^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Tentang Jumlah Dosa - Pertimbangan XVIII St. Alfonsus
PERTIMBANGAN XVIII.
Tentang Jumlah Dosa.
“Karena hukuman terhadap kejahatan tidak diwartakan cepat-cepat, anak-anak manusia melakukan kejahatan tanpa rasa takut.” Kebijaksanaan Salomo viii. 11.
POIN PERTAMA.
Seandainya Allah segera menghukum mereka yang menghina-Nya, tentunya Ia tidak akan dihina seperti sekarang; namun karena Tuhan tidak menghukum secara instan, dan menanti, maka para pendosa memang berani semakin menghina-Nya. Namun kita harus yakin bahwa walaupun Allah menanti dan bersabar, walau bagaimanapun Ia tidak menanti dan bersabar untuk selama-lamanya. Ada banyak dari para bapa yang kudus, seperti St. Basilius, St. Hieronimus, St. Ambrosius, St. Sirilus dari Aleksandria, St. Yohanes Krisostomus, St. Agustinus, dan banyak lainnya, yang berpendapat bahwa Allah telah menetapkan bagi setiap manusia jumlah hari-hari kehidupan yang harus dijalaninya, dan tingkat kesehatan atau talenta yang dipilihnya sebagai karunia atas orang itu, “Engkau telah mengatur segala sesuatu dalam takarannya, dan jumlah serta beratnya” (Kebijaksanaan Salomo xi. 21); demikian pula Ia telah menentukan jumlah dosa yang akan diampuni-Nya bagi setiap manusia: ketika jumlah itu sudah genap, Ia tidak lagi mengampuni. “Hendaknya kita mengingat hal ini”, ujar St. Agustinus, “bahwa selama jangka waktu tertentu, kesabaran Allah menanggung setiap orang; ketika genap sudah waktu, tidak lagi ada ampun yang tersimpan baginya”.[1] Eusebius dari Kaisarea mengatakan hal yang sama pula: “Allah menanti sampai suatu jumlah tertentu, dan kemudian meninggalkan”,[2] dan para bapa yang telah disebutkan di atas juga berbicara demikian.
Para bapa ini tidak berbicara secara acak, namun seturut Kitab Suci. Di satu tempat, Tuhan berkata bahwa Ia menunda kehancuran bangsa Amori karena jumlah dosa mereka belum genap: “Sebab kedurjanaan orang Amori itu belum genap” (Kejadian xv. 16). Di tempat lain, Ia berkata: “Aku tidak akan lagi berbelas kasih kepada Israel” (Hosea i. 6). “Mereka telah mencobai Aku sepuluh kali; mereka tidak akan melihat tanah terjanji” (Bilangan xiv. 22). Di tempat lain, Ayub berkata: “Engkau telah memasukkan pelanggaranku seperti ke dalam pundi-pundi yang dimeteraikan” (Ayub xiv. 17). Para pendosa tidak mencatat dosa-dosa mereka; namun Allah bahwasanya mencatatnya, supaya Ia bisa menghukum ketika panenannya sudah matang, yaitu ketika jumlah dosa mereka menjadi genap: “Ayunkanlah arit, sebab masa menuai sudah tiba” (Yoel iii. 13). Di tempat lain, Allah berkata: “Janganlah engkau menjadi tanpa rasa takut tentang dosa-dosa yang diampuni, dan janganlah menambahkan dosa pada dosa” (Sirakh v. 5). Dengan perkataan itu, Ia hendak berkata: “Pendosa, engkau harus takut bahkan sehubungan dosa-dosa yang telah Kuampuni, sebab kalau engkau menambahkan dosa lain, dosa baru itu bersama dosa-dosa yang sudah diampuni mungkin menjadi yang menggenapi jumlahnya, dan di saat itulah tidak akan ada lagi kerahiman bagi dirimu”. Di tempat lain, Kitab Suci secara lebih jelas berkata: “Tuhan menanti dengan sabar, supaya ketika tiba hari pengadilan, Ia dapat menghukum mereka (yaitu bangsa-bangsa) dalam genapnya dosa-dosa mereka” (2 Makabe vi. 14). Maka Allah menanti sampai tiba hari genapnya takaran dosa itu, dan Ia lalu menghukum.
Tentang hukuman semacam itu, ada banyak contohnya dalam Kitab Suci, terutama tentang Saul, yang akibat ketidaktaatannya yang terakhir, ditinggalkan oleh Allah, sehingga ketika ia memohon Samuel supaya menjadi perantara untuk dirinya, “Maka sekarang, ampunilah kiranya dosaku; kembalilah bersama-sama dengan aku, maka aku akan sujud menyembah kepada Tuhan”, Samuel menjawab, “Aku tidak akan kembali bersama-sama dengan engkau, sebab engkau telah menolak Tuhan; sebab itu TUHAN telah menolak engkau”. Ada pula contoh Belsyazar. Ketika ia di meja makan, ia menistakan bejana-bejana bait suci; dan lalu ia melihat sebuah tangan menulis di dinding, “Mene, Tekel, Peres”. Daniel datang, dan sembari menjelaskan kata-kata ini, ia pun berkata kepada raja, antara lain, “Tuanku ditimbang dengan neraca, dan didapati terlalu ringan” (Daniel v. 27). Daniel memberi tahu raja bahwa beban dosa-dosanya telah menganjlokkan neraca keadilan ilahi; dan ia bahwasanya dibinasakan pada malam yang sama itu. Dan, oh, betapa banyaknya pendosa celaka yang mengalami hal yang sama! Mereka terus hidup selama bertahun-tahun dalam dosa-dosa mereka; namun ketika jumlah dosa mereka genap, mereka ditimpa maut, dan dicampakkan ke dalam Neraka: “Mereka menghabiskan hari-hari mereka dalam kekayaan, dan dalam sekejap saja, mereka turun ke dalam Neraka” (Ayub xxi .13). Beberapa berjuang untuk mencari tahu jumlah bintang, jumlah malaikat, atau usia seorang malaikat; namun siapakah yang dapat berupaya untuk mulai mencari tahu jumlah dosa yang akan diampuni Allah pada masing-masing diri kita? Dan karena itu kita harus gemetar. Siapa yang tahu, saudaraku yang terkasih, apabila setelah kenikmatan yang tak pantas itu, pikiran yang disetujui itu, dosa pertama yang akan anda lakukan itu, Allah takkan pernah mengampuni anda lagi?
DAMBAAN DAN DOA.
Ah, ya Allahku, kubersyukur kepada-Mu: betapa banyak orang yang sekarang berada dalam Neraka, karena dosa-dosa lebih sedikit jumlahnya dari yang kulakukan; dan tidak ada lagi ampun, tidak lagi ada harapan, bagi mereka. Dan aku masih hidup, aku ada di luar Neraka, dan aku memiliki harapan akan pengampunan, dan Surga, kalau aku menginginkannya. Ya, Allahku, aku bahwasanya menginginkan pengampunan; kuberduka atas segala kejahatan karena telah menghina-Mu, karena aku telah menghina kebaikan-Mu yang tak terhingga. Bapa yang Kekal, pandanglah Putra-Mu di salib itu yang wafat demi aku, dan dengan jasa-jasa-Nya, kasihanilah aku. Kuberjanji pada-Mu, kankupilih maut daripada menghina-Mu lagi. Dengan benar aku merasa takut, ketika kurenungkan dosa-dosa yang telah kuperbuat, dan rahmat-rahmat yang telah Kauanugerahkan kepadaku, dan seandainya kutambahkan satu dosa lagi, takarannya akan penuh, dan aku akan binasa. Ah, bantulah aku dengan rahmat-Mu. Dari Engkau, kuharapkan terang dan kekuatan untuk bersetia kepada-Mu. Dan seandainya dalam prapengetahuan-Mu, Engkau melihat bahwa aku akan menghina diri-Mu lagi, biarkanlah aku mati pada saat ini, saat kuharap diriku berada dalam rahmat-Mu. Ya Allahku, kucinta Kau di atas segala-galanya, dan lebih dari maut sendiri aku takut bahwa diriku akan kembali mengecewakan-Mu; dalam kerahiman-Mu, jangan biarkan itu terjadi. Ya Maria, ya Ibundaku, dengan bela rasamu, bantulah aku; perolehkanlah aku ketekunan suci.
POIN KEDUA.
Si pendosa berkata: Tetapi Allah itu rahim. Saya menjawab: Siapa yang menyangkalnya? Kerahiman Allah tak terhingga; namun dengan semua kerahiman itu, berapa banyak orang yang binasa setiap harinya! “Aku datang untuk menyembuhkan orang yang remuk hatinya” (Yesaya lxi. 1). Allah menyembuhkan orang yang berkehendak baik. Dosa diampuni-Nya; namun Ia tak dapat mengampuni niat untuk berdosa. Si pendosa akan menjawab: Tetapi aku masih muda. Anda masih muda: namun bukan tahun yang dihitung Allah, melainkan dosa. Dan perhitungan dosa ini tidak sama untuk semua orang; bagi beberapa orang, Allah mengampuni seratus dosa, bagi orang lain, seribu, yang lain Dia campakkan ke dalam Neraka setelah dosa yang kedua. Betapa banyaknya orang yang dikirim oleh Tuhan ke dalam sana setelah dosa yang pertama! St. Gregorius berkata bahwa seorang anak usia lima tahun dicampakkan ke dalam Neraka akibat menuturkan sebuah penghujatan. Santa Perawan Maria menyingkapkan kepada hamba Allah yang agung itu, Benedikta dari Florence, bahwa seorang anak Perempuan berusia dua belas tahun terkutuk akibat dosa pertamanya. Seorang anak berusia delapan tahun juga, setelah dosa pertamanya, meninggal dan binasa. Kita diberi tahu dalam Injil St. Matius, bahwa Tuhan segera mengutuk pohon ara pada pertama kalinya Dia mendapati pohon itu tak berbuah, dan pohon itu pun layu: “Engkau tak berbuah lagi untuk selama-lamanya!” Di waktu lain, Ia berkata: “Karena tiga perbuatan jahat Damsyik, bahkan empat, Aku tidak akan mengubahnya” (Amos i. 3). Mungkin ada orang gegabah yang bertanya alas an Allah mengampuni tiga dosa, bukan empat. Dalam perkara ini, kita harus mengagumi penghakiman Ilahi milik Allah, dan berkata bersama sang Rasul: “O, alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah! Sungguh tak terselidiki keputusan-keputusan-Nya dan sungguh tak terselami jalan-jalan-Nya!” (Roma xi. 33). St. Agustinus berkata: “Ia sungguh tahu siapa yang diampuni-Nya, dan siapa yang tidak diampuni-Nya; ketika Ia memperlihatkan kerahiman kepada siapa saja, Ia memberikannya dengan cuma-cuma; dan ketika Ia tidak memberikannya, Ia tak memberikannya dengan adil”.[3]
Si pendosa yang tegar akan menjawab: Tetapi aku sudah begitu seringnya menghina Allah, dan Ia telah mengampuni aku; maka aku berharap Dia akan mengampuniku untuk dosa yang lain ini. Namun saya berkata: Lalu, karena Allah belum menghukum anda, apakah akan selalu demikian? Takarannya akan penuh, dan hukumannya akan tiba. Samson terus berbuat mesum bersama Delila; walau bagaimanapun, ia berharap dapat lolos dari tangan orang Filistin, seperti yang dahulu telah dilakukannya: “Seperti yang sudah-sudah, aku akan bebas dan akan meronta lepas” (Hakim-Hakim xvi. 20). Tetapi terakhir kalinya, ia ditangkap dan kehilangan nyawanya. “Jangan berkata, betul aku sudah berdosa, tetapi apakah yang telah menimpa aku? Sebab Yang Mahatinggi adalah pemberi imbalan yang panjang sabar” (Sirakh v. 4). Maksudnya, akan tiba saatnya ketika Ia akan mengganjar segala-galanya; dan semakin besar kerahiman yang telah dilimpahkan-Nya, akan sedemikian lebih besar hukumannya. St. Krisostomus berkata, bahwa kita harus merasa lebih takut ketika Allah bersabar dengan orang yang tegar, ketimbang waktu Dia menghukum orang itu: “Patut lebih besar rasa takut yang ada ketika Ia bersabar, ketimbang sewaktu Ia cepat menghukum”; sebab menurut St. Gregorius, hukuman Allah lebih berat bagi mereka yang dinantikannya dengan teramat sabar, jika mereka terus durhaka: “Barang siapa lebih lama dinantikan-Nya, orang itu dihukum-Nya dengan lebih berat”. Sering kali, imbuh orang kudus itu, mereka yang telah ditunggu-Nya dengan sabar selama jangka waktu yang panjang, pada akhirnya mati seketika tanpa punya waktu untuk bertobat: “Sering kali mereka yang telah ditunggu-tunggu selama jangka waktu yang panjang, direnggut seketika oleh kematian mendadak, sehingga mereka tidak tiizinkan untuk menitikkan air mata sebelum mereka mati”. Terutama pula, semakin besar terang yang telah diberikan Allah kepada anda, akan semakin besar kebutaan serta ketegaran anda dalam dosa: “Sebab lebih baik bagi mereka (ujar St. Petrus) kalau mereka tidak pernah mengenali jalan kebajikan, daripada berbalik setelah mereka mengenalinya” (2 Petrus ii. 21). Dan St. Paulus berkata, bahwa mustahil adanya (dari sudut pandang moral) bagi jiwa yang berdosa setelah dicerahkan, untuk bertobat kembali: “Sebab mustahil bagi mereka yang sekalinya dicerahkan dan telah mengecap karunia surgawi … dan lalu murtad, untuk diperbarui kembali untuk bertobat” (Ibrani vi. 4-6).
Mengerikan bahwasanya perkataan Tuhan terhadap mereka yang tuli terhadap panggilan-panggilan-Nya: “Sebab ketika Aku memanggil, engkau menolak … Aku juga akan menertawakan kebinasaanmu, dan akan mencerca ketika datang kepadamu apa yang engkau takuti” (Amsal i. 24). Perhatikanlah kedua kata itu, “Aku juga”; maknanya adalah sebagaimana si pendosa telah mempermainkan Allah, dengan mengaku dosa, berjanji, dan walau demikian selalu mengkhianati-Nya, demikian pula Allah akan mempermainkan si pendosa pada saat kematian. Di samping itu, Orang Bijak itu berkata: “Seperti anjing kembali ke muntahnya, demikianlah orang bebal yang mengulangi kebodohannya” (Amsal xxvi. 11). Denis Kartusian menjelaskan perikop ini dan berkata, bahwa seperti anjing yang makan dari muntahannya adalah bahan kejijikan dan kekejian, demikian pula orang yang kembali jatuh ke dalam dosa-dosa yang telah dibencinya dalam pengakuan dosa menjadi bahan kejijikan Allah: “Sebagaimana sungguh keji dan menjijikkan kalau orang kembali menelan yang telah dimuntahkan, demikian pula adanya dengan melakukan dosa-dosa yang telah dihapuskan”.
DAMBAAN DAN DOA.
Lihatlah aku, ya Allahku, lihatlah aku sujud di kaki-Mu. Aku itulah anjing yang menjijikkan, yang telah begitu seringnya kembali makan buah terlarang yang telah dahulu kubenci. Tak pantas kudapat kerahiman, ya Penebusku; namun Darah-Mu yang telah ditumpahkan demi aku menyemangati dan mendesak diriku untuk mengharapkannya. Betapa seringnya aku telah menghina Engkau; dan meski demikian, aku telah kembali kepada muntahanku, dan Engkau telah mengampuniku lagi. Lalu, apakah akan kutunggu supaya Engkau mencampakkanku langsung ke dalam Neraka? Atau supaya Engkau menyerahkanku kepada dosa-dosaku, yang akan menjadi hukuman yang lebih besar daripada Neraka? Tidak, ya Allahku, aku akan berbenah diri; dan agar aku bisa setia kepada-Mu, akan kujadikan diri-Mu andalanku sepenuhnya; ketika aku digoda, aku akan segera dan senantiasa berlindung kepada-Mu. Sejak saat ini aku telah mengandalkan janji-janjiku serta tekad-tekadku, dan aku telah lalai menyerahkan diriku kepada-Mu dalam godaan-godaan yang kualami; dan ini telah menjadi kebinasaanku. Tidak, sejak hari ini sampai ke depannya, Engkau akan menjadi harapan dan kekuatanku; dan dengan demikianlah aku akan dapat melakukan segala sesuatu. Maka berilah aku rahmat, dengan jasa-jasa-Mu, ya Yesusku, untuk menyerahkan diriku senantiasa kepada-Mu, dan untuk memohon pertolongan-Mu dalam kebutuhan-kebutuhanku. Kucinta Kau, ya Kebaikanku yang Terluhur, yang patut dicinta di atas segala sesuatu yang patut dicinta, dan hanya Engkaulah yang akan kucinta; namun Engkau harus menolongku. Dan engkau pula, ya Maria, ya Ibundaku, engkau harus menolongku dengan perantaraanmu; jagalah aku di bawah mantel perlindunganmu, dan kabulkanlah supaya aku boleh selalu memanggil dirimu ketika aku digoda; namamu akan menjadi perlindunganku.
POIN KETIGA.
“Putraku, mengapakah engkau telah berdosa? Jangan kaulakukan lagi; tetapi, atas dosa-dosamu yang lalu, berdoalah supaya bisa diampuni” (Sirakh xxi. 1). Lihatlah, hai orang Kristen yang terkasih, nasihat yang diberikan Tuhan yang Mahabaik kepada anda karena Ia menginginkan keselamatan anda: Putraku, janganlah engkau kembali menghina-Ku; namun sejak hari ini sampai ke depannya, ingatlah untuk memohon ampun atas pelanggaran-pelanggaranmu yang lampau. Saudaraku, semakin anda telah menghina Allah, semakin anda harus jauh lebih takut menghina-Nya kembali, karena dosa berikutnya yang anda perbuat mungkin menganjlokkan neraca keadilan Ilahi, dan anda akan binasa. Saya sama sekali tidak berkata bahwa setelah dosa berikutnya, takkan lagi ada ampun bagi anda, sebab hal ini tidak saya ketahui; namun saya berkata bahwa itu mungkin terjadi. Maka ketika anda digoda, katakanlah: Andaikata Allah tidak mengampuni aku lagi, aku akan binasa. Saya mohon, katakan kepada saya, andaikan ada kemungkinan sebuah makanan mengandung racun, apa anda mau memakannya? Seandainya anda memperkirakan bahwa pada sebuah jalan tertentu, para musuh anda menanti-nanti anda supaya bisa mencabut nyawa anda, apakah anda akan melintasi jalan itu, kalau ada jalan lain yang lebih aman? Dan karena itu, seperti apa kepastiannya, bahwasanya seperti apa kemungkinannya, kalau anda berdosa lagi, anda kemudian akan memiliki dukacita sejati, dan tidak akan kembali ke muntahan anda? Dan kalau anda berbuat dosa, Allah tidak akan mencabut nyawa anda dalam perbuatan dosa itu sendiri, atau bahwa Ia tidak akan meninggalkan anda setelahnya?
Jika anda membeli sebuah rumah, anda berupaya semampu anda untuk mendapatkan keamanan yang layak, dan tidak menyia-nyiakan uang anda. Jika anda mengonsumsi obat-obatan, anda berusaha supaya yakin obat itu tidak akan membahayakan anda. Kalau anda harus melintasi sebuah arus air, anda berupaya mengamankan diri anda supaya tidak jatuh ke dalamnya. Namun untuk sebuah kepuasan yang hina semata, demi sebuah kenikmatan yang kebinatangan, anda membahayakan keselamatan kekal anda, dengan berkata bahwa anda berharap bisa mengakuinya dalam pengakuan dosa. Tetapi saya bertanya kepada anda: Kapan anda akan mengakuinya? Pada hari Minggu. Dan siapakah yang menjanjikan bahwa anda akan hidup sampai hari Minggu? Esok hari. Dan siapakah yang menjanjikan anda bahwa anda akan hidup sampai besok hari? St. Agustinus berkata: “Engkau mau mengandalkan sehari, ketika engkau tidak yakin akan satu jam saja?” Bagaimanakah anda bisa berjanji kepada diri anda sendiri bahwa anda akan mengaku dosa besok hari, ketika anda tidak tahu apabila diri anda akan punya bahkan satu jam lagi untuk hidup? “Ia yang telah menjanjikan ampun kepada peniten, tidak menjanjikan esok hari kepada pendosa: Ia mungkin akan memberikannya, Ia mungkin tidak akan memberikannya.” Allah, lanjut orang kudus itu, telah menjanjikan ampun bagi mereka yang bertobat; namun Ia tidak menjanjikan esok hari kepada mereka yang menghina-Nya. Jika anda sekarang berdosa, Allah mungkin akan memberi anda waktu untuk berpenitensi, mungkin juga tidak; dan seandainya Ia tidak memberikannya kepada anda, akan seperti apa nasib anda untuk selama-lamanya? Sementara itu, anda sudah mengalami kebinasaan jiwa akibat kenikmatan yang celaka, dan mengalami bahaya kebinasaan jiwa untuk selama-lamanya. Inginkah anda mengalami bahaya kehilangan seribu keping emas demi kepuasan yang hina itu? Saya juga berkata: Inginkah anda, demi kepuasan sesaat itu, mengalami kandasnya kapal dalam segala-galanya: jiwa, Surga dan Allah! Katakan kepada saya, apakah hal-hal ini, berdasarkan ajaran fakta – bahwa ada Surga, Neraka, Akhirat – kebenaran, ataukah hanya dongeng? Apakah anda percaya bahwa kalau ajal menjemput diri anda dalam dosa, anda akan binasa untuk selama-lamanya? Dan kelancangan macam apa, kebodohan macam apa, untuk mengutuk diri anda sendiri dalam rasa sakit yang kekal, sembari berkata: Aku ingin memperbaikinya di kemudian hari. “Tidak seorang pun ingin menjadi sakit dalam harapan menjadi sembuh”, ujar St. Agustinus. Tidak seorang pun sedemikian gilanya sehingga meneguk racun dan berkata, mungkin aku nanti bisa disembuhkan oleh obat-obatan; dan anda memilih untuk mengutuk diri anda sendiri ke dalam kematian kekal, sembari berkata, Mungkin saya kemudian bisa membebaskan diri darinya. Oh, kebodohan yang telah mencampakkan, dan yang sekarang mencampakkan begitu banyak jiwa ke dalam Neraka! Seturut ancaman Tuhan: “Engkau telah mengandalkan kefasikanmu … bencana akan jatuh padamu; dan engkau tidak akan tahu cara menanggulanginya” (Yesaya xlvii. 10, 11). Engkau telah berdosa dengan mengandalkan kerahiman Allah secara gegabah; dan hukumannya akan seketika menjatuhi, tanpa sepengetahuanmu kapan hukuman itu akan datang.
DAMBAAN DAN DOA.
Lihatlah, ya Tuhan, salah satu orang gila yang telah kian seringnya kehilangan jiwanya serta rahmat-Mu dalam harapan akan memulihkannya. Dan seandainya Engkau telah mengambil diriku pada saat itu, dan pada malam-malam aku berada dalam dosa, akan seperti apa nasibku? Kubersyukur kepada kerahiman-Mu, yang telah menungguku, dan yang sekarang menyadarkanku tentang kebodohanku. Kulihat bahwa Engkau menginginkan keselamatanku, dan aku ingin selamat. Aku bertobat, ya Kebaikan Terluhur, karena telah begitu sering memunggungi-Mu; Kau kucinta dengan segenap hatiku. Kuberharap, melalui jasa-jasa Sengsara-Mu, ya Yesusku, bahwa aku tidak akan menjadi begitu bodohnya; ampunilah aku segera, dan terimalah aku dalam rangkulan rahmat-Mu, sebab aku tak ingin meninggalkan-Mu lagi. “Dalam Engkau kuberharap, ya Tuhan; janganlah biarkan aku binasa untuk selama-lamanya.” Ah, tidak! Kuberharap, ya Penebusku, tidak lagi pernah menderita aib dan kekalutan itu, yaitu mendapati diriku kehilangan rahmat dan cinta kasih-Mu. Berilah aku ketekunan suci; dan kabulkanlah supaya aku boleh senantiasa memintanya dari Engkau, terutama ketika digoda, dengan meminta pertolongan kepada Nama-Mu yang suci, dan kepada Nama Bunda-Mu yang kudus, seraya berkata, Ya Yesusku, tolong aku; Ya Mariaku, tolong aku! Ya Ratuku; sebab selama aku berlindung kepadamu, takkan pernah aku ditaklukkan. Dan andai godaan itu terus berlangsung, perolehkan aku rahmat supaya aku tidak henti-hentinya berteguh dalam memanggil namamu.
Catatan kaki:
Disadur dari sumber berbahasa Inggris, yang orisinalnya diterjemahkan dari bahasa Italia.
St. Alfonsus Maria de Liguori, The Eternal Truths. Preparation for Death [Kebenaran-Kebenaran Abadi. Persiapan Kematian], London, Burns and Lambert, 1857, hal. 124-132.
Tanda * tertera pada kutipan yang tidak bisa ditemukan penulisnya atau yang tidak bisa ditemukan perikop rujukannya oleh Penyunting.
[1] *St. Agustinus, lib. de corrept. c. 5.
[2] *Eusebius dari Kaisarea, lib. viii. c. 2.
[3] St. Agustinus, lib. de corrept. c. 5.
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 3 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 3 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 4 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 4 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 6 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 7 bulanBaca lebih lanjut...