^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Cara Bersiap Menyambut Ajal - Pertimbangan X St. Alfonsus
PERTIMBANGAN X.
Cara Bersiap Menyambut Ajal
“Ingatlah akhir hidupmu, maka engkau takkan pernah berbuat dosa.” – Sirakh vii. 40.
POIN PERTAMA.
Semua orang sadar bahwa mereka akan mati suatu hari nanti, dan hanya mati satu kali saja; dan bahwa tiada yang lebih penting dari kenyataan itu, sebab kebahagiaan kekal atau keputusasaan abadi kita bergantung pada saat itu. Dan semua orang juga tahu bahwa kematian ini akan baik atau buruk, tergantung baik atau burukkah hidup mereka dahulu. Namun demikian, mengapakah gerangan kebanyakan orang Kristen hidup seolah-olah mereka tidak akan mati, atau bagaikan baik buruknya kematian mereka tidak begitu penting? Kita hidup jahat, karena kita tidak memikirkan ajal: “Ingatlah akhir hidupmu, maka engkau takkan pernah berbuat dosa.” Kita harus meyakini bahwa waktu kematian bukanlah waktu membereskan urusan-urusan kita, demi menjamin perkara keselamatan kekal kita yang besar itu.
Dalam urusan-urusan duniawi, orang bijak di dunia ini menyempatkan waktu untuk mengerahkan segala upaya demi mendapat keuntungan yang ini, jabatan kehormatan yang itu, pernikahan tertentu; dan adapun kesehatan badan, mereka tidak menunda satu saat pun untuk mengambil obat-obatan yang diperlukan. Apa kata anda tentang orang akan bertanding dalam kompetisi akademik, namun menunda bersiap diri sampai tiba waktunya? Bukankah seorang jenderal akan dikira gila, seandainya ia menunda-nunda menyimpan persediaan dan persenjataan, sampai dirinya dikepung? Tidak gilakah nakhoda itu, kalau abai mempersiapkan jangkar dan tali-temali sampai dirinya diterpa badai? Demikian juga persisnya nasib orang Kristen yang menunggu untuk membereskan perkara-perkara hati nuraninya sampai ajal sungguh menanti di ambang pintunya: “Apabila kedahsyatan datang ke atasmu seperti badai … maka mereka akan berseru kepada-Ku, dan Aku tidak akan mendengar: mereka akan makan dari buah perbuatan mereka” (Amsal i. 27, 31).
Waktu kematian adalah waktu prahara dan kegalauan; pada waktu itulah para pendosa berseru kepada Allah supaya menolong mereka, namun hanya karena rasa takut akan Neraka, yang mereka sadari sudah dekat dengan mereka, dan tanpa ada pertobatan sejati dari hati; dan karena itu Allah tidak mendengar mereka: “Manusia akan menuai apa yang ditaburkannya.” Ah, karena itu tidaklah cukup hanya menyambut Sakramen-Sakramen: kita harus mati membenci dosa, dan mengasihi Allah di atas segala-galanya. Namun bagaimanakah orang dapat membenci kenikmatan-kenikmatan terlarang, kalau sampai saat itu ia telah mengasihi kenikmatan-kenikmatan itu? Lantas, bagaimanakah ia bisa mengasihi Allah di atas segala-galanya, kalau sampai saat itu ia mencintai ciptaan lebih dari Allah? Dengan benar Tuhan menyebut para gadis itu bodoh, karena mereka menunda untuk mempersiapkan pelita mereka sampai sang Mempelai sudah tiba. Kita semua takut akan kematian mendadak, sebab tidak ada waktu untuk membereskan urusan-urusan kita.
Semua orang mengakui bahwa santo-santa sungguh bijaksana, sebab mereka bersiap menyambut ajal sebelum ajal itu tiba. Lalu kita, apakah yang kita lakukan? Akankah kita membuka diri kepada bahaya, sehingga harus bersiap untuk mati dengan baik ketika maut sudah dekat dengan kita? Kita pada saat ini harus melakukan hal yang akan kita sesali tidak kita lakukan menjelang maut. Oh, betapa celakanya diri kita kelak, ketika ingat akan waktu yang hilang, apalagi waktu yang kita buang-buang dengan sia-sia! Waktu diberikan kepada kita oleh Allah demi berbuat jasa, namun waktu yang sudah berlalu tidak akan kembali. Betapa gelisahnya diri kita ketika kita kelak mendengar: “Tidak lagi engkau menjadi bendahara!” Tiada lagi waktu untuk berpenitensi, untuk menyambut Sakramen, untuk mendengar khotbah, untuk melawat Yesus Kristus di dalam gereja-gereja, untuk berdoa. Yang sudah terjadi, sudah terjadi. Maka kita perlu pikiran yang lebih sehat, waktu yang lebih tenang untuk membuat pengakuan dosa kita sebagaimana mestinya, untuk membereskan berbagai perkara sangsi nurani yang berat, dan agar dapat menenangkan hati nurani kita; namun “tidak akan ada waktu lagi.”
DAMBAAN DAN DOA.
Ah, ya Allahku, seandainya aku mati pada malam yang Engkau ketahui itu, akan berada di mana diriku ini? Kubersyukur kepada-Mu karena telah menungguku; dan kubersyukur kepada-Mu atas semua saat yang seharusnya telah kulewatkan di dalam Neraka, sejak saat pertama aku menghina-Mu. Ah, berilah aku terang, dan karuniakanlah aku rahmat untuk mengetahui besarnya kesalahan yang telah kuperbuat kepada-Mu dengan secara sengaja kehilangan rahmat-Mu, yang telah Kauperoleh dengan layak bagiku, dengan mengorbankan diri-Mu sendiri di salib. Ah, ya Yesusku, ampunilah aku, sebab aku berduka dengan segenap hatiku, dan di atas segala kejahatan, karena telah membenci kebaikan-Mu yang tak terhingga, dan kuberharap Engkau sudah mengampuni Aku. Tolonglah aku, ya Juru Selamatku, supaya jangan sampai aku pernah kehilangan diri-Mu lagi. Ah, ya Tuhanku, seandainya aku akan menghina-Mu lagi, setelah menerima begitu banyak terang dan begitu banyak rahmat dari Engkau, tidakkah aku pantas mendapat Neraka yang dibuat khusus bagiku? Dengan jasa-jasa Darah yang telah Kautumpahkan demi cinta akan aku, janganlah biarkan itu terjadi. Berilah aku ketekunan suci; berilah aku kasih-Mu. Kau kucinta, ya Kebaikanku yang Terluhur; dan takkan pernah aku berhenti mengasihi-Mu sampai aku mati. Ya Allahku, kasihanilah aku, demi cinta akan Yesus Kristus. Dan engkau juga, ya Maria, harapanku, kasihanilah aku, serahkanlah diriku ini pada Allah; Tuhan yang begitu mengasihimu itu tidak pernah menolak persembahan-persembahanmu.
POIN KEDUA.
Saudaraku, karena anda pasti akan mati, bergegaslah cepat-cepat tiarap di kaki Penebusmu yang disalib itu; bersyukurlah kepada-Nya atas waktu yang diberikan-Nya padamu dalam kerahiman-Nya untuk membereskan perkara-perkara hati nuranimu, dan menyelidiki kekacauan dari hidupmu yang sudah-sudah, terutama dari masa mudamu. Layangkanlah pandangan pada asas-asas Ilahi, selidikilah pekerjaan-pekerjaanmu, kelompok-kelompok yang telah kaudatangi, catatlah secara tertulis kegagalan-kegagalanmu, buatlah pengakuan dosa umum untuk seluruh hidupmu, kalau anda belum melakukannya. Oh betapa berfaedahnya pengakuan dosa umum dalam menata hidup orang Kristen! Renungkanlah, bahwa anda harus membuat pertanggungjawaban di akhirat; dan karena itulah, bereskanlah perkara-perkara itu ibarat anda harus mempertanggungjawabkannya kepada Yesus Kristus sebagai Hakim yang menilai anda. Usirlah segala kelekatan jahat dari hati anda, setiap dendam kesumat; setiap penyebab sangsi nurani sehubungan harta milik orang lain, tabiat orang yang telah anda hancurkan, skandal yang telah anda timbulkan, dan bertekadlah untuk menjauhi kesempatan-kesempatan yang bisa membuat anda kehilangan Allah. Renungkanlah bahwa hal-hal yang tampak sulit bagi anda di hari ini, akan tampak mustahil di waktu ajal.
Yang terpenting adalah bertekad mengamalkan cara-cara menjaga diri anda dalam rahmat Allah. Cara-caranya sebagai berikut: Misa setiap hari, renungan tentang kebenaran-kebenaran abadi, menyambut pengakuan dosa dan Komuni setidak-tidaknya sekali setiap delapan hari, melawat Sakramen Mahakudus dan Bunda Allah, menjadi anggota konfraternitas, melakukan bacaan rohani, memeriksa batin setiap sore hari, melakukan devosi tertentu kepada Santa Perawan Maria – seperti berpuasa di hari Sabtu – dan terutama, berniat menyerahkan diri anda sering-sering kepada Allah dan Santa Perawan Maria, dengan memanggil nama Yesus dan Maria yang teramat suci, terutama di kala anda diganggu godaan: inilah cara anda bisa mengalami ajal yang baik dan mendapat kehidupan kekal.
Mengamalkan hal-hal ini akan menjadi tanda predestinasi terbesar bagi anda. Adapun masa lalu, taruhlah kepercayaan anda pada Darah Yesus Kristus, yang sekarang memberi terang ini kepada anda karena Ia ingin menyelamatkan diri anda; dan yakinilah perantaraan Maria, yang mendapatkan terang ini bagi anda. Dengan aturan hidup yang seperti itu, dan kepercayaan dalam Yesus dan Maria, oh, betapa besarnya pertolongan Allah bagi kita, dan betapa besarnya kekuatan yang didapatkan jiwa! Maka bergegaslah, hai pembaca yang terkasih, serahkanlah diri anda seutuhnya kepada Allah yang memanggil anda, dan mulailah anda menikmati damai itu, damai yang bagi anda telah hilang sampai saat ini akibat kesalahan anda. Dan seperti apakah damai sejahtera yang lebih besar yang dapat dirasa jiwa, selain mampu berkata ketika rebah pada malam hari: Kalau saja ajal menjemput pada malam ini, aku berharap bisa mati dalam rahmat Allah. Betapa besar penghiburan yang datang ketika mendengar sambaran guntur, ketika merasakan tanah yang bergetar, dan menantikan ajal dengan kepasrahan, kalau demikianlah keputusan Allah!
DAMBAAN DAN DOA.
Ah, ya Tuhanku, betapa besarnya syukurku kepada-Mu atas terang yang telah Kauberikan kepadaku! Aku sudah begitu seringnya meninggalkan-Mu, telah kupalingkan punggungku kepada-Mu; namun Engkau tidak meninggalkanku. Seandainya Engkau telah meninggalkanku, aku akan tetap buta, seperti yang telah kupilih sampai saat ini; aku akan terus kukuh dalam dosaku, dan tiada pun kupunya keinginan untuk meninggalkan dosaku itu ataupun kehendak untuk mengasihi-Mu. Sekarang, kurasakan dukacita besar karena telah menghina-Mu, serta keinginan yang besar untuk berada dalam rahmat-Mu: kubenci kenikmatan-kenikmatan terkutuk ini, yang telah menjadi sebab diriku kehilangan persahabatan dengan-Mu: semua ini adalah rahmat yang datang dari Engkau, dan membuat diriku berharap bahwa Engkau hendak mengampuni dan menyelamatkanku. Maka karena dengan dosaku yang banyak ini, Engkau belum meninggalkan aku, dan ingin menyelamatkanku, lihatlah aku ya Tuhan, kuserahkan diriku seutuhnya kepada-Mu; kuberduka karena telah menghina diri-Mu di atas segala kejahatan; dan aku bertekad kehilangan nyawaku seribu kali daripada kehilangan rahmat-Mu. Kucinta Kau, ya Kebaikanku yang Terluhur; dan kuberharap dalam Darah-Mu, supaya Engkau takkan pernah membiarkan aku kembali terpisah dari-Mu. Tidak, ya Yesusku, takkan pernah diriku ini kehilangan Engkau lagi. Aku akan selalu mengasihi-Mu dalam hidup; aku akan mengasihimu dalam maut; aku akan mengasihi-Mu untuk selama-lamanya. Maka jagalah aku selalu, dan besarkanlah kasihku kepada-Mu. Ini kuminta dengan jasa-jasa-Mu. Ya Maria, ya harapanku, doakanlah aku kepada Yesus.
POIN KETIGA.
Selain, kita harus berjuang setiap waktu supaya keadaan kita sebagaimana yang kita inginkan pada waktu kematian: “Berbahagialah orang yang mati dalam Tuhan” (Wahyu xiv. 13). St. Ambrosius berkata bahwa orang-orang yang mati dengan baik adalah mereka yang, pada waktu ajal, sudah mati bagi dunia, maksudnya, terlepas dari barang-barang yang kelak akan dilepaspaksakan oleh ajal dari diri kita. Karena itulah, sejak saat ini, kita harus menerima hilangnya harta milik kita, perpisahan dari saudara-saudara sedarah kita dan dari segala sesuatu di bumi ini. Kalau kita tidak melakukannya dengan sukarela dalam hidup, kita akan harus melakukannya dalam kebutuhan ketika dijemput ajal; namun pada waktu itu, kita akan melakukannya dengan dukacita yang besar, dan dengan bahaya yang membayangi keselamatan kekal diri kita. Karena itulah St. Agustinus menegur kita, bahwa supaya bisa mati dalam damai, kita perlu membereskan kepentingan-kepentingan duniawi kita selama hidup ini, dengan membuat rencana yang layak bagi harta milik kita yang harus kita tinggalkan; agar di waktu ajal, kita boleh disibukkan hanya dengan perkara menyatukan diri kita dengan Allah. Maka percakapan kita haruslah tentang Allah dan Surga saja. Saat-saat terakhir itu terlalu berharga untuk dibuang-buang dengan pikiran-pikiran tentang dunia. Mahkota orang-orang pilihan disempurnakan dalam maut, sebab pada waktu itulah, mungkin, kita menuai panenan terbesar dalam jasa-jasa kita, dengan merangkul rasa sakit dan kematian itu dengan pasrah dan penuh kasih.
Namun orang tidak bisa mempunyai pikiran-pikiran baik semacam itu pada waktu kematian, kalau selama hidupnya, dia tidak melakukan latihan-latihan itu. Karena itulah beberapa orang saleh tertentu, menuai faedah yang besar dengan membiasakan diri setiap bulannya untuk bersiap menyambut kematian setelah mengaku dosa dan berkomuni, dengan perbuatan-perbuatan Kristiani: membayangkan diri mereka sendiri pada ranjang kematian menjelang akhir hidup mereka. Apa yang tidak dilakukan dalam hidup sangat sulit dilakukan pada waktu kematian. Hamba Allah yang agung, Suster Katarina dari St. Albertus, seorang Teresian, mengesah ketika ia sekarat dan berkata: Saudari-saudariku, aku tidak mengesah karena takut akan kematian, sebab selama dua puluh lima tahun, aku sudah menantikannya; aku mengesah karena melihat banyak orang memperdayai diri mereka sendiri, dengan menjalani hidup penuh dosa, dan hanya berupaya berdamai dengan Allah pada saat kematian, saat diriku hampir tidak bisa mengucapkan nama Yesus.
Maka hai saudaraku, periksalah apabila hatimu sekarang lekat dengan apa pun di dunia ini: kepada orang itu, kepada penghormatan itu, kepada rumah itu, kepada uang itu, kepada percakapan-percakapan itu, kepada hiburan-hiburan itu; dan ingatlah bahwa engkau manusia fana. Kelak, anda akan harus meninggalkan segala-galanya, dan mungkin dengan segera. Lantas mengapakah anda menyayangi keterlekatan dengan hal-hal itu, dan mengalami bahaya kematian yang menggelisahkan? Persembahkanlah segala-galanya sejak saat ini kepada Allah; bersiaplah meninggalkan segala sesuatu kalau itu boleh berkenan kepada-Nya. Kalau anda ingin mati dengan pasrah, sejak saat ini anda harus memasrahkan diri anda kepada segala peristiwa mudarat yang mungkin menimpa diri anda, dan melepaskan diri anda dari segala kelekatan dengan hal-hal duniawi. Taruhlah saat kematian di depan mata anda, dan hendaknya anda membenci segala-galanya. “Orang”, ujar St. Hieronimus, “dengan mudah membenci segala-galanya, jikalau ia terus-menerus ingat bahwa ia akan mati.”
Jika anda belum memutuskan jalan hidup anda, pilihlah jalan hidup yang akan anda pilih menjelang ajal, dan yang akan memberi anda kepuasan terbesar dalam kematian. Namun kalau anda sudah membuat pilihan itu, lakukanlah apa yang akan anda harap sudah anda lakukan dalam jalan hidup itu. Berbuatlah ibarat setiap hari adalah hari terakhir dalam hidup anda, dan setiap perbuatan anda itu perbuatan yang terakhir; setiap doa, setiap pengakuan dosa, setiap komuni, lakukanlah ibarat itu merupakan yang terakhir. Bayangkanlah diri anda setiap jamnya seolah-olah anda akan meninggal, terbaring di ranjang dan mendengarkan kata-kata terakhir itu: “Pergilah dari dunia ini.” Oh, betapa pikiran ini akan membantu anda untuk berjalan baik-baik di dunia ini dan melepaskan diri anda darinya: “Berbahagialah hamba yang didapati tuannya melakukan tugasnya itu, ketika tuannya itu datang” (St. Matius xxiv. 46). Barang siapa menantikan maut di setiap jamnya akan mati dengan baik, sekiranya pun ia mati mendadak.
DAMBAAN DAN DOA.
Setiap orang Kristen harus bersiap-siap untuk berkata pada saat ajal akan diwartakan padanya: Maka ya Allahku, hanya ada beberapa jam yang tersisa bagiku. Selama beberapa jam ini, aku akan mengasihi-Mu sebesar yang kubisa dalam hidup ini, supaya kubisa mengasihi-Mu lebih besar lagi di kehidupan yang berikutnya. Namun hanya ada tersisa sedikit bagiku yang bisa kupersembahkan bagi-Mu; kupersembahkan rasa sakit ini dan kupersembahkan hidupku dalam persatuan dengan kurban yang telah dibuat oleh Yesus Kristus demi aku di Salib. Ya Tuhan, rasa sakit yang kutanggung itu hanya sedikit dan ringan disbanding yang telah patut kudapatkan. Karena demikian adanya, kurangkul rasa sakit itu sebagai tanda cinta yang kupunya bagi-Mu. Kuterima segala hukuman dengan lapang dada, kalau Kauberkenan untuk menjatuhkannya atas diriku di kehidupan ini dan di kehidupan yang akan datang: kalau aku boleh mengasihi-Mu di akhirat, hukumlah aku seberat yang Kauingini, namun janganlah Kautarik cinta kasih-Mu daripadaku. Kutahu bahwa tak pantas aku mengasihi-Mu, sebab telah begitu seringnya membenci cinta kasih-Mu; namun Engkau tak dapat menolak jiwa yang bertobat. Aku menyesal, ya Kebaikanku yang Terluhur, karena telah menghina-Mu. Kucinta Kau dengan segenap hatiku, dan kutempatkan segenap kepercayaanku pada-Mu. Wafatku, ya Penebusku, adalah pengharapanku. Ke dalam tangan-Mu yang terluka, kuserahkan rohku. Ya Yesusku, Kautelah berikan Darah-Mu untuk menyelamatkanku; jangan biarkan aku terpisah dari-Mu. Kucinta Kau, ya Allah yang kekal; dan kuharap boleh mengasihi-Mu di akhirat. Ya Maria, ya Ibundaku, bantulah aku pada saat kematian yang ngeri itu. Sekarang kuserahkan rohku kepadamu; katakanlah kepada Putramu, supaya mengasihani aku. Kuserahkan diriku kepadamu; oh, luputkanlah aku dari Neraka.
Catatan kaki:
Disadur dari sumber berbahasa Inggris, yang orisinalnya diterjemahkan dari bahasa Italia.
St. Alfonsus Maria de Liguori, The Eternal Truths. Preparation for Death [Kebenaran-Kebenaran Abadi. Persiapan Kematian], London, Burns and Lambert, 1857, hal. 67-73.
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 3 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 3 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 4 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 4 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 6 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 7 bulanBaca lebih lanjut...