Santo Gregorius Agung berkata:
“Barangsiapa menodai dirinya sendiri dengan kecemaran hawa nafsu menutup pintu gerbang hatinya terhadap masuknya kebenaran.”
Setelah Raja Daud, Raja Salomo menjadi penerusnya sebagai pemimpin atas Israel.
Di dalam 1 Raja-Raja 3 (atau 3 Raja-Raja 3 jika anda membaca Alkitab Douay-Rheims, Alkitab Katolik), kita membaca bahwa Salomo mengasihi Tuhan.
Intensi-intensi Salomo murni adanya. Ia hendak melayani Allah dan berjalan di dalam jalan-Nya. Sebagai perwujudan kemurnian intensinya, Salomo dengan tulus hati meminta Tuhan untuk memberikannya hati yang bijak dan pengertian. Ia meminta kebijaksanaan untuk menghakimi rakyat dengan keadilan, dan pengertian untuk membedakan kebaikan dan kejahatan. Intensinya yang murni berkenan kepada Tuhan. Itulah mengapa Tuhan mengaruniai Salomo dengan karunia-karunia yang unik dan berlimpah.
“Lalu adalah baik di mata Tuhan bahwa Salomo meminta hal yang demikian. Jadi berfirmanlah Allah kepadanya: ‘Oleh karena engkau telah meminta hal yang demikian dan tidak meminta umur panjang atau kekayaan atau nyawa musuhmu, melainkan pengertian untuk memutuskan hukum, maka sesungguhnya Aku melakukan sesuai dengan permintaanmu itu, sesungguhnya Aku memberikan kepadamu hati yang penuh hikmat dan pengertian, sehingga sebelum engkau tidak ada seorangpun seperti engkau, dan sesudah engkau takkan bangkit seorangpun seperti engkau. Dan juga apa yang tidak kauminta Aku berikan kepadamu, baik kekayaan maupun kemuliaan, sehingga sepanjang umurmu takkan ada seorangpun seperti engkau di antara raja-raja.” – 1 Raja-Raja 3:10-13
Jadi, kita melihat bahwa Allah memberikan Salomo kebijaksanaan yang lebih besar daripada yang pernah dimiliki orang lain. Inilah suatu contoh bagaimana Tuhan memberikan pahala yang berlimpah kepada intensi-intensi yang murni serta keinginan-keinginan yang tulus.
Raja Salomo segera menunjukkan kebijaksanaannya dengan secara benar menghakimi perkara antara dua wanita yang memperebutkan anak yang sama, sehingga orang-orang menjadi takjub.
“Ketika seluruh orang Israel mendengar keputusan hukum yang diberikan raja, maka takutlah mereka kepada raja, sebab mereka melihat, bahwa hikmat dari pada Allah ada dalam hatinya untuk melakukan keadilan.” – 1 Raja-Raja 3:28
“…hikmat Salomo melebihi hikmat segala bani Timur dan melebihi segala hikmat orang Mesir. Ia lebih bijaksana dari pada semua orang… sebab itu ia mendapat nama di antara segala bangsa sekelilingnya. Ia menggubah tiga ribu amsal, dan nyanyiannya ada seribu lima… Maka datanglah orang dari segala bangsa mendengarkan hikmat Salomo… yang telah mendengar tentang hikmatnya itu.” - 1 Raja-Raja 4
Hikmat dan keberlimpahan Salomo melampaui raja-raja di dunia. Ia memiliki suatu angkatan laut, dan ia membangun sebuah rumah untuk Tuhan – Bait Agung. Kerajaannya demikian agungnya sehingga bangsa-bangsa datang dari tempat yang jauh untuk melihat kemegahannya.
Kita membaca tentang Ratu Syeba dan bagaimana Sri Ratu datang mengunjungi Salomo. Ini adalah wanita yang dibicarakan oleh Yesus di Mt. 12:42:
“Ratu dari selatan akan dibangkitkan dalam penghakiman bersama generasi ini, dan dia akan menghukumnya, sebab ia telah datang dari ujung bumi untuk mendengarkan hikmat Salomo; dan lihatlah, yang lebih besar daripada Salomo ada di sini!"
“Ketika ratu negeri Syeba mendengar kabar tentang Salomo, berhubung dengan nama Tuhan, maka datanglah ia hendak mengujinya dengan teka-teki. Ia datang ke Yerusalem dengan pasukan pengiring yang sangat besar, dengan unta-unta yang membawa rempah-rempah, sangat banyak emas dan batu permata yang mahal-mahal. Setelah ia sampai kepada Salomo, dikatakannyalah segala yang ada dalam hatinya kepadanya. Dan Salomo menjawab segala pertanyaan ratu itu; bagi raja tidak ada yang tersembunyi, yang tidak dapat dijawabnya untuk ratu itu. Ketika ratu negeri Syeba melihat segala hikmat Salomo dan rumah yang telah didirikannya, makanan di mejanya, cara duduk pegawai-pegawainya, cara pelayan-pelayannya melayani dan berpakaian, minumannya dan korban bakaran yang biasa dipersembahkannya di rumah Tuhan, maka tercenganglah ratu itu. Dan ia berkata kepada raja: ‘Benar juga kabar yang kudengar di negeriku tentang engkau dan tentang hikmatmu…dalam hal hikmat dan kemakmuran, engkau melebihi kabar yang kudengar.’” – 1 Raja-Raja 10
Akan tetapi, Salomo lalu melakukan dosa-dosa bersama wanita-wanita. Allah telah memerintahkan umat-Nya agar tidak menikahi wanita-wanita dari bangsa lain sebab mereka menyembah ilah-ilah sesat.
“Adapun raja Salomo mencintai banyak perempuan asing. Di samping anak Firaun ia mencintai perempuan-perempuan Moab, Amon, Edom, Sidon dan Het… Hati Salomo telah terpaut kepada mereka dengan cinta.” – 1 Raja-Raja 11:1-2
Salomo bukan hanya melakukan dosa dengan menikahi wanita-wanita dari bangsa lain, tetapi ia juga menikmati dosa-dosa seksual. Akibatnya, hatinya menjadi amat cemar dan imannya serta hubungannya dengan Allah menjadi hancur. Salomo luar biasa terbutakan dan diperbudak oleh dosa-dosa seksualnya. Ia sedemikian memuja dosa-dosa daging ini sehingga ia secara nyata memiliki 700 istri dan 300 selir.
“Ia mempunyai tujuh ratus isteri dari kaum bangsawan dan tiga ratus gundik; isteri-isterinya itu menarik hatinya dari pada Tuhan. Sebab pada waktu Salomo sudah tua, isteri-isterinya itu mencondongkan hatinya kepada allah-allah lain… Demikianlah Salomo mengikuti Asytoret, dewi orang Sidon, dan mengikuti Milkom, dewa kejijikan sembahan orang Amon, dan Salomo melakukan apa yang jahat.” – 1 Raja-Raja 11:3-6
Dosa-dosa seksual Salomo menjerumuskannya ke dalam kebejatan dan kemusyrikan seksual. Salomo, yang dahulu mencintai dan melayani Tuhan, ia yang telah dilimpahi karunia oleh-Nya dengan hikmat dan keberlimpahan yang tak tertandingi, sekarang membangun altar-altar kepada ilah-ilah iblis dari bangsa-bangsa.
“…dan Salomo melakukan apa yang jahat di mata Tuhan…Pada waktu itu Salomo mendirikan bukit pengorbanan bagi Kamos, dewa kejijikan sembahan orang Moab… dan bagi Molokh, dewa kejijikan sembahan bani Amon. Demikian juga dilakukannya bagi semua isterinya, orang-orang asing itu, yang mempersembahkan korban ukupan dan korban sembelihan kepada allah-allah mereka. Sebab itu Tuhan menunjukkan murka-Nya kepada Salomo…” – 1 Raja-Raja 11:6-9
Tuhan bukan hanya menghukum Salomo dengan kebutaan lebih lanjut, tetapi Ia membangkitkan musuh-musuh yang melawan Salomo dan memperingatkannya akan kebinasaannya.
“Lalu berfirmanlah Tuhan kepada Salomo: ‘Oleh karena begitu kelakuanmu, yakni engkau tidak berpegang pada perjanjian dan segala ketetapan-Ku yang telah Kuperintahkan kepadamu, maka sesungguhnya Aku akan mengoyakkan kerajaan itu dari padamu dan akan memberikannya kepada hambamu…. Kemudian Tuhan membangkitkan seorang lawan Salomo…” – 1 Raja-Raja 11:11-14
Salomo mati. Dan tidak seperti Daud, Alkitab sama sekali tidak memberikan indikasi akan pertobatannya. Patut dicatat pula bahwa sewaktu kerajaan Salomo mencapai puncak keagungannya, kita membaca bahwa ia membawa enam ratus enam puluh enam talenta emas setiap tahunnya.
“Adapun emas, yang dibawa kepada Salomo dalam satu tahun ialah seberat enam ratus enam puluh enam talenta…” – 1 Raja-Raja 10:14
Angka ini disebutkan dua kali di dalam Perjanjian Lama sehubungan dengan Salomo dan jumlah emas yang diterimanya. Tampaknya pada sekitar waktu itulah – atau tidak lama setelahnya – Salomo jatuh ke dalam dosa dan menjadi binatang ketidakmurnian dan penyembahan berhala.
Angka enam ratus enam puluh enam, tentunya, disebutkan di dalam Kitab Wahyu, sehubungan dengan angka sang binatang.
Apakah terdapat suatu makna yang signifikan bahwa enam ratus enam puluh enam talenta emas dibawa kepada Raja Salomo sewaktu ia berada di puncak keagungannya? Kami percaya bahwa jawabannya adalah ya. Kami percaya bahwa enam ratus enam puluh enam – jumlah talenta emas yang diterimanya – juga melambangkan manusia di tempat Allah.
Sebab kita membaca di dalam 1 Samuel 8 bahwa sewaktu orang-orang Yahudi meminta seorang raja untuk memimpin mereka, Tuhan menjadi sangat gusar.
“…berkumpullah semua tua-tua Israel; mereka datang kepada Samuel… dan berkata kepadanya: ‘…Berikanlah kepada kami seorang raja untuk memerintah kami,’ perkataan itu mengesalkan Samuel, maka berdoalah Samuel kepada Tuhan. Tuhan berfirman kepada Samuel: ‘Dengarkanlah perkataan bangsa itu dalam segala hal yang dikatakan mereka kepadamu, sebab bukan engkau yang mereka tolak, tetapi Akulah yang mereka tolak, supaya jangan Aku menjadi raja atas mereka.” – 1 Samuel 8
Bangsa Israel menginginkan seorang raja untuk memimpin mereka – untuk meraja atas mereka – seperti yang dimiliki oleh bangsa-bangsa lain. Tetapi Tuhan amat gusar atas permintaan ini karena hal itu berarti bahwa mereka menolak-Nya sebagai Raja mereka. Mereka menginginkan seorang manusia untuk meraja atas mereka. Walaupun Ia gusar, Tuhan mengabulkan permintaan mereka.
Jadi, sewaktu Salomo menerima enam ratus enam puluh enam talenta emas setiap tahunnya, ia pada dasarnya diperlakukan sebagai Allah di bumi. Ia dan kerajaannya berubah dari sesuatu yang melayani Tuhan – dan dipahalai oleh-Nya dengan keberlimpahan – menjadi suatu kenikmatan yang musyrik di dalam hawa nafsu dan kekayaan yang tidak wajar… dan diperlakukan bagaikan allah.
Jadi, kami percaya bahwa enam ratus enam puluh enam talenta emas diberikan kepada Salomo sebagai suatu indikasi bahwa makna sejati dari enam ratus enam puluh enam adalah manusia di tempat Allah. Hal itu berarti digantikannya Allah dengan manusia, digantikannya Kristus dengan manusia.
Sangatlah menarik bahwa Paus Pius X berkata bahwa tanda yang khas milik Antikristus adalah manusia di tempat Allah.
Paus St. Pius X, E Supremi Apostolatus, 4 Oktober 1903:
“Sewaktu, di sisi lain, dan hal ini menurut rasul yang sama merupakan tanda yang khas milik Antikristus, manusia dengan kelancangan yang tidak terbatas menempatkan dirinya sendiri di tempat Allah.”
Terimakasih atas artikelnya, saya semakin mengerti perjalanan kerajaan raja salomo