^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Tentang Ketidakmurnian - Khotbah St. Yohanes Maria Vianney
Minggu Kesembilan Belas Setelah Pentakosta
Tentang Ketidakmurnian
Ligatis manibus et pedibus ejus, millite eum in tenebras exteriores: ibi erit fletus et stridor dentium.
Ikatlah kaki dan tangannya, dan campakanlah dia ke dalam kegelapan yang ada di luar, dan di sana akan ada tangisan dan kertakan gigi. (St. Matius, XXII, 13.)
“Saudara-saudaraku, jika semua dosa berat akan menyeret kita, menjerumuskan kita, menjebloskan kita ke dalam Neraka, seperti yang dikatakan oleh Yesus Kristus di dalam Injil, lalu akan seperti apakah nasib dari orang yang akan mendapatkan kemalangan untuk menyerahkan dirinya kepada dosa yang paling nista, dosa ketidakmurnian?... Dapatkah seseorang berani mengucapkan nama dari kejahatan yang begitu mengerikan bukan hanya di mata umat Kristiani, tetapi juga di hadapan ciptaan yang memiliki akal budi? Akankah saya mampu mengatakannya, saudara-saudaraku, dan anda, akankah anda mampu mendengarnya tanpa bergemetar? Ah! Jika saja saya mampu menunjukkan kepada anda betapa gelapnya dan betapa menjijikkannya dosa itu, untuk membuat anda melarikan diri darinya untuk selamanya! Seorang Kristiani sungguh mampu menyerahkan diri kepada hawa nafsu yang membuatnya sedemikian hinanya sehingga ia lebih rendah daripada hewan yang paling cela, yang paling barbar, yang paling liar! Seorang Kristiani sungguh mampu menyerahkan diri kepada suatu kejahatan yang sedemikian merusakkan jiwa yang malang! Seorang Kristiani, ujar saya, yang adalah bait dari Roh Kudus, anggota tubuh dari Yesus Kristus, ia sungguh mampu menerjunkan dirinya dan kiasannya berkubangan, menenggelamkan diri, di dalam lumpur kejahatan yang sedemikian nistanya, yang, memperpendek hari-harinya, dan membuatnya kehilangan nama baik, dan mempersiapkan dirinya untuk kejahatan dan kemalangan untuk selama-lamanya. Ya, saudara-saudaraku, untuk menunjukkan kepada anda suatu gambaran akan besarnya dosa itu, saya akan 1) menunjukkan kepada anda, sejauh yang saya dapat lakukan, betapa mengerikannya kejahatan ini; 2) dalam hal apa saja kita membuat diri kita bersalah atas dosa ini; 3) sebab-sebab yang mungkin menuntun kita kepadanya; 4) dan akhirnya, apa yang kita harus lakukan untuk menjaga diri kita dari dosa tersebut.
I. Untuk membuat diri anda mengerti besarnya dosa yang terkutuk itu yang membinasakan begitu banyak jiwa, saya harus memampangkan di hadapan mata anda segala hukuman yang paling menyeramkan, yang paling membuat putus asa yang dimiliki Neraka, dan, pada saat yang bersamaan, segala sesuatu yang dijatuhkan oleh kuasa Allah atas korban yang bersalah atas kejahatan tersebut. Tetapi, anda mengerti seperti saya pula, bahwa kita tidak akan pernah mampu mengerti besarnya dosa ini dan beratnya keadilan Allah terhadap orang-orang yang bejat. Saya hanya akan berkata kepada anda bahwa barangsiapa melakukan dosa ketidakmurnian membuat dirinya bersalah atau suatu jenis penghujatan, sebab, oleh karena hati kita adalah bait dari Roh Kudus, dan tubuh kita adalah anggota tubuh dari Yesus Kristus, kita sungguh-sungguh menistakan bait ini dengan ketidakmurnian yang kepadanya kita menyerahkan diri kita; dan tubuh kita, yang adalah anggota tubuh Yesus Kristus, sungguh kita jadikan anggota tubuh dari seorang pelacur. Marilah mencermati sekarang, jika anda akan pernah mampu membayangkan suatu hal yang hampir sebesar penghinaan yang dibuat oleh dosa ini kepada Allah serta hukuman yang pantas didapatkan akibat dosa itu. Ah! Saudara-saudaraku, kita harus menyeret di sini, di tempat saya, ratu Izebel yang telah membinasakan begitu banyak jiwa oleh karena percabulannya; ia sendirilah yang perlu melukiskan kepada anda gambaran keputusasaannya akibat siksaan-siksaan yang dijalaninya, dan yang akan dijalaninya selama-lamanya, di dalam tempat yang ngeri di mana ia telah menjerumuskan dirinya oleh kejangakannya. Ah! Anda akan mendengarkan jeritannya di tengah-tengah lidah-lidah api yang menghanguskannya. Sayang sekali! Betapa diriku menderita! Selamat tinggal, ya langit yang indah, aku tidak lagi akan pernah melihatmu, segalanya sudah berakhir untuk diriku! Ah, dosa ketidakmurnian yang terkutuk, lidah-lidah api keadilah Allah membuat diriku sungguh membayar dengan harga yang mahal kenikmatan yang telah kukecap! Andaikata aku masih memiliki nasib baik untuk berada di atas bumi, betapa kemurnian itu akan menjadi jauh lebih berharga bagiku!
Marilah melihat lebih jauh, saudara-saudaraku, anda mungkin akan merasakan dengan lebih baik betapa mengerikannya dosa yang terkutuk ini. Saya tidak akan berbicara tentang seorang pagan, yang tidak memiliki keberuntungan untuk mengenal Allah yang baik; melainkan tentang seorang Kristen yang mengenal betapa kejahatan ini bertentangan dengan kesucian dari persyaratannya sebagai anak Allah, tentang seorang Kristen yang telah dimandikan dengan darah yang mulia, yang telah seringkali menjadi bagi darah itu tempat tinggalnya dan tabernakelnya. Bagaimanakah orang Kristen itu sungguh mampu menyerahkan diri kepada dosa semacam itu!... Bagaimanakah seseorang dapat memikirkannya dan tidak mati karena rasa ngeri! Dengarkanlah perkataan Roh Kudus: Barangsiapa cukup malang untuk menyerahkan dirinya kepada dosa yang terkutuk ini, pantas diinjak-injak di bawah kaki iblis seperti kotoran diinjak-injak oleh kaki manusia. Yesus Kristus berkata pada suatu hari kepada Santa Brigitta, bahwa Ia merasa diri terpaksa untuk mempersiapkan siksaan-siksaan yang mengerikan untuk menghukum orang-orang cabul, dan bahwa hampir semua orang telah terjangkiti oleh kejahatan yang nista ini.
Dan jika kita berusaha untuk membaca Kitab Suci, kita melihat bahwa sejak permulaan dunia, Allah yang Mahabaik telah menghukum orang-orang cabul dengan hukuman yang paling berat. Lihatlah anda semua orang yang, sebelum Banjir Nuh, yang menyerahkan diri kepada dosa yang nista ini; Tuhan muak akan mereka; Ia menyesal telah menciptakan mereka; Ia merasa diri terpaksa menghukum mereka dengan cara yang paling menakutkan, karena Ia membuka air terjun dari Surga dan membuat mereka semua binasa oleh suatu banjir sedunia. Bumi yang dinodai oleh begitu banyak kejahatan yang sedemikian menjijikkannya di mata Allah harus dimurnikan oleh banjir bandang ; yakni, oleh air murka Tuhan. Jika anda melangkah lebih jauh, lihatlah para penghuni Sodom dan Gomora, serta kota-kota sekitarnya; penghuni kota-kota tersebut menyerahkan diri kepada kejahatan-kejahatan: ketidakmurnian yang demikian mencengangkannya, sehingga Tuhan, di dalam murka-Nya yang adil, menjatuhkan atas tempat-tempat yang terkutuk itu hujan api dan belerang yang membakar kota-kota tersebut bersama para penghuninya; manusia, ternak, pepohonan, tanah, dan bebatuan seakan-akan dilenyapkan; tempat itu telah menjadi sedemikian terkutuknya oleh Allah, sehingga sekarang hanya menjadi suatu lautan yang terkutuk. Kita menyebutnya Laut Mati, karena lautan itu sama sekali tidak dihuni oleh seekor ikan pun dan, di tepiannya, kita menemukan beberapa jenis buah-buahan yang indah penampilannya, tetapi yang isinya hanyalah segenggam abu. Di dalam tempat yang lain, kita melihat bahwa Tuhan memerintahkan kepada Musa untuk membunuh dua puluh empat ribu orang karena mereka telah menyerahkan diri kepada ketidakmurnian.
Ya, saudara-saudaraku, kita dapat berkata bahwa dosa ketidakmurnian yang terkutuk itu telah, sejak permulaan dunia, sampai kedatangan sang Mesias, menjadi sebab dari hampir semua kemalangan bagi bangsa Yahudi. Lihatlah Daud, lihatlah Salomo, dan begitu banyak orang lainnya. Hal apakah yang menjatuhkan begitu banyak hukuman atas pribadi mereka serta atas para rakyat mereka, jika bukan dosa yang terkutuk itu?... Betapa dosa itu merusak jiwa-jiwa, oh! Betapa dosa itu menyeret mereka ke dalam Neraka!...
Ya saudara-saudaraku, dosa itu begitu mengerikannya sehingga tidak bukan hanya kita bersembunyi untuk melakukannya; tetapi kita bahkan ingin menyembunyikannya dari diri kita sendiri, karena dosa itu begitu nista, bahkan bagi mata orang yang bersalah atas dosa itu!
II. Tetapi, untuk membuat anda mengerti betapa dosa itu, yang walau demikian buruknya, banyak dilakukan oleh orang-orang Kristiani, dan bagaimana begitu mudah untuk melakukannya, saya akan memberi tahu anda dalam hal apa saja seseorang berdosa terhadap perintah Allah keenam. Seseorang berdosa dalam enam hal: melalui pikiran, melalui keinginan, melalui tatapan, melalui perkataan, melalui tindakan, dan melalui kesempatan.
Saya berkata 1., melalui pikiran; terdapat beberapa orang yang tidak tahu bagaimana membedakan suatu pikiran dengan suatu keinginan; suatu hal yang mungkin menyebabkan pengakuan dosa yang bersifat sakrilegi. Dengarkanlah saya baik-baik dan anda akan melihatnya: suatu pikiran buruk, adalah sewaktu benak kita berhenti secara sengaja untuk berpikir akan sesuatu yang tidak murni, baik sehubungan dengan diri kita, maupun sehubungan dengan orang lain, tanpa ingin melakukan apa yang kita pikirkan; kita hanya membiarkan pikiran kita berdiam pada hal-hal yang kotor dan tidak jujur itu. Anda harus mengakui kesalahan anda atas hal tersebut; anda harus mengatakan berapa kali anda telah membiarkan pikiran anda berdiam pada hal-hal tersebut, tanpa menjauhkan pikiran anda dari hal-hal tersebut, atau juga jika anda telah berpikir tentang hal-hal yang dapat menuntun anda kepada hal-hal tersebut melalui ingatan tentang percakapan tertentu yang telah anda lakukan, atau suatu keakraban yang telah anda alami, atau suatu objek tertentu yang telah anda miliki. Iblis tidak menempatkan hal tersebut di depan mata anda dalam harapan bahwa ia akan menuntun anda kepada dosa, setidaknya melalui pikiran.
2. Kita berdosa melalui keinginan. Demikianlah, saudara-saudaraku, perbedaan yang ada antara pikiran dan keinginan. Keinginan adalah kehendak untuk melakukan apa yang kita pikirkan; tetapi untuk membuat hal ini lebih jelas untuk anda, ini adalah kehendak untuk melakukan dosa ketidakmurnian, setelah memikirkannya beberapa waktu, sewaktu kita menemukan kesempatan untuk melakukannya atau sewaktu kita mencari kesempatan untuk melakukannya. Kita harus mengatakan jika kehendak ini telah menetap di dalam hati kita, jika kita telah melakukan langkah tertentu untuk melakukan apa yang telah anda ingini, jika kita telah mengajak beberapa orang untuk melakukan kejahatan bersama diri kita; lalu katakanlah siapa saja orang-orang yang hendak kita bawa untuk melakukan kejahatan, entah seorang saudara laki-laki, saudara perempuan, seorang anak, seorang ibu, seorang saudari ipar, seorang saudara ipar, seorang sepupu. Anda harus mengatakan semuanya, jika tidak, pengakuan dosa anda tidak berarti apa-apa. Tetapi, orang-orang tersebut perlu disebutkan sejauh mana diperlukan untuk membuat jelas dosa anda. Jelas bahwa jika anda telah berbuat jahat bersama seorang saudara laki-laki atau saudara perempuan, tidaklah cukup bagi anda hanya untuk berkata bahwa anda telah berbuat sebuah dosa terhadap kemurnian.
3. Kita berdosa melalui tatapan, sewaktu kita mengarahkan mata kita terhadap objek-objek yang tidak murni, atau hal-hal yang dapat menuntun kita kepada hal-hal yang tidak murni tersebut. Tiada pintu yang lewatnya dosa masuk dengan begitu mudahnya dan begitu seringnya selain lewat mata, sebab itulah Ayub, orang kudus itu berkata: ‘Bahwa ia telah membuat suatu perjanjian dengan matanya agar ia tidak pernah menatap wajah seorang pun.’
4. Kita berdosa melalui perkataan. Kita berbicara, saudara-saudara, untuk mewujudkan secara eksterior apa yang kita pikirkan di dalam diri kita sendiri, yakni, apa yang terjadi di dalam hati kita. Anda harus mengakui semua perkataan yang tidak murni yang telah anda ucapkan, berapa kali percakapan anda telah berlangsung; alasan apa yang menyebabkan anda untuk mengatakannya, kepada siapa saja dan kepada berapa orang anda telah dapat mengatakannya. Sayang sekali! Saudara-saudaraku, terdapat anak-anak yang malang yang lebih baik bagi mereka untuk bertemu dengan seekor harimau atau seekor singa di jalan daripada dengan orang yang cabul. Jika, seperti yang kita katakan, mulut bertutur banyak tentang apa yang ada di hati, anda dapat menilai seperti apa kebejatan hati dari orang-orang jangak yang berkubangan, menyeret diri, dan menenggelamkan diri, kiasannya, di dalam lumpur ketidakmurnian mereka. Jika anda berkata bahwa kita mengenal sebuah pohon oleh buahnya, betapa besarnya jurang kebejatan yang serupa!
5. Kita berdosa melalui tindakan. Demikianlah kebebasan yang berdosa atas diri kita sendiri atau atas orang lain, kecupan yang tidak murni, saya tidak berani mengatakan kepada anda hal-hal lainnya; anda mengerti dengan baik apa yang saya katakan. Di manakah mereka semua yang, di dalam pengakuan dosa mereka, mengakui semua itu? Tetapi demikian pulalah penghujatan yang dihasilkan oleh dosa ketidakmurnian itu! Kita hanya akan mengenalinya pada hari pembalasan dendam. Betapa banyaknya wanita muda yang tinggal dua atau tiga jam bersama orang-orang jangak, dan hanya ketidakmurnianlah yang senantiasa dimuntahkan dari mulut mereka yang jahanam. Sayang sekali!... Bagaimanakah mereka tidak terbakar di tengah-tengah perapian yang begitu membara?
6. Kita berdosa melalui kesempatan, baik dengan memberikan kesempatan itu, maupun dengan mengambil kesempatan tersebut. Saya berkata, dengan memberikan kesempatan, contohnya sewaktu seseorang bertindak secara tidak senonoh, dengan membiarkan kerahnya terlalu melebar, sehingga leher dan bahunya tersingkap, dengan mengenakan pakaian yang terlalu menunjukkan bentuk tubuh, atau dengan tidak mengenakan cukup kerah pada musim panas, atau dengan mengenakan pakaian yang terlalu dibuat-buat. Tidak. Orang-orang yang malang itu hanya akan tahu pada penghakiman Allah jumlah kejahatan yang akan telah mereka lakukan. Betapa banyaknya orang yang telah menikah yang lebih tidak menahan diri daripada orang-orang pagan! Seorang anak perempuan bahkan mampu bersalah atas banyak dosa ketidakmurnian, yang hampir semuanya adalah dosa berat, setiap kalinya ia terlalu mudah bergaul atau terlalu akrab dengan orang-orang muda. Kita bahkan lebih bersalah, sewaktu kita pergi bersama orang-orang yang kita tahu hanya menuturkan kata-kata yang kotor dari mulutnya. Anda mungkin tidak senang untuk berada di dalam situasi semacam itu, tetapi anda telah bersalah karena telah memaparkan diri anda kepada situasi semacam itu.
Seringkali, kita membohongi diri kita sendiri, kita percaya bahwa kita tidak berbuat jahat, walaupun sebenarnya kita berdosa dengan amat mengerikan. Demikianlah orang-orang yang berada di bawah dalih pernikahan, percaya bahwa tidak buruk sama sekali untuk melewatkan banyak waktu berdua sendirian, siang dan malam. Janganlah lupa, saudara-saudaraku, bahwa semua kecupan yang dilakukan pada saat-saat tersebut, hampir semuanya adalah dosa berat, karena biasanya hanyalah persahabatan lahiriah yang membuat mereka melakukannya. Betapa banyaknya para tunangan muda yang sama sekali tidak menahan diri; mereka melakukan kejahatan yang paling mengerikan, dan tampaknya memaksakan keadilan Allah untuk mengutuk diri mereka pada saat di mana mereka memasuki keadaan pernikahan. Anda juga harus menahan diri di waktu di mana anda berada bersama saudari-saudari anda; segalanya yang lebih dari itu adalah sebuah dosa. Sayang sekali! Di manakah mereka yang mengakui dosa-dosa tersebut? Hampir tidak seorang pun. Tetapi juga, di manakah mereka yang memasuki keadaan pernikahan dengan kudus? Sayang sekali, hampir tidak seorang pun. Dari situlah asal begitu banyaknya kejahatan di dalam pernikahan baik untuk jiwa maupun untuk raga. Ah!... betapa banyaknya orang tua yang mengetahuinya yang dapat tidur. Sayang sekali! Betapa banyaknya jiwa yang terseret ke dalam Neraka!
Kita juga berdosa terhadap kemurnian sewaktu kita bangun pada malam hari tanpa berpakaian untuk keluar, untuk pergi melayani orang sakit, atau untuk pergi membuka pintu. Seorang ibu harus berhati-hati agar jangan pernah membuat tatapan yang tidak jujur, ataupun sentuhan-sentuhan yang tidak diperlukan kepada anak-anaknya. Para bapak dan ibu serta para tuan bersalah atas segala keakraban yang mereka izinkan antara anak-anak mereka dan pelayan rumah tangga mereka, karena mereka mampu mencegahnya. Kita juga bersalah jika kita membaca dan meminjamkan buku-buku yang buruk atau lagu-lagu yang bejat; jika kita menulis surat-surat antara orang-orang yang berbeda kelaminnya. Kita mengambil bagian dalam dosa jika kita mendukung pertemuan orang-orang muda, di bawah dalih pernikahan sendiri.
Anda diwajibkan, saudara-saudaraku, untuk menyatakan segala situasi yang memperberat dosa, jika anda ingin agar pengakuan dosa anda baik adanya. Dengarkanlah saya, anda akan mengerti hal itu dengan lebih baik. Jika anda berdosa bersama seseorang yang telah menyerahkan diri kepada keburukan, yang telah menjadikannya sebagai profesinya, anda secara sengaja menyerahkan diri anda sebagai budak Setan, dan menjatuhkan kepada diri anda kutukan abadi. Tetapi, jika anda mengajarkan keburukan kepada seorang muda, membawanya kepada kejahatan untuk pertama kalinya, merusak ketidakberdosaannya, meniadakan kembang keperawanannya, membuka pintu hatinya kepada iblis, menutup Surga kepada jiwa itu yang dicintai oleh ketiga pribadi dari Allah Tritunggal Mahakudus, membuat orang itu layak mendapatkan pengutukan dari Surga dan Bumi: dosa itu bahkan jauh lebih besar daripada yang pertama, dan anda diwajibkan untuk mengakui dosa tersebut. Untuk berdosa bersama orang yang lajang, yang tidak menikah, atau bukan saudara, adalah, menurut Santo Paulus, suatu kejahatan yang menutup Surga bagi diri kita dan membuka jurang bagi diri kita; tetapi untuk berdosa bersama seseorang yang terlibat di dalam ikatan pernikahan, itu adalah suatu kejahatan yang menutup banyak pintu lainnya; itu adalah suatu ketidaksetiaan yang yang mengerikan, yang menghancurkan dan yang menistakan segala rahmat dari sakramen pernikahan; serta pula suatu kesaksian palsu yang jahanam yang menginjak-injak iman yang disumpahkan di kaki altar, bukan hanya di hadapan para malaikat, tetapi di hadapan Yesus Kristus sendiri; kejahatan yang mampu menjatuhkan berbagai jenis kutukan, bukan hanya atas sebuah rumah, tetapi juga atas sebuah paroki. Untuk berdosa bersama seseorang yang bukan saudara, ataupun yang tidak menikah, adalah suatu dosa berat, sebab dosa itu membinasakan diri kita untuk selamanya, tetapi untuk berdosa bersama seorang saudara atau seseorang yang menikah, yakni, seorang bapak dengan anak perempuannya, seorang ibu dengan anak laki-lakinya, seorang saudara laki-laki dengan saudara perempuannya, seorang saudara ipar laki-laki dengan saudara ipar perempuannya, seorang sepupu laki-laki dengan sepupu perempuannya, adalah dosa yang terbesar dari segala kejahatan yang dapat dibayangkan; tindakan semacam itu menginjak-injak hukum kebersusilaan yang paling asasi; menginjak-injak hukum yang paling sakral dari agama dan dari alam. Pada akhirnya, untuk berdosa bersama seseorang yang telah dikonsekrasikan kepada Allah, adalah puncak dari segala kejahatan, sebab itu adalah penghujatan yang tak terbayangkan… Adakah orang-orang Kristiani yang menyerahkan diri kepada kejangakan semacam itu! Sayang sekali! Semoga setidaknya, setelah melakukan kejahatan-kejahatan yang ngeri semacam itu, seseorang memohon kepada Allah yang Mahabaik untuk meminta daripada-Nya agar Ia menariknya dari jurang itu!
Tetapi, tidak, kita hidup dengan tenang, dan kebanyakan orang hanya membuka mata mereka saat mereka jatuh ke dalam Neraka. Sudahkah anda membayangkan betapa besarnya dosa itu, saudara-saudaraku? Tidak, tentunya, sebab anda akan telah merasa jauh lebih ngeri, dan anda akan telah jauh lebih berhati-hati untuk tidak jatuh ke dalam dosa itu.
III. Anda sekarang bertanya kepada saya hal apa yang mungkin menuntun kita kepada kejahatan semacam itu Sahabatku, saya hanya perlu membuka katekismus saya dan bertanya kepada seorang anak, dengan berkata kepadanya: Hal apa yang biasanya menuntun kita kepada kejahatan yang memalukan itu? Anak itu akan menjawab saya dengan sederhana: Bapak Pastor, jawabannya adalah dansa, pesta dansa, pertemuan-pertemuan yang terlalu akrab antara orang-orang yang berbeda kelamin; nyanyian, kata-kata bebas, ketidaksenonohan dalam hal berpakaian, keberlebihan dalam makanan dan minuman.
Saya berkata: keberlebihan dalam makanan dan minuman. Jika anda bertanya kepada saya mengapa hal itu menuntun kepada ketidakmurnian, inilah alasannya, saudara-saudaraku: Alasannya adalah bahwa tubuh kita hanya cenderung membinasakan jiwa kita; maka kita harus secara pasti membuat tubuh kita menderita dalam suatu cara tertentu, yang tanpanya, cepat atau lambat, tubuh kita akan mencampakkan jiwa kita ke dalam Neraka. Seseorang yang mengutamakan keselamatan jiwanya tidak akan melewatkan sehari pun tanpa mematiragakan sesuatu dalam hal makanan, minuman, atau hal tidur. Untuk keberlebihan anggur, Santo Agustinus berkata kepada kita dengan jelas bahwa seorang pemabuk adalah orang cabul, suatu hal yang mudah untuk dibuktikan. Jika anda masuk dalam sebuah kabaret, atau bergaul bersama seorang pemabuk, dari mulutnya hanya akan keluar kata-kata yang paling kotor; anda akan melihatnya melakukan tindakan-tindakan yang paling memalukan; dan tentunya ia tidak akan melakukan hal-hal tersebut jika ia tidak meminum anggur. Jadi anda lihat oleh karenanya, saudara-saudaraku, jika kita ingin menjaga kemurnian dalam jiwa kita, kita harus secara pasti menolak sesuatu bagi tubuh kita, jika tidak, tubuh kita akan membuat kita binasa.
Saya berkata bahwa pesta dansa serta dansa menuntun kita kepada kejahatan yang jahanam itu. Itulah jalan yang digunakan oleh iblis untuk merampas ketidakberdosaan dari setidaknya tiga perempat orang muda. Saya tidak perlu membuktikannya kepada anda, anda sayangnya mengetahuinya melalui pengalaman anda. Sayang sekali! Betapa banyaknya pikiran-pikiran buruk, keinginan-keinginan buruk, serta tindakan-tindakan yang memalukan yang disebabkan oleh dansa! Saya cukup berkata kepada anda bahwa delapan konsili yang diadakan di Prancis melarang dansa, bahkan dalam pernikahan, di bawah ancaman ekskomunikasi. Tetapi, anda akan berkata kepada saya, mengapakah beberapa imam memberikan absolusi kepada orang-orang tanpa menguji mereka? Untuk hal itu, saya tidak akan berkata apa-apa, masing-masing akan mempertanggungjawabkan apa yang akan telah dilakukannya. Sayang sekali! Saudara-saudraku, dari manakah terjadinya kebinasaan orang-orang muda? Mengapakah mereka tidak lebih sering mengunjungi sakramen-sakramen? Mengapakah mereka bahkan telah mengabaikan doa-doa mereka? Janganlah mencari suatu penyebab lain pun selain dansa. Dari manakah kemalangan yang besar itu mungkin datang sehingga beberapa orang tidak lagi merayakan Paskah, atau merayakannya dengan buruk? Sayang sekali! Dari dansa. Betapa banyaknya gadis muda yang, setelah melakukan dansa, telah kehilangan reputasi mereka, jiwa mereka yang malang, Surga, dan Allah mereka! Santo Agustinus berkata kepada kita bahwa tiada kejahatan yang bekerja dengan lebih banyak, setiap hari dan pada hari Minggu, selain dansa. Ya, saudara-saudaraku, kita akan melihat pada hari penghakiman, bahwa para gadis duniawi itu telah menjadi penyebab jumlah dosa yang lebih banyak daripada jumlah rambut di kepala mereka. Sayang sekali! Betapa banyaknya tatapan-tatapan yang buruk, keinginan-keinginan yang buruk, sentuhan-sentuhan yang tidak jujur, betapa banyaknya perkataan yang tidak murni, kecupan-kecupan yang buruk, betapa banyaknya iri dengki, pertikaian, perselisihan yang kita saksikan dilakukan pada saat dansa atau setelah dansa! Untuk membuat diri anda lebih yakin, saudara-saudaraku, dengarkanlah apa yang dikatakan oleh Tuhan kepada kita melalui mulut Nabi Yesaya: ‘Orang-orang duniawi berdansa mengikuti seruling dan tambur, dan sesaat setelahnya mereka turun ke dalam Neraka.’ Roh Kudus berkata kepada kita melalui mulut Nabi Yehezkiel: ‘Pergilah, katakanlah kepada anak-anak cinta, bahwa karena mereka menyerahkan diri kepada dansa, Aku akan menghukum mereka dengan berat; agar segenap Israel merasakan ketakutan.’ Santo Yohanes Krisostomus berkata kepada kita bahwa para patriark Abraham, Isakh, dan Yakub tidak pernah mengizinkan seorang pun berdansa pada pernikahan mereka, karena mereka takut menjatuhkan kutukan dari Surga atas diri mereka. Tetapi saya tidak perlu pergi mencari bukti-bukti lain selain diri anda sendiri. Katakanlah dengan setulus hati kepada saya, bukankah anda tidak ingin mati dengan pergi ke sebuah dansa? Tidak, tentunya, sebab anda hampir tidak akan siap untuk pergi menghadap penghakiman Allah. Katakanlah kepada saya mengapa anda tidak ingin mati dalam keadaan itu, dan mengapa anda tidak lalai untuk mengakuinya? Hal itu oleh karena itu terbukti secara benar, anda sendiri merasa tidak baik, jika tidak anda tidak akan merasa butuh mengakui dosa dan takut untuk tammpak di hadapan Yesus Kristus. Dengarkanlah apa yang dikatakan kepada kita oleh Santo Karolus Borromeus yang berbicara tentang dansa: pada zamannya, orang dihukum sampai tiga tahun penitensi publik jika ia pergi ke suatu dansa, dan jika orang itu terus melakukannya, ia diancam dengan hukuman ekskomunikasi. Kita tidak perlu melangkah lebih jauh, saudara-saudaraku, kematian akan membuktikan kepada anda apa yang kita katakan pada hari ini, tetapi terlambat sudah untuk banyak orang. Seseorang haruslah benar-benar buta untuk percaya bahwa tiada keburukan yang besar di dalam dansa, sewaktu kita melihat bahwa semua orang yang ingin dengan pasti memperoleh Surga, telah meninggalkan dansa dan menangisi kemalangan untuk telah pergi berdansa, di masa kegilaan mereka. Tetapi marilah menarik tirai sampai hari pembalasan dendam di mana kita akan melihat semuanya itu dengan lebih jelas, di mana pembejatan hati tidak lagi akan mampu mendapatkan alasan.
Saya berkata bahwa ketidaksenonohan dalam hal berpakaian menuntun kita kepada kejahatan yang memalukan ini. Ya saudara-saudaraku, seseorang yang tidak berpakaian secara senonoh adalah sebab dari banyak dosa: tatapan yang berdosa, pikiran-pikiran yang jahat, kata-kata yang tidak jujur. Inginkah anda tahu, setidak-tidaknya secara sebagian, kejahatan yang anda sebabkan? Pergilah pada suatu waktu ke kaki Salib anda, seolah-olah anda pergi untuk dihakimi. Orang dapat berkata bahwa orang-orang yang berpakaian secara duniawi adalah suatu sumber ketidakmurnian, dan suatu bisa yang mematikan bagi semua orang yang tidak memiliki kekuatan untuk melarikan diri daripadanya. Lihatlah di dalam diri mereka hawa kewanita-wanitaan atau ceria, tatapan-tatapan yang menusuk, gerak-gerik yang memalukan, yang, seperti begitu banyak dari perkataan yang dicelupkan di dalam racun percabulan mereka, melukai hampir semua mata yang cukup malang untuk melihat mereka. Sayang sekali! Begitu banyak dosa yang disebabkan kepada hati yang sekalinya meneguk lumpur yang najis itu! Sayang sekali! Ada juga hati yang malang yang juga terbakar di dalam kejahatan yang najis itu, seperti segenggam jerami di dalam api. Saya tidak tahu jikalau anda telah mulai membayangkan besarnya dosa itu dan dalam hal-hal apa saja seseorang dapat menjadi bersalah, berdoalah kepada Allah yang Mahabaik, saudara-saudaraku, agar Ia membuat anda mengenal kejahatan tersebut dengan baik dan membayangkan betapa mengerikannya dosa itu agar anda tidak lagi akan pernah melakukannya.
IV. Tetapi marilah kita sekarang melihat apa yang harus kita lakukan untuk melindungi diri kita sendiri dari dosa ini, yang sedemikian menjijikkannya di mata Allah, dan yang menyeret begitu banyak jiwa yang malang ke dalam Neraka. Untuk menunjukkan kepada anda hal itu dengan cara yang jelas dan sederhana, saya hanya perlu membuka sekali lagi katekismus saya. Andaikata saya bertanya kepada seorang anak, apa saja cara yang harus anda lakukan untuk tidak jatuh ke dalam dosa yang terkutuk itu, anak itu akan menjawab saya dengan kesederhanaannya yang biasa: Ada beberapa cara, tetapi cara yang utama adalah: mengasingkan diri untuk berdoa, mengunjungi sakramen-sakramen, devosi yang besar terhadap Santa Perawan Maria, pelarian dari hal-hal yang menuntun kepada dosa tersebut, dan akhirnya, menolak secara segera segala pikiran-pikiran jahat yang dihadirkan oleh Iblis kepada kita.
Saya berkata bahwa kita harus cinta mengasingkan diri untuk berdoa, saya tidak berkata bahwa kita harus bersembunyi di hutan, ataupun di dalam sebuah biara, suatu hal yang bagaimanapun akan menjadi suatu kebahagiaan yang besar bagi anda, tetapi maksud saya adalah kita hanya perlu menghindari pergaulan dengan orang-orang yang hanya berbicara tentang hal-hal yang mampu mengotori imaginasi anda, atau yang hanya mengurusi hal-hal duniawi dan bukan yang berhubungan dengan Allah yang Mahabaik. Itulah saudara-saudaraku, apa yang saya maksudkan. Pada hari Minggu, terutama, janganlah pergi menemui tetangga anda, tetapi ambillah sebuah buku, seperti Meneladani Tuhan Kita Yesus Kristus, atau riwayat hidup santo-santa, anda akan menemukan di dalamnya betapa mereka telah memerangi godaan-godaan yang Iblis telah upayakan untuk timbulkan di dalam benak mereka; anda akan melihat betapa banyaknya pengorbanan yang telah mereka lakukan untuk berkenan kepada Allah dan menyelamatkan jiwa mereka sendiri. Teladan mereka akan menyemangati anda. Anda perlu berlaku seperti Santo Ignatius yang, karena ia terluka, mulai membaca riwayat hidup santo-santa; dan karena ia melihat perjuangan-perjuangan yang telah mereka alami serta keberanian mereka untuk bertarung demi Allah yang Mahabaik, ia berkata kepada dirinya sendiri: Dan mengapakah aku tidak hendak melakukan apa yang telah dilakukan para kudus? Tidakkah aku memiliki Allah yang sama yang akan membantuku untuk bertarung, Surga yang sama yang kuharapkan dan Neraka yang sama yang kutakuti?... Anda akn melakukan hal yang sama. Ya, saudara-saudaraku. Kita perlu melarikan diri dari pergaulan dengan orang-orang yang tidak mencintai Allah yang Mahabaik. Anda seharusnya hanya berada bersama dunia oleh karena kebutuhan, sewaktu tanggung jawab anda memerlukannya.
Kita berkata bahwa kita harus mencintai doa, jika kita ingin menjaga kemurnian dari jiwa kita. Jika anda bertanya kepada saya mengapa seseorang harus berdoa, saya akan memberikan kepada anda alasannya: alasannya adalah bahwa kemurnian, yang adalah suatu kebajikan, datang dari Surga, itulah mengapa melalui doa kita harus meminta kemurnian dan menjaganya. Adalah sesuatu yang pasti bahwa seseorang yang tidak mengandalkan doa tidak akan pernah menjaga jiwanya murni di mata Allah. Melalui doa kita bercakap-cakap bersama Allah yang Mahabaik, para malaikat dan santo-santa, dan melalui percakapan surgawi itulah kita pastinya menjadi spiritual; jiwa kita dan hati kita sedikit demi sedikit terlepas dari hal-hal yang diciptakan untuk hanya mempertimbangkan dan mencintai hal-hal surgawi. Tetapi, kita tidak boleh percaya bahwa setiap kali kita digoda, kita menyakiti Allah yang Mahabaik; dosa hanya ada di dalam persetujuan dan di dalam kenikmatan yang kita lakukan sebagai tanggapan terhadap godaan itu. Sewaktu kita akan digoda delapan atau lima belas hari, jika hal itu menakutkan kita, kita perlu berlaku seperti anak-anak di dalam perapian Babel, yang keluar dari sana dan hanya tampak lebih rupawan. Kita harus segera berlindung kepada Allah yang Mahabaik dengan berkata kepadanya: Ya Allahku, datanglah untuk menolongku; Engkau tahu bahwa tanpa-Mu, aku hanya akan binasa; tetapi, dengan bantuan rahmat-Mu, aku yakin dapat berjaya atas peperangan ini. Ah! Perawan Suci, haruskah kita berkata, janganlah biarkan Iblis menghancurkan jiwaku yang telah ditebus oleh begitu banyak penderitaan dari Putramu yang ilahi.
Untuk menjaga kemurnian, kita harus berlari kepada sakramen-sakramen, dan menerima sakramen-sakramen dengan itikad baik. Ya saudara-saudaraku, seseorang yang memiliki keberuntungan untuk mengunjungi sakramen-sakramen secara sering dan dengan kudus, dapat dengan amat mudah menjaga kebajikan yang indah itu. Kita memiliki suatu bukti bahwa sakramen-sakramen merupakan pertolongan yang besar untuk diri kita, dalam upaya-upaya Iblis untuk menjauhkan kita daripadanya atau untuk membuat kita menistakannya. Lihatlah, sewaktu kita ingin mendekati sakramen-sakramen, betapa Iblis menyulutkan di dalam diri kita rasa takut, kegelisahan, kejijikkan. Terkadang ia berkata kepada kita bahwa kita hampir selalu bertindak secara buruk, bahwa sang imam tidak mengenali diri kita, atau bahkan bahwa kita tidak membuat diri kita cukup dikenali, tahu apa saya ini? Tetapi, agar kita dapat tidak memedulikan Iblis, kita harus melipatgandakan usaha kita, mendekati sakramen-sakramen dengan lebih sering, dan lalu menutup bungkus diri kita di dalam dada kerahiman Allah, dengan berkata kepada-Nya: Engkau tahu, ya Allahku, bahwa aku hanya mencari diri-Mu dan keselamatan jiwaku yang malang. Tidak, saudara-saudaraku, tiada sesuatu pun yang lebih menakutkan bagi Iblis selain untuk mengunjungi sakramen-sakramen; dan inilah buktinya. Lihatlah Santa Teresa. Iblis mengakui, melalui mulut seseorang yang kerasukan, bahwa Santa Teresa menjadi baginya demikian menakutkannya oleh karena kesucian yang diperolehnya di dalam Komuni Kudus, sehingga ia bahkan tidak dapat menghirup udara yang telah dilewati oleh wanita kudus itu. Jika anda mencari alasannya, sangatlah mudah untuk dimengerti: sakramen Ekaristi yang Mahakudus itu, bukankah merupakan anggur yang menghasilkan keperawanan?... Inginkah anda menjaga atau memperoleh kebajikan yang indah itu yang membuat seseorang serupa dengan para malaikat? Maka kunjungilah sering kali dan dengan suci sakramen-sakramen, pastinya, kendati upaya-upaya Iblis, anda akan memperoleh kemampuan untuk menjaga kemurnian dari jiwa anda.
Jika kita ingin menjaga kemurnian bait Roh Kudus, kita harus memiliki suatu devosi yang besar kepada sang Perawan Suci, sebab ia adalah sang Ratu para Perawan. Ialah yang pertama kalinya menjunjung panji dari kebajikan yang tiada duanya itu. Lihatlah betapa Allah yang Mahabaik memandang luhur kebajikan itu: Ia tidak benci untuk terlahir dari seorang ibunda yang miskin; yang tidak dikenal oleh dunia, untuk memiliki bapa asuh yang miskin; tetapi wajib bagi-Nya untuk memiliki seorang Ibunda yang suci dan tak bernoda, seorang bapa yang kemurniannya sedemikian rupa sehingga hanya Santa Perawan Marialah yang mampu melebihinya dalam kemurnian. Santo Yohanes dari Damaskus sangat mendorong kita untuk memiliki devosi yang penuh kasih kepada kemurnian dari sang Perawan Suci; ia berkata kepada kita bahwa segala sesuatu yang kita pintakan kepada Allah yang Mahabaik dalam penghormatan kepada kemurnian Santa Perawan Maria akan kita dapatkan selalu. Ia berkata kepada kita bahwa kebajikan itu sedemikian menyenangkannya kepada para malaikat sehingga mereka bernyanyi tanpa henti-hentinya di dalam Surga: ‘Ya Perawan dari Segala Perawan, kami memujimu; kami memberkatimu, ya Bunda kasih kirana.’ Santo Bernardus, hamba Maria yang agung itu, berkata kepada kita bahwa ia telah mengonversikan lebih banyak jiwa dengan menggunakan Salam Maria daripada dengan segala khotbahnya. Apakah anda digoda? Ia berkata kepada kita, panggillah Maria untuk membantu anda, dan anda pasti tidak akan jatuh ke dalam godaan. Sewaktu kita mendaraskan Salam Maria, ujarnya, segenap Surga bersukacita dan melonjak kegirangan, dan segenap Neraka gemetar sambil mengingat bahwa Maria telah menjadi alat yang digunakan oleh Allah untuk merantainya. Sebab itulah Santo Bernardus sangat menyarankan kepada kita devosi kepada Bunda Allah, agar Maria memandang kita sebagai anak-anaknya. Jika anda dikasihi oleh Maria, anda pasti akan dikasihi oleh Putranya. Beberapa Bapa yang kudus menyarankan kita untuk memiliki suatu devosi yang besar terhadap Maria, dan untuk melakukan dari waktu ke waktu komuni dalam penghormatan kepada dirinya, dan terutama dalam penghormatan terhadap Kemurniannya yang suci; hal itu begitu berkenan kepadanya sehingga ia tidak akan lalai untuk membuat kita merasakan perantaraannya terhadap Putranya yang ilahi.
Untuk menjaga kebajikan yang bersifat seperti malaikat itu, kita harus memerangi godaan-godaan dan menghindari hal-hal yang menuntun kepada dosa, seperti yang telah dilakukan oleh santo-santa, yang lebih hendak mati daripada kehilangan kebajikan yang indah itu. Lihatlah apa yang dilakukan oleh patriark Yusuf, sewaktu istri dari Potifar hendak membujuknya untuk berbuat dosa, ia meninggalkan separuh dari jubahnya di dalam genggaman tangannya. Lihatlah Susana yang suci; yang lebih hendak kehilangan reputasi dirinya, keluarganya dan hidupnya sendiri, daripada kehilangan kebajikan itu yang demikian berkenannya kepada Allah. Lihatlah juga apa yang terjadi kepada Santo Martinianus, yang telah mengasingkan diri ke dalam hutan, untuk hanya berpikir untuk berkenan kepada Allah. Seorang wanita yang buruk hidupnya datang menemuinya, berpura-pura tersesat dalam hutan dan memohonnya agar ia berbelas kasih kepadanya. Santo Martinianus menerimanya di dalam kesendiriannya dan membiarkan wanita itu sendiri. Keesokan harinya sewaktu ia kembali dan melihat wanita itu menjadi seperti apa, ia melihat bahwa wanita itu mengenakan pakaian yang baik. Lalu sang wanita berkata kepada Santo Martinianus bahwa Allah yang Mahabaik telah mengutusnya untuk membuat suatu perjanjian dengannya; bahwa ia memiliki kekayaan yang besar di kota, bahwa ia dapat membuat derma yang banyak. Santo Martinianus ingin tahu bilamana hal tersebut datang dari Allah atau dari iblis; ia berkata kepada wanita itu untuk menunggu, sebab setiap hari, orang-orang datang untuk meminta doa-doanya dan ia tidak ingin membiarkan perjalanan mereka sia-sia; lalu ia pergi ke gunung untuk melihat jikalau ada orang yang mendatanginya. Sewaktu ia berada di atas gunung, ia mendengar suatu suara yang berkata kepadanya: Martinianus, apakah yang kaulakukan? Engkau mendengarkan suara Setan. Ia begitu takut akan suara itu sehingga ia kembali ke dalam kesendiriannya, ia membuat api unggun yang begitu besar dan masuk ke dalamnya; rasa sakit dari dosa yang kepadanya ia terpapar untuk perbuat dan rasa sakit dari api membuatnya berseru dengan jeritan yang keras. Wanita malang itu pun mendatanginya, bertanya kepadanya apa yang membuatnya berada dalam keadaan seperti itu. Ah! Jawab Santo Martinianus, saya tidak bisa menahan api dari dunia ini, bagaimanakah saya mampu menahan api Neraka, jika saya jatuh berdosa seperti yang anda inginkan? Hal itu sungguh menggerakkan wanita itu sehingga ia tinggal di dalam penjara dari Santo Martinianus, melakukan penitensi seumur hidupnya, dan Martinianus pergi lebih jauh untuk melanjutkan keketatan hidupnya.
Di dalam riwayat Santo Thomas Aquinas, ia dilaporkan bahwa seseorang mengutus seorang wanita yang buruk hidupnya untuk menyebabkannya berbuat dosa. Wanita itu dibuat masuk kamarnya sewaktu Santo Thomas tidak berada di sana. Sewaktu ia melihat wanita itu, ia mengambil sebuah obor yang membara dan mengusirnya dengan penuh rasa malu. Lihatlah pula Santo Benediktus, yang, untuk membebaskan diri dari pikiran-pikiran buruk, berguling-guling di tengah-tengah dedurian di mana tubuhnya berdarah-darah. Di waktu lain, ia terjun ke dalam air yang membeku sampai lehernya untuk memadamkan api yang tidak murni itu. Tetapi saya tidak menemukan sesuatu pun di dalam riwayat hidup para kudus yang sebanding dengan cerita Santo Hieronimus. Di tengah-tengah padang pasir, ia menulis kepada salah satu temannya, dan ia membuatkannya sebuah lukisan pertarungan yang dialaminya serta penitensi-penitensi yang dijalaninya atas badannya; seseorang tidak dapat membacanya tanpa menangis karena rasa iba. ‘Di dalam kesendirian yang besar itu, panasnya matahari menjadi tidak tertahankan, ujarnya, hanya dengan sepotong roti hitam dan tumbuh-tumbuhan liar… hanya meminum air, bahkan dalam penyakit, aku tidak henti-hentinya menangis di kaki salibku. Sewaktu air mata tidak lagi dapat mengalir, aku mengambil sebuah batu, dan aku memukul dadaku dengannya sampai darah mengalir dari mulutku, dan kendati demikian, iblis tidak mengizinkanku untuk beristirahat; aku harus terus bersenjata dalam tanganku.’
Saudara-saudaraku, bagaimanakah kita harus menyimpulkan apa yang baru saja kita katakan. Tiada suatu kebajikan pun yang menjadikan kita sedemikian berkenannya kepada Allah yang Mahabaik selain kemurnian, dan tiada kejahatan yang sedemikian menyenangkannya kepada Iblis selain dosa ketidakmurnian. Sang musuh tidak dapat tahan terhadap orang milik Allah yang memiliki kebajikan tersebut; dan itulah mengapa anda sama sekali tidak boleh lalai untuk menjaga kemurnian. Untuk melakukannya, berjaga-jagalah atas mata anda, pikiran anda, dan segala gerak-gerik hati anda; berlindunglah seringkali kepada doa; hindarilah pergaulan yang buruk, dansa, permainan; lakukanlah matiraga; berlindunglah kepada sang Perawan Suci; kunjungilah seringkali sakramen-sakramen. Betapa terberkatinya, jika kita tidak membiarkan hati kita ternodai oleh dosa yang terkutuk itu, karena Yesus Kristus berkata kepada kita bahwa hanya orang yang hatinya murnilah yang akan melihat Allah. Marilah meminta, saudara-saudaraku, setiap pagi hari kepada Allah yang Mahabaik agar Ia memurnikan mata kita, tangan kita, dan semua indra kita secara umum; agar kita mampu, dengan penuh kepercayaan, hadir di hadapan Yesus Kristus, yang merupakan pahala bagi jiwa-jiwa yang murni; itulah segala kebaikan yang saya harapkan bagi diri anda.”
Catatan kaki:
Diterjemahkan dari: Sermons du vénérable serviteur de Dieu, Jean-Baptiste-Marie Vianney, Curé D’Ars [Khotbah-Khotbah dari Hamba Allah yang Terhormat, Yohanes Baptis Maria Vianney, Pastor Paroki dari Ars], T. III, Lyon, Librairie générale catholique et classique, Vitte et Perrussel, 1883, hal. 285-305
Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 3 mingguBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 3 mingguBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 4 mingguBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 4 mingguBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 1 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 3 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 4 bulanBaca lebih lanjut...Kami menerima semua dogma Gereja Katolik tanpa terkecuali, dan kami memandang mereka yang menerima semua dogma Gereja dan belum terpisah darinya, sebagai orang Katolik; itulah bagaimana kami bersekutu dengan Gereja...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...