^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Tentang Sengsara Tuhan Kita Yesus Kristus VIII. - Khotbah Paus St. Leo Agung
KHOTBAH LVII.
Paus St. Leo Agung
Tentang Sengsara Juru Selamat Kita Yesus Kristus VIII.
Saudara-saudaraku, setelah saya menjelaskan pada Khotbah yang sebelumnya, keadaan-keadaan yang mendahului penangkapan Yesus Kristus, sekarang, dengan rahmat Allah, saya harus membahas Sengsara-Nya secara mendetail, demi menepati janji-janji yang telah saya buat kepada anda. Perkataan yang menganyam doa sang Juru Selamat secara jelas menyiratkan bahwa kodrat ilahi bersatu dengan kodrat manusiawi dalam pribadi-Nya, sedemikian rupa sehingga mudah adanya untuk mengetahui dari mana rasa jijik yang dimiliki-Nya berasal, sewaktu Ia harus menyerahkan diri untuk ditangkap dan dibunuh & dari mana keberanian-Nya berasal, keberanian yang mengusir segala rasa takut dan yang mempertunjukkan kuasa-Nya & ketangguhan-Nya di setiap harinya untuk tunduk kepada segala ketentuan abadi dari Penyelenggaraan Ilahi serta untuk melawan, tanpa gemetar, orang-orang Yahudi, yang adalah para pelayan roh jahat … Anak-anak kegelapan menerkam terang yang sejati, meskipun mereka menggunakan lentera dan obor, mereka tidak mampu menghindari gelapnya kedurhakaan mereka, karena mereka tidak tahu siapakah itu pencipta terang. Mereka menyergap Ia yang telah menyerahkan diri-Nya sendiri secara sukarela; mereka menyeret Ia yang sungguh hendak membiarkan diri-Nya diseret: namun seandainya Ia mengerahkan upaya tertentu demi membela diri, para budak yang fasik ini tidak mampu melakukan penghinaan kepada diri-Nya sama sekali, namun jika demikian, Penebusan dunia akan tertunda selama beberapa saat, sebab Ia harus wafat bagi semua orang. Ia tidak akan menyelamatkan seorang pun seandainya Ia tidak ingin menderita.
Maka Ia membiarkan bangsa yang murka itu, yang dihasut oleh para Imam Besar, untuk melampiaskan amarah mereka kepada pribadi-Nya. Mereka pertama-tama membawa-Nya ke rumah Hanas, mertua Kayafas. Setelah menghujani-Nya dengan ribuan fitnah yang tidak masuk akal, setelah menyogok orang untuk bersaksi dusta, demi mencemari nama-Nya dengan kejahatan-kejahatan khayali, para Imam Besar menilai pantas untuk membawa-Nya ke Pengadilan Pilatus, supaya Ia diadili di sana. Demi memerdekakan diri mereka sendiri dari ketergantungan kepada Allah, mereka semua berseru dengan suara bulat: Kami tidak mempunyai raja selain kaisar[1]; dan dengan demikian, mereka bersaksi bahwa mereka sepenuhnya mengabdi kepada hukum Romawi & bahwa mereka menyerahkan penghakiman atas perkara yang penting ini kepada kuasa sang Presiden. Namun mereka ingin supaya sang Presiden lebih menyatakan dirinya sebagai pelaksana kekejaman diri mereka daripada sebagai seorang hakim yang sejati dan penguasa penentu masalah ini. Mereka menghadirkan kepadanya Yesus Kristus, yang diikat dengan rantai yang keras, yang digocoh habis-habisan, yang rupanya terusakkan akibat hujan pukulan yang mereka jatuhkan atas diri-Nya, yang bermandikan air ludah, yang dikutuk oleh khalayak yang riuh. Begitu besarnya prasangka yang ada sehingga Pilatus tidak berani melepaskan diri-Nya dari hukuman, Ia yang oleh suara rakyat telah dihakimi sebagai pantas untuk mati. Sang Hakim tidak dapat menemukan apa-apa yang dapat menjadi bahan celaan terhadap orang yang dianggap-anggap sebagai penjahat; namun dirinya tak kuat untuk memberikan keadilan kepada-Nya & menyatakan dirinya sendiri berpihak kepada kebenaran. Pilatus secara publik berkata bahwa ia menemukan-Nya tak bersalah, namun ia menjatuhkan hukuman mati kepada-Nya. Ia menyerahkan nyawa orang yang tak bersalah kepada bangsa yang tak adil. Ia tahu cukup banyak melalui hati nuraninya sendiri & melalui mimpi yang tiba kepada istrinya, bahwa ia tidak boleh membasahi tangannya. Sia-sia ia membasuh tangannya; formalitas itu tidak menghapuskan kejahatan yang menodai hatinya; air yang tertuang atas jari-jemarinya tidak mampu membersihkan cela yang telah lahir dalam benaknya. Memang benar bahwa kebersalahan orang-orang Yahudi jauh lebih besar daripada kebersalahan Pilatus; mereka menakut-nakutinya dengan otoritas Kaisar. Setelah mereka menggoyahkan Pilatus dengan keriuhan mereka, orang-orang Yahudi lalu menuntutnya agar ia menjadi pelayan hasrat diri mereka, namun dalih ini tidak membuat Pilatus lolos dari kesalahannya, sebab ia telah menolak terang akalnya dan penilaiannya sendiri untuk mengikuti kesan yang diberikan kepadanya oleh para penghasut ini dan karena ia menuruti keinginan-keinginan jahat mereka.
Pilatus, yang ditaklukkan oleh kedegilan khalayak yang gila, menyerahkan Yesus Kristus kepada segala macam penghinaan & caci maki; setelah mengoyakan diri-Nya dengan pukulan, setelah menyayat diri-Nya dengan cambukan, setelah membuatkan-Nya sebuah mahkota duri di atas kepala-Nya & setelah mengenakan kepada-Nya pakaian yang hina, ia memperlihatkan diri-Nya dalam keadaan yang memilukan itu kepada para Ahli Taurat dan kepada orang-orang Farisi demi meredakan hasrat mereka & demi melunakkan hati mereka dengan pemandangan itu; supaya kebencian mereka mereda dan agar mereka menghentikan penganiayaan-penganiayaan mereka. Ketika mereka melihat Yesus Kristus menderita sedemikian hebatnya, amarah khalayak kembali tersulut akibat pemandangan itu sehingga mereka menuntut agar sang hakim melepaskan Barabas & menghukum Yesus Kristus dengan siksaan Salib. Khalayak itu pun mengangkat suara mereka dan berseru sambil gemetar: Darahnya atas kami & atas anak-anak kami. Kutukan orang-orang fasik itu pun terlaksana, sehingga menjahanamkan diri mereka sendiri. Gigi mereka, seturut kesaksian sang Nabi, bagaikan tombak dan anak panah & lidah mereka serupa dengan pedang yang tajam.[2] Kebersalahan mereka tidaklah lebih ringan, hanya karena mereka tidak menyalibkan Tuhan segala Kemegahan dengan tangan mereka sendiri: sebab keriuhan mereka, pergunjingan mereka dan fitnah mereka menjadi sebab kematian-Nya. Segala beban kejahatan itu jatuh atas dirimu sekalian, ya Yahudi yang durhaka, dan atas para pemimpin bangsa kalian. Meskipun sang Hakim & para serdadu menjadi kaki tangan kejahatan kalian, kalianlah dalangnya yang utama. Segala kejahatan yang telah dilakukan Pilatus, yang menghukum Yesus Kristus secara tidak adil, & hamba para tentara, membuat dirimu sekalian lebih pantas dibenci oleh umat manusia, sebab kekejaman kalian tidak membiarkan mereka yang membenci kefasikan diri kalian, menjaga ketidakbersalahan mereka.
Yesus Kristus, yang diserahkan kepada amarah orang-orang yang tidak manusiawi itu, diharuskan memikul alat siksaan-Nya sendiri, sebagai penghinaan terhadap martabat-Nya dan demi membenarkan apa yang telah dikatakan oleh sang Nabi: Terlahir bagi kita seorang anak yang memikul tanda Kerajaannya pada pundaknya.[3] Kayu Salib Yesus Kristus dengan suatu cara tertentu menggantikan Tongkat-Nya. Bagi orang fasik, pemandangan itu adalah bahan celaan, namun merupakan misteri yang agung bagi umat beriman sejati. Ia yang menaklukkan Iblis dengan mulia & menghancurkan kuasa para musuh, diri-Nya sendiri memikul alat kejayaan-Nya: Salib-nya itu menjadi piala yang merupakan tanda kesabaran yang tak terkalahkan & disembah untuk segala abad yang akan datang. Teladan itu demikian adanya supaya meneguhkan dalam kebajikan semua orang yang harus meniru-Nya di kemudian hari, dan tampak berkata kepada mereka: Barang siapa tidak memikul Salibnya & mengikuti Aku, tidak layak bagi-Ku.[4]
Khalayak itu mengikuti Yesus Kristus sampai ke tempat penyiksaan-Nya. Seorang pria yang bernama Simon dari Kirene menawarkan dirinya sendiri untuk berbagi beban Salib-Nya, demi melegakan-Nya. Perbuatan ini merupakan simbol iman bangsa non-Yahudi, yang di kemudian hari harus menjadikan Salib sebagai tanda kehormatan diri mereka, dan bukannya memandang Salib sebagai batu sandungan. Pertemuan orang asing ini yang hendak melegakan Yesus Kristus pada waktu di mana orang-orang Yahudi mengerahkan segala amarah mereka terhadap diri-Nya bukanlah akibat dari suatu kebetulan, bukan pun suatu keberuntungan, melainkan suatu misteri & gambaran: Jika kita menderita bersama-Nya, kita akan dimuliakan bersama-Nya,[5] ujar sang Rasul. Bukanlah seorang Yahudi maupun bangsa Israel, melainkan orang asinglah yang dipilih oleh Allah, untuk mengambil bagian dalam kehinaan & penderitaan Yesus Kristus; untuk menyiratkan bahwa Penyunatan akan dihapuskan, bahwa anak-anak rohanilah yang akan mengambil tempat anak-anak lahiriah; bahwa kurban Anak Domba dan segala perayaan dari Hukum Lama akan dihapuskan; sebab Yesus Kristus yang adalah Anak Domba Paskah, telah disembelih untuk kita.[6] Ia telah mempersembahkan kepada Bapa-Nya sebuah kurban perdamaian yang baru, bukan dalam Bait yang tidak lagi boleh diberi rasa takzim maupun dihormati; bukan pun di tengah-tengah tembok Kota itu, yang akan dihancurkan sebagai hukuman atas kejahatannya: Ia disalibkan & disembelih di luar tembok Yerusalem, sebab karena misteri kurban yang lama telah dihapuskan, kita harus mempersembahkan Kurban yang baru di atas Altar yang baru. Salib Yesus Kristus akan menjadi suaka bagi seluruh dunia, dan bukan menjadi Altar dari Bait yang tunggal.
Yesus Kristus yang telah diangkat di Salib, haruslah mengilhami kita dengan banyak pikiran yang lain, bahwa misteri ini tidak mengilhami orang Yahudi yang tidak percaya, yang dahulu kala dinyatakan oleh Musa: Kalian akan senantiasa hidup terkatung-katung, kalian akan menakuti malam & siang, dan kalian tak akan percaya bahwa hidup kalian ada dalam kepastian.[7] Di mata mereka, hanya ada bayangan kejahatan mereka, karena mereka melihat Yesus Kristus tergantung di Salib. Pikiran itu membuat mereka sarat rasa takut, bukanlah rasa takut yang berfaedah yang berguna untuk membenarkan iman, melainkan yang menempati tempat algojo dari hati nurani yang jahat. Semoga pikiran kita yang dicerahkan oleh rerang kebenaran dapat melihat kemuliaan & gemilangnya Salib, yang bercahaya di Surga dan di bumi. Semoga pikiran kita merenungkan dengan penuh perhatian makna dari perkataan ini, yang dituturkan oleh Yesus Kristus mengenai Sengsara-Nya: Tiba saatnya, di mana Putra Manusia harus dimuliakan. Sekarang jiwaku gelisah & apakah yang akan Kukatakan? Ya Bapa-Ku, bebaskanlah diri-Ku dari saat ini? Tetapi sebab itulah Aku telah datang pada saat ini; Bapa-Ku, muliakanlah nama-Mu. Pada saat itu juga, terdengar suara dari Surga yang berkata, Aku telah memuliakannya & Aku akan kembali memuliakannya. Yesus Kristus lalu berkata kepada mereka yang ada bersama-Nya: Suara itu bukanlah untuk-Ku, melainkan untuk kamu sekalian: sekarang dunia akan dihakimi. Sekaranglah penghulu dunia ini akan diusir ke luar & sewaktu Aku diangkat dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepada-Ku.
Ya kuasa Salib yang menakjubkan! Betapa tak terlukiskannya kemuliaan Salib-Nya! Salib bagaikan Pengadilan Allah, di mana Ia menghakimi dunia & di mana Ia memperlihatkan kuasa-Nya. Tuhan, Engkau telah menarik segala sesuatu datang kepada-Mu & setelah mencoba menggunakan segala cara demi memulangkan bangsa yang tak percaya kepada tanggung jawabnya & yang telah bersikeras melawan ilham-ilham-Mu, Engkau telah melihat seluruh Alam Semesta bertekuk lutut di bawah kuk iman & menyembah Kemegahan-Mu. Ya Tuhan, Engkau telah menarik semua orang datang kepada-Mu, sewaktu segala anasir telah memperlihatkan, seolah-olah secara bersama-sama, kengerian mereka akan perbuatan jahat yang baru saja dilakukan oleh orang-orang Yahudi; sewaktu bintang-bintang yang menerangi dunia telah mengalami gerhana; sewaktu siang hari telah digantikan dengan malam yang menyeramkan sewaktu bumi diguncang oleh gerakan-gerakan yang luar biasa & sewaktu segala ciptaan menolak untuk membantu dan melayani orang-orang fasik. Engkau telah menarik segala sesuatu datang kepada-Mu sewaktu Tabir Bait Yerusalem terkoyakkan dan sewaktu para Imam Besar yang cela itu telah diusir dari Ruang Mahakudusnya: yakni, sewaktu kebenaran telah menggantikan pertandanya; sewaktu terlihat sudah penggenapan & penjelasan bagi nubuat-nubuat & setelah Injil meneruskan Hukum Lama. Ya Tuhan, Engkau telah menarik semua orang datang kepada-Mu sewaktu apa yang dahulu tersembunyi di balik ungkapan-ungkapan kiasan yang samar & terpendam dalam Bait Yerusalem yang tunggal, telah terlihat dengan jelas kepada segala bangsa dari Alam Semesta. Tahbisan Lewi sekarang lebih mulia, martabat Senator para rakyat sekarang lebih besar; Urapan para Imam sekarang lebih suci: Salib adalah sumber segala berkat & pangkal segala rahmat. Oleh Saliblah kelemahan para umat berubah menjadi kekuatan, cela diri mereka diikuti oleh kemuliaan yang tak terhingga & kematian mereka dibalas dengan kehidupan kekal. Mereka tidak lagi menyembelih berbagai macam kurban; segala Kurban telah meninggalkan tempat bagi Tubuh & Darah Yesus Kristus. Engkaulah Anak Domba Allah yang sejati, Anak Domba yang telah menghapus dosa-dosa dunia. Engkaulah yang telah mengumpulkan dalam diri-Mu segala misteri. Sebagaimana kurban yang baru menggantikan segala kurban yang lama, demikian pula segala Bangsa dalam Alam Semesta hanya menjadi satu Kerajaan yang tunggal.
Saudara-saudaraku, marilah kita menganut pandangan yang telah diperjuangkan oleh Santo Paulus Rasul yang Terberkati sebagai ilham bagi diri kita, sewaktu ia berkata: Perkataan ini merupakan kebenaran yang pasti & patut diterima dengan segala rasa hormat, yaitu bahwa Yesus Kristus telah datang ke dunia untuk menyelamatkan para pendosa.[8] Itulah yang membuat kerahiman Allah semakin tampak kepada diri kita, dan bukan kepada orang bajik maupun orang benar, melainkan kepada orang fasik & para penjahat. Karena kodrat ilahi tidak dapat menderita kerusakan oleh maut, dengan kelahiran-Nya, Ia telah mengambil suatu kodrat yang serupa dengan kodrat kita, yang dapat dikurbankan demi kita. Ia juga dahulu membuat maut sendiri menjadi ngeri dengan kuasa wafat-Nya. Ia telah menderita hukum Neraka dengan wafat-Nya, namun dengan bangkit, Ia telah membebaskan diri darinya. Dengan demikian, Ia telah menghapuskan maut yang berlangsung untuk selama-lamanya; apa yang dahulu abadi telah berubah menjadi sementara: Karena semua orang mati dalam Adam, semua orang juga hidup kembali dalam Yesus Kristus.[9] Maka saudara-saudaraku, kita harus mengamalkan semboyan yang telah diajarkan Santo Paulus kepada kita, bahwa Yesus Kristus telah mati bagi semua orang, agar mereka yang hidup tidak lagi hidup untuk diri mereka sendiri, namun untuk Ia yang telah mati & telah bangkit demi mereka.[10] Gambaran-gambaran yang kuno telah berlalu; segala sesuatu sekarang menjadi baru. Maka dari itu, hendaknya tidak seorang pun mempertahankan kebiasaan-kebiasaan lamanya, ataupun menjalani kehidupan yang duniawi. Hendaknya kita berjuang untuk semakin hari semakin maju dalam kebajikan & untuk memperbarui diri dengan tindak-tindak kesalehan: betapapun bajiknya diri kita, kita masih dapat menjadi lebih baik & lebih bajik sewaktu kita berada di bumi. Tidak maju dalam kebajikan sama dengan melangkah mundur: barang siapa tidak memperoleh hal yang baru, kehilangan sesuatu yang dahulu dimilikinya. Iman haruslah membantu kita untuk maju dalam jalan ini, untuk membuat diri kita mengamalkan karya-karya keadilan & kerahiman; agar dalam merayakan misteri Penebusan kita, bukan dengan ragi yang lama, maupun dengan ragi kejahatan & kebobrokan jiwa, melainkan dengan roti tak beragi, yaitu ketulusan dan kebenaran,[11] kita bisa mengambil bagian dalam Kebangkitan Yesus Kristus, yang hidup & yang memimpin bersama Bapa & Roh Kudus, sepanjang segala abad. Amin.
Catatan kaki:
Sermons de saint Léon pape [Khotbah-Khotbah Paus Santo Leo], Paris, Chez Nicolas Pepie, MDCCI, hal. 363-373.
[1] Yohanes 19:15.
[2] Mazmur 56:6
[3] Yesaya 9:6.
[4] Matius 10:38.
[5] Roma 8:17.
[6] 1 Korintus 5:7.
[7] Ulangan 28:66.
[8] 1 Timotius 1:15.
[9] 1 Korintus 15:22.
[10] 2 Korintus 5:15.
[11] 1 Korintus 5:8.
Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 4 mingguBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 4 mingguBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 4 mingguBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 4 mingguBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 2 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 3 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 4 bulanBaca lebih lanjut...Kami menerima semua dogma Gereja Katolik tanpa terkecuali, dan kami memandang mereka yang menerima semua dogma Gereja dan belum terpisah darinya, sebagai orang Katolik; itulah bagaimana kami bersekutu dengan Gereja...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...