“Bagaimana saya bisa menjelaskan bahwa BKT bukan Feeneyit?”

APAKAH ROMO FEENEY MEMPREDIKSIKAN KETIADAAN DARI SRI PAUS? – DARI BUKU KAMI TENTANG KESELAMATAN        

Sebelum saya membahas poin ini, saya harus mengingatkan sang pembaca bahwa kami bukan “Feeneyit” dan bahwa saya sebelumnya belum pernah mendengar tentang Romo Leonard Feeney sewaktu saya sampai kepada kesimpulan tentang diperlukannya pembaptisan air secara mutlak berdasarkan ajaran dogmatis dari Gereja Katolik. Kami tidak setuju dengan beberapa dari kesimpulan Romo Feeney tentang Pembenaran (kami percaya bahwa ia melakukan kesalahan dalam itikad baik tentang poin-poin ini).

Di dalam teks berikut dari buku Romo Feeney, Bread of Life [Roti Hidup] – yang terdiri dari khotbah-khotbah Romo Feeney sebelum Vatikan II – ia menghubungkan ketiadaan dari Paus yang pada akhirnya akan terjadi (yakni, apa yang telah kita alami dengan pemerintahan para anti-Paus Vatikan II) kepada penyangkalan terhadap dogma Di Luar Gereja Katolik Tidak Terdapat Keselamatan. Seperti yang telah saya tunjukkan, para bidah yang menyangkal dogma ini telah mendapatkan kedudukan-kedudukan tertinggi dari Gereja sebelum Vatikan II, dan mengajarkan bahwa manusia dapat diselamatkan di dalam agama-agama sesat. Romo Feeney tampaknya bernubuat bahwa akibat bidah ini, Allah akan membiarkan Kemurtadan Besar dan ketiadaan dari Paus (yakni, apa yang telah kita alami dengan pemerintahan para anti-Paus Vatikan II) untuk terjadi.

Romo Leonard Feeney, SJ, Bread of Life [Roti Hidup], hal. 32-33: “Kita melihat para Protestan dalam rencana-agama yang tidak pernah tahu bagaimana menamai agamanya sendiri dari satu pekan ke pekan lainnya, yang tidak pernah tahu apa yang pelayan barunya akan ajarkan dari satu bab ke bab lain dalam Kitab Suci. Kita melihat para Unitarian yang tidak memiliki iman sama sekali akan Yesus yang pasti, yang menjadi semakin tidak pasti tentang maksud dari Kekristenan. Dan tentunya, kita melihat para Yahudi menghindari Iman, melarikan diri darinya, dengan berpura-pura bahwa mereka tidak mendengar nama Yesus – berpura-pura bahwa Natal bukanlah kelahiran Yesus Kristus, dan membuat para pemimpin sipil untuk mencabut ‘Selamat Natal’ [Merry Christmas] dari depan Balai Kota dan menggantikannya dengan ‘Selamat Berlibur’, karena kata-kata ‘Kristus’ di dalam ‘Christmas’ menyebalkan diri mereka. Saya siap untuk menghadapi seluruh hal yang begitu buruknya ini.

“Tetapi, bayangkan seorang imam di dalam Gereja Katolik Roma yang Kudus, yang ditahbiskan oleh penerus para Rasul – yang dibaktikan kepada Nama dan tujuan serta Tubuh dan jubah Yesus – terduduk di Harvard College pekan demi pekan, dan mendengarkan agama yang diceramahkan di dalam istilah-istilah yang tidak kelihatan. Dan bayangkan mereka lalu berpaling kepada umat mereka tentang ‘jiwa Gereja’, tentang ‘keselamatan di luar Gereja melalui ketulusan’ – di luar ajaran-ajaran serta Sakramen-Sakramen Yesus Kristus; dan menyebut aturan ini ‘Pembaptisan Keinginan’… Ajaran macam apa itu? Itu adalah Natal tanpa palungan: Jumat Agung tanpa Allah yang berdarah; Minggu Paskah tanpa Tubuh dan Darah yang keluar dari kubur. Itulah Iman Kristiani tanpa Sri Paus – pemimpin agama yang paling kelihatan di Dunia!”

Romo Feeney, yang menulis teks di atas sebelum Konsili Vatikan II, memprediksikan ketiadaan Paus yang pada akhirnya akan terjadi akibat jumlah bidah yang banyak di dalam struktur Gereja yang menyangkal perlunya Gereja untuk keselamatan. Ini adalah suatu pengetahuan yang menakjubkan!

Romo Feeney juga mencatat bahwa bidah ini yang menentang dogma keselamatan dan perlunya Pembaptisan menuntun kepada “Jumat Agung tanpa Allah yang berdarah”. Lihat saja gereja-gereja Novus Ordo untuk menyaksikan bilamana hal tersebut telah terpenuhi. Romo Feeney lalu berkata di dalam bab yang sama:

Romo Leonard Feeney, SJ, Bread of Life [Roti Hidup], hal. 42: “Sewaktu Konsili Vatikan berkumpul kembali, dengan rendah hati, saya memohon kepada Bapa Suci kita, Sri Paus (Pius XII), agar ia segera mengumpulkan kepenuhan kuasa pernyataan infalibelnya untuk meredakan kebingungan yang liar dari ceramah yang kelihatan (dari para imam dan uskupnya) tentang suatu Gereja yang tidak kelihatan – jika tidak, pintu gerbang alam neraka akan mengalahkan kita. Sang penguasa yang paling kelihatan di dunia, Bapa Suci kita, dalam jubah putihnya dan zuchetto [tutup kepala] putihnya, sekalian saja melepaskan tiara tripelnya dan turun dari takhta emasnya, dan meninggalkan Kekristenan kepada pengaturan-pengaturan komite yang dilaksanakan di Amerika masa kini, jika kita terus mengkhotbahkan ‘Pembaptisan Keinginan’.”

Seperti yang dapat dilihat di video kami Vatican II: Council of Apostasy [Vatikan II: Konsili Kemurtadan], pernyataan yang digarisbawahi di atas – tiadanya tiara Kepausan – kenyataannya terjadi sewaktu Anti-Paus Paulus VI dengan gembira menyerahkan tiara Kepausan tersebut dan salib pektoral Kepausan kepada para perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang lalu menjualnya kepada seorang pedagang Yahudi!

Sewaktu Anti-Paus Paulus VI menyerahkan Tiara Kepausan, hal tersebut adalah suatu lambang penyerahan otoritas Kepausan (walaupun ia sebetulnya tidak memiliki otoritas sama sekali untuk diserahkan karena ia adalah seorang anti-Paus). Tetapi hal tersebut melambangkan bagaimana para musuh Gereja, dan para bidah non-Katolik, telah diizinkan untuk mengambil alih atas struktur-struktur fisik Gereja dan menciptakan suatu sekte sesat yang non-Katolik (sekte Vatikan II). Pengetahuan Romo Feeney tentang Tiara Kepausan tersebut begitu akurat sehingga Allahlah yang pasti telah mengeluarkan kata-kata tersebut dari mulutnya. Tetapi hal tersebut hanya membuktikan kembali bahwa sekalinya dogma perlunya Gereja disangkal, Iman pun menjadi tidak berguna. Inilah mengapa mereka yang berpikir bahwa masalah Misa adalah masalah yang utama, dan di mana pertempuran itu sungguh-sungguh berada, salah. Pertempuran bermulai dan berpusat di antara dogma ini, sebab sekalinya perlunya Iman Katolik disangkal, lalu hal-hal lainnya menjadi tidak berguna.