^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Tentang Delusi yang Dibisikkan Iblis kepada Benak Pendosa - Pertimbangan XXIII St. Alfonsus
PERTIMBANGAN XXIII.
Tentang Delusi yang Dibisikkan Iblis kepada Benak Pendosa.
(Walaupun banyak dari pendapat yang termuat dalam Pertimbangan ini dapat ditemukan pada Pertimbangan-Pertimbangan sebelumnya, namun pendapat-pendapat ini berguna kalau dikumpulkan bersama-sama untuk menaklukkan delusi-delusi yang lazim digunakan Iblis untuk menggoda para pendosa sehingga kembali berdosa.)
POIN PERTAMA.
Mari kita bayangkan orang muda yang telah jatuh ke dalam dosa-dosa berat. Ia telah mengakui dosa-dosanya itu dan kembali memperoleh rahmat Ilahi. Iblis kembali menggodanya agar ia jatuh lagi: orang itu masih melawan, namun sudah menjadi goyah akibat tipu daya yang dibisikkan kepadanya oleh musuhnya itu. Hai pria muda, katakanlah kepada saya, anda akan berbuat apa? Akankah anda sekarang kehilangan rahmat Allah, yang sudah anda kembali peroleh, dan yang lebih berharga daripada seluruh dunia, demi kepuasan yang celaka ini? Akankah anda menulis hukuman kematian kekal diri anda dan mengutuk diri anda sendiri untuk terbakar selama-lamanya di dalam Neraka? “Tidak”, ujar diri anda, “saya tidak ingin mengutuk diri saya sendiri, saya ingin selamat; kalau saya melakukan dosa ini, saya nanti akan mengakuinya”. Lihatlah delusi pertama yang dibuat si penggoda. Jadi, anda berkata kepada saya bahwa anda kemudian akan mengakuinya? Tetapi sementara itu anda telah kehilangan jiwa anda. Katakan kepada saya, seandainya di genggaman tangan anda, ada sebuah berlian senilai seribu keping emas, anda mau membuangnya ke sungai, sembari berkata, saya nanti akan rajin-rajin mencarinya, dan berharap menemukannya? Di tangan anda, anda menggenggam berlian jiwa anda yang berharga itu, yang telah ditebus oleh Yesus Kristus dengan Darah-Nya, dan anda sengaja mencampakkannya ke dalam Neraka (sebab dengan berdosa, anda seturut keadilan masa kini, sudah terkutuk), dan berkata, Tetapi saya harap dapat mengembalikannya dengan pengakuan dosa. Namun, anggaplah anda tidak dapat mengembalikannya? Kalau ingin mengembalikannya, anda harus punya pertobatan sejati, yang merupakan karunia Allah; bagaimana kalau Allah tidak memberi anda pertobatan ini? Dan seandainya ajal menjemput dan merampas waktu pengakuan dosa dari diri anda?
Anda berkata anda tidak akan membiarkan seminggu berlalu tanpa pengakuan dosa; tetapi siapa yang menjanjikan anda minggu ini? Anda berkata anda akan pergi mengaku dosa besok hari; tetapi siapa yang menjanjikan anda hal itu untuk besok hari? St. Agustinus berkata: “Allah tidak menjanjikan anda esok hari; mungkin Ia akan memberikannya kepada anda, dan mungkin Ia akan menolaknya untuk diri anda”, seperti yang telah ditolaknya kepada begitu banyak orang, yang hidup ketika pergi tidur di malam hari, dan pada pagi harinya ditemukan mati. Betapa banyaknya orang yang oleh Allah telah dipukul mati dan dikirim masuk Neraka dengan berbuat dosa sendiri!
Dan seandainya Dia melakukan hal yang sama itu kepada anda, bagaimana anda pernah bisa lolos dari kebinasaan kekal diri anda? Ketahuilah bahwa dengan delusi ini, “saya nanti akan mengakuinya”, Iblis telah membawa beribu-ribu orang Kristen menuju Neraka; sebab kita hampir tidak akan menemukan seorang pendosa yang sedemikian putus asa sehingga bertekad secara positif untuk membinasakan dirinya sendiri: semua orang, walau ketika berbuat dosa, melakukannya dalam harapan bisa mengaku dosa nantinya. Tetapi secara demikianlah begitu banyak jiwa yang malang binasa, dan sekarang mereka tidak lagi dapat memperbaiki masa lalu.
Tetapi anda berkata, “Di saat ini, saya tidak punya cukup kekuatan untuk melawan godaan ini”. Lihatlah delusi kedua dari Iblis, yang membuat seolah-olah mustahil bagi anda untuk melawan hasrat di saat ini. Pertama-tama, anda harus tahu bahwa Allah, seturut perkataan sang Rasul, itu setia, dan tidak pernah membiarkan kita mengalami godaan yang melampaui kekuatan kita: “Allah setia dan Ia tidak akan membiarkan kalian dicobai melampaui kekuatan kalian” (1 Kor. x. 13). Saya juga bertanya kepada anda, kalau anda sekarang tidak percaya diri anda bisa melawan, bagaimana anda bisa berharap diri anda mampu melawan nantinya? Di saat kemudian, Iblis tidak akan gagal menggoda anda untuk melakukan dosa-dosa yang lain; dan ia nanti akan menjadi jauh lebih kuat melawan diri anda, dan anda akan menjadi jauh lebih lemah. Lantas, kalau anda merasa tidak sanggup memadamkan lidah api ini, bagaimanakah anda bisa berharap melakukannya ketika lidah api itu akan menjadi lebih besar secara tak terhingga? Anda berkata, Allah akan menolong saya. Tetapi sekarang Allah menolong diri anda; lalu mengapakah anda tidak ingin melawan dengan pertolongan ini? Apakah anda mungkin mengharapkan Allah memperbesar pertolongan-pertolongan-Nya serta rahmat-rahmat-Nya setelah anda memperbesar jumlah dosa-dosa anda? Dan kalau anda sekarang memerlukan pertolongan dan kekuatan yang lebih besar, mengapa anda tidak memintakannya dari Allah? Apakah mungkin anda meragukan kesetiaan Allah, yang telah berjanji memberikan segala sesuatu yang dipintakan dari-Nya? “Mintalah, maka kamu akan diberi” (St. Matius vii. 7). Allah tidak bisa gagal; berlindunglah kepada-Nya, dan Ia akan memberi anda kekuatan yang anda perlukan untuk melawan. “Allah tidak memerintahkan kemustahilan”, ujar Konsili Trente; “namun dalam berperintah, Ia memperingatkan anda supaya melakukan yang mampu anda lakukan, dan memohon untuk yang tak dapat anda lakukan, serta menolong anda agar anda menjadi mampu”.[1] Allah tidak memerintahkan kita supaya melakukan yang mustahil; namun dalam memberlakukan asas-asas-Nya kepada kita, Ia memperingatkan kita supaya melakukan yang mampu kita lakukan dengan pertolongan nyata yang dikaruniakan-Nya kepada kita; dan seandainya pertolongan itu terbukti tidak memadai dalam membantu kita melawan, Ia memperingatkan kita supaya meminta lebih banyak pertolongan; dan jika kita memintanya secara pantas, Ia tentunya akan memberikannya kepada kita.
DOA.
Ya Allahku, apakah sebabnya itu Engkau sudah begitu baiknya kepadaku, ataukah aku sudah begitu durhakanya kepada-Mu? Kita terlibat dalam suatu pertandingan – aku berlari dari Engkau, dan Engkau mengejar aku; Engkau berbuat baik kepadaku, dan aku membalas-Mu dengan kejahatan. Ah, ya Tuhanku, seandainya tiada alas an lain, kebaikan-Mu kepadaku sendiri seharusnya membuatku jatuh cinta dengan Engkau, sebab meski dosa-dosaku telah kutambahkan, Engkau telah menambahkan rahmat-rahmat-Mu. Dan bagaimanakah aku pantas mendapat terang yang sekarang Kauberikan kepadaku? Ya Tuhan, kubersyukur kepada-Mu atas terang-Mu itu dengan segenap hatiku; dan aku berharap bisa bersyukur kepada-Mu atas terang itu untuk selama-lamanya di dalam Surga. Aku berharap dapat diselamatkan melalui Darah-Mu; dan kuharapkan hal itu dengan penuh kepastian, sebab Engkau telah memperlihatkan kerahiman yang begitu besarnya kepadaku. Sementara itu, kuharap Engkau sudi memberikanku kekuatan supaya tidak lagi kupernah mengkhianati-Mu. Dengan rahmat-Mu kuberniat mati seribu kali daripada menghina-Mu sekali lagi. Sudah cukup penghinaanku kepada-Mu; selama sisa hidupku akan kucinta Kau. Dan bagaimanakah aku tidak mencintai Allah, Ia yang telah wafat bagiku dan telah begitu sabarnya dengan aku, kendati begitu banyaknya penghinaan yang telah kuperbuat kepada-Nya! Ya Allah jiwaku, kubertobat dengan segenap hatiku; kuharap aku bisa mati akibat duka. Namun kalau di masa lalu aku sudah memunggungi-Mu, sekarang Kau kucinta di atas segala sesuatu; kucinta Kau lebih dari diriku sendiri. Ya Bapa yang Kekal, dengan jasa-jasa Yesus Kristus, tolonglah orang berdosa yang malang ini, yang ingin mencintai-Mu. Ya Maria, ya harapanku, tolonglah aku; perolehkanlah bagiku rahmat untuk senantiasa berlindung kepada Putramu dan kepada engkau kapan pun Iblis menggoda aku untuk menghina-Nya kembali.
POIN KEDUA.
Si pendosa berkata, “Allah Maharahim”. Lihatlah delusi ketiga yang biasa dialami para pendosa dan mengakibatkan banyak orang binasa. Ada seorang penulis terpelajar yang menyatakan bahwa kerahiman Allah membuat lebih banyak orang masuk Neraka daripada keadilan-Nya; karena orang-orang celaka ini dengan gegabah percaya akan kerahiman-Nya, dan karena itu terus berdosa dan sebab itu binasa. Allah Maharahim, memang siapa yang menyangkalnya? Tetapi betapa banyakkah orang yang dicampakkan-Nya ke dalam Neraka setiap harinya? Ia Maharahim, namun Ia juga adil, dan karena itu Ia wajib menghukum mereka yang menghina-Nya. Kerahiman diperlihatkan-Nya, namun kepada siapa saja? Kepada orang yang takut akan Dia: “Kerahiman-Nya diberikan atas mereka yang takut akan Dia”. “Allah berbelas kasih kepada mereka yang takut akan Dia” (Mazmur cii. 11, 13). Namun adapun mereka yang membenci-Nya, dan menyalahgunakan kerahiman-Nya hanya untuk semakin membenci diri-Nya, Ia melaksanakan keadilan-Nya sehubungan orang-orang itu. Dan hal itu pun dilakukan-Nya dengan alasan benar. Allah mengampuni dosa orang; tetapi Ia tidak bisa mengampuni tekad untuk berdosa. St. Agustinus berkata, bahwa barang siapa berdosa dengan niat untuk bertobat setelahnya, bukan seorang peniten, namun pencemooh Allah. Di sisi lain, sang Rasul memberi tahu kita bahwa Allah tidak membiarkan diri-Nya diolok-olok: “Jangalah sesat, Allah tidak membiarkan diri-Nya diolok-olok” (Gal. vi. 7). Akan menjadi olok-olok terhadap Allah kalau kita menghina-Nya sesuka hati dan kapan saja kita mau, dan lalu mengharapkan Surga.
“Tetapi Allah sampai saat ini telah memperlihatkan saya begitu banyak kerahiman, dan belum menghukum saya, jadi saya berharap Dia akan memperlihatkan kerahiman-Nya kepada saya di masa depan”. Lihatlah delusi keempat. Lantas, karena Allah pernah berbelas kasih kepada anda, lalu Ia akan senantiasa berbelas kasih kepada anda, dan tak pernah menghukum anda? Sebaliknya, semakin besar kerahiman yang telah diperlihatkan-Nya kepada anda, semakin diri anda harus gemetar ketakutan bahwa Ia tidak akan lagi mengampuni anda, dan akan menghukum anda jika anda menghina diri-Nya kembali. “Jangan berkata”, kata kitab Sirakh kepada kita, “Jangan berkata, betul aku sudah berdosa, tetapi apakah yang telah menimpa aku? Sebab Yang Mahatinggi adalah pemberi imbalan yang panjang sabar” (Sirakh v. 4); aku sudah berdosa, dan aku belum dihukum, sebab Allah panjang sabar; namun Ia tidak bersabar untuk selama-lamanya. Ketika telah tercapai ambang belas kasih yang dipasang dan dimaksudkan-Nya untuk seorang pendosa, Ia lalu menghukum semua dosanya sekaligus. Dan semakin lama Ia menunggu pertobatan orang itu, akan semakin berat pula hukuman-Nya; sebab seperti perkataan St. Gregorius: “Mereka yang paling lama ditunggu-Nya, merekalah yang dijatuhi-Nya hukuman terberat”.
Maka jika anda, saudaraku, menyadari bahwa anda sudah menghina Allah, dan Allah belum mencampakkan diri anda ke dalam Neraka, anda harus berkata: “Berkat kerahiman Tuhan, kita tidak binasa” (Ratapan iii. 22). Tuhan, kubersyukur kepada-Mu sebab Engkau belum mencampakkan aku ke dalam Neraka, seperti yang patut kualami. Pertimbangkanlah betapa banyaknya orang yang telah dihukum atas dosa-dosa yang lebih sepele daripada yang telah anda lakukan; dan mengingat hal ini, berjuanglah untuk berbuat silih atas penghinaan-penghinaan anda terhadap Allah dengan berpenitensi dan melakukan karya-karya baik lainnya. Kesabaran yang telah dimiliki Allah dengan diri anda seharusnya menggerakkan anda sehingga semakin tidak mengecewakan diri-Nya, namun mencintai dan melayani-Nya lebih baik daripada yang telah anda lakukan; menimbang diri-Nya telah memperlihatkan anda begitu banyak belas kasih, yang tidak dipertunjukkan-Nya kepada orang lain.
DOA.
Ya Yesusku yang disalib, ya Penebusku dan Allahku, lihatlah pengkhianat ini sujud di kaki-Mu. Aku malu tampak di hadirat-Mu. Betapa seringnya aku telah mengolok-olok Engkau, betapa seringnya aku telah berjanji tidak akan pernah lagi menghina-Mu! Namun semua janjiku itu telah berkhianat, sebab ketika ada kesempatan, aku melupakan Engkau, dan kembali aku memunggungi-Mu. Kubersyukur kepada-Mu karena Neraka bukanlah tempat tinggalku pada saat ini; namun karena Engkau sebaliknya memperbolehkanku berada di kaki-Mu, dan mencerahkanku, dan memanggilku sampai kepada cinta kasih-Mu. Ya, aku bertekad mencintai-Mu, ya Juru Selamat dan Allahku, dan takkan pernah lagi membenci-Mu. Sudah cukup lama engkau bersabar dengan aku. Aku sadar bahwa Engkau tak bisa lagi bersabar dengan diriku. Celakalah aku, kalau setelah menerima begitu banyak rahmat, aku kembali menghina-Mu! Ya Tuhan, aku bertekad teguh mengubah hidupku, dan mencintai-Mu sebanyak diriku menghina-Mu. Aku bersukacita karena telah melihat kebaikan tak terhingga dalam diri-Mu. Aku bertobat terutama karena telah membenci-Mu seperti yang telah kulakukan, dan menjanjikan Engkau segenap cinta kasihku di masa depan. Ampunilah aku melalui jasa-jasa Sengsara-Mu; lupakanlah penghinaan-penghinaan yang telah kulakukan kepada-Mu; dan berilah aku kekuatan untuk bersetia kepada-Mu sepanjang sisa hidupku. Kucinta Kau, ya Kebaikanku yang Terluhur; dan aku berharap mencintai-Mu untuk selama-lamanya. Ya Tuhanku yang terkasih, takkan kutinggalkan diri-Mu lagi. Ya Maria, ya Bunda Allah, ikatlah aku kepada Yesus Kristus; dan perolehkanlah daku rahmat supaya tidak lagi pernah meninggalkan kaki-Nya. Dalam engkau kutaruh kepercayaanku.
POIN KETIGA.
“Tetapi saya masih muda; Allah berbelas kasih kepada orang muda; setelahnya, saya akan memberikan diri saya kepada Allah”. Kita sekarang sampai kepada delusi kelima. Anda orang muda. Tetapi tidak tahukah anda bahwa Allah tidak menghitung jumlah tahun, namun jumlah dosa setiap orang? Anda masih muda. Tetapi anda sudah jatuh ke dalam berapa banyak dosa? Mungkin ada banyak orang lanjut usia yang belum melakukan sepersepuluh pun dari dosa-dosa yang telah anda perbuat. Dan tidak tahukah anda bahwa Allah telah memasang jumlah serta takaran dosa yang akan diampuni-Nya bagi setiap orang? “Tuhan menunggu dengan sabar (ujar Kitab Suci), agar ketika tiba hari pengadilan, Ia boleh menghukum mereka (bangsa-bangsa) dalam kepenuhan dosa-dosa mereka” (2 Makabe vi. 14). Dalam kata lain, Allah bersabar dan menanti sampai titik tertentu; namun ketika takaran dosa yang telah Ia tetapkan untuk diampuni-Nya sudah penuh, Ia tidak lagi memberi ampun, namun menghukum si pendosa, entah dengan kematian mendadak dalam keadaan pengutukan yang ketika itu dialaminya, atau dengan membiarkan si pendosa kepada dosanya – suatu hukuman yang lebih buruk daripada kematian: “Aku akan mencabut pagarnya dan dia akan dibakar habis” (Yesaya v. 5). Bila anda punya sebidang tanah yang telah anda kelilingi dengan pagar duri, dan telah anda garap selama bertahun-tahun, dan telah anda tuangkan begitu banyak uang, dan anda melihat bahwa setelah semuanya itu, tanahnya tidak menghasilkan buah, apa yang akan anda lakukan? Anda ambil pagarnya dan anda biarkan tanahnya itu menjadi tandus. Gemetarlah ketakutan bahwa Allah akan melakukan hal yang sama kepada anda. Kalau anda terus berdosa, anda akan secara bertahap berhenti merasakan sesal nurani; anda tidak akan lagi memikirkan alam baka ataupun jiwa anda; anda akan kehilangan hampir semua terang; anda akan kehilangan segala rasa takut. Lihatlah, pagarnya telah diambil, lihatlah, Allah telah meninggalkan anda.
Marilah kita sekarang membahas delusi yang terakhir. Anda berkata: “Memang benar bahwa dengan dosa ini saya kehilangan rahmat Allah, dan telah menghukum diri saya untuk masuk Neraka; mungkin untuk dosa ini saya akan terkutuk; namun mungkin juga setelahnya saya akan mengakuinya dan selamat”. Memang benar, saya akui bahwa anda masih bisa selamat, sebab bagaimanapun juga, saya bukan seorang nabi, dan tidak bisa berkata dengan pasti bahwa setelah dosa ini, Allah tidak akan memperlihatkan kerahiman-Nya kepada anda. Tetapi anda tidak bisa menyangkal bahwa setelah begitu banyaknya rahmat yang telah dikaruniakan Tuhan kepada anda, anda kemungkinan besar akan binasa kalau anda kembali menghina-Nya. Ada tertulis dalam Kitab Suci, “Hati yang keras akan celaka pada akhirnya” (Sirakh iii. 25); “orang-orang yang berbuat jahat akan dilenyapkan” (Mazmur xxxvi. 9): orang-orang yang berbuat jahat pada akhirnya akan dilenyapkan oleh keadilan Ilahi. “Hal-hal yang ditaburkan manusia, hal-hal itu jugalah yang akan dituainya” (Galatia vi. 8): barang siapa menabur dosa, pada akhirnya hanya akan menuai rasa sakit dan siksaan. “Aku telah memanggil, dan engkau menolak … Aku akan menertawakan kehancuranmu dan mengolok-olok dirimu” (Amsal i. 24, 26); Aku telah memanggil engkau, ujar Allah, dan engkau telah mengolok-olok Aku; tetapi Aku akan mengolok-olok engkau pada saat kematian. “Hak-Kulah pembalasan dendam, dan Aku akan membayar ketika tiba saatnya” (Ulangan xxxii. 35): pembalasan dendam adalah hak-Ku, dan Aku akan membayar ketika tiba saatnya. Maka demikianlah ujaran-ujaran Kitab Suci tentang para pendosa yang berkeras hati; demikianlah yang diwajibkan oleh akal dan keadilan. Anda berkata kepada saya: “Namun bagaimanapun juga, saya mungkin akan selamat”. Dan saya ulangi, ya, mungkin; tetapi sungguh gila, ujar saya pula, untuk menumpukan keselamatan kekal pada kata mungkin dan pada kata mungkin yang begitu tidak pastinya! Apakah ini perkara yang boleh ditempatkan dalam bahaya yang begitu besarnya?
DOA.
Ya Penebusku yang terkasih, sujud di kaki-Mu kubersyukur kepada-Mu karena Engkau belum meninggalkan diriku setelah kuberbuat dosa begitu banyak. Berapa banyaknya orang yang telah menghina-Mu lebih sedikit daripada aku, dan takkan pernah menerima terang yang sekarang Kauberikan kepadaku! Kusadari bahwa Engkau sungguh menginginkan keselamatanku; dan kuingin selamat terutama karena kuingin berkenan kepada-Mu. Kuingin memadahkan kerahiman-Mu yang begitu berlimpah, yang telah Kauperlihatkan kepadaku untuk selama-lamanya di dalam Surga. Aku berharap bahwa di sekarang, pada jam ini, Engkau telah mengampuni aku; namun sekiranya pun aku menjadi aib bagi-Mu, karena aku belum tahu cara bertobat dari kesalahan-kesalahanku terhadap Engkau sebagaimana mestinya, aku sekarang bertobat dari semuanya itu dengan segenap jiwaku, dan berduka atas segalanya itu di atas segala kejahatan lainnya. Ampunilah aku dalam kerahiman-Mu, dan perbesarkanlah duka dalam diriku, duka karena telah menghina-Mu, ya Allahku, yang begitu baiknya. Berilah aku dukacita, dan berilah aku kasih. Kucinta Kau di atas segala-galanya, namun cintaku kepada-Mu masih terlalu sedikit; kuingin bisa banyak mencintai-Mu; dan kuminta cinta kasih ini dari Engkau, dan kuharapkan hal itu dari Engkau. Dengarkanlah aku, ya Yesusku; sebab Engkau telah berjanji mendengar mereka yang memanggil Engkau. Ya Maria, ya Bunda Allah, segalanya meyakinkanku bahwa engkau tak pernah menelantarkan orang-orang yang berserah kepadamu tanpa penghiburan. Ya harapanku setelah Yesus, kuberlindung kepadamu, dan kau kujadikan andalanku; serahkanlah aku kepada Putramu, dan selamatkanlah aku.
Catatan kaki:
Disadur dari sumber berbahasa Inggris, yang orisinalnya diterjemahkan dari bahasa Italia.
St. Alfonsus Maria de Liguori, The Eternal Truths. Preparation for Death [Kebenaran-Kebenaran Abadi. Persiapan Kematian], London, Burns and Lambert, 1857, hal. 163-170.
[1] Concil. Trident. sess. vi. c. xi.
Catatan penerjemah: rujukan dari sumber berbahasa Inggrisnya mengacu kepada c. ii., namun rujukan ini tidak benar. Yang benar adalah c. xi. “Nam Deus impossibilia non iubet, sed iubendo monet, et facere quod possis, et petere quod non possis', et adiuvat ut possis.”
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 3 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 3 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 4 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 4 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 6 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 7 bulanBaca lebih lanjut...