^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Ensiklik Militantis Ecclesiae - Paus Leo XIII, 1897, Tentang St. Petrus Kanisius
MILITANTIS ECCLESIAE
SURAT ENSIKLIK
PADUKA SUCI KITA LEO XIII
PAUS BERKAT PENYELENGGARAAN ILAHI
Kepada Para Uskup Agung dan Uskup Austria, Jerman dan Swiss
tentang perayaan seratus tahun Beato Petrus Kanisius
Kepada Saudara-Saudara Kami yang Terhormat, Para Uskup Agung, dan Uskup Austria, Jerman dan Swiss
LEO XIII, PAUS
Saudara-Saudara yang Terhormat,
Salam dan Berkat Apostlik
Kepentingan Gereja militan, tak kalah besar dengan kehormatannya, menuntut kita supaya sering merayakan upacara-upacara khidmat demi memperingati kenangan akan mereka yang telah diangkat kepada jajaran mulia dari Gereja berjaya, berkat kebajikan serta kesalehan mereka yang terkemuka. Penghormatan-penghormatan publik ini kembali menghidupkan kenangan akan kekudusan mereka, kenangan yang selalu baik untuk diingat, namun yang terutama berfaedah untuk dibahas pada masa-masa yang bermusuhan dengan kebajikan dan iman. Pada tahun ini, berkat kebaikan Penyelenggaraan Ilahi, Kami diperkenankan merayakan peringatan seratus tahunan yang ketiga kematian orang kudus yang agung, yaitu Petrus Kanisius; pada tahun ini, yang diberikan-Nya kepada Kami dan menjadi sukacita bagi diri Kami. Pada tahun ini pula, tiada suatu hal pun yang menjadi tekad Kami yang lebih besar selain melihat orang-orang benar tergerak oleh cara bertindak yang sama yang digunakan Petrus Kanisius dengan keberhasilan yang begitu banyaknya, demi melayani masyarakat Kristiani.
Bahwasanya ada analogi-analogi tertentu antara masa kita dan masa kehidupan Kanisius: masa semangat kebaruan dan kebebasan doktrin yang diikuti oleh meredupnya iman serta membesarnya kebejatan moral. Membebaskan segala lapisan masyarakat dan terutama orang muda dari wabah berganda itu, demikianlah tujuan yang menjadi niat miliknya, dia yang adalah Rasul negeri Jerman, setelah Bonifasius; senjata-senjata yang digunakannya demi mencapai tujuan itu tidak hanya mencakup wacana-wacana serta diskusi-diskusi publik, namun juga terutama sekolahan serta buku-buku.
Seturut teladannya, banyak dari anda sekalian telah dengan penuh semangat menggunakan senjata-senjata yang sama untuk melawan para musuh yang sedemikian liciknya, dan tak henti-hentinya, demi membela agama serta mempertahankan kehormatannya, mempelajari berbagai macam sains termulia dan menggarap pengetahuan budaya. Dalam melakukannya, mereka telah didukung oleh persetujuan terbuka dari para Paus Roma, yang telah dengan konsisten berniat memelihara keagungan kuno ilmu kesastraan dan memajukan segala cabang peradaban. Anda pun tak mengabaikan, Saudara-Saudara yang Terhormat, bahwa Kami sendiri telah senantiasa memiliki tekad utama untuk memastikan agar orang muda mendapatkan pendidikan yang baik, dan agar anda sekalian memastikan hal itu terjamin di mana-mana, sejauh mana memungkinkan bagi diri Kami.
Dengan sukarela Kami memanfaatkan kesempatan ini untuk menghadirkan pemimpin nan pemberani ini, Petrus Kanisius, sebagai teladan bagi mereka semua yang bertarung demi Kristus di kubu Gereja, agar mereka menjadi yakin bahwa mereka harus memadukan senjata sains demi perkara bajik yang mereka perjuangkan itu, dan agar mereka dengan demikian dapat membela agama dengan cara yang lebih gagah dan lebih efektif.
Betapa besarkah usaha yang dikerahkan oleh pria yang begitu lekatnya dengan iman Katolik dalam kepentingan Gereja dan Masyarakat itu, perkara tersebut akan dapat kita pahami dengan mudah kalau kita mempertimbangkan keadaan negeri Jerman pada awal pemberontakan Lutheran: pembejatan iman yang kian membesar setiap harinya membuka pintu kepada kesesatan, dan pintu itulah yang kemudian meratakan jalan kepada kemerosotan moral; jumlah orang yang meninggalkan iman Katolik senantiasa meningkat; segera, bisa ajaran bidah membanjiri kebanyakan provinsi negeri tersebut, menjangkiti manusia dari segala jajaran sedemikian rupa sehingga banyak orang menganggap perkara agama dalam kekaisaran itu di ujung tanduk dan keberadaan obat penyembuh wabah itu menjadi kendala yang luar biasa besar. Segala masalahnya tak terpecahkan, bahwasanya kalau Allah tidak campur tangan pada waktu itu.
Namun sungguh benar, bahwa di Jerman, masih ada orang-orang yang beriman kukuh, yang masyhur berkat ilmu pengetahuan mereka serta cinta mereka akan agama; masih ada para pangeran dari wangsa Bavaria, dari wangsa Austria, dan kepala mereka, raja Kekaisaran Romawi, Ferdinandus I; mereka semua bertekad melestarikan dan membela agama Katolik dengan segenap tenaga mereka. Namun tidak diragukan bahwa pertolongan yang paling kuasa, yang dikirimkan Allah kepada negeri Jerman dalam mara bahaya itu, adalah Serikat Loyola; serikat yang bahwasanya terlahir pada masa kemelut itu, dan Petrus Kanisius merupakan orang pertama dari bangsanya yang masuk serikat tersebut.
Dokumen ini tidak bertujuan mengenang secara rinci kehidupan pria yang sedemikian harum namanya berkat kekudusannya itu: semangatnya dalam perjuangan memulihkan tanah airnya yang terkoyakkan oleh perselisihan dan pemberontakan kembali kepada kerukunan dan kesatuan, semangat yang mendorongnya untuk berdiskusi secara publik dengan para pengajar kesesatan, cara dirinya kembali menghidupkan hati orang-orang dengan wacana-wacananya, penganiayaan-penganiayaan yang harus dideritanya, negeri-negeri yang dijelajahinya dan misi-misi sulit yang diembannya demi kepentingan iman. Tetapi, untuk kembali membahas pokok permasalahan Kami, marilah kita memperhatikan betapa besar ketabahan, keandalan, kebijaksanaan dan ketepatan yang selalu menyertainya dalam menggunakan senjata ilmu pengetahuan.
Ketika kembali ke Messina, tempat ia pada waktu itu harus pergi mengajar sebagai profesor kesastraan, ia membaktikan dirinya untuk mengajar ilmu pengetahuan suci pada Akademi-Akademi kota Köln, Ingolstadt dan Wina. Dan seturut jalur rajani yang ditelusuri para doktor yang paling teruji dalam sekolah Kristiani, ia membuka khazanah filsafat skolastik demi kebaikan bangsa Jerman. Filfsafat skolastik amat ditakuti oleh para musuh iman, sebab filsafat itu sungguh mencerahkan terang-terang kebenaran Katolik; dan karena itulah ia mengajar filsafat tersebut secara publik pada sekolah-sekolah serta kolese-kolese Serikat Yesus. Ia mengerahkan semangat dan perhatian yang begitu besarnya untuk mendirikan sekolah-sekolah serta kolese-kolese tersebut.
Ia juga tidak malu untuk turun dari ilmu pengetahuan yang luhur sampai pendidikan sastra mendasar, dan mengemban tugas untuk mendidik anak-anak; ia bahkan telah membuat buku pedoman alfabet serta tata bahasa bagi mereka. Namun sebagaimana ia sering pulang dari istana para pangeran di mana ia berceramah, untuk pergi menyampaikan khotbah kepada rakyat, demikian pula, ketika menulis tentang perkara-perkara yang lebih penting, baik tentang kontroversi-kontroversi maupun tentang moral, ia bekerja untuk mengarang pamflet-pamflet yang bertujuan menguatkan iman rakyat, serta mengobarkan dan menyuburkan kesalehan mereka. Dalam hal ini ia memperoleh hasil yang mengagumkan dan mencegah orang yang kurang terdidik sehingga tidak terjerat oleh pukat kesesatan; Summa doktrin Katolik yang diterbitkannya demi mencapai tujuan itu merupakan karya yang padat dan lugas, ditulis dalam kemilau bahasa Latin yang elegan, dan gaya bahasanya layak digolongkan sebagai karya para Bapa Gereja.
Karya yang luar biasa itu disambut dengan antusias hampir di seluruh kerajaan di Eropa oleh kaum terpelajar. Karyanya yang lebih singkat, namun yang tidak kurang berfaedah adalah kedua Katekismus yang tersohor, yang ditulis oleh Beato Kanisius untuk digunakan bagi mereka yang belum maju pengetahuannya: yang satu untuk anak-anak, yang lain untuk remaja yang telah dididik dalam tulis-menulis. Orang-orang Katolik telah begitu menggemari karya-karyanya itu sejak diterbitkan, sehingga hampir semua profesor yang bertugas mengajarkan unsur-unsur kebenaran menggunakannya. Karya-karyanya itu tidak hanya digunakan di sekolahan, sebagai air susu rohani bagi anak-anak, namun bahkan dijelaskan pula kepada para umat beriman di gereja-gereja. Dengan demikian, selama tiga abad, Kanisius dipandang sebagai guru umat Katolik di Jerman, dan, dalam istilah populer, mengenal Kanisius dan melestarikan kebenaran Kristiani merupakan dua ungkapan sinonim.
Teladan-teladan yang diberikan oleh orang kudus agung itu memberi petunjuk yang cukup jelas bagi orang-orang benar, jalan manakah yang harus mereka ikuti. Kami tahu, Saudara-Saudara yang Terhormat, bahwa salah satu gelar kemuliaan terindah milik bangsa anda adalah anda dengan hikmat dan sarat buah membaktikan talenta dan aktivitas anda untuk meningkatkan keagungan tanah air anda dan kesejahteraan baik bagi publik maupun perorangan. Namun yang terutama dari segalanya, adalah agar semua orang bijak dan bajik yang ada di antara anda mengerahkan upaya-upaya penuh semangat demi menjamin kebaikan agama, agar demi kemuliaan dan pertahanan agama, mereka membaktikan segenap terang pikiran mereka, segala daya talenta mereka, sehingga demi tujuan itu, diri mereka menjadi kini dalam segala kemajuan ilmu budaya dan sains.
Bahwasanya, kalau pernah ada suatu masa di mana membela iman Katolik menuntut bekal senjata sains dan keterdidikan, itu tentunya adalah masa kita, saat kemajuan-kemajuan yang cepat dalam segala cabang peradaban sering kali memberi kesempatan bagi para musuh iman Kristiani untuk menyerang iman tersebut. Daya-daya yang sama itulah yang harus dibaktikan demi menghalau serangan mereka; daya-daya itu harus dikuasai, dan yang mereka gunakan untuk berupaya memutuskan hubungan antara Allah dan manusia harus direnggut dari tangan mereka.
Ketika umat Katolik telah diteguhkan dan dipersiapkan dengan cara demikian, mereka pun akan harus memperlihatkan bahwa iman sama sekali tidak bermusuhan dengan sains, dan justru merupakan puncak dari sains; bahwa bahkan pada pasal-pasal yang tampaknya berlawanan atau bertentangan, iman bisa begitu selarasnya dengan filsafat, sehingga kedua-duanya saling mencerahkan satu sama lain; bahwa kodrat bukanlah musuh, melainkan pendamping dan pembantu agama; dan pada akhirnya, bahwa ilham agama tidak hanya memperkaya segala jenis pengetahuan, namun juga memberi daya dan hidup baru bagi kesastraan dan ilmu budaya.
Adapun faedah yang ditimba oleh ilmu pengetahuan suci dari ilmu pengetahuan profan, hal itu mudah untuk dibayangkan bagi mereka yang mengenali kodrat manusia yang senantiasa terjurus kepada hal yang menggelitik pancaindra. Begitu pula, di kalangan bangsa-bangsa yang berperadaban lebih maju, hikmat yang sederhana kurang dipercayai dan kalangan terpelajarnya mengesampingkan segala sesuatu yang tidak bermarkahkan keindahan atau daya pikat tertentu. Namun, kita berutang budi kepada orang bijak sebagaimana pula kepada orang bebal, sedemikian rupa sehingga kita harus mengambil posisi pada garis depan pertempuran di samping orang bijak, dan kalau orang bebal menjadi goyah, kita harus membangkitkan dan menguatkan mereka.
Sehubungan pandangan tersebut, terbentang medan yang luas bagi Gereja. Ketika penganiayaan bersimbah darah telah usai dan Gereja kembali memperoleh kekuatan, orang terpelajar membawakan kemilat talenta dan ilmu pengetahuan mereka bagi iman yang sama itu, yang dimeteraikan oleh darah para pahlawan. Para Bapa dahulu merupakan perintis karya pemercantikan itu, dan semangat yang mereka kerahkan tidak pernah terlampaui; ujaran mereka yang kaya ilmu berhak didengarkan oleh bangsa Yunani dan Romawi.
Bagaikan tersengat dan terdorong oleh ajaran dan kefasihan para Bapa, orang-orang lain kemudian membaktikan segenap semangat mereka kepada kajian-kajian suci dan membangun pusaka hikmat Kristiani yang sebegitu kayanya, sehingga di setiap waktu, para hamba Gereja telah dapat merengkuh persenjataan baru dari ajaran-ajaran mereka demi menghancurkan kesalahan-kesalahan kuno atau melenyapkan dongeng-dongeng baru yang direka oleh bidah. Namun pusaka yang diwariskan oleh orang-orang terpelajar itu telah terkikis oleh karena abad-abad yang berlalu; kekayaan-kekayaan yang paling berharga itu, akibat terpapar ketamakan orang-orang barbar, terancam bahaya lupa. Kalau monumen-monumen kecerdasan dan keterampilan manusia, kalau hal-hal yang dahulunya paling dihormati oleh bangsa Yunani dan Romawi itu tidak sepenuhnya lekang, Gerejalah satu-satunya yang patut dianggap pelestarinya.
Karena kajian sains serta ilmu budaya memberi kemilau yang sedemikian besarnya bagi agama, mereka yang telah berdedikasi diri untuk menggeluti kajian-kajian itu tidak hanya harus mengerahkan segenap daya akal mereka, namun juga segenap aktivitas mereka supaya ilmu yang mereka geluti itu tidak terbatas pada diri mereka sendiri dan menjadi mandul. Maka hendaknya orang-orang terpelajar tahu cara menggunakan kajian-kajian mereka untuk membuahkan hasil bagi persemakmuran Kristiani dan membaktikan seluruh waktu senggang mereka demi kebaikan umum, supaya ilmu pengetahuan mereka tidak ibaratnya semata-mata tetap menjadi sebuah sketsa, namun menjadi dapat dipraktikkan. Namun praktik ini tersingkap terutama dalam pengajaran orang muda, suatu karya yang sedemikian pentingnya, sehingga menuntut bagian terbesar dari usaha dan perhatian mereka.
Karena itulah Kami mendorong anda, terutama diri anda sekalian, Saudara-Saudara yang Terhormat, supaya anda dengan penuh perhatian memelihara sekolahan dalam kemurnian iman, atau memulihkan kemurnian itu jikalau diperlukan; supaya anda melimpahkan usaha-usaha anda kepada sekolahan baik yang lama maupun yang baru, tidak hanya pada sekolah dasar, namun juga pada sekolah menengah dan pada Akademi. Adapun umat Katolik lainnya di negara-negara anda, mereka harus bertindak sedemikian rupa sehingga dalam pengajaran orang muda, hak-hak orang tua dan Gereja dihormati dan dipelihara.
Pada poin ini, berikut kaidah-kaidah utama yang harus diikuti. Pertama-tama, umat Katolik tidak boleh melangsungkan pendidikan pada sekolah campur, terutama bagi anak-anak, namun mereka harus memiliki sekolahan khusus; karena itu, mereka harus memilih para guru yang unggul dan terhormat. Pendidikan menjadi sangat berbahaya di mana agama disesatkan atau tiada sama sekali; namun, Kami melihat bahwa di sekolah-sekolah campur, kasus yang satu atau yang lain itulah yang terjadi. Dan kita tidak boleh meyakinkan diri sendiri bahwa pengajaran dan kesalehan dapat dipisahkan tanpa terkena hukuman. Sebab kalau benar bahwa tiada jenjang kehidupan di mana seseorang dapat membuat dirinya terkecuali dari agama, baik dalam kehidupan pribadi maupun publik, tanggung jawab ini tidak boleh diabaikan apalagi pada usia dini, masa kurangnya hikmat, masa di mana benak sedang membara dan hati terpapar begitu banyak sebab pembejatan yang memikat.
Maka mengorganisir pengajaran dengan cara yang meniadakan segala macam kontak dengan agama, merupakan pembejatan benih-benih kesempurnaan dan kelurusan dalam jiwa sendiri; yang dipersiapkan oleh perbuatan semacam itu bukanlah para pembela tanah air, melainkan wabah dan tulah bagi umat manusia. Sekalinya Allah dihapuskan, pertimbangan apa yang mampu mempertahankan orang muda dalam tanggung jawab mereka atau yang mampu memulangkan mereka ketika mereka telah menyimpang dari jalan kebajikan dan saat mereka terjungkal ke dalam jurang kemaksiatan?
Kedua, agama haruslah diajarkan kepada anak-anak pada waktu-waktu tertentu, namun, segala pengajaran lainnya harus ibaratnya mengudarakan harum kesalehan Kristiani. Kalau tidak demikian, kalau aroma sakral itu tidak meresap ke dalam benak para guru dan para murid pada saat yang bersamaan, maka apa pun pengajarannya itu hanya akan menghasilkan sedikit buah dan bahkan akan menyebabkan kesulitan-kesulitan yang parah.
Bahwasanya masing-masing ilmu pengetahuan disertai oleh bahaya-bahayanya sendiri, dan orang muda tidak akan tahu cara meluputkan diri dari bahaya-bahaya itu jika kendali-kendali ilahi tidak mengekang akal dan hati mereka. Maka haruslah dipastikan agar hal yang esensial, yakni praktik kesalehan Kristiani, tidak ditinggalkan pada barisan kedua; sehingga ketika para guru bersusah payah mengejakan kata demi kata sains tertentu yang menjenuhkan, orang muda sama sekali tidak memedulikan kebijaksanaan sejati, yang berawal dari takut akan Allah, dan yang asas-asasnya harus mereka taati di setiap saat hidup mereka. Maka hendaknya sains selalu didampingi dengan pembudidayaan jiwa. Hendaknya segala cabang pengajaran diresapi dan dikepalai oleh agama dan hendaknya agama sedemikian berjaya dengan kemegahannya dan kemanisannya, sehingga, dengan penuh faedah, istilahnya menyulut jiwa orang muda.
Di sisi lain, karena Gereja telah senantiasa bermaksud supaya segala jenis kajian terutama membantu pembinaan agama bagi kaum muda, yang diperlukan bukan hanya supaya bagian pengajaran yang satu itu memiliki tempatnya sendiri, dan tempat yang utama, namun juga agar tidak seorang pun dapat melaksanakan tugas-tugas yang begitu pentingnya itu, tanpa telah dinilai pantas oleh penilaian Gereja dan tanpa telah diteguhkan dalam pekerjaan itu oleh otoritas agamawi.
Tetapi agama menuntut hak-haknya tidak hanya dalam pendidikan anak-anak.
Ada suatu kala ketika peraturan semua universitas (terutama Universitas Paris) dahulu sangat memastikan agar segala tatanan pengajaran tunduk kepada ilmu teologi, sehingga tidak seorang pun dianggap telah mencapai puncak sains jika ia belum mendapatkan gelarnya dalam teologi. Pemulih era agung itu, Leo X, dan sejak masa itu, para Paus Pendahulu Kami, menghendaki agar pada masa membeludaknya perang yang fasik melawan Gereja, Athenaeum Romawi dan Universitas-Universitas lainnya bagaikan menjadi benteng pertahanan yang kuat, dan terbimbing serta terilhami oleh hikmat Kristiani, menjadi tempat orang muda mendapatkan pengajaran mereka. Sistem pembelajaran ini, yang menempatkan Allah dan agama pada peringkat pertama, membuahkan hasil-hasil yang amat baik. Setidak-tidaknya, hasilnya adalah orang muda yang dibesarkan secara demikian menjadi lebih setia kepada tanggung jawab mereka. Hasil yang membahagiakan itu akan kembali muncul di negara-negara anda kalau anda mengusahakan supaya di sekolah-sekolah menengah, sekolah gimnasium, sekolah lyceum, dan di akademi, hak-hak gereja dihormati.
Semoga upaya-upaya anda tidak pernah menabrak rintangan yang memudaratkan maksud-maksud baik dan segala kerja yang telah dikerahkan: perselisihan pendapat dan kurangnya kerukunan dalam bertindak. Bahwasanya daya-daya yang berselisih dari orang baik mampu berbuat apa terhadap serangan para musuh kita yang saling bersatu padu? Apa gunanya keberanian perorangan kalau tidak ada strategi bersama?
Itulah sebabnya Kami mendorong anda supaya mengenyahkan segala kontroversi yang tak berguna, segala pertikaian akibat keberpihakan, unsur-unsur perpecahan bagi jiwa-jiwa, sehingga semua orang satu suara dalam membela Gereja dan dengan demikian memusatkan seluruh tenaga mereka demi mengarahkannya kepada tujuan yang satu dan sama, dalam pendapat yang sama, penuh perhatian untuk menjaga kesatuan pikiran dalam ikatan perdamaian.[1]
Pertimbangan-pertimbangan inilah yang telah menarik diri Kami sehingga kembali mengenang orang kudus yang agung itu. Semoga teladan-teladan mulianya terukir pada benak orang-orang dan membangkitkan dalam benak mereka cinta akan hikmat yang dimilikinya; semoga hikmat yang sama ini senantiasa bekerja demi keselamatan manusia dan pertahanan Gereja.
Kami yakin, Saudara-Saudara yang Terhormat, bahwa anda sekalian, yang mengerahkan perhatian khusus dalam perkara ini, akan menemukan di kalangan orang terpelajar, orang-orang yang rindu berbagi kemuliaan dan karya ini. Namun mereka yang telah disiapkan oleh Penyelenggaraan Ilahi untuk misi mengajar orang muda itulah, yang terutama akan dapat memberi partisipasi mereka kepada diri anda; dan partisipasi mereka tentunya akan anda dapatkan, oleh karena hakikat karya mereka sendiri.
Bila mereka ingat bahwa sains, seturut kata-kata orang zaman dahulu, patut dinamai keterampilan dan bukan kebijaksanaan, ketika sains dipisahkan dari keadilan, atau lebih baiknya, jika mereka merenungkan perkataan Kitab Suci: Sia-sia, semua orang yang tidak memiliki pengetahuan akan Allah[2], mereka akan lebih tahu cara menggunakan senjata sains untuk kepentingan umum daripada untuk guna perorangan. Dari usaha dan upaya-upaya mereka, mereka akan mampu menantikan buah-buah yang sama, yang dahulu dipetik oleh Petrus Kanisius di kolese-kolesenya serta wisma-wisma pendidikannya, yakni, orang muda yang patuh, bermoral baik, bajik, membenci teladan orang fasik dan tertarik kepada sains sama kepada kebajikan. Ketika kesalehan telah berakar dalam-dalam pada diri mereka, hampir tidak akan perlu ditakuti bahwa jiwa-jiwa mereka diserbu oleh kesalahan atau menyimpang dari kebajikan. Dalam diri merekalah Gereja dan masyarakat menaruh harapan-harapan yang terbaik; akan kita saksikan dalam diri mereka warga negara yang berbudi baik di masa depan, yang hikmat, kebijaksanaan serta pengetahuannya akan berkontribusi kepada keselamatan tatanan sosial serta ketenteraman hidup berkeluarga.
Sebagai penutup, Kami memanjatkan doa-doa kami kepada Allah yang Mahabaik dan Mahabesar, Penguasa segala pengetahuan, kepada Ibunda-Nya yang Perawan yang adalah Takhta Kebijaksanaan, dan Kami memohon kepada mereka, dengan perantaraan Petrus Kanisius, yang dengan pengetahuannya, berjasa sedemikian besar kepada Gereja Katolik, agar mereka mendengarkan harapan-harapan yang Kami buat demi pertumbuhan Gereja dan demi kebaikan orang muda. Penuh dengan harapan ini, tanda pertolongan surgawi dan kesaksian dari niat baik Kami yang kebapaan kepada anda masing-masing, Saudara-Saudara yang Terhormat, kepada para klerus anda dan kepada seluruh umat anda, Kami karuniakan setulus hati Kami dengan berkat apostolik.
Diberikan di Roma, di Gereja Santo Petrus, pada tanggal 1 Agustus 1897, tahun kedua puluh dari Masa Kepausan Kami.
LEO XIII, PAUS
Catatan kaki:
Diterjemahkan dari sumber berbahasa Prancis:
Lettres apostoliques de S. S. Léon XIII, encycliques, brefs, etc. [Surat-Surat Apostolik dari Paduka Suci Leo XIII, Ensiklik, Breve, dll], Vol. I, Paris, A. Roger et F. Chernoviz, Penyunting, hal. 70-83.
[1] Efesus 4:3.
[2] Kebijaksanaan Salomo 13:1.
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 2 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 2 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 3 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 5 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...