^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Tentang Kekalnya Neraka - Pertimbangan XXVII St. Alfonsus
PERTIMBANGAN XXVII
Tentang Kekalnya Neraka
“Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan kekal.” – St. Matius XXV. 46.
POIN PERTAMA.
Seandainya Neraka tidak kekal, namanya bukan Neraka. Kesakitan yang tidak berlangsung lama bukanlah kesakitan besar. Seseorang bersedia kankernya diangkat, yang lain bersedia kelemayuhnya dibakar; rasa sakitnya amat besar, namun segera berlalu, sehingga penderitaannya pun tidak banyak. Namun betapa besar deritanya, seandainya irisannya, atau operasi pembakarannya itu harus berlangsung selama sepekan, atau sebulan penuh! Ketika rasa sakitnya berlangsung lama, meskipun hanya sakit sedikit, seperti sakit di mata, atau sebuah bengkak, maka keadaannya menjadi tak tertahankan. Namun jangankan rasa sakit, bahkan sebuah pertunjukkan pun, sebuah konser pun, kalau berlangsung terlalu lama, misalnya untuk sehari penuh, akan membuat jemu dan memuakkan. Dan seandainya berlangsung selama sebulan, setahun? Lantas akan seperti apa Neraka itu? Di sana itu bukan perkara mendengarkan pertunjukkan yang sama, atau musik yang sama; bukan semata-mata rasa sakit di mata, atau bengkak-bengkak saja; bukan siksaan akibat diiris atau dipanggang dengan besi merah membara, namun segala macam siksaan, segala macam penderitaan. Dan untuk berapa lama? Selama-lamanya: “Dan mereka akan disiksa siang dan malam untuk selama-lamanya” (Wahyu xx. 10).
Kekekalan Neraka adalah bagian dari iman; bukan hanya suatu pendapat sederhana, namun sebuah kebenaran yang Allahlah saksinya pada begitu banyak tempat dalam Kitab Suci: “Enyahlah daripada-Ku, hai orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal” (St. Matius xxv. 41). “Ia yang harus menderita hukuman kebinasaan kekal.” “Setiap orang akan digarami dengan api.” (St. Matius xxv. 41; ibid 46; 2 Tesalonika i. 9; Markus ix. 48). Layaknya garam yang mengawetkan barang, begitu pula api Neraka yang menyiksa orang-orang terkutuk, berlaku seperti garam dengan mengawetkan kehidupan mereka. “Di sana apinya menghanguskan”, ujar St. Bernardus, “supaya bisa selalu awet.”
Akan seperti apa kegilaan seseorang, kalau demi menikmati sehari saja bersenang-senang, ia harus menghukum dirinya sendiri sehingga dikubur dalam lubang selama dua puluh atau tiga puluh tahun! Seandainya Neraka berlangsung selama seratus tahun, atau bahkan dua atau tiga tahun saja, akan menjadi kegilaan yang besar untuk menghukum diri sendiri demi kenikmatan yang hina, dengan dibakar oleh api selama dua atau tiga tahun. Namun ini bukan perkara tiga puluh, atau seratus, atau seribu, ataupun seratus ribu tahun; perkaranya adalah keabadian, perkaranya adalah menderita siksaan yang sama untuk selama-lamanya, siksaan yang takkan pernah berakhir ataupun mereda untuk sesaat saja. Karena itulah para Kudus dengan benar menangis dan gemetar ketika mereka masih ada di kehidupan ini, dan masih mengalami bahaya kebinasaan. Yesaya yang terberkati pula, ketika hidup di padang gurun dalam puasa dan penitensi, menangis sembari berkata: “Aku ini celaka, sebab aku belum bebas dari bahaya api Neraka”.
DAMBAAN DAN DOA
Ya Allahku, seandainya Engkau telah mencampakkanku ke dalam Neraka, seperti yang sering kali patut aku alami, dan seandainya Engkau lalu membebaskanku dari Neraka berkat kerahiman-Mu, betapa besarnya utang yang akan kumiliki kepada-Mu! Dan sejak saat itu, betapa kudusnya hidup yang seharusnya telah kujalani! Dan sekarang, dengan kerahiman yang masih lebih besar, Engkau telah menjagaku sehingga tidak terperosok ke dalam Neraka, apa yang harus kulakukan? Akankah aku kembali menghina-Mu, dan menghasut-Mu sehingga menjadi murka, agar Engkau lalu pasti akan mengirimku untuk terbakar dalam penjara para pemberontak itu, tempat begitu banyak orang sudah terbakar akibat dosa-dosa yang jauh lebih ringan daripada dosa-dosaku? Ya Penebusku, begitulah perbuatanku di masa lalu; alih-alih menggunakan waktu yang telah Kauberikan untuk menangisi dosa-dosaku, aku justru telah menghabiskannya untuk semakin menyulut amarah-Mu. Kubersyukur atas kebaikan-Mu yang tak terhingga, sebab Engkau telah menunggu diriku sampai sekarang dengan begitu sabarnya; dan kubersyukur kepada-Mu khususnya untuk terang yang Kauberikan kepadaku sekarang, yang membuat diriku sadar akan kegilaanku, serta kesalahan yang telah kuperbuat kepada diri-Mu dengan menghina-Mu akibat dosa-dosaku yang begitu banyak. Ya Yesusku, aku membenci dosa-dosaku, dan aku bertobat dengan segenap hatiku; ampunilah aku melalui Sengsara-Mu, dan bantulah aku dengan rahmat-Mu, supaya aku takkan pernah lagi menghina-Mu. Aku sekarang bisa benar-benar takut bahwa kalau aku melakukan satu dosa berat lagi, Engkau akan meninggalkanku. Ya Tuhanku, aku mohon kepada-Mu, hadapkanlah mataku ini dengan rasa takut yang bajik manakala Iblis akan menggodaku lagi untuk menghina-Mu. Ya Allahku, kucinta Kau, aku tak ingin kehilangan Engkau lagi; bantulah aku dengan rahmat-Mu. Bantulah aku, ya Perawan yang teramat suci; kabulkanlah doaku, supaya aku boleh senantiasa berlindung kepadamu ketika aku digoda, sehingga takkan lagi aku kehilangan Allah. Ya Maria, engkaulah pengharapanku.
POIN KEDUA.
Barang siapa masuk sekali ke dalam Neraka takkan pernah keluar dari sana untuk selama-lamanya. Pikiran ini membuat Daud gemetar dan berkata: “Jangan biarkan jurang itu menelanku, dan jangan biarkan lubangnya menutup mulutnya atas diriku” (Mazmur lxviii. 16). Sekalinya orang terkutuk jatuh ke dalam lubang siksaan itu, mulutnya tertutup, dan takkan pernah lagi terbuka. Di dalam Neraka, ada pintu gerbang untuk masuk, tetapi tidak ada jalan keluarnya: “Akan ada jalan untuk turun”, ujar Eusebius Emissenus, “namun tak ada jalan naik.” Maka dari itulah ia menjelaskan kata-kata sang Pemazmur: “Jangan biarkan lubang itu menutup mulutnya, sebab ketika ia telah menerima orang terkutuk, mulutnya itu akan tertutup di atas dan terbuka di bawah. Selama pendosa hidup, ia akan senantiasa dapat mengharapkan kesembuhan; namun sekalinya direnggut oleh maut dalam dosa, segala harapan berakhir baginya: “Ketika orang fasik mati, takkan ada harapan lagi” (Amsal xi. 7). Seandainya saja orang terkutuk bisa menyanjung diri dengan harapan-harapan palsu, dan karena itu menemukan kelegaan bagi keputusasaan mereka! Ada orang malang yang terluka dan harus beristirahat di ranjang. Tak mampu menemukan dokter, namun tetap menyanjung diri dan menghibur dirinya sendiri dengan berkata: “Siapa tahu aku mungkin masih bisa menemukan seorang dokter dan obat yang bisa menyembuhkanku?” Ada orang malang yang dihukum menjadi budak kapal seumur hidup. Dia juga menghibur dirinya sendiri dengan berkata, “Siapa tahu apa yang mungkin terjadi, aku mungkin masih bisa terbebas dari rantai ini?” Saya berkata, seandainya saja orang terkutuk setidak-tidaknya bisa berbicara demikian pula: “Siapa tahu, suatu hari nanti aku mungkin bisa lolos dari penjara ini?” dan karena itu bisa memperdayai dirinya sendiri dengan harapan palsu ini! Tetapi tidak, di dalam Neraka, tidak ada harapan, baik sejati maupun palsu; tidak ada yang namanya Siapa tahu? Akan senantiasa tertulis hukuman di hadapan mata orang malang yang celaka itu, supaya ditangisinya untuk selama-lamanya di dalam lubang siksaan itu: “Sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk menjadi malu, dan untuk melihatnya selama-lamanya” (Daniel xii. 2). Maka orang terkutuk tidak hanya menderita apa yang dideritanya setiap saat, namun mereka menderita rasa sakit keabadian untuk setiap saat, sembari berkata: “Yang kuderita sekarang, akan harus kuderita untuk selama-lamanya.” “Mereka mengemban beban keabadian”, ujar Tertulianus.
Maka marilah kita berdoa kepada Tuhan, seturut doa St. Agustinus: “Di sini terbakarlah, di sini tersayatlah, di sini jangan menyayangkan apa-apa supaya engkau bisa disayangkan pada keabadian!” Hukuman-hukuman di dunia ini akan berlalu: “Anak panah-Mu berlalu: suara guntur-Mu menggelinding dalam roda” (Mazmur lxxvi. 19). Namun hukuman-hukuman dunia lain takkan pernah berlalu. Marilah kita menakuti hukuman-hukuman ini; marilah kita menakuti guntur kutukan abadi, yang akan keluar dari mulut sang Hakim ketika ia mengadili orang terkutuk: “Enyahlah daripada-Ku, hai orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal.” Ia berkata, “dalam roda”; roda sebagai gambaran keabadian, yang tiada akhirnya: “Aku telah menghunus pedang-Ku dari sarungnya, dan tidak akan kembali lagi” (Yehezkiel 21:5). Akan besar hukuman Neraka; namun yang harus membuat kita teramat takut, hukuman itu takkan pernah dibatalkan.
Tetapi keadilan macam apa ini, seru orang yang tak percaya, menghukum dosa yang hanya berlangsung sesaat dengan rasa sakit yang kekal? Namun saya menjawab, bagaimana seorang pendosa bisa berani menghina Allah yang tak terhingga kemegahan-Nya, demi kenikmatan sesaat? Bahkan dalam keadilan manusiawi pun (ujar St. Thomas), hukumannya tidak diukur seturut durasi waktu, namun seturut hakikat pelanggarannya: “Pembunuhan berlangsung sesaat, namun bukan karena demikian lantas dihukum dengan rasa sakit sesaat.”
Neraka merupakan hukuman yang kecil bagi dosa berat. Pelanggaran terhadap Kemegahan yang Tak Terbatas patut dikenakan hukuman yang tak terbatas, ujar St. Bernardinus dari Siena: “Setiap dosa berat menimbulkan penghinaan yang tak terhingga kepada Allah; dan sebuah penghinaan yang tak terhingga menghasilkan utang hukuman yang tak terhingga.” Namun, ujar Doktor Malaikat, karena ciptaan tak sanggup menanggung rasa sakit yang tak terhingga dalam hal intensitas, maka Allah secara adil menetapkan supaya ketidakterhinggaannya adalah dalam hal durasi.
Dan juga, rasa sakit ini niscaya harus bersifat abadi: pertama-tama, karena orang terkutuk tidak lagi bisa membuat silih atas dosa-dosanya. Dalam hidup ini, seorang pendosa yang bertobat bisa membuat silih atas dosa-dosanya sejauh mana jasa-jasa Yesus Kristus diterapkan kepada dirinya; namun jiwa orang terkutuk terkecuali dari jasa-jasa ini, dan oleh sebab itu ia tidak lagi dapat meredakan murka Allah, dan karena dosanya itu abadi, harus abadi jugalah hukumannya: “Ia tidak akan membayar uang tebusannya kepada Allah, dan akan bekerja untuk selama-lamanya” (Mazmur xlviii. 8, 9). Maka Belluscensis berkata: “Di sana, dosa dapat dihukum untuk selama-lamanya, dan tidak pernah dihapuskan”, sebab seturut St. Agustinus, “di sana, pendosa tidak dapat bertobat”; karena itulah Tuhan akan memurkainya untuk selama-lamanya: “Bangsa yang dimurkai Tuhan untuk selama-lamanya” (Maleakhi i. 4). Dan juga, seandainya pun Allah ingin mengampuni orang terkutuk, mereka tidak akan diampuni, sebab mereka akan menjadi keras kepala dan teguh dalam kebencian terhadap Allah. Inosensius III berkata: “Orang terkutuk tidak akan merendahkan hati mereka sendiri, namun niat jahat kebencian akan senantiasa menjadi lebih besar dalam diri mereka”. Dan St. Hieronimus: “Mereka tak terpuaskan dalam hasrat untuk berdosa”. Maka dari itulah luka-luka orang terkutuk tak bisa disembuhkan, sebab bahkan mereka menolak untuk disembuhkan: “Dukacitanya tiada akhir, dan lukanya sukar disembuhkan, sehingga menolak disembuhkan” (Yeremia xv. 18).
DAMBAAN DAN DOA
Maka Juru Selamatku, seandainya aku sekarang berada dalam Neraka, seturut yang pantas kudapatkan, aku akan harus bersikeras membenci Engkau, ya Allahku, yang telah mati demi aku! Ya Allahku, betapa mengerikannya Neraka itu, tempat aku membenci Engkau, Engkau yang telah begitu mencintai aku, Engkau, kebaikan yang tak terhingga dan yang patut mendapat cinta yang tak terhingga! Seandainya aku sekarang berada di Neraka, aku juga akan harus berada dalam keadaan yang begitu celakanya sehingga aku bahkan tidak akan menginginkan ampun yang sekarang Kautawarkan bagiku. Ya Yesusku, kubersyukur kepada-Mu atas kerahiman yang telah Kauperlihatkan kepadaku; dan karena aku sekarang bisa memperoleh ampun, dan dapat mencintai Engkau, aku ingin diampuni, dan aku ingin mencintai Engkau. Engkau menawarkan aku ampun, dan aku memintakannya daripada-Mu, dan aku mengharapkannya melalui jasa-jasa-Mu. Aku bertobat dari segala pelanggaran diriku terhadap Engkau, ya Kebaikan yang Tak Terhingga, dan semoga Engkau mengampuni aku. Kucinta Kau dengan segenap jiwaku. Ya Tuhan, kejahatan apakah yang telah kulakukan kepadaku sehingga aku harus membenci-Mu sebagai musuhku untuk selama-lamanya? Dan sahabat macam apakah yang telah kupunya, yang telah berbuat serta menderita bagiku apa yang telah kauperbuat dan kauderita, ya Yesusku? Ah jangan lagi biarkan aku mendapatkan kekecewaan-Mu, dan meninggalkan cinta kasih-Mu, namun biarkanlah aku mati saja daripada membiarkan kehancuran penuh ini menimpa diriku! Ya Maria, naungilah aku di bawah jubah perlindunganmu, dan jangan biarkan aku meninggalkannya sehingga aku kembali memberontak kepada Allah dan kepada engkau!
POIN KETIGA.
Kematian dalam hidup ini ditakuti pendosa lebih dari segala sesuatu, namun di dalam Neraka, maut akan menjadi dambaannya yang terbesar: “Mereka akan mencari kematian dan tidak akan menemukannya; mereka akan ingin mati, dan kematian akan lari dari mereka” (Wahyu ix. 6). … Daud berkata bahwa maut akan memangsa orang yang terkutuk (Mazmur xlviii. 15). Dalam menjelaskan hal ini, St. Bernardus memperhatikan bahwa ketika domba-domba sedang merumput, mereka memakan daunnya dan meninggalkan akarnya; begitu pula maut memangsa orang terkutuk, membunuh mereka pada setiap saat, namun tetap membiarkan mereka hidup, supaya ia dapat terus membunuh mereka dengan siksaan-siksaan sepanjang segala keabadian. Karena itulah, menurut St. Gregorius, orang terkutuk mati setiap saat tanpa benar-benar mati: “Diserahkan kepada lidah-lidah api pembalas dendam, ia akan mati untuk selama-lamanya.” Kalau seseorang mati kesakitan, setiap orang akan mengibainya. Seandainya saja orang terkutuk punya seseorang yang mengibai mereka! Tidak, orang-orang malang yang celaka itu mati kesakitan pada setiap saatnya, dan tidak punya tidak pun akan mereka punyai seorang pun yang akan berbelas kasih kepada mereka. Ketika Kaisar Zeno dipenjara dalam penjara bawah tanah, ia berseru: “Bebaskan aku demi ampun”! Tidak seorang pun mendengar dia, dan ia ditemukan mati, mati dalam keputusasaan; sebab ia telah makan daging lengannya sendiri. Orang terkutuk menjerit dari lubang Neraka, ujar St. Sirilus dari Aleksandria, namun tidak seorang pun datang membebaskan mereka darinya, dan tidak seorang pun berbela rasa kepada mereka.
Dan derita ini, akan berlangsung berapa lamakah? Selama-lamanya. Ada cerita yang tercatat dalam Latihan Rohani Romo Segneri yunior (yang ditulis oleh Muratori), bahwa di Roma, Iblis, yang tinggal dalam diri orang kerasukan, ditanya berapa lama dirinya akan harus tinggal di Neraka. Iblis menjawab dengan marah, membanting tangannya ke sebuah kursi, “Selamanya, selamanya”. Kata-katanya itu menimbulkan rasa ngeri yang begitu besar, sehingga banyak orang muda dari Seminari Romawi yang hadir di sana membuat pengakuan dosa umum, dan mengubah hidup mereka untuk selama-lamanya setelah mendengar dua patah kata ini: “selamanya, selamanya”. Yudas yang malang! Seribu tujuh ratus tahun sudah berlalu sejak ia berada di Neraka, dan Nerakanya masih sedang bermula. Ada roh jahat lain yang ditanya, sejak kapan ia berada di dalam Neraka, dan ia menjawab, “Kemarin, kemarin!” Mereka berseru, “Engkau sudah terkutuk selama lima ribu tahun lebih, dan engkau berkata kemarin! Ia kembali menjawab: “Oh, seandainya saja engkau tahu makna keabadian, engkau akan paham dengan baik bahwa lima ribu tahun, kalau dibandingkan, bahkan bukan sesaat pun.” Seandainya seorang malaikat berkata kepada salah seorang yang terkutuk: Engkau akan meninggalkan Neraka, namun ketika sudah berlalu masa sebanyak tetesan air, dedaunan pada pepohonan, dan butiran pasir di pantai, ia akan bersukacita lebih daripada pengemis yang mendengar dirinya dibuat menjadi seorang raja. Ya, karena seluruh masa itu akan berlalu, seandainya pun waktu itu dikalikan tak terhingga, Neraka masih akan terus bermula. Setiap orang terkutuk akan ingin membuat perjanjian ini dengan Allah: “Tuhan, besarkanlah rasa sakitku sebesar yang Engkau mau, namun berikanlah batas kepadanya, dan aku akan bahagia.” Namun batas ini tidak akan pernah ada. Sangkakala keadilan Ilahi takkan menyerukan apa-apa selain, “Selamanya! Selamanya! Takkan pernah! Takkan pernah!”.
Orang terkutuk akan bertanya kepada Iblis, “Masih lamakah malam ini? (Yesaya xxi. 11). Kapankah malam ini berakhir? Kapankah berakhirnya sangkakala, jeritan, bau, lidah-lidah api, siksaan-siksaan ini?” Dan jawabannya akan seperti ini: “Takkan pernah, takkan pernah!” “Dan akan berlangsung seberapa lamakah?” “Selamanya! Selamanya!” Ya Tuhan, berilah terang bagi orang buta yang begitu banyaknya itu, mereka yang ketika orang memohon supaya jangan sampai jiwa mereka binasa, menjawab demikian, “Kalau saya harus masuk Neraka pada akhirnya, saya harus punya rasa sabar!” Ya Allah, mereka tidak punya rasa sabar untuk tahan kedinginan sedikit, untuk tetap berada dalam ruangan yang panas, untuk menahan pukulan; namun mereka akan punya rasas sabar untuk hidup dalam lautan api, diinjak-injak oleh Iblis, dan ditinggalkan oleh Allah serta setiap orang, sepanjang segala abad!
DAMBAAN DAN DOA
Ya Bapa sega;a Kerahiman, Engkau tak meninggalkan mereka yang mencari diri-Mu (Mazmur ix. 11). Di masa lalu, aku telah begitu seringnya berpaling daripada-Mu, dan Engkau tidak meninggalkan aku; janganlah Kautinggalkan aku sekarang, saat aku mencari-Mu. Aku bertobat, ya Kebaikan Terluhur, sebab aku telah menyepelekan rahmat-Mu sehingga menukarnya dengan hal yang bukan apa-apa. Lihatlah luka-luka Putra-Mu; dengarkanlah seruan luka-luka-Nya, yang memohon Engkau untuk mengampuni aku; dan sudilah Engkau mengampuni aku. Dan Engkau, ya Penebusku, bawakanlah selalu kepadaku ingatan akan siksaan-siksaan yang telah Kauderita demi aku, cinta kasih yang telah Kaumiliki untuk aku, dan kedurhakaanku, yang telah membuat aku pantas mendapat Neraka, supaya tiada henti-hentinya aku meratapi pelanggaran-pelanggaranku kepada-Mu, dan hidup senantiasa terbakar dengan cinta kasih-Mu. Ya Yesusku, bagaimanakah aku tidak terbakar dengan cinta kasih terhadap Dikau, ketika aku merenungkan bahwa aku telah pantas terbakar dalam Neraka sejak dahulu kala, terbakar di dalam sana untuk selama-lamanya; dan bahwa Engkau sudah mati demi meluputkan aku darinya, dan dengan kerahiman yang begitu besarnya, Engkau telah meluputkan aku. Seandainya aku ada di Neraka, aku sekarang akan membenci Engkau, dan terpaksa membenci-Mu untuk selama-lamanya; namun aku cinta Kau, dan akan mencintai-Mu untuk selama-lamanya. Ini kuharapkan dengan jasa-jasa darah-Mu. Engkau mencintai aku, dan aku juga cinta Engkau. Engkau ingin selalu mencintaiku, jika aku tidak meninggalkan Engkau. Ya Juru Selamatku, selamatkanlah aku dari kemalangan supaya jangan sampai aku meninggalkan Engkau, dan lakukanlah padaku apa yang Engkau mau. Aku pantas mendapat setiap hukuman; dan akan kuterimanya, supaya Engkau sudi meluputkan aku dari hukuman kehilangan cinta kasih-Mu. Ya Maria, suakaku, betapa seringnya aku telah mengutuk diriku sendiri untuk mendapat Neraka, dan engkau telah meluputkan aku dari Neraka! Ya bebaskanlah aku dari dosa, satu-satunya yang dapat membuat aku kehilangan rahmat Allah, dan mengutuk aku ke dalam Neraka!
Catatan kaki:
Disadur dari sumber berbahasa Inggris, yang orisinalnya diterjemahkan dari bahasa Italia.
St. Alfonsus Maria de Liguori, The Eternal Truths. Preparation for Death [Kebenaran-Kebenaran Abadi. Persiapan Kematian], London, Burns and Lambert, 1857, hal. 195-202.
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 2 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 2 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 3 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 5 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...