^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Berlindung kepada Santa Perawan Maria dengan penuh keyakinan - Pertimbangan XXXII St. Alfonsus
PERTIMBANGAN XXXIII.
Berlindung kepada Santa Perawan Maria dengan penuh keyakinan.
“Barang siapa menemukan aku akan menemukan hidup, dan akan memiliki keselamatan dari Tuhan.” – Amsal viii. 35.
POIN PERTAMA.
Sungguh besar rasa syukur yang hendaknya kita panjatkan kepada kerahiman Allah, karena telah memberi kita Maria sebagai pembela kita, dia yang mampu memperolehkan segala rahmat yang kita inginkan melalui perantaraannya! “Sungguh ajaib (seru St. Bonaventura) keberlimpahan Allah kita, yang telah memberikan dirimu, ya Ratu, kepada para umat-Nya yang bersalah, sebagai pembela mereka, sehingga engkau mampu memperolehkan mereka apa pun yang kaukehendaki bagi mereka dengan pertolonganmu.”[1] Hai pendosa, saudara-saudaraku, kalau kita bersalah di mata keadilan Ilahi, dan sudah terkutuk untuk masuk Neraka akibat dosa-dosa kita, marilah kita berlindung kepada Bunda Allah ini; marilah kita bernaung di bawah mantelnya, dan dia akan menyelamatkan kita. Dan mengapa demikian? Karena Maria adalah pembela yang kuasa, pembela yang rahim, dan pembela yang ingin menyelamatkan semua orang. Pertama-tama, marilah kita memandang Maria sebagai pembela yang kuasa, yang adikuasa dengan sang Hakim untuk menolong orang-orang yang berdevosi kepadanya. Ini adalah hak khusus yang istimewa, karunia miliknya yang diberikan oleh sang Hakim sendiri, Putranya itu: “Sungguh karunia yang besar bahwa Maria amat kuasa bersama Putranya.”[2] Gerson berkata, bahwa Santa Perawan Maria tak meminta apa-apa dari Allah dengan kehendak mutlak apa pun yang tidak diperolehnya; dan bahwa sebagai Ratu, dia memerintah para malaikat supaya mencerahkan, menahirkan, dan menyempurnakan para hambanya.[3] Maka Gereja, dalam tujuan memenuhi kita dengan kepercayaan kepada pembela yang agung ini, memohon kita supaya memanggilnya dengan nama Perawan yang kuasa: “Perawan yang kuasa, doakanlah kami.” Dan mengapakah perlindungan Maria begitu kuasa? Karena dia itu Bunda Allah. “Doa Bunda Allah (ujar St. Antoninus) memiliki sifat suatu perintah, sehingga mustahil dirinya tidak didengar.”[4] Doa-doa Maria, sebagaimana dirinya seorang Ibunda, dalam suatu cara tertentu memberi perintah kepada Yesus Kristus; dan karena itu mustahil dirinya tidak didengar ketika ia berdoa. St. Georgius, Uskup Agung Nikomedia, berkata bahwa demi menepati kewajiban-kewajiban yang mengikat diri-Nya kepada Ibunda-Nya karena telah memberikan-Nya kodrat manusiawinya, sang Penebus mendengar segala doanya: “Seolah-olah melunasi utang-Nya kepadamu, Putramu mengabulkan segala permohonanmu.”[5] Maka St. Teofilus, Uskup Aleksandria, berkata seperti ini: “Putra berkenan dipanjatkan permohonan oleh Ibunda-Nya, sebab Ia ingin mengabulkan segala permintaannya, agar dengan demikian Ia membalas pertolongan yang diperoleh daripadanya dalam memberikan daging kepada-Nya.” Dan dengan makna ini, St. Metodius martir berseru: “Bersukacitalah, bersukacitalah, engkau yang mempunyai Putramu sebagai pengutangmu; kami semua berutang kepada Allah, namun Ia berutang kepadamu.”[6] Bersukacitalah, ya Maria, engkau yang berbahagia karena memiliki Putra itu sebagai pengutang, yang kepada-Nya kami semua berutang, sebab segala yang kami miliki adalah karunia-Nya.
Karena itulah Kosmas dari Yerusalem berkata, bahwa pertolongan Maria adikuasa: “Pertolonganmu, ya Maria, adikuasa.” Ya, pertolongannya adikuasa; dan Rikardus dari St. Laurensius menegaskan pendapat ini; sebab adil adanya, bahwa sang Ibunda harus berbagi kuasa milik Putra. Maka Putra yang Mahakuasa, telah membuat Bunda-Nya adikuasa: “Namun karena kuasa milik Putra dan milik Ibunda sama adanya, Ibunda telah dijadikan adikuasa oleh Putra yang Mahakuasa.”[7] Putra itu pada kodrat-Nya Mahakuasa, Ibunda-Nya adikuasa berkat rahmat; maksudnya, dia mendapatkan, berkat doa-doanya, segala sesuatu yang dia minta, seturut syair yang terkenal ini: “Apa yang dilakukan Allah atas hak-Nya, kaulakukan, ya Perawan, dengan doa.” Dan inilah yang sungguh terwahyu kepada St. Brigidia. Pada suatu hari wanita kudus itu mendengar Yesus berkata kepada Maria, “Mintalah yang kauinginkan dari Aku, sebab permohonanmu tidak mungkin tak berbuah.”[8] Ya Bunda-Ku, mintalah kepada-Ku apa yang kauinginkan; ketahuilah, bahwa mustahil bagi-Ku untuk tidak mendengar doa-doamu. Dan Ia kemudian memberikan alasannya: “Karena engkau tak pernah menolak memberikan kepadaku segala sesuatu di dunia, takkan Kutolak kepadamu sesuatu pun di dalam Surga.” Tak ada sesuatu pun yang kautolak untuk kauberi kepada-Ku ketika Aku dahulu hidup di dunia; maka sungguh adil kalau Aku tidak menolak memberikan kepadamu apa-apa sekarang, ketika engkau berada bersama-Ku di Surga.
Pendek kata, tak ada seorang pun, betapa pun berdosanya orang itu, yang tak dapat diselamatkan Maria melalui perantaraannya. Engkau memiliki kuasa yang tak terkalahkan (ujar St. Georgius dari Nikomedia tentang dia), sehingga dosa-dosa kami yang banyak itu tak dapat berjaya atas kemurahan hatimu: “Tiada sesuatu pun yang tahan kuasamu; sebab sang Pencipta memandang kemuliaanmu sebagai milik-Nya sendiri.”[9] Maka engkau, ya Bunda Allah, adikuasa, ujar St. Petrus Damianus, sebab engkau dapat menyelamatkan mereka yang putus asa sekalipun: “Tiada yang mustahil bagimu, engkau yang dapat mengangkat mereka sekalipun yang putus asa kepada harapan keselamatan.”[10]
DAMBAAN DAN DOA.
Ya Ratu dan Bundaku yang terkasih, akan kusampaikan kepadamu kata-kata St. Germanus ini: “Engkau adikuasa dalam menyelamatkan para pendosa, dan tak ada nasihat yang kaubutuhkan di hadapan Allah, sebab engkaulah Bunda Kehidupan Sejati.”[11] Maka ya ratu, kalau kuberlindung kepadamu, semua dosaku tidak dapat menjadikanku putus asa atas keselamatanku. Kauperoleh segala yang kauinginkan dengan doa-doamu. Bila kaudoakan diriku, aku pasti akan selamat. Maka doakanlah aku, makhluk yang malang ini, ya Bunda Allah yang agung; sebab seperti yang dikatakan St. Bernardus, Putramu mendengarkan dikau, dan mengabulkan segala permohonanmu: “Berbicaralah, ya Ratu; sebab Putramu mendengarkanmu. Engkau akan memperoleh segala yang kauminta.” Memang benar aku ini pendosa; namun aku ingin membenahi hidupku, dan kuberbahagia menjadi hambamu yang istimewa. Kutahu bahwa diriku ini tak pantas mendapat perlindunganmu; namun kutahu pula bahwa tak pernah kautinggalkan seorang pun yang menaruh kepercayaannya pada dirimu. Kaupunya kuasa dan kehendak untuk menyelamatkan aku; dan engkaulah andalanku. Ketika aku dahulu tersesat, dan tak memikirkanmu, engkau dahulu memikirkan aku, dan memang memperolehkan aku rahmat untuk menjadi sadar. Betapa jauh lebih besarnya kepercayaan yang seharusnya kutaruh pada kerahimanmu, ketika aku sekarang berbakti kepada pelayananmu, dan karena kuserahkan diriku kepadamu, dan mengandalkanmu! Ya Maria, doakanlah aku, dan jadikanlah aku orang kudus. Perolehkan aku ketekunan suci. Perolehkan aku cinta kasih yang besar kepada Putramu dan kepada dirimu sendiri, engkau yang adalah Bundaku yang sangat patut kucintai. Kucinta kau, ya Ratuku; dan kuharap dapat mencintaimu selalu. Hendaknya engkau juga mengasihi aku; dan dengan cintamu, ubahlah aku dari pendosa menjadi orang kudus.
POIN KEDUA.
Mari kita mempertimbangkan pada poin kedua ini, bahwa sebagai pembela kita, Maria sama-sama rahim dan sama-sama kuasa; bahwa ia tidak tahu cara menolak perlindungannya kepada siapa saja yang berlindung kepada dia. Mata Tuhan, ujar Daud, tertuju kepada orang benar; namun Bunda yang Berbelas kasih ini, seperti perkataan Rikardus dari St. Laurensius, menjaga matanya pada para pendosa serta orang-orang benar, supaya mereka tidak jatuh, atau kalau mereka jatuh, agar dirinya boleh dengan pertolongannya mengangkat mereka: “Namun mata Ratu kita terpasang pada orang benar dan para pendosa, seperti mata seorang ibu pada anaknya, agar anaknya itu tidak jatuh; atau kalau dia jatuh, supaya dia diangkatnya.” St. Bonaventura berkata, bahwa ketika menatap Maria, ia tampak melihat kerahiman sendiri: “Sesungguhnya, ya Ratu, ketika kutatap dirimu, tiada yang kulihat selain kerahiman.” Maka dari itu St. Bernardus mendorong kita supaya berserah diri dengan penuh keyakinan kepada pembela yang kuasa ini dalam segala kebutuhan kita, sebab dia manis dan baik kepada setiap orang yang berlindung kepadanya: “Mengapakah umat manusia yang rapuh harus takut menghampiri Maria? Tiada yang keras, tiada yang ngeri dalam dia; dia itu manis seutuh-utuhnya.” Karena itulah Maria disebut sebagai zaitun: “Bagaikan pohon zaitun yang cantik di tengah padang” (Sirakh xxiv. 19). Sebagaimana dari pohon zaitun tiada yang keluar selain minyak, yang adalah simbol kerahiman, demikian pula dari tangan Maria tiada yang tercurah selain rahmat dan kerahiman, yang dibagi-bagikannya kepada semua orang yang berlindung kepadanya. Karena itulah Dionisius Kartusian dengan benar menyebut Maria sebagai “Pembela semua pendosa yang berlindung kepadanya.” Ya Allah, derita apakah yang tidak dialami seorang Kristen yang terkutuk, ketika merenungkan bahwa dirinya dahulu mungkin bisa selamat dengan begitu mudahnya seandainya dia berlindung kepada Maria; namun itu dahulu tidak dilakukannya, dan sekarang, tidak ada lagi waktu untuk berbuat demikian! Perawan Suci itu pernah berkata kepada St. Brigidia, “Aku disebut semua orang Bunda Kerahiman, dan memang benar adanya, sebab Allah yang Maharahim telah menjadikanku penuh belas kasih.”[12] Dan sesungguhnya, siapakah yang telah memberikan dirinya itu sebagai pembela kita, kalau bukan Allah yang Maharahim yang kita sembah, sebab Ia menginginkan keselamatan kita? “Maka dari itu”, imbuh Maria, “orang akan celaka kalau ketika ia masih sanggup, ia tidak menghampiri aku yang rahim ini.” Celakalah orang, ujarnya, dan celakalah orang itu untuk selama-lamanya, kalau ia dahulu dapat berserah diri kepadaku selama hidupnya, aku yang begitu berbela rasa dan rahim kepada semua orang, namun dia tidak melakukannya, dan karena itu binasa.
Mungkin, ujar St. Bonaventura, kita takut bahwa dalam mencari pertolongan Maria, dia akan menolak kita? Tidak, jawab orang kudus itu; “sebab dia tidak tahu cara menjadi tidak rahim, atau tidak menepati permintaan-permintaan orang malang.” Tidak, Maria tidak menolak, dan tidak pernah menolak untuk berbela rasa dan membantu orang, seberapa pun celaka orang itu, kalau ia berlindung kepada Maria: “Kaulah Ratu Kerahiman”, ujar St. Bernardus. “dan siapakah rakyat kerahiman itu, kalau bukan orang yang menderita?” Dan dengan kerendahan hati, orang kudus itu lalu berkata: Maka, hai Bunda Allah, karena engkaulah Ratu Kerahiman, engkau harus lebih memerhatikan aku, pendosa yang paling malang dari segala pendosa. “Engkaulah Ratu Kerahiman, dan akulah pendosa yang termalang, yang terutama dari para rakyatmu: maka perintahlah kami, ya Ratu Kerahiman.” Sebagai Bunda yang Berbelas Kasih, ia harus memastikan terbebasnya anak-anaknya yang sakit dari maut, mereka yang oleh kerahimannya menjadikan dia sebagai ibunda. Karena itulah St. Basilius menyebutnya “rumah sakit umum”. Rumah sakit umum adalah bagi orang miskin yang sakit; dan semakin miskin seseorang, semakin besar haknya untuk diterima: dan karena itu St. Basilius menyimpulkan bahwa Maria wajib menerima dengan kerahiman serta perhatian yang lebih besar, mereka yang adalah pendosa yang lebih besar, dan yang berlindung kepadanya.
Namun jangan kita meragukan kerahiman Maria. St. Brigidia mendengar Juru Selamat kita berkata kepada Ibunda-Nya, “Engkau akan berbelas kasih kepada Iblis, seandainya ia dengan rendah hati memintakannya kepadamu.” Lucifer yang angkuh itu tidak akan pernah merendahkan dirinya sendiri untuk melakukannya; tetapi seandainya ia cukup merendahkan hati di depan Bunda Allah ini, dan meminta pertolongannya, Maria akan dengan perantaraannya membebaskannya dari Neraka. Dengan perkataan ini, Yesus Kristus ingin membuat kita paham apa yang dikatakan Maria sendiri kemudian kepada wanita kudus itu, bahwa setiap kalinya seorang pendosa berlindung kepadanya, betapapun besar dosa si pendosa itu, Maria tidak memandang dosa-dosa yang dibawanya, namun maksud yang menyertai kedatangannya. Kalau dia datang dengan kehendak baik untuk membenahi hidupnya, Maria menyambutnya, dan menyembuhkannya dari segala lukanya: “Betapa pun besarnya dosa yang telah dilakukan seseorang, kalau ia berpaling kepadaku dengan keinginan sejati untuk berbenah diri, aku segera siap menyambutnya: tidak pun aku perhatian kepada besar dosanya, namun kepada kehendak yang menyertai kedatangannya; sebab aku tidak jijik untuk mengurapi dan menyembuhkan luka-lukanya, karena diriku ini dipanggil Bunda yang Berbelas Kasih, dan memang diriku demikian adanya.” Oleh sebab itulah St. Bonaventura menyemangati kita: “Embuskanlah desahanmu kepadanya, hai pendosa yang tersesat, dan dia akan membimbingmu sampai ke Surga.”[13] Hai pendosa yang tersesat, jangan putus asa! Layangkanlah pandanganmu kepada Maria, dan bernapaslah dengan penuh keyakinan sekali lagi dalam kerahiman Ibunda yang baik ini. “Maka marilah kita”, ujar St. Bernardus, “mencari rahmat yang telah kita hilangkan, dan marilah kita mencarinya melalui Maria.”[14] Ia telah menemukan, ujar Rikardus dari St. Laurensius, rahmat yang telah kita hilangkan; karena itu kita harus berlindung padanya supaya mendapatkan rahmat itu kembali: “Kalau kita ingin menemukan rahmat, marilah kita mencari dia, sang penemu rahmat.”[15] Ketika St. Gabriel pergi mewartakan kepada Maria kabar bahwa dirinya akan menjadi Bunda Allah, ia berkata, antara lain: “Jangan takut, Maria; engkau telah beroleh Rahmat” (St. Lukas i. 30). Namun kalau Maria tidak pernah kehilangan rahmat, tetapi sebaliknya, penuh rahmat sejak awalnya, bagaimana dia bisa berkata Maria beroleh rahmat? Kardinal Hugo menjawab, bahwa Maria tidak beroleh rahmat demi dirinya sendiri, sebab ia senantiasa memilikinya, namun demi kita yang telah kehilangan rahmat itu; itulah sebabnya, ujar Kardinal Hugo, kita harus pergi kepadanya dan berkata: Ya Ratu, barang kepunyaan harus dikembalikan kepada orang yang kehilangan; engkau telah beroleh rahmat, namun itu bukan milikmu sendiri, sebab engkau senantiasa memiliki rahmat; tetapi rahmat itu adalah milik kami, yang telah menghilangkannya akibat kesalahan kami. Milik kami, maka anda harus mengembalikannya: “Maka hendaknya para pendosa bergegas dan berlari kepada Perawan itu, mereka yang akibat dosa-dosa mereka telah kehilangan rahmat Allah: hendaklah mereka berkata dengan penuh keyakinan, Kembalikanlah kepada kami barang kepunyaan kami yang telah kautemukan.”
DAMBAAN DAN DOA.
Lihatlah seorang pendosa malang yang sujud di kakimu, ya Bunda Allah yang agung, yang bukan sekali, namun banyak kali, telah kehilangan rahmat ilahi yang diperolehkan Putramu deminya melalui wafat-Nya. Ya Bunda yang Berbelas Kasih, kuhampiri engkau dengan jiwa yang penuh parut dan luka-luka; janganlah karena itu berpaling dari aku, namun hendaklah hatimu tergerak sehingga lebih besar bela rasamu, dan bantulah aku. Lihatlah keyakinan yang kupunya akan dirimu, engkau yang belum pernah meninggalkan aku! Tak kucari dari engkau barang-barang duniawi; kucari rahmat Allah, cinta Putramu. Doakanlah aku, ya Ibu; janganlah pernah berhenti mendoakan aku. Jasa-jasa Yesus Kristus dan perantaraanmu harus menyelamatkanku. Tugasmu adalah menjadi pengantara bagi para pendosa; maka ‘kan kuucapkan kepadamu, bersama St. Thomas dari Villanova, “Ya pembela kami, penuhilah tugasmu.” Serahkanlah aku kepada Allah, dan lindungilah aku. Tak ada perkara, betapapun gawatnya, yang gagal ketika kaubela. Kaulah harapan pendosa; kaulah harapanku. Ya Maria, takkan pernah kuberhenti melayanimu, mengasihimu, berlindung kepadamu; janganlah engkau pernah berhenti menolongku, terutama ketika engkau melihat aku berada dalam bahaya kehilangan rahmat Allah. Ya Maria, ya Bunda Allah yang agung, kasihanilah aku.
POIN KETIGA.
Marilah kita pertimbangkan pada poin ketiga, bahwa Maria adalah pembela yang kian rahimnya, sehingga ia tak hanya menolong orang yang berlindung kepadanya, namun ia sendiri juga mencari orang-orang malang, demi membela dan menyelamatkan mereka. Lihatlah bagaimana ia mengundang semua orang, dan menyemangati mereka supaya mengharapkan setiap kebaikan, kalau mereka mencari pertolongannya: “Dalam akua da segala harapan akan hidup dan kebajikan. Datanglah kepadaku, hai kamu semua yang menginginkan aku” (Sirakh xxiv. 25, 26). Pelbartus yang saleh mengomentari ayat ini: “Ia memanggil semua orang, bajik dan pendosa.” Iblis berjalan keliling, ujar St. Petrus, “mencari orang yang akan dimangsanya” (1 St. Petrus v. 8). Namun Bunda Allah ini, ujar Bernardinus de Bustis, “berjalan keliling mencari orang yang dapat diselamatkannya”.[16] Maria adalah Bunda yang Berbelas Kasih, sebab belas kasih yang dipunyainya kepada kita menyebabkannya berbela rasa kepada kita, dan senantiasa mencari keselamatan kita, seperti seorang ibu yang tak dapat melihat anak-anaknya berada dalam bahaya maut tanpa menolong mereka. “Dan siapakah”, ujar St. Germanus, “setelah Yesus Kristus, yang lebih perhatian terhadap keselamatan kita selain engkau, ya Bunda Kerahiman?”[17] St. Bonaventura mengimbuhkan, bahwa Maria begitu perhatian dalam membantu orang malang, sehingga ia tampaknya tidak lebih menginginkan apa-apa selain hal ini: “Dari segala sisi engkau perhatian bagi orang malang; engkau tampaknya hanya punya keinginan menjadi rahim.”[18]
Tentunya dia menolong kita ketika kita berlindung kepadanya, dan tidak seorang pun pernah ditolaknya: “Begitu besar kebaikannya”, ujar Idiot, “sehingga tidak seorang pun ditolaknya”.[19] Namun ini saja tidak cukup bagi hati Maria yang berbelas kasih; ia mengantisipasi, ujar Rikardus dari St. Viktor, permohonan-permohonan kita dan sibuk menolong kita sebelum kita berdoa kepadanya: “Kerahimannya mendahului permohonan, dan mengantisipasi masalah-masalah orang malang.”[20] Penulis yang sama ini lebih lanjut mencatat bahwa Maria begitu penuh kerahiman, sehingga ketika melihat penderitaaan apa pun, ia seketika siap mengulurkan bantuannya; dan tak dapat ia melihat seorang pun yang berkebutuhan tanpa menolongnya: “Dadamu begitu penuh kerahiman, sehingga segera setelah kautahu penderitaan orang lain, kautuangkan susu bela rasa; dan tak mampu dirimu melihat perkara kesusahan dan tidak mengulurkan bantuanmu.” Maka ia bertindak ketika sedang hidup di bumi ini, seperti yang kita ketahui pada peristiwa pesta pernikahan di Kana, di Galilea, di mana ketika anggurnya habis, ia tidak menunggu untuk dimintakan tolong, namun karena berbela rasa pada para mempelai yang kebingungan dan bermasalah itu, ia memohon Putranya supaya menghibur mereka, dan berkata: “Mereka tidak punya anggur”, dan mendapatkan dari-Nya mukjizat yang dilakukan-Nya dengan mengubah air menjadi anggur. Sekarang, ujar St. Bonaventura, kalau bela rasa Maria begitu besarnya kepada orang yang menderita ketika dia dahulu ada di dunia, tentunya kerahimannya jauh lebih besar dalam menolong kita, ketika ia sekarang berada di Surga, di mana kita memiliki pengetahuan yang lebih besar tentang penderitaan-penderitaan kita, dan lebih besar bela rasanya bagi kita: “Besarlah kerahiman Maria terhadap orang yang menderita ketika ia dahulu mengembara di dunia; namun jauh lebih besarlah kerahiman itu sekarang ketika ia sedang memerintah di Surga.”[21] Novarinus menambahkan, bahwa kalau Maria saja siap membantu bahkan tanpa diminta, betapa jauh lebih besar keberhati-hatiannya dalam menghibur orang yang berdoa kepadanya! Kalau tanpa diminta, ia begitu cepatnya berlari mengulurkan pertolongannya, apakah yang takkan dilakukannya kalau diminta pertolongan?
Ah, jangan pernah kita berhenti berlindung kepada Bunda Allah ini dalam segala kebutuhan kita, ia yang senantiasa siap membantu mereka yang berdoa kepadanya: “Anda akan mendapatinya”, ujar Rikardus dari St. Laurensius, ”selalu siap membantu”. Dan Bernardinus de Bustis menambahkan, bahwa “lebih besar keinginannya untuk menganugerahkan manfaat-manfaat serta pertolongan-pertolongan bagi kita, daripada keinginan kita untuk menerima hal-hal itu.”[22] Dan karena itu ia berkata, bahwa ketika kita berlindung kepadanya, “kita akan selalu mendapati dirinya penuh dengan kerahiman dan keberlimpahan”. Begitu besar keinginan Maria, ujar St. Bonaventura, untuk memberi kita kebaikan, sehingga ia terhina, bukan hanya oleh penghinaan positif, namun oleh mereka yang tidak meminta rahmat dari dirinya: “Ya Ratu, engkau terhina bukan hanya oleh mereka yang menghinamu, namun juga oleh mereka yang tidak berdoa kepadamu.”[23] Di sisi lain, orang kudus yang sama ini menegaskan, bahwa ia yang berlindung kepada Maria (tentunya selalu disertai syarat hendak berbenah diri) sudah diselamatkan; sebab itulah ia menyebutnya “keselamatan bagi mereka yang memanggil namamu.” Maka marilah kita selalu berlari kepada Bunda Allah ini, dan berkata bersama orang kudus ini, “Padamu, ya Ratu, t’lah kuberharap agar aku tidak binasa untuk selama-lamanya”. Ya Ratu, ya Maria, Bunda Allah, tidak, aku takkan binasa sebab telah kutaruh harapanku padamu.
DAMBAAN DAN DOA.
Lihatlah, ya Maria, pada kakimu, ada seorang hamba Neraka yang malang dan memohon belas kasih. Sungguh benar, diriku tak patut diberi pertolongan; namun engkaulah Bunda Kerahiman, dan kerahiman itu adalah bagi mereka yang tak patut mendapatkannya. Seluruh dunia memanggil engkau sebagai suaka dan harapan para pendosa; sebab itulah, engkaulah pengharapanku dan suakaku. Aku ini domba yang hilang; namun untuk menyelamatkan domba yang hilang, Sabda yang Kekal itu sudah turun dari Surga, dan menjadikan diri-Nya sendiri Putramu; dan Dia berkehendak supaya aku berlindung kepadamu, dan agar engkau menolongku dengan doa-doamu. Ya Maria yang Suci, ya Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini. Engkau berdoa bagi semua, ya Bunda Allah yang agung; maka berdoalah kepada Putramu demi aku. Katakanlah kepada-Nya bahwa aku ini hambamu, dan bahwa aku ada di bawah perlindunganmu. Katakanlah kepada-Nya, telah kutaruh harapanku padamu. Katakanlah kepadanya, agar Ia mengampuni aku; bahwa aku menyesali segala pelanggaranku terhadap diri-Nya. Panjatkanlah permohonan kepada-Nya, demi kerahiman-Nya, supaya mengaruniakan ketekunan bagiku. Berkatalah kepada-Nya, supaya memberikanku rahmat untuk mengasihi-Nya dengan segenap hatiku. Berkatalah kepada-Nya dalam satu patah kata, bahwa engkau menginginkan keselamatanku: segala permintaanmu dikabulkan-Nya. Ya Maria, ya pengharapanku, engkaulah andalanku; kasihanilah aku.
Catatan kaki:
Disadur dari sumber berbahasa Inggris, yang orisinalnya diterjemahkan dari bahasa Italia.
St. Alfonsus Maria de Liguori, The Eternal Truths. Preparation for Death [Kebenaran-Kebenaran Abadi. Persiapan Kematian], London, Burns and Lambert, 1857, hal. 237-245.
Tanda * tertera pada kutipan yang tidak bisa ditemukan penulisnya atau yang tidak bisa ditemukan perikop rujukannya oleh Penyunting.
[1] *St. Bonaventura, in Salve Reg.
[2] Id. in Speculum, lectio 6.
[3] *Gerson, Tract. vi.
[4] S. Antoninus. P. iv. tit. 25, c. 17, §4.
[5] St. Georgius dari Nikomedia, Orat. iv. (Bibl. Max. Patr. t. xii. p. 708, ed. de la Bigne).
[6] *St. Metodius. Or. Hyp. Dom.
[7] Rikardus dari St. Laurensius. lib. iv. de laud. Virg.
[8] St. Brigidia. Rev. lib. vi. c. 23.
[9] St. Georgius dari Nikomedia, ut sup.
[10] St. Petrus Damianus, Serm. i. de Nat. B. V.
[11] St. Germanus, Serm. ii. in dorm. B. V. (Bibl. Max. Pat. t. xiii. p. 68).
[12] St. Brigidia, Rev. lib. ii. c. 23.
[13] *St. Bonaventura in. Ps. viii.
[14] St. Bernardus, Serm. de aquaed. ut sup.
[15] *Rikardus dari St. Laurentius, de. laud. Virg.
[16] *Bernardinus de Bustis Mariol. p. 3, Serm. 3.
[17] *St. Germanus, Serm. de zonâ Virg.
[18] *St. Bonaventura, in Salve Reg.
[19] *Idiota. Praef in Cant.
[20] *Rikardus dari St. Viktor in Cant. c. 23.
[21] St. Bonaventura, in Spec. lect. X.
[22] *Bernardinus de Bustis, Mar. Serm. v. de nom. M.
[23] St. Bonaventura in. Spec.
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 2 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 2 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 3 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 5 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...