Benediktus XVI berkata agama-agama sesat memperkaya kehidupan masyarakat & mengajarkan bidah kebebasan beragama (April 2008)

Baca lebih lanjut Bidah-Bidah Terkini Benediktus XVI

Benediktus XVI, Pidato kepada 200 Perwakilan dari lima komunitas agamawi yang berbeda: Yahudi, Muslim, Hindu, Buddhis, dan Jain pada suatu Pertemuan Ekumenis di Pusat Budaya Yohanes Paulus II, 17 April 2008:

“Negara ini memiliki suatu sejarah kerjasama yang panjang antara berbagai agama di dalam banyak ruang lingkup kehidupan bermasyarakat. Ibadat-ibadat doa antaragama pada pesta nasional Thanksgiving, prakarsa-prakarsa bersama dalam kegiatan-kegiatan amal … Saya mendorong semua kelompok religius di Amerika untuk berteguh dalam kolaborasi mereka dan dengan demikian memperkaya kehidupan masyarakat dengan nilai-nilai rohani yang memotivasi tindakan anda di dalam dunia … Institusi ini [Pusat Budaya Yohanes Paulus II] mengingatkan kita akan keyakinan Bangs aini bahwa semua orang harus bebas untuk mengejar kebahagiaan dengan suatu cara yang selaras dengan kodrat mereka sebagai ciptaan yang dikaruniai dengan akal budi dan kehendak bebas. Orang-orang Amerika telah selalu menghargai kemampuan untuk beribadat secara bebas dan sesuai dengan hati nurani mereka. Alexis de Tocqueville, sejarahwan Prancis dan pengamat urusan-urusan Amerika, tertarik oleh aspek tersebut dari bangsa ini. Ia mencatat bahwa ini adalah suatu Negara di mana negara dan kebebasan ‘berkaitan secara mesra’ dalam kontribusi terhadap suatu demokrasi yang stabil … Pewarisan tradisi-tradisi agamawi kepada generasi-generasi selanjutnya bukan hanya membantu untuk melestarikan pusaka; tetapi juga merawat dan memupuk budaya di sekelilingnya pada hari ini … Saya telah menyadari adanya suatu ketertarikan yang bertumbuh dari antara pemerintahan-pemerintahan untuk mensponsori program-program yang dimaksudkan untuk mempromosikan dialog antaragama dan antarbudaya. Ini adalah prakarsa-prakarsa yang terpuji … Di dalam tradisi Yahudi-Kristiani, Mazmur dipenuhi dengan ungkapan-ungkapan semacam ini: ‘Jiwaku lesu di dalam diriku’ … Semoga para pengikut dari semua agama berdiri bersama untuk membela dan mempromosikan kehidupan dan kebebasan beragama di mana-mana. Dengan menyerahkan diri kita dalam kemurahan hati kepada tugas yang suci ini – melalui dialog serta banyak tindakan cinta kasih yang kecil, pengertian serta kasih sayang – kita dapat menjadi alat perdamaian untuk segenap keluarga manusia. Damai serta anda sekalian!” (L’Osservatore Romano, 23 April 2008, hal. 9. Versi Bahasa Inggris)

Pertama-tama, ia berkata bahwa semua kelompok religius (semua agama yang berbeda-beda) memperkaya kehidupan masyarakat dengan nilai-nilai rohani – ini adalah suatu bidah. Kedua, ia memuji gagasan yang sesat bahwa semua orang harus memiliki hak untuk beribadat secara bebas sesuai dengan hati nurani mereka – bidah. Ketiga, ia menyatakan bahwa “pewarisan tradisi-tradisi agamawi kepada generasi-generasi selanjutnya bukan hanya membantu untuk melestarikan pusaka; tetapi juga merawat dan memupuk budaya di sekelilingnya pada hari ini” – bidah. Keempat, ia meminta agar “para pengikut dari semua agama berdiri bersama untuk membela dan mempromosikan kehidupan dan kebebasan beragama di mana-mana” – bidah. Ia lalu berkata bahwa untuk membela dan mempromosikan kebebasan beragama adalah suatu “tugas yang suci” – bidah. Inilah apa yang disebut sebagai suatu pidato sesat dari seorang Anti-Paus.

Bidah-Bidah Terkini Benediktus XVI