“Usul Penahbisan Diakon Wanita Diajukan pada Hari Ketiga dari Sinode Amazon”

“Kebanyakan uskup [sic] yang memimpin dioses [sic] di Amazon mendukung penahbisan pria yang menikah, yang memiliki kebajikan yang terbukti, atau viri probati, sebagai suatu cara untuk mengatasi kekurangan jumlah imam di daerah tersebut, ujar Uskup [sic] pensiunan Erwin Kräutler dari Xingu, Brasil, saat ia berbicara kepada para wartawan setelah briefing pers Vatikan pada tanggal 9 Oktober. 'Saya mengira bahwa [dari antara] para uskup yang berada di daerah Amazon, dua pertiga mendukung viri probati,' ucapnya...

Beberapa pembicara di sinode tersebut juga telah mengusulkan penahbisan wanita untuk diakonat permanen.

Pada saat briefing pers, Uskup Kräutler berkata bahwa dua pertiga dari komunitas di Amazon 'dipimpin dan diarahkan oleh wanita, maka apakah yang kita harus lakukan?' Ia menambahkan, 'Kami sering mendengar diujarkannya peranan wanita, tetapi apakah arti hal tersebut?... Kami membutuhkan solusi yang nyata, saya berpikir tentang diakonat wanita.'

Uskup Kräutler berkata kepada para wartawan setelah briefing tersebut bahwa walaupun ia tidak yakin akan jumlah uskup yang mendukung usul ini, ia percaya bahwa 'banyak dari para uskup mendukung penahbisan diakon wanita.'

Sewaktu seorang wartawan menanyakan jika usul ini adalah bagian dari suatu gerakan untuk penahbisan wanita sebagai imam, Uskup Kräutler bertanya secara retorik, 'Mengapakah wanita [tidak dapat] ditahbiskan? Mengapa?' Sewaktu ditanya secara langsung apabila ia mendukung penahbisan wanita sebagai imam, ia menjawab, 'Ya. Logikanya.'

Tetapi sewaktu ia ditanya lebih lanjut jika sinode tersebut akan memimpin gerakan untuk menahbiskan wanita sebagai imam, Uskup Kräutler berkata, 'Tidak.'

Ia menambahkan, bagaimanapun, bahwa sinode tersebut 'mungkin merupakan langkah' menuju hal tersebut.

Tim komunikasi Vatikan melaporkan bahwa diskusi-diskusi di aula sinode pada hari ini termasuk topik-topik seperti diakonat permanen, Komunitas-Komunitas Dasar Kristiani, imamat umum dari para umat beriman lewat pembaptisan, panggilan dan pembentukan untuk pelayanan, inkulturasi, migrasi, dan 'karunia para wanita sebagai pelaku sejati di dalam gereja.'

Beberapa anggota sinode telah berujar agar Gereja Katolik memperdalam teologinya sehingga dapat membantu orang-orang untuk mengakui 'dosa-dosa ekologis'. Menurut suatu ringkasan dari Vatican News dari sesi pleno siang pada tanggal 8 Oktober, para anggota sinode telah berkata bahwa suatu 'konversi ekologis' dibutuhkan untuk memastikan bahwa para Kristiani mengerti 'bobot dari dosa terhadap lingkungan sebagai dosa terhadap Allah, terhadap sesama dan terhadap keturunan di masa depan.'...

Oleh katekesis dan terutama di dalam sakramen tobat, kenyataan dan dampak dari dosa-dosa ekologis dapat dijelaskan, ujar Tn. Ruffini, sewaktu ia merujuk terhadap kata-kata dari seorang partisipan sinode tersebut. Seperti dosa-dosa lain, dosa-dosa ekologis 'dapat dianggap sebagai dosa ringan atau dosa berat, tetapi bagaimanapun, dosa-dosa tersebut melanggar Allah dan sesama.'"