Bencana Tumpahan Bidah Besar Benediktus XVI – Mengucurnya Aliran Bidah – Vatikan Tidak Mampu Menghambat Aliran Bidah yang Begitu Kuat yang Mengucur dari Mulut Benediktus XVI

Pidato Benediktus XVI, 22 Mei kepada konferensi: “Di dalam suatu masyarakat global yang terdiri dari banyak bangsa dan dari banyak agama, kebaikan bersama serta perkembangan itegral hanya dapat tercapai dengan masukan dari semua orang. Di dalam hal ini, agama-agama penting adanya, terutama jika agama-agama itu mengajarkan persaudaraan dan perdamaian, karena agama-agama itu mengajarkan orang-orang untuk membuat ruangan bagi Allah dan untuk menjadi terbuka kepada hal yang Transenden, terutama di dalam masyarakati kita yang ditandai oleh sekularisasi. Pengecualian terhadap agama-agama dari ruang publik, sama seperti, dalam suatu cara lain, fundamentalisme agamawi, menghalangi pertemuan bangsa-bangsa serta kerja sama mereka untuk kemajuan umat manusia. Motivasi terkuras dari kehidupan masyarakat dan politik-politik mengambil ciri-ciri yang menekan dan agresif.”[1]

Benediktus XVI pertama berkata bahwa kebaikan umum dan perkembangan masyarakat tidak dapat terjadi tanpa masukan dari semua agama. Kedua, ia berkata bahwa “agama-agama penting adanya”. Ini adalah suatu penghujatan langsung terhadap Allah untuk berkata bahwa agama-agama sesat “penting adanya”. Ketiga, ia berkata bahwa pengecualian terhadap agama-agama dari ruang publik menghalangi perkembangan umat manusia. Ia menutup dengan berkata bahwa sewaktu agama-agama sesat dikecualikan dari publik, “motivasi terkuras dari kehidupan masyarakat”. Ini adalah suatu pidato yang bidah yang begitu buruk dari sang pemurtad tinggi Benediktus XVI.

Sambutan Benediktus XVI, 4 Juni 2010: “Karena para Rasul membawa pesan Kristiani kepada pantai-pantai ini, Siprus telah diberkati oleh warisan Kristiani yang tegar. Saya menyambut sebagai saudara di dalam iman tersebut Paduka yang Terberkati Krisostomos II, Uskup Agung Nea Justiniana dari Seluruh Siprus, dan saya menantikan segera untuk bertemu dengan banyak anggota lain dari Gereja Ortodoks Siprus. Saya juga berharap dapat menyalami para pemimpin agama dari Siprus lainnya. Saya berharap dapat memperkuat ikatan-ikatan bersama kita dan untuk mengulangi perlunya membangun kepercayaan timbal balik serta persahabatan yang langgeng antara semua orang yang memuja Allah yang esa.”[2]

Sang bidah Benediktus XVI berkata bahwa pemimpin dari gereja skismatis itu adalah seorang saudara di dalm iman yang satu dan sejati. Ini jelas adalah penyangkalan terhadap Vatikan I. Benediktus XVI juga mendeskripsikan sang pemimpin skismatis sebagai Uskup Agung dari Seluruh Siprus.

Pidato Benediktus XVI, 4 Juni 2010 pada Perayaan Ekumenis di “Gereja Ortodoks” Agia Kiriaki Chrysopolitissa: “Dengan sukacita yang besar saya menyalami anda yang mewakili komunitas-komunitas Kristiani yang ada di Siprus. Saya berterima kasih kepada Paduka yang Terberkati Chrysostomos II atas kata-kata sambutannya yang hangat, Yang Mulia Georgios, Metropolitan dari Pafos, tuan rumah kami, serta semua orang yang telah membantu untuk membuat pertemuan ini dapat berlangsung. Saya juga senang untuk dapat menyalami dengan hangat orang-orang Kristiani dari iman-iman lain yang hadir, termasuk dari komunitas-komunitas Armenia, Lutheran, dan Anglikan. Sungguh adalah suatu rahmat yang luar biasa bagi kita untuk berkumpul bersama di Gereja Agia Kiriaki Chrysopolitissa ini… Gereja di Siprus dapat secara pantas berbangga diri atas hubungannya yang langsung terhadap pengkhotbahan dari Paulus, Barnabas, dan Markus, serta persekutuannya di dalam iman apostolik, suatu persekutuan yang menghubungkan gereja itu terhadap semua Gereja yang menjaga aturan iman yang sama itu… Semoga Roh Kudus mencerahkan pikiran-pikiran kita dan memperkuat tekad kita, agar kita bersama dapat membawa pesan keselamatan bagi pria dan wanita dari masa kita…”[3]

Benediktus XVI berkata bahwa adalah suatu rahmat yang luar biasa besar untuk berkumpul di dalam sebuah gereja skismatis dan berdoa dalam persatuan dengan para non-Katolik. Ia lalu berkata bahwa gereja “Ortodoks” itu memiliki iman apostolik sejati yang dianut oleh St. Paulus, Barnabas, dan Markus. Ini adalah bidah yang amat nyata.

Sambutan Benediktus XVI, 20 Maret 2010, kepada para Uskup dari Burkina Faso dan dari Niger:  “Suasana baik yang seperti biasa hadir di dalam hubungan-hubungan antaragama memampukan pendalaman ikatan hormat dan persahabatan, serta kerja sama antara semua anggota masyarakat. Untuk mengajarkan generasi-generasi muda tentang nilai-nilai mendasar akan rasa hormat dan persaudaraan akan mendorong rasa saling mengerti. Semoga ikatan-ikatan yang mempersatukan orang-orang Kristiani dan Muslim terutama terus dikokohkan, untuk memajukan perdamaian dan keadilan demi kebaikan bersama, serta menolak segala godaan akan kekerasan serta intoleransi!”[4]

Sang pemurtad Benediktus XVI berkata bhawa kita harus memiliki rasa hormat terhadap agama-agama lain dan bahwa terdapat ikatan-ikatan yang mempersatukan orang-orang Kristiani dan Muslim. Ia lalu berkata bahwa semua orang harus menolak segala godaan akan intoleransi. Jadi, menurut Benediktus XVI, jika seseorang memuja berhala, anda harus menolak godaan untuk menjadi intoleran terhadap penyembahannya yang musyrik!

Pidato Benediktus XVI, 22 Mei 2010, kepada Delegasi dari Republik Bulgaria: ‘Dalam perjalanan menuju integrasi penuh dengan bangsa-bangsa Eropa lainnya, demikanlah Bulgaria terpanggil untuk memupuk dan menjadi saksi terhadap akar-akar Kristiani itu, yang berasal dari ajaran-ajaran St. Sirilus dan Metodius, yang lebih tepat waktu dan diperlukan pada zaman ini daripada sebelumnya. Bulgaria terpanggil, yakni, untuk tetap setia dan untuk menjaga warisan yang berharga yang mempersatukan mereka yang mengakui iman yang sama di dalam para Rasul dan yang dipersatukan oleh Pembaptisan yang umum, baik Ortodoks maupun Katolik. Sebagai orang-orang Kristiani, kita memiliki tugas untuk menjaga dan memperkokoh ikatan intrinsik yang ada di antara Injil serta identitas budaya kita masing-masing. Sebagai murid-murid Tuhan – dalam hormat timbal balik terhadap tradisi-tradisi gerejawi yang beragam – kita terpanggil untuk memberikan kesaksian bersama akan iman kita  dalam Yesus…”[5]

Ia berkata bahwa para “Ortodoks” memiliki warisan iman yang berharga dan bahwa mereka memiliki iman yang satu yang juga dimiliki oleh orang-orang Katolik.

Sambutan Benediktus XVI, 5 Juni 2010, pada pertemuan dengan “Uskup Agung Ortodoks” di Kapel “Ortodoks”: “Saya menyambut Sinode Kudus ini, serta para imam, diakon, bairawan, biarawati dan umat awam dari Gereja Siprus… membangun untuk generasi-generasi masa depan suatu masyarakat yang dicirikan dengan hormat terhadap hak-hak semua orang, termasuk hak asasi kebebasan berhati nurani dan kebebasan beribadat… Dengan sentimen-sentimen ini, Paduka yang Terberkati, saya berterima kasih sekali lagi untuk sambutan hangat anda, dan saya meyakinkan anda akan doa-doa saya untuk anda dan untuk semua imam dari Gereja Siprus.”[6]

Ia menyebut para “Ortodoks” umat beriman dari Gereja dan imam mereka “para imam dari Gereja”.

Pernyataan-Pernyataan Benediktus XVI, 6 Juni 2010, kepada Sinode Khusus: “Saya sungguh berharap bahwa semua hak anda akan semakin dihormati, termasuk hak kebebasan beribadat dan kebebasan beragama…”[7]

Benediktus XVI mendorong semua orang untuk menghormati hak kebebasan berhati nurani, beribadat, dan beragama. Ini bertentangan dengan ajaran infalibel dari banyak Paus.

Jawaban-Jawaban Benediktus XVI, 4 Juni 2010, kepada Pertanyaan-Pertanyaan Wawancara pada Penerbangan “Kepausan”: “…kita semua adalah anak-anak Allah dan saudara-saudari masing-masing… berdialog dengan saudara-saudari Muslim kita yang adalah saudara-saudari kita…”[8]

Catatan kaki: