^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Bantahan Singkat terhadap Teori Pembaptisan Keinginan
Di dalam berbagai aspek, dogma Di Luar Gereja Katolik Tidak Terdapat Keselamatan adalah dogma yang terpenting di dalam Gereja Katolik. Berkaitan dengan dogma ini adalah perlunya penerimaan Sakramen Pembaptisan. Tetapi, pada zaman ini, kedua kebenaran ini hampir sepenuhnya ditolak oleh orang-orang yang menyebut diri Katolik. Mereka menyatakan bahwa orang-orang yang belum dibaptis dapat dipersatukan kepada Gereja, dibenarkan (mencapai keadaan rahmat) dan diselamatkan oleh hal yang disebut pembaptisan keinginan. Sebagian kecil dari mereka yang percaya akan pembaptisan keinginan (kurang dari 1%) membatasinya kepada orang-orang yang sebenarnya menginginkan pembaptisan dan percaya akan agama Katolik (contohnya, para katekumen yang belum dibaptis). Sebagian besar dari mereka (lebih dari 99%) memperluas kemungkinan untuk keselamatan oleh pembaptisan keinginan kepada para pagan, Yahudi, Muslim, Buddhis, dsb. dan orang-orang yang tidak beragama, yang sebenarnya tidak menginginkan pembaptisan ataupun percaya akan Iman Katolik. Kelompok mayoritas ini juga agaknya memperluas “kemampuan yang menyelamatkan” dari pembaptisan keinginan untuk para Protestan, walaupun para Protestan telah dibaptis.
Di dalam artikel ini, kami akan menunjukkan bahwa Gereja Katolik telah secara infalibel mengajarkan bahwa seseorang tidak dapat memasuki Kerajaan Surga tanpa dilahirkan kembali dari air dan Roh Kudus (yakni, benar-benar menerima Sakramen Pembaptisan). Diskusi ini akan berfokus terutama kepada pembaptisan keinginan sebagaimana yang dipercaya oleh sebagian kecil (bagi mereka yang sesunnguhnya menginginkan pembaptisan dan percaya akan agama Katolik) karena definisi dari sebagian besar orang tentang pembaptisan keinginan (bahwa pembaptisan keinginan menyelamatkan orang-orang yang tidak percaya akan Iman Katolik atau yang sebenarnya menginginkan pembaptisan) secara langsung bertentangan dengan banyak dogma yang telah didefinisikan, tidak pernah dipercayai oleh seorang santo pun, dan adalah penyangkalan terhadap Syahadat Atanasius yang mendefinisikan bahwa siapa pun yang hendak diselamatkan harus percaya akan Yesus Kristus, Allah Tritunggal Mahakudus, dan Iman Katolik.
Pembaptisan Keinginan – Dari Sisi Saksi
1) Apakah kata-kata Yesus Kristus di dalam Yohanes 3:5 (“Amin, amin Aku berkata kepadamu, jika seseorang tidak dilahirkan kembali dari air dan Roh Kudus, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah”.) harus dimengerti sebagaimana tertulis, atau tidak seperti yang tertulis?
Semua pembela teori pembaptisan keinginan harus mengakui bahwa mereka percaya bahwa Yohanes 3:5 tidak seharusnya dimengerti secara harfiah. Mereka setuju bahwa pembaptisan keinginan tidak mungkin benar jika Yohanes 3:5 dimengerti sebagaimana yang tertulis. Lalu, pertanyaannya: Apakah Gereja Katolik mengerti Yohanes 3:5 sebagaimana yang tertulis atau tidak?
Sang pembaca dapat melihat dengan jelas bahwa Konsili Trente mengajarkan bahwa Yohanes 3 :5 harus dimengerti sebagaimana tertulis (Latin: sicut scriptum est), yang meniadakan segala kemungkinan pembaptisan keinginan.Ironisnya, Konsili tersebut mendefinisikan hal ini di dalam Sesi 6, Bab 4, teks yang sama yang selalu dikutip oleh para pendukung pembaptisan keinginan untuk mendukung posisi mereka. Kenyataannya, teks ini dibawa-bahwa oleh para pendukung pembaptisan keinginan sebagai satu-satunya argumen mereka yang terkuat - dan mungkin satu-satunya – argumen mereka dari Magisterium Kepausan. Itu adalah “senjata rahasia” mereka. Mengapakah mereka tidak memikirkan hal ini?
Para pendukung pembaptisan keinginan percaya bahwa penggunaan kata “atau” (Latin: aut) di dalam teks di atas berarti bahwa pembenaran dapat berlangsung oleh pembaptisan air atau keinginan untuknya. Tetapi, pencermatan teks ini membuktikan bahwa hal tersebut tidak benar. Teks ini berkata bahwa pembenaran tidak dapat berlangsung tanpa permandian (pembaptisan air) atau keinginan untuknya; dalam kata lain, keduanya diperlukan. Andaikan saya berkata, “Seseorang tidak dapat mandi tanpa air atau keinginan untuknya.” Apakah hal ini berarti bahwa seseorang dapat mandi oleh keinginan untuk mandi? Tidak. Hal itu berarti bahwa keduanya (air dan keinginan) diperlukan. Kenyataannya, kata Latin aut ("atau") digunakan dengan cara yang sama di dalam berbagai kutipan Konsili Trente yang lain dan di dalam konsili-konsili lain. Di dalam pembukaan dekret Pembenaran, Konsili Trente secara ketat melarang seorang pun untuk "percaya, mengkhotbahkan atau mengajarkan" (credere, praedicare aut docere) hal yang bertentangan dengan apa yang didefinisikan dan dideklarasikan di dalam dekret Pembenaran tersebut.
Apakah "atau" (aut) di dalam kutipan ini berarti bahwa seseorang hanya dilarang untuk mengkhotbahkan apa yang berlawanan terhadap dekret konsili tersebut tentang Pembenaran, tetapi seseorang diperbolehkan untuk mengajarkan hal yang berlawanan dengannya? Tidak, tentunya "atau" (aut) berarti bahwa pembenaran tidak dapat berlangsung tanpa air dan keinginan. Suatu contoh lain tentang penggunaan aut untuk berarti "dan" (atau "keduanya") di dalam Trente ditemukan di dalam Sesi 21, Bab 2, dekret tentang Komuni di dalam kedua spesies (Denzinger 931).
Apakah aut di dalam deklarasi ini berarti bahwa dekret konsili tersebut tidak boleh disangkal, tetapi boleh diubah? Tidak, tentunya hal tersebut berarti keduanya, yaitu penyangkalan dan perubahan itu dilarang. Hal ini adalah suatu contoh lain bagaimana kata Latin aut dapat digunakan di dalam konteks yang membuat maknanya menjadi "dan" atau "keduanya". Dan contoh-contoh ini, sewaktu kita mempertimbangkan rumusan kata dari kutipan tersebut, membantah klaim dari para pendukung pembaptisan keinginan: bahwa arti dari aut di dalam Bab 4, Sesi 6 adalah arti yang mendukung pembaptisan keinginan.
Tetapi mengapa Trente mendefinisikan bahwa keinginan untuk Pembaptisan, bersama Pembaptisan, diperlukan unuk Pembenaran? Di masa lalu, kami tidak menjawab pertanyaan ini sebaik yang kami mungkin dapat, sebab dulu kami berpikir bahwa Sesi 6, Bab 4 membedakan antara orang dewasa dan anak-anak. Tetapi, kajian lebih lanjut kutipan tersebut menunjukkan bahwa di dalam bab ini, Trente mendefinisikan apa yang diperlukan untuk iustificationis impii[2] - pembenaran orang-orang berdosa (lihat kutipan di atas). Kata impii (“para pendosa”) tidak merujuk kepada bayi-bayi – yang tidak memiliki kemampuan untuk melakukan dosa-dosa sejati (Trente, Sesi V, Denzinger 791). Maka, di dalam bab ini, Trente membahas secara eksklusif orang-orang yang berada di atas usia akal yang telah melakukan dosa-dosa sejati, dan untuk orang-orang semacam itu keinginan untuk pembaptisan diperlukan untuk Pembenaran. Itulah mengapa bab tersebut menyatakan bahwa Pembenaran tidak dapat berlangsung tanpa air pembaptisan atau keinginan untuk pembaptisan (keduanya diperlukan).
Jadi, jauh dari mendukung pembaptisan keinginan, bab dari Konsili Trente ini justru menentangnya. Bab ini mendefinisikan bahwa pembenaran orang berdosa tidak dapat berlangsung tanpa air pembaptisan atau keinginan untuknya. Kami mengetahui bahwa interpretasi ini dari teks tersebut benar, sebab jika apa yang dikatakan para pendukung pembaptisan keinginan itu benar, kita akan harus melihat Konsili itu mengajarkan kita di dalam bagian pertama dari kalimat yang menyatakan bahwa Yohanes 3 :5 tidak boleh dimengerti sebagaimana tertulis (keinginan terkadang cukup), sembari menentang dirinya sendiri di dalam bagian kedua dari kalimat tersebut dengan memerintahkan untuk mengerti Yohanes 3 :5 sebagaimana tertulis (sicut scriptum est)! Tetapi teks ini infalibel dan tidak mungkin terdapat kontradiksi di dalamnya. Maka, hendaknya setiap pendukung pembaptisan keinginan berhenti berkhotbah bahwa Sesi 6, Bab 4 mengajarkan bahwa pembenaran “dapat” berlangsung lewat pembaptisan keinginan, yang tentunya bukanlah apa yang diajarkan oleh Konsili itu. Hendaknya mereka berhenti berkhotbah bahwa Yohanes 3 :5 tidak seharusnya dimengerti SEBAGAIMANA TERTULIS. Hendaknya mereka berhenti mengutip terjemahan yang salah yang amat buruk dari teks ini seperti yang ditemukan di dalam Denzinger (yang banyak dari mereka terus lakukan dengan keras kepala setelah hal itu telah ditunjukkan kepada mereka). Dan terlebih lagi, hendaknya orang-orang ini tidak berpikir bahwa mereka membenarkan diri mereka sendiri di hadapan Allah yang Mahatahu dengan mengabaikan fakta-fakta di atas dan terus bersikeras menyatakan bahwa Sesi 6, Bab 4 secara pasti mengajarkan pembaptisan keinginan. Mereka tidak dapat dibenarkan dengan menyatakan hal ini bahkan dengan mengutip para teolog Gereja yang terkenal, yang melakukan kesalahan dalam itikad baikl; sebab Allah tidak memberikan anugerah infalibilitas kepada para teolog, betapapun agungnya, melainkan hanya kepada Petrus dan para penerusnya (Lukas 22 :31-32).
Bebepara pendukung pembaptisan keinginan juga mengedepankan Sesi 7, Kanon 4 tentang Sakramen-Sakramen untuk agaknya mencoba untuk membuktikan pembaptisan keinginan. Tetapi, jelas adanya bahwa kanon ini tidak mengajarkan bahwa baik sakramen-dakramen atau keinginan untuk sakramen-sakramen cukup untuk pembenaran, seperti yang diklaim beberapa orang, tetapi bahwa Sesi 7, Kanon 4 mengutuk semua orang yang menyatakan bahwa sakramen-sakramen ataupun keinginan untuk sakramen-sakramen itu dibutuhkan untuk pembenaran, dan bahwa iman saja cukup. Sesi 7, Kanon 4 tidak menyatakan bahwa salah satu darinya cukup, tetapi mengutuk orang-orang yang berkata bahwa tidak satu pun dari antaranya dibutuhkan. Untuk diskusi penuh dari kanon ini, mohon merujuk kepada bagian tentang Sesi 7, Kanon 4 dari buku kami dari buku kami Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan.
Sangatlah menarik pula untuk mempertimbangkan bahwa walaupun Konsili Trente tidak pernah mengajarkan pembaptisan keinginan, Konsili Trente mengajarkan tidak kurang dari tiga kali (dua kali dalam Sesi 6, Bab 14 dan sekali di dalam Sesi 14, Bab 4) bahwa keinginan untuk Sakramen Tobat (jika seseorang memiliki penyesalan yang sempurna [perfect contrition] mungkin cukup untuk pembenaran sebelum Sakramen Tobat itu benar-benar diterima. Kemujaraban ini yang berasal dari keinginan untuk Sakramen Tobat disebutkan tiga kali, tetapi kemujaraban yang diatribusikan kepada keinginan untuk pembaptisan (pembaptisan keinginan) tidak disebutkan sama sekali. Hal ini seharusnya menunjukkan kepada mereka yang percaya akan pembaptisan keinginan: Allah tidak mengizinkannya untuk diajarkan di dalam Konsili Trente yang infalibel ataupun Konsili lainnya atau bahkan di dalam ensiklik Paus mana pun di dalam sejarah Gereja, sebab hal itu adalah teori yang salah. Yohanes 3 :5 benar secara persis sebagaimana tertulis (Trente, Sesi 6, Bab 4). Jika konsep pembaptisan keinginan adalah ajaran Gereja yang benar, maka Konsili Trente pastinya akan telah mengikutsertakannya di dalam kanon-kanon tentang Pembaptisan atau di dalam bab-bap tentang Pembenaran. Tetapi pembaptisan keinginan tidak ditemukan di mana pun. Patut pula untuk dicatat bahwa istilah-istilah pembaptisan keinginan dan pembaptisan darah tidak ditemukan di mana pun bahkan di dalam Katekismus Konsili Trente – tidak seperti yang dinyatakan oleh banyak orang. Untuk diskus tentang apa yang diajarkan dan tidak diajarkan oleh Katekismus Konsili Trente tentang Pembaptisan, mohon mengunjungi bagian tentang Katekismus Konsili Trente dari buku kami Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan.
2) Apakah terdapat satu atau tiga pembaptisan?
Apakah hanya terdapat satu pembaptisan yang diselenggarakan di dalam air? Atau apakah terdapat tiga pembaptisan: air, darah dan keinginan? Marilah mengutip ajaran Gereja: “Kami mengakui satu pembaptisan untuk penghapusan dosa”. Tidak terhitung jumlah Paus yang telah mengakui dogma bahwa hanya terdapat satu pembaptisan (mohon mengunjungi bagian tentang Hanya Terdapat Satu Pembaptisan dan Bukan Tiga dari buku kami Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan. Di sini, kami mengutip tidak kurang dari 9 Paus-Paus yang lain). Apakah para pendukung pembaptisan keinginan pernah bertanya-tanya mengapa tidak terhitung jumlah Paus yang telah mengakui bahwa hanya terdapat satu pembaptisan, dan tidak seorang pun dari antara mereka bahkan peduli untuk mendefinisikan yang disebut-sebut “kedua pembaptisan yang lain” (keinginan dan darah)? Mengapakah kedua konsili umum Gereja – Lateran IV dan Vienne – mendefinisikan ex cathedra hanya satu pembaptisan, yang adalah pembaptisan air?
Jika sakramen pembaptisan membawa keselamatan kepada anak-anak dan orang dewasa (de fide), maka tanpa sakramen ini tidak terdapat keselamatan!
Di sini, Paus Klemens V mendefinisikan sebagai sebuah dogma bahwa SATU PEMBAPTISAN harus diakui dengan setia oleh semua orang, yang diselenggarakan di dalam air. Hal ini berarti bahwa semua orang Katolik harus mengakui satu pembaptisan air, dan bukan tiga pembaptisan: air, darah, dan keinginan. Untuk mengakui “tiga pembaptisan” dan bukan satu, adalah untuk menolak dogma Katolik.
3) Apakah mereka yang belum menerima Sakramen Pembaptisan adalah bagian dari umat beriman?
Siapakah umat beriman itu? Apakah seseroang yang belum dibaptis dapat dianggap bagian dari “para umat beriman” Saya belum, sampai saat ini, mendengar seseorang yang percaya akan pembaptisan keinginan pun mencoba untuk menjawab pertanyaan ini. Fakta-fakta berikut menjelaskan mengapa saya belum mendapatkan sebuah jawaban untuk pertanyaan ini, sebab mereka tidak dapat menjawab pertanyaan ini.
Seperti yang diketahui banyak dari antara anda, Misa Katolik terbagi menjadi dua bagian: Misa katekumen (mereka yang dilatih untuk dibaptis) dan Misa umat beriman (mereka yang telah dibaptis). Perlu saya berkata lebih lanjut? Pada masa Gereja perdana, orang-orang yang belum dibaptis secara sakramental (yakni, mereka yang belum dibaptis dengan air) harus keluar setelah Misa katekumen, sewaktu para umat beriman mengakui Syahadat. Orang-orang yang belum dibaptis tidak diizinkan untuk tetap berada di dalam Misa umat beriman, karena hanya dengan menerima Sakramen Pembaptisanlah seseorang menjadi bagian dari umat beriman. Ini adalah ajaran dari Tradisi. Ajaran Tradisi ini adalah alasan bahwa di dalam Ritus Pembaptisan Tradisional, katekumen yang belum dibaptis ditanyakan tentang apa yang dikehendakinya dari Gereja kudus, dan ia menjawab “Iman.” Sang katekumen yang belum dibaptis tidak memiliki “Iman”, oleh karena itu, ia memohon Gereja untuk memperolehnya di dalam “Sakramen Iman” (Pembaptisan), satu-satunya jalan agar ia dibuat menjadi salah satu “umat beriman.”
Dan mengingat fakta-fakta ini (bahwa seorang katekumen “memohon” untuk menerima iman karena ia bukanlah bagian dari umat beriman), kita harus mengingat pula definisi Paus Inosensius III pada Konsili Lateran IV: “Sesungguhnya, hanya terdapat satu gereja universal dari para umat beriman, di luar mana sama sekali tiada seorang pun yang diselamatkan...” Di dalam bahasa Latin orisinalnya, kita membaca hal ini sebagai berikut: “Una vero est fidelium universalis ecclesia, extra quam nullus omnino salvatur...” Karena satu Gereja dari “para umat beriman” tersebut hanya mengikutsertakan orang-orang yang telah menerima Sakramen Pembaptisan – seperti yang ditunjukkan oleh tradisi apostolik, tradisi liturgis, dan dogma Katolik – hal ini berarti bahwa secara mutlak tidak seorang pun diselamatkan tanpa Sakramen Pembaptisan.
4) Apakah perintah Tuhan kita untuk dibaptis tidak mungkin dipenuhi bagi orang-orang tertentu?
Seperti yang telah dibuktikan di atas, Allah memerintahkan agar semua orang dibaptis. Para pendukung teori pembaptisan keinginan berargumentasi bahwa bagi orang-orang tertentu, perintah untuk dibaptis tidak mungkin dipenuhi.
Apakah Lefebvrisme Katolik?
Baru-baru ini, Serikat Santo Pius X (SSPX – Lefebvris) menerbitkan dua buku yang menyerang ajaran Gereja tentang Pembaptisan. Mereka menghabiskan waktu untuk mencoba mencari jalan bagi orang-orang untuk diselamatkan tanpa pembaptisan – dengan sia-sia. Baptism of Desire [Pembaptisan Keinginan] oleh Romo Jean-Marc Rulleau diterbitkan oleh SSPX pada tahun 1999, sedangkan Is Feeneyism Catholic? [Apakah Feeneyisme Katolik?] oleh Romo François Laisney diterbitkan pada tahun 2001. Dasar pikiran dari buku ini – terutama Is Feeneyism Catholic? [Apakah Feeneyisme Katolik?] – adalah bahwa tidaklah Katolik untuk mengerti Yohanes 3:5 sebagaimana tertulis. Dasar pikiran semacam itu bukan hanya mengutuk ajaran Konsili Trente, bahwa Yohanes 3:5 harus dimengerti sebagaimana tertulis (seperti yang telah kami tunjukkan), tetapi hal tersebut secara harfiah berarti bahwa anda bukan Katolik jika anda percaya secara persis seperti apa yang dinyatakan oleh ajaran Magisterial berikut:
Di sini, kita melihat Konsili Florence mengajarkan secara otoritatif bahwa tidak seorang pun dapat diselamatkan tanpa pembaptisan air, dan Paus Pius XI mengajarkan bahwa tidak seorang pun dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah tanpa iman dan ritus eksternal pembaptisan (yakni, sakramen yang dilaksanakan dalam air). Buku Serikat St. Pius X mengajarkan bahwa pernyataan-pernyataan Paus Eugenius dan Paus Pius XI ini tidaklah Katolik. Siapa pun yang bersikeras mempromosikan, membela atau mendukung pandangan semacam itu (atau buku-buku semacam itu) adalah seorang bidah, yang sayangnya, termasuk Serikat St. Pius V, CMRI dan kebanyakan imam independen lainnya. Seseorang yang bersikeras memberikan dukungan finansial kepada kelompok semacam itu juga adalah seorang bidah, sebab oleh karena itu seseorang akan mendukung posisi bidah mereka, antara lain. Semua kelompok ini juga percaya bahwa orang-orang dapat diselamatkan di dalam agama-agama non-Katolik, yang sepenuhnya menolak dogma bahwa di luar Gereja Katolik tidak terdapat keselamatan. CMRI nyatanya mencetak sebuah artikel dalam majalah mereka, The Reign of Mary [Kepemimpinan Maria] yang berjudul “The Salvation of Those Outside the Church” [“Keselamatan bagi Mereka yang di Luar Gereja”]. Tidaklah mungkin untuk menyangkal dogma tersebut dengan lebih langsung.
Di samping dasar pemikiran yang disebutkan di atas, terdapat banyak, banyak sekali hal lain yang dapat disebutkan tentang karya-karya Serikat St. Pius X baru-baru ini, terutama Is Feeneyism Catholic? [Apakah Feeneyisme Katolik?] oleh Romo Laisney. Anda dapat reviu kami tentang buku-buku ini di dalam bagian buku kami tentang Serikat Santo Pius X dari buku kami Di Luar Gereja Katolik Sama Sekali Tidak Terdapat Keselamatan. Tetapi di sini kami hanya akan menyebutkan beberapa hal tentang masing-masing buku.
Baptism of Desire [Pembaptisan Keinginan] oleh Romo Jean-Marc Rulleau mengaku-ngaku sebagai penelaahan akan ajaran Gereja tentang apa yang dibutuhkan untuk keselamatan: perlunya pembaptisan, perlunya iman akan Yesus Kristus, dst. Tetapi, hal yang menakjubkan adalah di seluruh buku ini, sang penulis tidak mengutip satu pun (saya ulangi, tidak satu pun) dari pernyataan Paus yang ex cathedra (infalibel) tentang Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan! Saya kira ia tidak merasa pernyataan semacam itu relevan? Bagaimanapun, ia merasa penting adanya untuk menyebutkan bahwa Pembaptisan Keinginan dapat terjadi di antara para pengikut paganisme (BOD, hal. 61); bahwa adalah suatu kesalahan untuk mengatribusikan infalibilitas kepada setiap dokumen dari Magisterium (BOD, hal. 9) – semua ini adalah bidah! Sang penulis juga menyatakan bahwa untuk menolak St. Thomas Aquinas adalah untuk menolak Magisterium Gereja (BOD, hal. 11)! Pernyataaan ini sungguh absurd dan amat munafik sewaktu kita mempertimbangkan bahwa penulis yang sama, sewaktu ia membahas bilamana iman yang implisit atau eksplisit akan Yesus dibutuhkan untuk keselamatan (hal. 56-5) menyatakan bahwa ia tidak yakin akan otoritas pendapat St. Thomas tentang poin ini – karena St. Thomas berkata bahwa kepercayaan yang eksplisit akan Yesus Kristus diperlukan untuk keselamatan dan Serikat St. Pius X tidak percaya akan hal itu! Ternyata ia pun tidak percaya bahwa “untuk menolak St. Thomas Aquinas adalah untuk menolak Magisterium Gereja”.
Walaupun buku Baptism of Desire [Pembaptisan Keinginan] itu amat menyedihkan, Is Feeneyism Catholic? [Apakah Feeneyisme Katolik?] bahkan lebih buruk. Contohnya, berikut pernyataan-pernyataan yang mencengangkan dari Romo Laisney:
Hal ini menyeramkan, terutama karena pernyataan ini berasal dari seseorang yang mengaku diri imam Katolik tradisional. Konsili Florence sama sekali tidak menyebutkan apa pun tentang pembaptisan keinginan! Konsili Florence sama sekali tidak menyebutkan apa-apa tentang katekumen dewasa; Konsili Florence sama sekali tidak menyebutkan apa-apa tentang “pembaptisan keinginan” sebagai “suatu obat lain” “untuk alasan-alasan yang diberikan oleh St. Thomas”! Ini semua adalah kebohongan! Dan Romo Laisney tahu bahwa hal ini benar. Tetapi, karena biasnya itu sungguh satanik dan tidak dapat dikendalikan, dan karena ia amat terobsesi untuk membuktikan bahwa manusia dapat diselamatkan tanpa pembaptisan, ia tidak dapat menahan diri untuk menambahkannya – yang menuntunnya kepada kebinasaan, jika ia tidak berkonversi. Dan terdapat pula kontradiksi Romo Laisney yang menakjubkan:
Halo? Pada halaman 9, ia menyatakan bahwa bayi-bayi dapat diselamatkan tanpa Sakramen Pembaptisan – oleh pembaptisan darah. Pada halaman 22, ia memastikan kita bahwa bayi-bayi “tidak memiliki kemungkinan apa pun yang lain” untuk diselamatkan selain dengan Sakramen Pembaptisan. Romo Laisney bahkan tidak dapat menghindari kontradiksi dirinya sendiri tentang apa yang dikatakannya “Gereja mengajarkan” (hal 9), apalagi apa yang Gereja sungguh ajarkan. Yang terburuk dari kekacauan ini adalah Paus Eugenius IV mendefinisikan secara dogmatis bahwa bayi-bayi tidak memiliki obat lain untuk dosa asal selain Sakramen Pembaptisan, suatu dogma yang dikutip oleh Laisney pada halaman 47! - ditolaknya pada halaman 9! – dinyatakannya pada halaman 22 – dan disangkalnya kembali pada halaman 77! Ketidakjujuran, kontradiksi, dan bidah semacam ini adalah ciri dari buku-buku Serikat St. Pius X tentang pembaptisan dan keselamatan.
Terlebih lagi, SSPX – Lefebvris terus mempromosikan ide yang sesat bahwa orang-orang dapat diselamatkan di dalam agama-agama sesat. Buku-buku dari Uskup Agung Lefebvre, terutama Against the Heresies [Melawan Bidah] (hal. 216-218) dan Open Letter to Confused Catholics [Surat Terbuka kepada Orang-Orang Katolik yang Kebingungan] (hal. 73-74) - dua dari buku SSPX yang terlaris – secara terang-terangan menyangkal dogma bahwa manusia diselamatkan hanya di dalam agama Katolik. Di dalam Against the Heresies [Melawan Bidah], hal. 216, Lefebvre menulis: “Jiwa-jiwa dapat diselamatkan di dalam suatu agama selain agama Katolik (Protestantisme, Islam, Buddhisme, dst.)…” Halaman 217 berkata: “Seseorang tidak dapat berkata, oleh karena itu, bahwa tidak seorang pun diselamatkan di dalam agama-agama ini...” Halaman 218: Sewaktu kita mengatakan hal tersebut [Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan], terdapat kesalahpahaman bahwa kita berpikir bahwa semua orang Protestan, Muslim, Buddhis, semua orang yang bukan, secara publik, merupakan bagian dari Gereja Katolik, masuk Neraka”. Akankah seorang pun yang menganggap diri “Katolik tradisional” memiliki kelancangan untuk berkata bahwa pernyataan-pernyataan dari Lefebvre ini tidak bidah? Pernyataan-pernyataan tersebut jelas-jelas bidah! Siapa pun yang akan berkata bahwa pernyataan-pernyataan tersebut dari Lefebvre tidak bidah sendirinya adalah seorang bidah yang menolak dogma yang telah didefinisikan: “di luar Gereja Katolik tidak terdapat keselamatan”. Tidak seorang Katolik pun yang mengetahui bahwa SSPX mengajarkan dan mempromosikan bidah, seperti yang baru saja kami buktikan, dapat memberikan kepada mereka sepeser pun bantuan finansial jika ia hendak tetap menjadi Katolik Kata-kata berikut dari Paus Gregorius XVI mungkin telah dapat ditujukan kepada SSPX secara spesifik dan kepada mereka yang membela ajaran bidah bahwa manusia bukan hanya diselamatkan di dalam agama Katolik.
Bidah yang aneh?
Di bulan Mei 1999, St. Benedict Center (Richmond, NH) menuduh kami di dalam buletin mereka bahwa kami memegang suatu “bidah yang aneh”. Permasalahn dari serangan mereka adalah pandangan kami bahwa pembenaran sejati dari seorang pendosa (yakni, keadaan rahmat) tidak dapat diperoleh tanpa pembaptisan air. Mereka percaya bahwa walaupun pembaptisan dibutuhkan secara mutlak untuk keselamatan oleh hukum ilahi, seseorang dapat diregenerasikan (dibenarkan/dilahirkan kembali) semata-mata hanya oleh keinginan orang tersebut akan pembaptisan. Mereka percaya akan suatu pembaptisan keinginan yang membenarkan, tetapi tidak menyelamatkan, dan mereka menyebut pandangan kami bahwa tidak terdapat pembenaran sama sekali tanpa pembaptisan sebagai pandangan yang bidah. Kebodohan mutlak dari pernyataan semacam itu dari St. Benedict Center zaman modern di New Hampshire menjadi sangat jelas sewaktu topik ini ditelaah dengan lebih mendalam. Contohnya, mereka menuduh kami memegang “bidah yang aneh” walaupun ini adalah ajaran dari St. Ambrosius:
Hal yang menakjubkan tentang hal ini adalah bahwa St. Benedict Center (Richmond, NH) bahkan mengutip teks yang sama dari St. Ambrosius ini di dalam buku mereka untuk membuktikan posisi mereka (contohnya, Father Feeney and the Truth about Salvation [Romo Feeney dan Kenyataan tentang Keselamatan] hal. 132). Jadi, posisi ini – bahwa seseorang tidak dapat dibenarkan tanpa pembaptisan air – dikemukakan sebagai suatu hal yang benar oleh St. Benedict Center sewaktu mereka mengutip St. Ambrosius; tetapi di dalam buletin mereka, mereka menyebut posisi mereka yang sama ini sebagai suatu “bidah yang aneh” karena mereka merasa ingin menyerang Biara Keluarga Terkudus. Ini benar-benar suatu kemunafikan yang luar biasa! Terlebih lagi, Magisterium Gereja Katolik, sedini tahun 451, telah mendefinisikan doktrin ini seperti yang diungkapkan oleh St. Ambrosius dan seperti yang kami percayai.
Sebelum saya membahas kepentingan yang begitu besar dari pernyataan ini, saya akan memberikan suatu latar belakang untuk surat dogmatis ini. Ini adalah surat dogmatis St. Leo Agung yang terkenal kepada Flavianus, yang awalnya ditulis pada tahun 449, dan kemudian diterima oleh Konsili Kalsedon, konsili umum keempat dari Gereja – di tahun 451 (dikutip di dalam Decrees of Ecumenical Councils [Dekret-dekret Konsili-konsili Ekumenis], Georgetown Press, Vol. 1, hal. 81). Surat ini adalah salah satu dari dokumen yang terpenting di dalam sejarah Gereja. Surat ini adalah surat yang terkenal yang, sewaktu dibacakan dengan suara lantang di Konsili Kalsedon yang dogmatis, membuat semua bapa dari konsili tersebut (lebih dari 500) berdiri di atas kaki mereka dan menyatakan “Ini adalah iman dari para Bapa, iman dari para rasul; Petrus telah berbicara lewat mulut Leo.” Surat yang sama mewujudkan istilah ex cathedra (berbicara dari Takhta Petrus), seperti yang dibuktikan oleh Konsili Kalsedon di dalam definisinya tentang Iman, yang disetujui secara otoritatif oleh Paus Leo sendiri. Tidak dapat dipertanyakan bahwa surat ini dogmatis dan Magisterial.
Dan jika hal tersebut tidak cukup untuk membuktikan bahwa surat Paus Leo, tanpa keraguan, infalibel dan dogmatis, pertimbangkanlah fakta bahwa surat ini juga disetujui oleh Paus Vigilius pada Konsili Konstantinopel II (553)[5] dan Konsili Konstantinopel III (680-681).[6] Surat ini juga ditegaskan secara infalibel oleh sejumlah Paus yang lain, termasuk: Paus St. Gelasius, 495,[7] Paus Pelagius II, 553,[8] dan Paus Benediktus XIV, nuper ad nos, 1743.[9] Akibat kepentingan yang besar dari Surat Paus Leo terhadap masalah yang terkait ini, saya akan mengutip suatu kutipan dari Paus St. Gelasius yang menunjukkan bagaimana tidak seorang pun dapat menentang, sedikit pun, surat dogmatis dari Paus St. Leo kepada Flavianus.
Di sini kita melihat Paus St. Gelasius berbicara ex cathedra untuk mengutuk semua orang yang akan bergeser, bahkan berkenaan dengan satu titik pun, dari naskah surat dogmatis Paus Leo kepada Flavianus.
Sekarang, di dalam bagian dari surat dogmatis Paus Leo yang dikutip di atas, ia membahas tentang Penyucian oleh Roh. “Penyucian oleh Roh” adalah istilah untuk Pembenaran dari keadaan dosa. Pembenaran adalah keadaan rahmat. Tidak seorang pun dapat masuk Surga tanpa Penyucian oleh Roh, seperti yang diakui oleh semua orang yang mengaku diri Katolik. Paus St. Leo mengakui, di atas otoritas dari para rasul agung Petrus dan Yohanes, bahwa Penyucian oeh Roh ini dilaksanakan oleh pemercikan dari Darah Kristus. Hanya dengan menerima Darah Penebusanlah, ia membuktikan, seseorang dapat diubah dari keadaan Adam (dosa asal) kepada keadaan rahmat (pembenaran/penyucian). Hanyalah oleh Darah ini pulalah Penyucian oleh Roh bekerja. Dogma ini juga didefinisikan oleh Konsili Trente.
Adalah suatu kebenaran yang diwahyukan bahwa tidak seorang pun dapat dibebaskan dari keadaan dosa dan disucikan tanpa diterapkan Darah Penebusan kepadanya. Tentang hal ini tidak seorang Katolik pun dapat meragukannya.
Para pendukung pembaptisan keinginan/darah – dan hal ini juga mengikutsertakan “St. Benedict Center”, karena mereka juga percaya akan pembenaran oleh keinginan – berargumentasi bahwa Darah Penebusan, yang melaksanakan Penyucian oleh Roh, diterapkan kepada jiwa oleh keinginan untuk pembaptisan atau oleh kemartirannya, tanpa pembaptisan air. Mereka menyatakan bahwa Roh Penyucian dan darah Penebusan dapat membawa jiwa kepada Pembenaran/Penyucian tanpa pembaptisan air. Tetapi, ini persisnya hal yang berlawanan dengan apa yang didefinisikan oleh Paus Leo Agung secara dogmatis.! Marilah mengutip bagian-bagian yang penting dari pernyataannya kembali:
Paus St. Leo mendefinisikan bahwa di dalam Penyucian, Roh Penyucian dan Darah Penebusan tidak dapat dipisahkan dari air pembaptisan! Anda harus dibaptis dengan air untuk menerima Roh Penyucian dan darah Penebusan, menurut dogma ini. Pembenaran tidak dapat terjadi oleh Roh dan Darah tanpa air! Hal ini meniadakan konsep pembaptisan keinginan dan pembaptisan darah sendiri, yang adalah bahwa penyucian oleh Roh dan Darah tanpa air mungkin terjadi.
Seorang pendosa tidak dapat disucikan oleh Roh dan Darah, yang harus dilakukannya untuk memperoleh keselamatan, tanpa air Pembaptisan. Sehubungan dengan surat dogmatis ini, pembaptisan keinginan dan pembaptisan darah tidak dapat dipercaya, sebab teori-teori ini memisahkan Roh dan Darah dari air di dalam penyucian.
Dan agar seorang tidak mencari-cari kesalahan dengan definisi infalibel ini dengan berargumentasi bahwa Santa Perawan Maria adalah pengecualian untuk hal ini, haruslah diakui bahwa Paus St. Leo mendefinisikan penyucian/pembenaran dari keadaan dosa.
Santa Perawan Maria tidak memiliki dosa. Saat ia dikandung, ia sudah berada di dalam keadaan penyucian yang sempurna. Karena Paus Leo mendefinisikan penyucian/pembenaran dari dosa, definisinya sama sekali tidak berlaku kepadanya [Perawan Maria].
Oleh karena itu, tidak mungkin terdapat Pembenaran seseorang yang berdosa tanpa pembaptisan air (de fide). Tidak mungkin terdapat penerapan kepada seorang pendosa Darah Penebusan Kristus tanpa pembaptisan air (de fide). Tidak mungkin terdapat keselamatan tanpa pembaptisan air (de fide). Dengan memisahkan Roh Penyucian dan Darah Penebusan dari air pembaptisan, para pendukung pembaptisan keinginan dan pembaptisan darah – serta St. Benedict Center – mengajarkan hal yang bertentangan dengan pernyataan dogmatis Paus Leo. Dan hal ini BIDAH!
Pentingnya pernyataan Paus St. Leo ini besar. Pernyataannya ini secara logis menghancurkan segala ide keselamatan bagi orang-orang yang disebut-sebut “ketidaktahuannya tidak teratasi”. Jiwa-jiwa ini tidak dapat disucikan dan dibersihkan oleh Darah Kristus tanpa menerima air pembaptisan yang menyelamatkan, yang akan dibawakan oleh Allah kepada orang-orang yang berkehendak baik. Sakramen Pembapisan adalah satu-satunya cara Darah Kristus diterapkan kepada seorang pendosa.
Dogma bahwa darah Kristus diterapkan kepada seorang pendosa di dalam Sakramen Pembaptisan telah didefinisikan oleh Konsili Trente, tetapi, definisi itu tidak sespesifik definisi dari Paus Leo. Perbedaannya adalah, definisi Trente menetapkan prinsip bahwa darah Kristus diterapkan kepada seorang pendosa dalam sakramen Pembaptisan, sedangkan definisi Paus Leo menegaskan bahwa hal ini berarti bahwa darah Kristus dapat diterapkan kepada seorang pendosa hanya oleh Sakramen Pembaptisan.
Pernyataan Paus St. Leo juga secara radikal menegaskan pengertian Gereja yang konsisten tentang kata-kata Yesus Kristus di dalam Yohanes 3:5 di dalam artinya yang amat sangat harfiah: Jika seseorang tidak dilahirkan kembali dari air dan Roh, ia tidak dapat memasuki kerajaan Allah.
Mereka yang mengerti pernyataan dari Paus St. Leo ini harus menolak segala kepercayaan di dalam teori pembaptisan keinginan dan darah. Mereka harus berhenti memercayai dan mengajarkan bahwa Penyucian oleh roh terjadi tanpa pembaptisan air. Mereka yang menolak untuk melakukan hal ini bersikeras menentang ajaran Gereja. Untuk bersikeras menentang ajaran Gereja adalah untuk jatuh ke dalam bidah. Untuk jatuh ke dalam bidah tanpa pertobatan adalah untuk kehilangan keselamatan seseorang.
Beberapa orang mungkin bertanya-tanya mengapa beberapa orang kudus dan teolog mengajarkan pembaptisan keinginan dan darah walaupun setelah waktu pernyataan Paus Leo. Jawabannya sederhana. Mereka tidak menyadari tentang pernyataan Paus Leo yang definitif tentang hal ini, mereka bersalah dalam kehendak baik; mereka adalah manusia yang falibel; mereka tidak menyadari bahwa posisi mereka bertentangan dengan ajaran Gereja Katolik yang infalibel.
Tetapi sekalinya seseorang mengakui bahwa posisi ini tentang pembaptisan keinginan dan darah bertentangan dengan ajaran infalibel Gereja Katolik – sebagaimana yang dibuktikan oleh pertimbangan yang cermat akan pernyataan infalibel dari Paus Leo – seseorang harus mengubah posisinya jika ia tetap ingin menjadi Katolik dan menyelamatkan dirinya sendiri. St. Petrus telah berbicara lewat mulut Leo dan menegaskan bagi kita bahwa Roh Penyucian dan Darah penebusan tidak dapat dipisahkan dari hubungan mereka dari pembaptisan air, maka kita harus menyelaraskan posisi kita dengan hal ini, jika tidak, kita tidak memiliki iman dari Petrus.
Terdapat kesalahan-kesalahan lain di dalam penjelasan St. Benedict Center tentang Justifikasi, yang dikatalogkan di dalam bagian tentang St. Benedict Center dari buku kami Di Luar Gereja Katolik Sama Sekali Tidak Terdapat Keselamatan. Karena kesalahan-kesalahan yang telah saya deskripsikan ini bersangkutan dengan poin-poin yang lebih spesifik dari masalah ini, tidak diragukan bahwa banyak dari para pendukung St. Benedict Center telah percaya – dan beberapa masih dapat percaya – akan kesalahan-kesalahan ini dalam itikad baik, sembari menegaskan dogma bahwa Iman Katolik dan Pembaptisan dibutuhkan untuk keselamatan. Tetapi, para pemimpin masa kini dari St. Benedict Center, dan juga organisasi-organisasi yang berafiliasi dengannya berkeras kepala dan menolak untuk mengoreksi diri mereka sendiri, dan menjatuhkan ke atas kepala mereka sendiri kutukan yang pasti sewaktu mereka mengutuk ajaran dari Gereja yang mereka gambarkan di atas sebagai bidah yang aneh. Mereka terutama tampak berkeras kepala melawan ajaran Gereja sehubungan dengan dogma bahwa “di luar Gereja tidak terdapat pengampunan dosa”. St. Benedict Center percaya bahwa seorang katekumen yang belum dibaptis berada di luar Gereja Katolik (yang adalah hal yang benar, karena hanya Pembaptisanlah yang membuat seseorang menjadi anggota), tetapi bahwa katekumen yang belum dibaptis itu dapat memiliki Pembenaran (pengampunan dosa dan rahmat yang menyucikan) oleh keinginannya untuk pembaptisan, walaupun ia masih berada di luar Gereja. Hal ini bertentangan dengan definisi ex cathedra dari Bonifasius VIII di bawah. Maka adalah suatu bidah untuk berkata, seperti yang mereka katakan, bahwa seseorang yang berada di luar Gereja dapat diampuni dosanya. Kami berdoa bahwa orang-orang yang terafiliasi dengan St. Benedict Center akan mengubah posisi sesat mereka dalam hal ini, seperti pula persekutuan bidah mereka dengan Gereja Vatikan II, sebab mereka telah menanggung penganiayaan yang tidak adil dari para bidah yang membenci dogma di luar Gereja Katolik tidak terdapat keselamatan dan doktrin Tuhan kita Yesus Kristus tentang perlunya Pembaptisan.
Yohanes 3:5 VS Yohanes 6:54
Beberapa penulis, termasuk Romo Laisney di dalam Is Feeneyism Catholic? [Apakah Feeneyisme Katolik?] telah mencoba untuk membantah interpretasi harfiah dari Yohanes 3:5 dengan menunjuk kepada kata-kata Tuhan kita di Yohanes 6:53: “Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum darah-Nya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu.” Mereka berargumentasi bahwa gaya bahasa di dalam ayat ini sama dengan gaya bahasa di dalam Yohanes 3:5, tetapi Gereja tidak mengerti Yohanes 6:53 secara harfiah – sebab bayi-bayi tidak perlu menerima Ekaristi untuk diselamatkan. Tetapi, argumen ini gagal karena para pembela argumen ini telah melalaikan suatu perbedaan penting di dalam kata-kata dari kedua ayat ini.
Tuhan kita Yesus Kristus, sewaktu Ia berbicara tentang perlunya menerima Ekaristi dalam Yohanes 6:53 tidak berkata: “jika seseorang makan daging Anak manusia…” Ia berkata: “Jikalau kamu…” Kata-kata-Nya, oleh karena itu, jelas diperuntukkan bagi orang-orang kepada siapa Ia berbicara, dan bukan untuk seluruh manusia. Karena orang-orang kepada siapa ia berbicara dapat menerima Ekaristi, mereka harus menerima Ekaristi untuk dapat diselamatkan. Hal ini berlaku bagi semua yang dapat menerima Ekaristi, yakni, semua orang yang mendengar perintah tersebut dan dapat memenuhinya, yang merupakan ajaran Gereja. Tetapi, di dalam Yohanes 3:5, Tuhan kita secara jelas berkata tentang semua orang. Inilah mengapa ajaran magisterial Gereja, di dalam setiap kasus di mana Gereja membahas Yohanes 3:5, mengerti ayat ini sebagaimana tertulis (Lihat Konsili Kartago, Denz 102; Florence, Denz. 696; Trente, Sesi 5, No. 4, Denz. 791; Trente, Sesi 6, Bab 4; Trente, Kanon 2 dan 5 tentang Pembaptisan, Denz. 858 dan 861.) Seseorang juga harus mencatat bahwa Kanon-Kanon Trente tentang Pembaptisan adalah Kanon-Kanon tentang Sakramen (Canones de sacramento baptismi). Hal ini berarti bahwa Kanon 5 (lihat di bawah) mengutuk siapa pun yang berkata bahwa Sakramen Pembaptisan (yakni, pembaptisan air) tidak diperlukan untuk keselamatan. Kanon ini juga mengerti Yohanes 3:5 secara harfiah sekali lagi, seperti yang selalu dilakukan oleh Gereja.
Perbedaan kata-kata di dalam kedua ayat ini menunjukkan ilham supernatural Alkitab, dan keperluan mutlak Pembaptisan Air bagi semua orang.
Catatan kaki:
[1] Denzinger 931.
[2] Kutipan Latin ditemukan di dalam Enchiridion Symbolorum disunting oleh Denzinger, Edisi Latin, 1937, no. 796.
[3] Jurgens, The Faith of the Early Fathers [Iman Bapa-bapa Gereja Perdana], Vol. 2:1330.
[4] Decrees of Ecumenical Councils [Dekret-dekret Konsili-konsili Ekumenis], Vol. 1, hal. 81.
[5] Decrees of Ecumenical Councils [Dekret-dekret Konsili-konsili Ekumenis], Vol. 1, hal. 112.
[6] Decrees of Ecumenical Councils [Dekret-dekret Konsili-konsili Ekumenis], Vol. 1, hal. 127.
[7] Denzinger 165.
[8] Denzinger 246.
[9] Denzinger 1463.
[10] Denzinger 165.
[11] Denzinger 790.
[12] Denzinger 795.
[13] Denzinger 790.
[14] Denzinger, The Sources of Catholic Dogma [Sumber-sumber Dogma Katolik], B. Herder Book. Co., Edisi Ketiga belas, 1957, 468-469.
[15] Denzinger 861; Decrees of Ecumenical Councils [Dekret-dekret Konsili-konsili Ekumenis], Vol. 2, hal.685.
Artikel-Artikel Terkait
Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 3 mingguBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 3 mingguBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 4 mingguBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 4 mingguBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 1 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 3 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 4 bulanBaca lebih lanjut...Kami menerima semua dogma Gereja Katolik tanpa terkecuali, dan kami memandang mereka yang menerima semua dogma Gereja dan belum terpisah darinya, sebagai orang Katolik; itulah bagaimana kami bersekutu dengan Gereja...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...