^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Tentang Neraka - Khotbah St. Leonardus (Bag. II)
Tentang Neraka
St. Leonardus dari Porto Mauritio
KHOTBAH UNTUK HARI JUMAT
SETELAH MINGGU KEDUA MASA PRAPASKAH
Bagian Kedua
X. Orang kaya yang jahat menderita dalam Neraka akibat tempat-tempatnya: Sepultus in inferno; serta lidah-lidah api yang mengepungnya: Crucior in hac flamma. Namun siksaan ini bukanlah yang terbesar bagi dirinya. Untuk mengurangi panasnya yang membara, ia akan terpuaskan dengan setetes air saja yang mengalir dari ujung jari: Utuslah Lazarus supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air. Lalu apakah siksaannya yang terbesar itu? Ada pikiran yang membuat Neraka tak tertahankan baginya, dan yang membuat waktu yang dilalui semua orang yang terkutuk di sana sungguh benar-benar menjadi neraka sendiri. Dan apakah pikiran itu? Sebelum saya menyingkapkannya kepada anda, izinkan saya berlutut dan memohon kepada Allah Yang Mahakuasa untuk membekaskannya pada hati anda dengan sungguh agar pikiran ini tidak akan pernah keluar dari padanya, dan agar menjadi bagi anda sebagai aturan untuk hidup dengan baik dan mati dengan baik.
Pikiran ini, yang merupakan bagian terbesar dari neraka, dan yang bagaikan ulat bangkai yang menggerogoti dan memakan untuk selama-lamanya hati orang yang terkutuk, adalah sebagai berikut: Aku dahulu dapat menyelamatkan diriku sendiri, namun aku terkutuk akibat perkara sepele. Demikianlah bagaimana Abraham mengingatkan orang kaya yang jahat itu: Ingatlah, ya putraku, bahwa engkau dahulu telah menerima kebaikan selama hidupmu. Oh, betapa memilukannya pikiran itu! Saya dahulu memiliki begitu banyak kebaikan yang dapat saya gunakan untuk menyelamatkan diri saya dengan mudah, dan saya telah menjadi terkutuk akibat perkara sepele: saya dahulu mendapat begitu banyak ilham, begitu banyak rasa penyesalan, begitu banyak rahmat, dan saya menyalahgunakan semuanya itu untuk perkara sepele. Memangnya apakah kenikmatan yang najis itu, jabatan itu, tanggung jawab itu, yang dahulu begitu saya idam-idamkan, hasrat yang dahulu hendak saya puaskan, pesta pora itu, permainan itu, kenikmatan itu, percakapan itu? Perkara sepele, sama sekali sepele. Dan demi perkara sepele itulah saya telah jatuh ke dalam Neraka. Ah! Betapa besarnya keputusasaan saya! Dari segala siksaan dalam Neraka, itulah yang terbesar.
Orang yang terkutuk itu di satu sisi memikirkan apa yang dideritanya, alasan ia menderita, dan di sisi lain, betapa mudahnya ia dahulu mungkin dapat lolos dari siksaan-siksaan itu, dan ia pun menjadi semakin kesal akibat segala kengerian itu. Pikiran itulah yang merupakan hakikat segala siksaan Neraka; pikiran itulah yang membuat orang-orang terkutuk menjerit murka, berkertak gigi, dan mengeluarkan penghujatan-penghujatan yang menakutkan. Dengarkanlah mereka, dan anda akan merasa ngeri. Bukanlah saya yang berbicara, namun orang terkutuklah yang menghujat, yang menjerit bersama orang kaya yang jahat itu: Crucior in hac flamma.
XI. Ah, celakalah aku! Aku dahulu dapat dengan begitu mudahnya menyelamatkan diriku sendiri, dan aku terkutuk akibat kesalahanku sendiri! Ah! Seandainya saja aku dahulu pada hari itu melepaskan beban hati nuraniku di kaki seorang imam yang baik; seandainya saja aku dahulu mengakui dosa itu dengan baik, aku pada hari ini akan diselamatkan, dan aku terkutuk karena telah menyembunyikannya: Crucior in hac flamma. Ah! Para pengkhotbah yang dahulu kucemooh, sekarang aku percaya kalian, namun terlambat sudah. Seandainya saja aku dahulu percaya akan kebenaran-kebenaran abadi yang kalian khotbahkan bagiku, aku akan bertobat; dan karena aku dahulu melarikan diri dari khotbah-khotbah itu, karena aku dahulu telah mengkritik khotbah-khotbah itu, aku sekarang terkutuk, dan aku akan menjerit untuk selama-lamanya di tengah-tengah lidah-lidah api ini: Crucior in hac flamma. Wahai sahabat-sahabat yang durhaka, lihatlah ke mana nasihat kalian telah membawaku. Tetapi tidak, akulah sebab kehancuran diriku sendiri.
Dahulu aku tahu bahwa ada Neraka. Dahulu aku tahu apa yang harus dilakukan untuk menghindarinya. Allah ada di atasku; hati nuraniku ada di dalam diriku, orang tuaku, sahabat-sahabatku, para imam pengaku dosaku ada di sekelilingku dan telah menasihatiku sering-sering supaya aku mengubah hidupku. Ah! Mengapakah tidak kulakukan apa yang dahulu mereka katakan kepadaku? Siapakah yang telah menahan diriku? Jika aku dahulu mudah berdosa, mengapakah aku tidak melakukan penitensi? Ah! Seandainya saja aku dahulu mengaku dosa sehari lebih awal, aku sekarang akan ada di Surga, dan karena aku tak melakukannya, sekarang aku terbakar dalam Neraka: Crucior in hac flamma. Celaka! Aku dahulu Katolik, aku dahulu bebas, aku dahulu berakal, aku dahulu manusia pada akhirnya: lantas siapakah yang telah membutakanku, menyesatkanku, memikatku?
Seandainya saja dari antara tahun-tahun di mana aku dahulu hidup di bumi, kugunakan satu saat saja dengan baik, itu akan cukup bagiku untuk membuatku duduk untuk selama-lamanya di atas takhta kemuliaan. Dan demi kenikmatan yang hina, demi keinginan sementara, demi perkara sepele, aku telah tenggelam dalam lautan api ini. Betapa jahatnya diriku dahulu, betapa terkutuknya diriku dahulu, aku telah mencampakkan mataku yang terbuka ke dalam lidah-lidah api ini. Crucior in hac flamma. Ah kehidupan masa lalu! Kau terlalu singkat dan terlalu panjang pada waktu yang bersamaan, namun terlalu menyedihkan untuk dikenang! Betapa aku telah meninggalkan kebahagiaan kekalku demi hal yang sepele! Begitu sedikitnya hal yang dahulu kuperlukan untuk dapat memperoleh Firdaus! Hari-hari yang indah, jam-jam yang indah, saat-saat berharga hidupku, kalian takkan kembali lagi? Ah! Betapa kalian telah dengan gilanya kusia-siakan! Siapakah yang dahulu mengingatkanku bahwa akan tiba suatu hari di mana kalian akan kusesali dengan begitu getirnya, namun dengan sia-sianya untuk selama-lamanya di tengah-tengah lidah-lidah api ini: Crucior in hac flamma. Datanglah, hai roh-roh jahat, koyakkanlah usus ini, gerogotilah jantung ini, semuanya milik kalian. Ya aku pantas mendapatkan segala sesuatu yang kuderita ini: aku pantas kelaparan, karena aku dahulu kejam terhadap orang miskin; aku pantas terbakar dalam api, karena aku dahulu mengenyangkan diri dengan asap: Allah tidak mendengarkan aku, karena aku dahulu tidak mendengarkan-Nya. Aku tak menemukan belas kasih, sebab dahulu aku melecehkan kerahiman. Sayang sekali, sayang sekali! Maka tiada lagi harapan bagiku!
Ah! Terkutuklah hari kelahiranku, terkutuklah bapakku, terkutuklah ibu yang melahirkanku, terkutuklah imam yang membaptisku, terkutuklah malaikat yang menjagaku, terkutuklah rantai yang membelenggu diriku di sini. Namun siapakah yang menjerumuskan daku ke dalam lubang jurang api ini? Mengapakah keadilan Allah seperti ini? Bukankah Dia yang menciptakan aku? Mengapakah Dia begitu kejamnya kepada apa yang merupakan milik-Nya? Karena Ia tidak lagi ingin mengakui diriku sebagai milik-Nya, karena ia tidak lagi hendak ingat akan aku, semoga Ia juga menjadi terkutuk. Semoga setiap makhluk ngeri akan Dia, dan semoga seluruh dunia menjadi Neraka yang penuh roh jahat yang akan menghujat-Nya. Lantas apakah yang dilakukan Putra-Nya, yang selama bertahun-tahun menjadi Pembelaku? Bukankah Dia yang telah menumpahkan segenap darah-Nya bagiku? Mengapakah Dia membalikkan badan-Nya dari padaku sekarang? Terkutuklah Kristus; binasalah darah-Nya, darah yang fasik, luka-luka yang durhaka, Penebusan yang jahat. Dan Maria, yang kusebut namanya dengan begitu seringnya, mengapa dia tidak datang menolongku? Apakah dia juga meninggalkanku? Ah! Semoga dia menjadi … Ah! Saya tidak berani menuntaskan, ataupun mendengar penghujatan tentang Santa Perawan Maria.
Dan kalian, saudara-saudaraku, apakah yang akan anda lakukan? Bagaimanakah anda bisa mendengar orang yang malang itu menghujat seperti itu? Marilah kita karena itu kembali ke bumi. Dan kalian, orang-orang yang terkutuk, tutuplah mulut kalian, agar kutukan-kutukan yang mengerikan itu sama sekali tidak menimpa diri kita. Begitulah! Saudara-saudaraku, apakah pendapat anda sekarang tentang Neraka? Sayang sekali! Saya sangat ngeri: biarkan saya keluar dari sini, dan pergi ke padang gurun untuk melakukan penitensi atas dosa-dosa saya.
XII. Jika permohonan saya ini ditolak, biarkan saya setidak-tidaknya merangkul salib ini, dan bermandikan air mata, biarkan saya menangisi dosa-dosa saya dari lubuk hati saya. Ya Juru Selamat jiwaku yang Manis, jika hatiku pernah melembut, dia terutama melembut pada saat ini. Jika aku pernah memohon ampun kepada-Mu, hal itu terutama kulakukan pada hari ini. Ya Yesusku yang manis, kumohon ampun seribu ampun, ampun demi ampun, bukan karena rasa takut akan api yang telah Kaupersiapkan bagiku dalam Neraka, namun agar aku tak menghujat-Mu selama sepanjang segala abad. Ya Allah yang Mahabesar! Jika aku menjadi terkutuk, lalu aku akan mengutuki-Mu? Lidah ini, yang sekarang memberkati-Mu, lalu akan menghujat Engkau? Tidak, tidak ya Allahku. Lebih baik Kaucabut lidahku; lebih baik aku Kau kembalikan menjadi abu. Ya Allahku, kuingin memberkati-Mu sepanjang segala abad. Saudara-saudaraku, jika pernah ada dari antara anda sekalian yang sedemikian bejatnya sehingga ia hendak menghujat Allah bersama dengan roh-roh jahat, dan menolak untuk bertobat, hendaknya ia keluar dari sini, dan hendaknya ia tidak memandang Salib.
Namun anda sekalian yang tersentuh dan hendak bertobat, peluklah salib, tangisilah dosa-dosa anda, mintalah ampun. Ah! Demi memadamkan api Neraka, kita perlu menangis pada hari ini: maka menangislah, saudara-saudaraku, keluarkanlah air mata pertobatan. Hendaknya ia yang ingin menghindari Neraka mengusir dosa dari jiwanya dengan dukacita yang sejati, hendaknya ia memukul dadanya dan memohon ampun. Namun beberapa air mata saja tidak cukup. Sayang sekali! Jiwa-jiwa berjatuhan ke dalam neraka seperti kepingan salju berjatuhan ke tanah di musim dingin. Bila demikian adanya, siapakah dari antara kita yang akan lolos dari kemalangan ini? Siapa? Ia yang melakukan penitensi. Maka berpenitensilah, saudara-saudaraku. Saya ingin mulai hari ini dengan penitensi yang menakutkan, yang tidak akan ada habisnya, dan dengan disiplin yang digenggam dalam tangan, saya ingin meminta satu rahmat saja kepada Yesusku, yaitu agar tidak seorang pun dari anda sekalian masuk ke dalam Neraka. Ya Yesusku, sudilah mengabulkannya, kumohon rahmat ini kepada-Mu dengan air mata yang bercucuran. Apakah yang Kauhendaki dari mereka yang sedang mendengarkanku? Air mata, pertobatan dan dukacita? Mereka semua menyesal, dan bermandikan air mata. Apa lagi yang Kauhendaki? Penitensi, darah? Demi mereka, darah akan kuberikan, darah akan kutumpahkan jikalau perlu sampai tetes yang terakhir, asalkan Engkau mengampuni mereka semua. Darah, demikianlah, darah: persatukanlah air mata anda dengan darah saya, atau sebaliknya dengan darah Yesus Kristus, dengan darah yang berharga yang tak terhingga nilainya. Darah itulah yang memadamkan api Neraka: persembahkanlah darah itu kepada Bapa yang Kekal, persembahkanlah darah itu dengan air mata anda sekalian, sambil memukul dada anda, dan sembari anda semua memohon ampun kepada Allah.
Saudaraku, anda yang bersikeras hidup dalam dosa, dan yang bahkan selama masa Prapaskah ini terus mempersiapkan kayu bakar untuk Neraka, katakanlah kepada Allah dengan penuh rasa sesal: Ampun, ya Allahku, ampun. Dan agar anda semua menghindari Neraka, lakukanlah pula: saya akan memohon ampun demi anda, dan anda akan memohon ampun demi saya. Marilah kita semua bersama-sama memohon ampun dengan suara lantang dengan air mata dan keluh kesah. Ampun, ya Yesusku, ampun! Terberkatilah Allah karena Ia telah menjamah hati anda. Saya sekarang berharap agar tidak seorang pun dari antara anda sekalian jatuh ke dalam Neraka. …
Untuk anda sekalian, apa yang perlu anda lakukan adalah membuat pengakuan dosa umum, mengakui dosa yang anda sembunyikan selama bertahun-tahun lamanya, meninggalkan urusan anda yang jahat, berdamai dengan orang, mengembalikan barang yang anda peroleh secara haram, pendek kata, berhenti berbuat dosa. Betapa banyaknya orang lain yang telah menangis seperti anda ketika mereka mendengar khotbah tentang Neraka, dan meskipun demikian telah jatuh ke dalamnya, karena mereka tidak mengaku dosa dan mengoreksi diri. Sekarang mereka terbakar di dalam sana, mereka menghujat Allah di dalam sana, dan khotbah yang telah mereka dengar hanya memperberat hukuman mereka.
Agar kemalangan semacam itu tidak menimpa anda, dan agar segala pengajaran ini tidak hanya menghasilkan beberapa tetes air mata saja, saya meminta anda agar bermeditasi selama satu jam pada sore hari ini sebelum anda tidur. Masuklah ke dalam kamar anda, dan tinjaulah kembali di kaki Salib anda segala hal yang dibahas dalam khotbah ini, terutama sambil merenungkan seperti apa siksaan yang akan anda alami, seandainya anda yang dapat dengan begitu mudahnya menyelamatkan diri anda sendiri, menjadi terkutuk akibat perkara sepele. Katakanlah kepada diri anda sendiri dalam keheningan hati anda: andaikata kerahiman Allah kepada diri saya tidak sebegitu besarnya, saya akan berada di mana sekarang? Di dalam Neraka. … Pergilah, renungkanlah, dan putuskanlah dengan demikian.
Catatan kaki:
Diterjemahkan dari karya yang disadur dari bahasa Italia ke dalam bahasa Prancis:
Œuvres du bienheureux Léonard de Port-Maurice [Karya-Karya Beato Leonardus dari Porto Mauritio], terjemahan M. Charles SAINTE-FOI, T. I, Paris, Louis Vivès, Librairie-Éditeur, 1858, hal. 402-408.
Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 4 mingguBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 4 mingguBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 4 mingguBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 4 mingguBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 2 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 3 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 4 bulanBaca lebih lanjut...Kami menerima semua dogma Gereja Katolik tanpa terkecuali, dan kami memandang mereka yang menerima semua dogma Gereja dan belum terpisah darinya, sebagai orang Katolik; itulah bagaimana kami bersekutu dengan Gereja...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...