Tentang Skandal - Khotbah St. Alfonsus

KHOTBAH XXIII

Untuk Minggu Kedua setelah Paskah

Tentang Skandal

“Serigala menangkap dan mencerai-beraikan domba-domba” – Yohanes, x. 12.

“Serigala-serigala yang menangkap dan mencerai-beraikan domba-domba Yesus Kristus adalah pembuat skandal, yang, tidak puas akan kehancuran mereka, berupaya untuk menghancurkan orang lain. Tetapi, Tuhan berkata: ‘Celakalah orang yang menimbulkan skandal’ – Matius, xviii. 7. Celakalah ia yang menimbulkan skandal, dan yang membuat orang lain kehilangan rahmat Allah. Origenus berkata, bahwa ‘seseorang yang mendorong orang lain untuk berbuat dosa, ia berdosa dengan lebih berat daripada orang lain’. Jika, saudara-saudara, terdapat dari antara anda orang yang telah menimbulkan skandal, saya akan berjuang pada hari ini untuk meyakinkannya akan kejahatan yang telah ia lakukan, agar ia dapat meratapinya dan berjaga diri agar tidak melakukannya di masa depan. Saya akan menunjukkan, di dalam poin pertama, besarnya kesedihan yang ditimbulkan dosa skandal kepada Allah; dan dalam poin yang kedua, ancaman Allah untuk menjatuhkan hukuman besar kepada para pembuat skandal.

Poin pertama. Besarnya kesedihan yang ditimbulkan dosa skandal kepada Allah.

1. Pertama-tama sangatlah diperlukan untuk menjelaskan apa yang dimaksudkan dengan skandal. Lihatlah bagaimana St. Thomas mendefinisikan hal tersebut: ‘Skandal adalah suatu perkataan atau perbuatan yang menuntun sesama kepada kehancuran rohani’ – 2, ii. Pertanyaan 45, Artikel 1. Maka, skandal adalah suatu perkataan atau perbuatan yang olehnya anda menjadi penyebab atau pemandu sesama anda untuk kehilangan jiwanya. Hal tersebut mungkin terjadi secara langsung atau tidak langsung. Langsung, sewaktu anda secara langsung menggoda dan mendorong orang lain untuk melakukan dosa. Tidak langsung, sewaktu, walaupun anda telah mengetahui sebelumnya bahwa perkataan atau tindakan yang penuh dosa akan menjadi sebab orang lain berbuat dosa, anda tidak mencegah diri anda untuk berkata atau melakukan perbuatan tersebut. Tetapi skandal, baik langsung maupun tidak langsung, jika sehubungan dengan peristiwa besar, selalu merupakan dosa berat.
   
   
2. Sekarang, marilah melihat kesedihan besar yang disebabkan oleh hancurnya jiwa sesama kepada Allah. Untuk mengerti hal tersebut, kita harus mempertimbangkan bagaimana setiap jiwa disayangi oleh Allah. Ia telah menciptakan jiwa semua orang berdasarkan citra-Nya sendiri. ‘Marilah Kita membuat manusia sesuai dengan citra dan kemiripan Kita’ – Kejadian, i. 26. Makhluk-makhluk Allah lainnya diciptakan oleh suatu fiat – oleh suatu tindakan dari kehendak-Nya; tetapi, jiwa manusia telah Ia ciptakan oleh napas-Nya sendiri. ‘Dan Tuhan menghembuskan ke dalam wajahnya napas kehidupan’ – Kejadian, ii. 7. Jiwa sesama anda telah dicintai oleh Allah selama-lamanya. ‘Aku telah mencintaimu dengan cinta kasih selama-lamanya’ – Yeremia, xxxi. 3. Terlebih lagi, Ia telah menciptakan setiap jiwa untuk menjadi seorang ratu di dalam Firdaus, dan untuk menjadi pendamping-Nya dalam kemuliaan-Nya. ‘Supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia’ – II. Petrus, i. 4. Di dalam Surga, Ia akan membuat jiwa-jiwa para kudus mengambil bagian dalam sukacita-Nya sendiri. ‘Masuklah engkau ke dalam sukacita Tuhanmu’ – Matius, xxv. 21. Kepada mereka, Ia akan memberikan diri-Nya sendiri sebagai upah mereka. ‘Akulah upahmu yang berlimpah-limpah’ – Kejadian, xv. 1.
   
   
3. Tetapi, tiada suatu hal pun yang dapat menunjukkan nilai yang ditetapkan oleh Allah kepada jiwa-jiwa manusia dengan lebih jelas daripada apa yang telah dilakukan oleh sang Sabda Yang Menjadi Daging untuk penebusan mereka dari dosa dan Neraka. ‘Jika’, ujar St. Eukarius, ‘engkau tidak percaya Penciptamu, tanyakanlah kepada Penebusmu betapa berharganya dirimu’. Berbicara tentang perhatian yang harus kita miliki kepada saudara-saudara kita, St. Ambrosius berkata: ‘Nilai yang besar dari keselamatan seorang saudara dikenali dari kematian Kristus’. Kita mengukur nilai dari segala hal lewat harga yang telah dibayarkan untuk hal tersebut oleh seorang pembeli yang intelijen. Tetapi, Yesus Kristus telah, menurut sang Rasul, membeli jiwa-jiwa manusia dengan darah-Nya sendiri. ‘Engkau telah dibeli dengan harga yang besar’ – I. Korintus, vi. 20. Kita dapat, maka dari itu, berkata, bahwa jiwa itu memiliki harga yang senilai dengan darah Allah. Memang demikianlah perkataan St. Hilarius. ‘Tam copioso munere redemptio agitur, ut homo Deum valere videatur’. Maka, sang Juru Selamat berkata kepada kita bahwa kebaikan atau kejahatan apa pun yang kita lakukan kepada saudara-saudara-Nya yang paling hina, kita melakukannya kepada diri-Nya sendiri. ‘Sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku’ – Matius, xxv. 40.
   
   
4. Dari semua ini, kita dapat menyimpulkan betapa besarnya kesedihan yang ditimbulkan kepada Allah dengan membuat skandal kepada seorang saudara, dan menghancurkan jiwanya. Cukup untuk dikatakan, bahwa orang-orang yang menimbulkan skandal merampas seorang anak dari Allah, dan membunuh jiwa, yang untuk keselamatannya, Ia telah mencucurkan darah-Nya dan hidup-Nya. Maka, St. Leo menyebut para pembuat skandal sebagai pembunuh. ‘Quisquis scandalizat, mortem infert animae proximi’. Mereka adalah para pembunuh yang terfasik, sebab mereka bukan membunuh raga, melainkan jiwa, dari seorang saudara, dan merampas dari Yesus Kristus, seluruh air mata dukacita-Nya, dan segala hal yang telah dilakukan-Nya dan diderita-Nya untuk mendapatkan jiwa tersebut. Maka, sang Rasul berkata: ‘Jika engkau secara demikian berdosa terhadap saudara-saudaramu dan melukai hati nurani mereka yang lemah, engkau berdosa terhadap Kristus’ – I. Korintus, viii. 12. Mereka yang menimbulkan skandal terhadap seorang saudara, berdosa terhadap Kristus, karena, seperti yang dikatakan oleh St. Ambrosius, mereka merampas sebuah jiwa dari-Nya , yang untuknya, Ia telah menghabiskan waktu bertahun-tahun dan menyerahkan diri-Nya kepada jerih payah dan kesulitan… Sewaktu Yesus Kristus melihat sebuah jiwa dihancurkan oleh skandal, Ia dapat menegur sang pelakunya, dan berkata kepadanya: Manusia fasik, apakah yang telah engkau lakukan? Engkau telah merampas dari diri-Ku jiwa ini, yang untuknya Aku telah bekerja keras selama tiga puluh tiga tahun.
   
   
5. Kita membaca dalam Kitab Sci, bahwa para putra Yakub, setelah mereka menjual saudara mereka, Yusuf kepada pedagang-pedagang, berkata kepada bapa mereka bahwa binatang-binatang buas telah memangsanya. ‘Fera pessima devoravit eum’ – Kejadian, xxxvii. 20. Untuk meyakinkan bapa mereka akan kebenaran yang telah mereka katakan, mereka mencelupkan jubah Yusuf dalam darah seekor kambing, dan memberikannya kepada Yakub, sambil berkata: ‘Lihatlah jikalau ini adalah jubah putramu atau bukan’ – ayat. 32. Sebagai jawabannya, sang ayah yang berduka berkata sembari mencucurkan air mata: ‘Ini adalah jubah putraku: seekor binatang buas yang jahat telah memakannya’ – ayat 33. Maka, kita dapat membayangkan bahwa, sewaktu sebuah jiwa dibawa ke dalam dosa oleh skandal, para iblis menghadirkan kepada Allah pakaian dari jiwa tersebut yang dicelupkan di dalam darah Anak Domba Tak Bernoda, Yesus Kristus – yakni, rahmat yang dihilangkan oleh jiwa yang menderita skandal tersebut, yang telah dibeli oleh Yesus Kristus dengan darah-Nya – dan yang mereka katakan kepada Tuhan: ‘Lihatlah jikalau ini adalah jubah putra-Mu atau bukan’. Jika Allah mampu mencucurkan air mata, Ia akan menangis dengan lebih pahit daripada Yakub, saat Ia melihat hilangnya jiwa tersebut – anak-Nya yang dibunuh – dan akan berkata: ‘Ini adalah jubah putra-Ku: seekor binatang buas yang jahat telah memakannya’. Tuhan akan pergi mencari binatang buas ini dan berkata: Di manakah binatang buas itu? Di manakah binatang buas yang telah memangsa anak-Ku? Sewaktu Ia menemukan binatang buas itu, apakah yang akan dilakukan-Nya kepadanya?
   
   
6. ‘Aku akan’, ujar Tuhan kepada Nabi-Nya, Hosea, ‘menemui mereka bagaikan beruang yang dirampas anak-anaknya’ – Hosea, xiii. 8. Sewaktu seekor beruang keluar dari liangnya, dan tidak menemukan anak-anaknya, ia pergi ke hutan mencari orang yang mengambil mereka. Sewaktu ia menemukan orang itu, oh! Dengan kemurkaan apa ia bergegas kepadanya! Demikianlah Tuhan akan bergegas kepada para pembuat skandal, yang telah merampas anak-anak-Nya daripada-Nya. Mereka yang telah menimbulkan skandal, akan berkata: Sesamaku sudah terkutuk; bagaimanakah aku dapat memperbaiki kejahatan yang telah dilakukan? Tuhan akan berkata: Karena engkau telah menjadi sebab kebinasaannya, engkau harus membayar kepada-Ku kerugian atas jiwanya. ‘Aku akan menuntut darahnya dari tanganmu’ – Yehezkiel, iii. 20. Ada tertulis di Kitab Ulangan, ‘Engkau tidak boleh mengasihaninya, tetapi harus menuntut hidup untuk hidup’ – xix. 21. Anda telah menghancurkan sebuah jiwa ; anda harus menderita kehilangan jiwa anda sendiri. Marilah membahas poin yang kedua.

Poin kedua. Ancaman Allah untuk menjatuhkan hukuman besar kepada para pembuat skandal.

7. ‘Celakalah orang yang menimbulkan skandal’ – Matius, xviii. 7. Jika kesedihan yang ditimbulkan kepada Allah oleh skandal itu besar, hukuman yang menanti para pembuat skandal pastilah menakutkan. Demikianlah cara Yesus Kristus berbicara tentang hukuman ini: ‘Tetapi, ia yang akan menimbulkan skandal kepada salah satu dari anak-anak kecil ini yang percaya akan diri-Ku, lebih baik baginya bahwa sebuah batu gerinda diikatkan ke lehernya, dan bahwa ia harus ditenggelamkan ke dalam lautan’ – Matius, xviii. 6. Jika seorang pelaku kejahatan mati di tiang gantungan, ia akan membangkitkan rasa iba dari para penonton, yang, setidaknya, berdoa untuknya, jika mereka tidak dapat membebaskannya dari kematian. Tetapi, jika ia dibuang ke dalam lautan, tidak akan ada orang yang hadir untuk merasa iba atas nasibnya. Seorang penulis berkata, bahwa Yesus Kristus mengancam orang yang menimbulkan skandal kepada seorang saudara dengan hukuman semacam ini, untuk menandakan bahwa orang itu begitu dibenci oleh para malaikat dan para kudus, sehingga mereka tidak ingin berkata baik tentang orang yang telah membawa sebuah jiwa ke dalam kebinasaan. ‘Ia dinyatakan tidak patut bukan hanya untuk diberi pertolongan, tetapi bahkan untuk dilihat’ – Mansi., iii. num. 4.
   
   
8. Yohanes Krisostomus berkata bahwa skandal itu begitu keji di mata Allah, sehingga… Ia tidak dapat mengizinkan dosa skandal untuk lewat tanpa hukuman yang patut diberikan… Allah sendiri berkata kepada Nabi Yehezkiel yang sama: ‘Setiap orang dari bangsa Israel, jika ia… membuat batu sandungan dari dosanya… Aku akan membuatnya sebagai suatu contoh dan perumpamaan, dan akan memotongnya dari tengah-tengah umat-Ku’ – Yehezkiel, xiv. 7. 8. Dan kenyataannya, skandal adalah salah satu dosa yang kita temukan di dalam Kitab Suci, yang dihukum oleh Allah dengan kekerasan yang terbesar. Tentang Heli, karena ia tidak mengoreksi anak-anaknya, yang menimbulkan skandal dengan mencuri daging yang dipersembahkan dalam kurban (sebab orang tua menimbulkan skandal, bukan hanya dengan memberikan teladan yang buruk, tetapi juga dengan tidak mengoreksi anak-anaknya sebagaimana yang harus mereka lakukan), Tuhan berkata: ‘Lihatlah, Aku melakukan suatu hal di Israel, dan barangsiapa mendengarnya, kedua telinganya akan menggelenyar’ – I. Raja-Raja, iii. 11. Dan, berbicara tentang skandal yang ditimbulkan oleh putra-putra Heli, sang penulis yang terilhami berkata: ‘Oleh karena itu, dosa para pria muda itu begitu besarnya di hadapan Tuhan’ – ibid, ii. 17. Apakah dosa ini yang sebegitu besarnya? Ujar St. Gregorius, untuk menjelaskan ayat ini, menarik orang lain kepada dosa. ‘Quia ad peccandum alios pertrahebant’. Mengapakah Yeroboam dihukum? Sebab ia menyebabkan skandal bagi orang lain: ia ‘telah berdosa, dan membuat Israel berdosa’ – III. Raja-Raja, xiv. 16. Dari antara anggota keluarga Ahab yang merupakan musuh Allah, Izebellah yang diberikan oleh-Nya hukuman yang terberat. Ia dihempaskan keluar dari sebuah jendela, dan dimakan oleh anjing-anjing, sehingga tiada sesuatu pun yang tersisa dari dirinya ‘tengkorak, dan kakinya, dan ujung jarinya’. Dan mengapakah ia dihukum dengan begitu berat? Karena ia membuat Ahab melakukan semua dosa.
   
   
9. Untuk dosa skandal, Neraka diciptakan. ‘Pada awalnya, Allah menciptakan Surga dan Bumi’ – Kejadian, i. 1. Tetapi, kapankah Ia menciptakan Neraka? Sewaktu Lucifer mulai menggoda para malaikat untuk memberontak terhadap Allah. Agar ia tidak terus membejatkan mereka yang tetap setia kepada Allah, ia diusir dari Surga segera setelah dosanya. Maka, Yesus Kristus berkata kepada orang-orang Farisi, yang, oleh teladan buruk mereka, membuat skandal kepada orang-orang, bahwa mereka adalah anak-anak Iblis, yang, sejak awal mulanya, adalah pembunuh jiwa-jiwa. ‘Kalian berasal dari bapa kalian, Iblis: ia adalah seorang pembunuh dari awal mulanya’ – Yohans, viii. 44. Dan sewaktu St. Petrus membuat skandal kepada Yesus Kristus, dengan menyarankan kepada-Nya agar Ia tidak membiarkan hidup-Nya direnggut oleh orang-orang Yahudi, dan oleh karena itu, berupaya untuk mencegah terpenuhinya Penebusan, sang Penebus menyebutnya iblis. ‘Enyahlah, Iblis; engkau adalah sebuah skandal bagi-Ku’ – Matius, xvi. 23. Dan, kenyataannya, jabatan apakah yang dipenuhi oleh para pembuat skandal, selain pelayan Iblis? Jika ia tidak dibantu oleh para pelayan yang begitu fasik, ia tentunya tidak akan berhasil mendapatkan begitu banyak jiwa. Seorang teman yang penuh skandal menyebabkan luka yang lebih besar daripada ratusan iblis.
   
   
10. Tentang kata-kata Hizkia, ‘Lihatlah, dalam kedamaianlah kepahitanku menjadi amat pahit’ – Yesaya, xxxviii. 17, - St. Bernardus, dalam nama Gereja, berkata: ‘Damai dari para pagan, damai dari para bidah, tetapi tiada damai dari anak-anak’. Pada masa kini, Gereja tidak dianiaya oleh para penyembah berhala, atau oleh para bidah, tetapi ia dianiaya oleh orang-orang Kristiani penuh skandal, yang adalah anak-anaknya sendiri. Untuk menangkap burung, kita menggunakan umpan pengecoh, yakni, burung-burung tertentu yang dibutakan, dan diikat sedemikian rupa sehingga mereka tidak dapat lolos dengan terbang. Demikianlah cara Iblis bertindak. ‘Sewaktu’, ujar St. Efrem, ‘sebuah jiwa telah dibawa, ia menjadi jebakan untuk menipu yang lainnya’. Setelah membuat seorang pria muda jatuh ke dalam dosa, sang musuh pertama-tama membutakannya dan mengikatnya sebagai budaknya sendiri, dan membuatnya sebagai umpan untuk menipu orang lain, dan untuk menarik mereka ke dalam jala dosa ; ia bukan hanya mendorong, tetapi bahkan memaksanya untuk menipu orang lain. ‘Sang musuh’, ujar St. Leo, ‘memiliki banyak orang yang didorongnya untuk menipu orang lain’ – serm. de Nativ.

11. Orang malang yang celaka! Para pembuat skandal harus menderita di dalam Neraka hukuman atas segala dosa yang telah mereka buat orang lain untuk lakukan. Cesarius mengisahkan (l. 2, c. vi) bahwa setelah kematian dari seseorang yang telah menyebabkan skandal, seorang kudus menyaksikan penghakiman dan pengutukannya, dan melihat bahwa, saat ia tiba kepada pintu gerbang Neraka, semua jiwa yang telah diberikannya skandal, datang menjumpainya, dan berkata kepadanya: Datanglah, hai jiwa malang yang terkutuk, dan bayarlah semua dosa yang telah kaubuat kami untuk lakukan. Mereka lalu bergegas kepadanya, dan layaknya begitu banyak binatang buas, mulai mengoyakkannya hingga ia hancur berkeping-keping. St. Bernardus berkata, bahwa, untuk berbicara tentang para pendosa yang lain, Kitab Suci memberikan harapan untuk perbaikan dan pengampunan; tetapi tentang orang-orang yang menyebabkan skandal, sebagai orang-orang yang terpisahkan dari Allah, yang terdapat sedikit sekali harapan untuk keselamatannya. ‘Loquitur tanquam a Deo separati, unde hisce nulla spes vitae esse poterit’.

12. Maka, lihatlah keadaan yang mengerikan dari orang-orang yang menyebabkan skandal oleh teladan buruk mereka, yang mengucapkan kata-kata yang tidak senonoh di hadapan teman-teman mereka, di hadapan para wanita muda, dan bahkan di hadapan anak-anak yang tidak berdosa, yang, oleh karena mereka mendengar kata-kata tersebut, berbuat ribuan dosa. Pertimbangkanlah bagaimana para malaikat penjaga anak-anak kecil ini menangis saat mereka melihat anak-anak itu berada dalam keadaan dosa, dan bagaimana mereka meminta pembalasan dendam dari Allah terhadap lidah-lidah penuh hujat yang telah memberikan skandal kepada anak-anak tersebut. Suatu hukuman besar menantikan semua orang yang mengejek orang-orang yang mempraktikkan kebajikan. Sebab, banyak orang, lewat rasa takut dipandang rendah dan diolok-olok oleh orang lain, meninggalkan kebajikan, dan menyerahkan diri mereka sendiri kepada kehidupan yang fasik. Seperti apakah hukuman orang-orang yang membawa pesan untuk mendorong orang lain untuk berdosa? Atau mereka yang membanggakan tindakan-tindakan mereka yang fasik? Bukannya menangis dan bertobat karena telah menyinggung Tuhan, mereka bersukacita dan bersukaria atas pelanggaran-pelanggaran mereka! Beberapa menasihati orang lain untuk berbuat dosa; yang lain mendorong mereka untuk melakukannya; dan beberapa, yang lebih buruk dari iblis, mengajarkan orang lain cara berdosa. Apakah yang harus kita katakan tentang para bapa dan ibu yang, walaupun mereka mampu mencegah dosa-dosa anak-anak mereka, membiarkan mereka dalam pergaulan yang buruk, atau untuk mendatangi rumah-rumah yang berbahaya, dan mengizinkan anak-anak perempuan mereka untuk bercakap-cakap dengan pria muda? Oh! Dengan siksaan macam apa kita akan melihat mereka dihukum pada hari penghakiman!
    
    
13. Mungkin beberapa bapa dari suatu keluarga di antara anda akan berkata: Lalu, apakah saya binasa karena saya telah menyebabkan skandal? Apakah tidak ada harapan untuk keselamatan bagi saya? Tidak; saya tidak akan berkata bahwa anda telah kehilangan harapan – kerahiman Allah itu besar. Ia telah menjanjikan pengampunan bagi semua orang yang bertobat. Tetapi, jika anda hendak menyelamatkan jiwa anda, anda harus memperbaiki skandal yang telah anda sebabkan. ‘Hendaknya ia’, ujar Eusebius Emissenus, ‘yang telah menghancurkan dirinya sendiri lewat kehancuran banyak orang, menebus dirinya sendiri dengan membangun banyak orang’ – hom. x., ad Mon. Anda telah kehilangan jiwa anda, dan telah menghancurkan jiwa banyak orang oleh skandal-skandal yang anda perbuat. Anda sekarang wajib memperbaiki kejahatan itu. Sebagaimana anda telah hingga kini menarik orang lain ke dalam dosa, demikian pula anda wajib untuk menarik mereka kepada kebajikan oleh kata-kata yang membangun, oleh teladan yang baik, dengan menghindari hal-hal yang menuntun kepada dosa, dengan menerima sakramen-sakramen, dengan sering pergi ke gereja untuk berdoa, dan menghadiri khotbah. Dan sejak hari ini dan ke depannya, menghindari, layaknya anda menghindari kematian, segala tindakan dan perkataan yang dapat menjadi skandal bagi orang lain. ‘Hendaknya kehancuran mereka’, ujar St. Siprianus, ‘menjadi cukup bagi mereka yang telah jatuh’ – lib. I., epis. iii. Dan St. Thomas dari Villanova berkata: ‘Hendaknya dosa-dosamu sendiri cukup untuk dirimu’. Kejahatan apakah yang telah dilakukan Yesus Kristus kepada anda sehingga tidak cukup bagi anda sendiri untuk telah menyakiti-Nya, tetapi anda ingin membuat orang lain menyakiti-Nya? Ini adalah kekerasan yang berlebihan.
    
    
14. Maka, berhati-hatilah agar anda tidak lagi pernah menyebabkan skandal sekecil apa pun. Dan jika anda ingin menyelamatkan jiwa anda, hindarilah sebisa mungkin, orang-orang yang menyebabkan skandal. Para jelmaan iblis ini akan terkutuk; tetapi, jika anda tidak menghindari mereka, anda akan membawa diri anda sendiri ke dalam kebinasaan. ‘Celakalah dunia oleh karena skandal’, Tuhan berkata (Matius, xviii. 7). Yaitu, banyak orang binasa karena mereka tidak menghindari hal-hal yang menyebabkan skandal. Tetapi, anda mungkin berkata: Orang tersebut adalah teman saya; saya berutang kepadanya; saya berharap mendapatkan banyak bantuan darinya. Tetapi Yesus Kristus berkata: ‘Jika mata kananmu menyesatkanmu, cungkillah dan buanglah dari dirimu. Lebih baik jika engkau memasuki hidup dengan satu mata, daripada, dengan dua mata, dicampakkan ke dalam api Neraka’ – Matius, xviii. 9. Walaupun seseorang tertentu adalah mata kanan anda, anda harus menjauhkan diri anda selamanya daripadanya; lebih baik bagi anda untuk kehilangan satu mata dan menyelamatkan jiwa anda, daripada untuk menjaganya dan dicampakkan ke dalam Neraka”.

Catatan kaki:
Diterjemahkan dari St. Alfonsus Maria de Liguori, Sermons for All The Sundays of the Year [Khotbah-Khotbah untuk Semua Hari Minggu Selama Setahun], Edisi ke-5, Dublin, James Duffy, 1860, hal. 174-181.