^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Hidup Ini Adalah Perjalanan ke Alam Baka - Pertimbangan XIV St. Alfonsus
PERTIMBANGAN XIV.
Hidup Ini Adalah Perjalanan ke Alam Baka.
“Manusia akan pergi ke rumahnya di alam baka.” Pengkhotbah xii. 5.
POIN PERTAMA.
Ketika menyadari bahwa di bumi ini, ada begitu banyak orang jahat yang hidup makmur, dan di sisi lain, ada begitu banyak orang benar yang hidup di tengah-tengah cobaan, orang-orang pagan pun, yang hanya menggunakan terang kodrat, mengakui kebenaran yang satu ini: bahwa ada sesosok Allah, dan Allah ini adalah ilah yang adil, dan karena itu, haruslah ada kehidupan lain, kehidupan yang di dalamnya orang fasik dihukum dan orang benar diberi pahala. Namun yang terlihat oleh orang-orang pagan hanya dengan terang kodrat semata, itulah yang kita akui dalam iman sebagai orang-orang Kristen: “Di sini kita tidak mempunyai kota yang tetap; namun kita mencari kota yang akan datang” (Ibrani xiii. 14). Bumi ini bukanlah negeri yang kita punyai, namun hanya tempat kita singgah, yang harus kita lalui cepat-cepat untuk beralih ke rumah kita di alam baka: “Manusia akan pergi ke rumahnya di alam baka.”
Maka, hai pembacaku yang terkasih, rumah yang anda huni itu bukan milik anda; itu ibaratnya tempat penginapan; dari situ, anda sebentar lagi, dan pada saat yang paling tak terduga, akan harus bergegas pergi. Ketahuilah, bahwa ketika saat kematian sudah tiba, mereka yang paling anda sayangi akan menjadi yang pertama yang akan mencampakkan anda daripadanya. Lantas, akan ada di mana rumah anda yang sebenarnya? Kubur akan menjadi tempat hunian badan anda sampai hari pengadilan, dan jiwa anda akan harus pergi ke rumah alam baka, entah ke Surga atau ke Neraka. “Maka dari itu”, petuah St. Agustinus kepada anda, “anda hanya seorang tamu; anda melihat dan lalu pergi.” Seorang musafir akan gila adanya, kalau dirinya melewati sebuah negeri, dan menggunakan harta warisannya untuk membeli sebuah vila atau rumah, yang akan harus ditinggalkannya hanya dalam jangka waktu beberapa hari. Maka coba renungkanlah, ujar orang kudus itu, bahwa di dunia ini, anda hanya seorang penumpang; rasa sayang janganlah anda taruh pada hal-hal yang anda lihat; lihatlah lalu pergilah, dan pergilah anda membeli rumah yang baik bagi diri anda sendiri, rumah yang akan harus anda huni untuk selama-lamanya.
Kalau anda selamat, berbahagialah anda! Oh, betapa indahnya rumah anda di Surga itu! Istana raja yang termegah sekalipun hanyalah gubuk ketimbang kota Firdaus, satu-satunya kota yang dapat disebut “kota kecantikan sempurna” (Ratapan ii. 15). Di sana, tiada lagi yang anda damba-dambakan, karena anda tinggal dalam masyarakat orang kudus, milik Bunda Tersuci dan milik Yesus Kristus, tanpa pernah merasa takut lagi. Pada dasarnya, anda akan tinggal dalam samudra kebahagiaan dan sukacita yang terus-menerus. Di sisi lain, kalau anda binasa -- ah, betapa celakanya diri anda! -- anda akan dikurung dalam lautan api penuh siksaan, penuh keputusasaan, anda ditinggalkan oleh semua orang, dan tanpa disertai Allah. Dan untuk berapa lamakah? Apa mungkin, setelah ratusan ribu tahun, rasa sakit anda akan berakhir? Berakhir! Ratusan ribu juta tahun dan masa akan berlalu, dan Neraka itu akan selalu baru bermula bagi anda. Seperti apakah ribuan tahun, ketimbang alam baka? Lebih singkat dari satu hari yang berlalu: “Seribu tahun di mata-Mu bagaikan kemarin hari yang sudah berlalu” (Mazmur lxxxix. 4). Apakah anda sekarang ingin tahu, di mana tempat yang akan anda huni untuk selama-lamanya? Itu akan menjadi tempat yang pantas anda dapatkan, dan yang anda sendiri pilih dengan perbuatan-perbuatan anda.
DAMBAAN DAN DOA.
Maka lihatlah, ya Tuhan, tempat hunian yang telah patut didapatkan hidupku; sayangnya, itu adalah Neraka, tempat yang pantas kuhuni sejak saat pertama diriku berdosa, ditinggalkan oleh-Mu, dan tanpa harapan mampu mencintai Engkau lagi. Terberkatilah kerahiman-Mu untuk selama-lamanya, karena telah menantikan aku, dan memberikanku waktu untuk memperbaiki kejahatan yang telah kulakukan. Terberkatilah Darah Yesus Kristus untuk selama-lamanya, yang telah memperolehkan kerahiman ini bagiku. Tidak, ya Allahku, takkan lagi kusalahgunakan kesabaran-Mu. Atas segala kejahatan yang lain, kuberduka karena telah menghina-Mu; dukaku itu lebih besar daripada karena Neraka yang telah patut kudapatkan, sebab aku telah menghina kebaikan-Mu yang tak terhingga. Takkan lagi, ya Allahku, takkan pernah lagi; namun biarkanlah aku mati daripada menghina diri-Mu lagi. Seandainya aku di Neraka sekarang, ya Kebaikanku yang Terluhur, tak bisa lagi aku mencintai-Mu; tidak lagi diri-Mu pun bisa mencintaiku. Kucinta Kau, dan kuingin Kaucintai; itu tak pantas kudapat, namun Yesus Kristus patut mendapatkannya, Ia yang telah mengorbankan diri-Nya sendiri kepada-Mu di Salib, demi mendapatkan ampun dan cinta kasih-Mu kepadaku. Karena itu, ya Bapa yang Kekal, demi cinta akan Putra-Mu, berilah aku rahmat untuk senantiasa mengasihi-Mu, dan mengasihi-Mu besar-besar. Kucinta Kau, ya Bapaku, karena telah memberikan Putra-Mu kepadaku. Kucinta Kau, ya Putra Allah, karena Kau telah wafat bagiku. Kucinta kau, ya Bunda Yesus, karena dengan perantaraanmu, kau telah memperolehkan waktu bagiku untuk bertobat. Perolehkanlah bagiku sekarang, ya Ratu yang terberkati, dukacita atas dosa-dosaku, cinta kasih kepada Allah, dan ketekunan suci.
POIN KEDUA.
“Bila pohon tumbang ke selatan atau ke utara, di tempat pohon itu jatuh, di situ ia tinggal terletak” (Pengkhotbah xi. 3). Di tempat pohon jiwa anda jatuh, di situlah anda harus tinggal untuk selama-lamanya. Tidak ada jalan tengah: menjadi raja selama-lamanya di Surga, atau budak selama-lamanya di Neraka. Terberkati selama-lamanya dalam samudra kebahagiaan, atau putus asa selama-lamanya dalam jurang siksaan. Ketika St. Yohanes Krisostomus merenung tentang orang rakus dalam Injil, yang oleh dunia dianggap berbahagia karena dirinya kaya, namun yang kemudian terkubur dalam Neraka; dan tentang Lazarus, yang sebaliknya, dianggap menderita karena miskin, namun kemudian berbahagia di Surga, ia berseru: “Ya kebahagiaan yang celaka, yang menyeret orang kaya ke dalam duka derita abadi! Ya penderitaan yang berbahagia, yang membimbing orang miskin ke dalam sukacita abadi!”
Apa gunanya menyiksa dirimu sendiri, seperti ujaran beberapa orang yang berkata: “Siapa yang tahu, apakah aku ini bagian dari orang terkutuk ataukah orang terpredestinasi?” Ketika pohon ditebang, jatuh ke manakah dia? Ia jatuh ke sisi ke mana dia condong. Saudaraku, anda condong ke sisi manakah? Seperti apakah hidup yang anda jalani? Berjuanglah supaya diri anda selalu condong ke selatan, jagalah diri anda dalam rahmat Allah, berlarilah jauh-jauh dari dosa; dengan demikian, anda akan menyelamatkan diri anda sendiri dan menjadi bagian dari orang-orang pilihan. Dan demi menghindari dosa, camkanlah baik-baik dalam benak anda, pikiran tentang alam baka yang besar itu, yang oleh St. Agustinus, disebutkannya dengan tegas sebagai “pikiran besar”. Pikiran ini telah membuat begitu banyak orang dalam masa mud abelia mereka, meninggalkan dunia dan hidup di padang belantara, demi merawat jiwa mereka sendiri saja; dan mereka telah mengamankan jiwa mereka. Sekarang, ketika mereka sudah selamat, mereka tentunya bersukacita, dan akan bersukacita untuk selama-lamanya.
Ada seorang gadis yang hidup tanpa mengingat Allah. Dia dipertobatkan oleh Romo M. Avila, hanya semata dengan berkata kepada gadis itu: “Nona, pikirkanlah dua kata ini, selalu dan tak pernah”. Romo Paulus Segneri tak bisa tidur selama bermalam-malam, akibat satu pikiran saja yang dialaminya tentang akhirat, dan sejak saat itu, ia menjalani hidup yang lebih keras. Drexelius bercerita, bahwa pikiran tentang akhirat menyebabkan seorang uskup menjalani hidup suci, dengan senantiasa mengucapkan hal ini kepada dirinya sendiri, “Setiap saat, aku berdiri di gerbang akhirat.” Seorang biarawan mengurung dirinya sendiri dalam gua, dan tidak berbuat apa-apa di dalam sana selain berseru, “Ya akhirat! Ya akhirat!” “Barang siapa percaya akan akhirat”, ujar Romo Avila yang sama, “dan tidak menjadi orang kudus, harus dikurung dalam rumah sakit jiwa.”
DAMBAAN DAN DOA.
Ah, ya Allahku, kasihanilah aku! Sudah kuketahui, bahwa dengan berdosa, aku mengutuk diriku sendiri ke dalam alam baka penuh rasa sakit untuk selama-lamanya, dan walau demikian, aku senang ketika menentang kehendak-Mu, dan mendapatkan rasa sakit ini; dan demi apakah? Demi kenikmatan yang celaka. Ah, ya Tuhanku, ampunilah aku; karena kubertobat dengan segenap hatiku! Takkan lagi kulawan kehendak suci-Mu. Celakalah aku, seandainya Engkau telah mencabut nyawaku ketika aku sedang menjalani hidup yang jahat; aku sekarang pastinya sudah dihukum untuk tinggal selama-lamanya di dalam Neraka, untuk membenci kehendak-Mu. Namun kucinta kehendak-Mu sekarang, dan akan selalu mencintainya. Ajarlah aku, dan berilah aku kekuatan ke depannya, untuk melaksanakan kehendak suci-Mu. Takkan lagi kulawan diri-Mu, ya Kebaikan Tak Terhingga; dan hanya kupinta pertolongan ini, “Jadilah kehendak-Mu, di atas bumi seperti di dalam Surga”; karuniakanlah aku rahmat untuk melakukan kehendak-Mu dengan sempurna, dan tak kuminta apa-apa lagi. Dan apakah yang Kauinginkan, ya Allahku, selain kesejahteraan dan keselamatanku? Ah, Bapa yang Kekal, dengarkanlah aku, demi cinta akan Yesus Kristus, yang telah mengajar diriku supaya selalu berdoa kepada-Mu; dan dalam nama-Nya, kuminta: “Jadilah kehendak-Mu, jadilah kehendak-Mu, jadilah kehendak-Mu”. Oh, berbahagialah kau, kalau aku hidup selama sisa hidupku, dan menutup hidupku, dengan melakukan kehendak-Mu!
POIN KETIGA.
“Manusia akan pergi ke rumahnya di alam baka.” Sang Nabi berkata, “akan pergi”, untuk menggambarkan bahwa setiap orang akan pergi ke rumah yang dipilihnya; orang itu tidak akan dibawa ke sana, namun akan pergi dengan seturut kehendaknya. Allah pasti menginginkan setiap orang untuk selamat; namun Ia tidak akan memaksa kita agar selamat. Ia telah meletakkan hidup dan kematian di hadapan diri kita masing-masing, dan yang kita pilih, itulah yang akan diberikan kepada kita: “Hidup dan mati terletak di depan manusia, apa yang dipilih akan diberikan kepadanya” (Sirakh xv. 18). Yeremia demikian pula berkata, bahwa Tuhan telah memberi kita dua jalan untuk dilangkahi: yang satu jalan ke Surga, yang lain jalan ke Neraka: “Lihatlah, telah Kutempatkan bagimu jalan kehidupan dan jalan kematian” (Yeremia xxi. 8). Pilihannya ada di tangan kita. Namun bagaimana pernah orang yang memilih berjalan di jalan menuju Neraka bisa mendapati dirinya sampai ke Surga? Semua pendosa ingin selamat; dan pada saat itu juga, mereka menghukum diri mereka sendiri masuk Neraka, dengan berkata, “Aku berharap menyelamatkan diriku sendiri”. Namun siapa, ujar St. Agustinus, yang begitu gilanya, sehingga meneguk racun dengan harapan bisa sembuh?” Dan walau demikian, ada begitu banyak orang Kristen, layaknya orang gila, membunuh jiwa mereka dengan berdosa, sambil berkata, “Sejak ini, aku akan memikirkan obatnya.” Oh delusi, engkau telah mengirim begitu banyak orang masuk Neraka!
Janganlah kita menjadi gila seperti orang-orang ini; marilah kita ingat, bahwa akhiratlah pertaruhannya. Betapa besar kesulitan yang dialami manusia, demi membangun sebuah tempat tinggal yang nyaman, sejuk dan sehat, sambil berpikir bahwa mereka akan harus menghuninya di sepanjang hidup mereka! Lantas, mengapakah mereka begitu teledornya soal tempat tinggal yang akan harus mereka huni untuk selama-lamanya? “Perkara yang kita perjuangkan adalah alam baka”, ujar St. Eukerius. Pilihannya bukanlah rumah yang lebih atau kurang nyaman, yang lebih atau kurang sejuk, namun antara tempat tinggal yang penuh sukacita di tengah-tengah para sahabat Allah, atau jurang siksaan bersama gerombolan orang fasik, bidah dan penyembah berhala yang tercela itu. Dan untuk berapa lamakah? Bukan untuk dua puluh atau empat puluh tahun, namun untuk selama-lamanya. Ini adalah perkara yang besar. Ini bukanlah suatu perkara untuk sesaat saja; segala sesuatu bergantung pada perkara ini. Ketika St. Thomas More dihukum mati oleh Henry VIII, istrinya, Ludovika, berupaya meyakinkan orang kudus itu supaya menuruti kehendak Henry; pada saat itu, ia berkata kepada istrinya: “Katakan kepadaku, Ludovika -- kaulihat diriku ini sekarang sudah tua, -- berapa tahun lagikah kaukira aku mungkin masih bisa hidup?” Istrinya menjawab: “Engkau mungkin masih akan hidup dua puluh tahun lagi.” “Ah, wanita bodoh”, jawabnya, “lantas, demi dua puluh tahun lagi hidup di dunia ini, engkau ingin diriku ini kehilangan alam baka penuh kebahagiaan, dan menghukum diriku masuk alam baka penuh kesakitan!”
Ya Allah, berikanlah aku terang. Seandainya akhirat itu hal yang diragukan, seandainya itu hanya pendapat yang mungkin, kita tetap harus menjadikannya sebagai bahan pelajaran supaya kita hidup baik, agar kita tidak terpapar bahaya celaka untuk selama-lamanya, seandainya pendapat ini mungkin terbukti benar. Namun tidak, akhirat tidaklah diragukan, namun niscaya; bukanlah suatu pendapat, melainkan kebenaran iman: “Manusia akan pergi ke rumahnya di alam baka.” Sayang sekali! St. Teresa berkata, bahwa kurangnya iman, adalah sebab begitu banyak dosa, dan terkutuknya begitu banyak orang Kristen. Maka marilah kita senantiasa kembali menghidupkan iman kita, dengan berkata: “Aku percaya akan kehidupan kekal;” aku percaya bahwa setelah hidup ini, akan ada kehidupan lain yang tiada pernah berakhir. Dan dengan senantiasa meletakkan pikiran ini di depan mat akita, marilah kita menempuh segala jalan untuk memastikan keselamatan kekal kita. Marilah kita sering-sering menerima Sakramen; marilah kita setiap harinya bermeditasi dan merenungkan kehidupan kekal; marilah kita menghindari kesempatan-kesempatan berbahaya; dan kalau perlu dunia ditinggalkan, marilah meninggalkannya, sebab tak ada keberhati-hatian yang mungkin terlalu besar, demi memastikan perkara keselamatan kekal yang besar itu. “Tak ada keamanan yang terlalu besar, ketika akhiratlah yang dipertaruhkan”, ujar St. Bernardus.
DAMBAAN DAN DOA.
Maka, ya Allahku, tak ada jalan tengah: aku akan selama-lamanya berbahagia, atau selama-lamanya celaka; tenggelam entah dalam samudra kebahagiaan, atau penyiksaan; entah bersama-Mu di Surga, atau selama-lamanya jauh dan terpisah dari-Mu dalam Neraka. Dan Neraka ini, kuketahui dengan pasti, bahwa diriku telah begitu sering pantas mendapatkannya; namun kuketahui pula dengan pasti, bahwa Engkau bahwasanya mengampuni siapa saja yang bertobat, dan meluputkan dari Neraka siapa saja yang berharap dalam Dikau. Kuyakini itu: “Barang siapa berseru kepada-Ku … dirinya akan Kubebaskan, dan akan Kumuliakan” (Mazmur xc. 15). Maka bergegaslah, ya Allahku, -- bergegaslah dan ampunilah diri-Ku, dan luputkanlah aku dari Neraka. Kuberduka karena telah menghina-Mu di atas segala kejahatan lainnya, ya Kebaikanku yang Terluhur. Bergegaslah memulihkan diriku supaya dapat berkenan kepada-Mu, dan berilah aku kasih-Mu yang suci. Andaikan aku ada di Neraka sekarang, aku tak bisa lagi mengasihi-Mu; aku pasti terdesak untuk membenci-Mu untuk selama-lamanya. Ah, ya Allahku, apakah yang telah Kauperbuat kepadaku, sehingga aku bisa membenci-Mu? Engkau telah mengasihi-Ku bahkan sampai wafat pula; Engkau patut mendapat kasih yang tak terbatas. Ya Tuhan, jangan biarkan aku lagi terpisah dari Engkau. Kau kucinta, dan akan kucintai untuk selama-lamanya. “Siapakah yang akan memisahkan aku dari cinta kasih Kristus?” Ah, ya Yesusku, dosa sendirilah yang bisa memisahkan aku dari Engkau; ah, dengan Darah yang telah Kautumpahkan demi aku, jangan biarkan itu terjadi; biarkan aku mati saja. Ya Ratuku dan Bundaku, bantulah aku dengan doa-doamu; buatlah agar aku mati saja, dan mengalami ribuat maut, daripada terpisah lagi-lagi dari cinta kasih Putramu.
Catatan kaki:
Disadur dari sumber berbahasa Inggris, yang orisinalnya diterjemahkan dari bahasa Italia.
St. Alfonsus Maria de Liguori, The Eternal Truths. Preparation for Death [Kebenaran-Kebenaran Abadi. Persiapan Kematian], London, Burns and Lambert, 1857, hal. 95-101.
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 3 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 3 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 4 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 4 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 6 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 7 bulanBaca lebih lanjut...