial untuk keselamatan dan pengudusan jiwa. Namun, dan juga yang terpenting, orang harus 1) punya iman Katolik sejati (yakni, iman Katolik tradisional),...
Biara Keluarga Terkudus 9 bulanBaca lebih lanjut...Since your comment is written in English, we are responding in English and including a translation in Indonesian. However, we would recommend that you write us in Indonesian instead, if...
Biara Keluarga Terkudus 9 bulanBaca lebih lanjut...