^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan | ![]() |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Tentang Cinta Kasih dari Ketiga Pribadi Ilahi bagi Umat Manusia - Khotbah St. Alfonsus
KHOTBAH XXIX
Untuk Minggu Allah Tritunggal Mahakudus
Tentang Cinta Kasih dari Ketiga Pribadi Ilahi terhadap Umat Manusia
“Maka pergilah, ajarkanlah segala bangsa, dan baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus” – Matius xxviii. 19.
“St. Leo telah berkata bahwa pada hakikatnya, Allah, seturut esensi-Nya, adalah kebaikan sendiri. ‘Deus cujus natura bonitas’. Secara kodrati, kebaikan menyebarkan dirinya sendiri. ‘Bonum est sui diffusivum.’ Dan kita tahu berdasarkan pengalaman bahwa orang-orang yang memiliki hati yang baik dipenuhi cinta kasih kepada semua orang, dan mereka memiliki keinginan untuk berbagi bersama semua orang kebaikan-kebaikan yang mereka nikmati. Karena Allah adalah kebaikan yang tak terhingga, segenap diri-Nya adalah kebaikan terhadap makhluk ciptaan-Nya. Itulah sebabnya, St. Yohanes menyebut-Nya sebagai cinta yang murni – kasih yang murni. ‘Allah adalah kasih’ – I. Yohanes, iv. 8. Dan itulah mengapa Ia sangat ingin untuk membuat kita mengambil bagian di dalam kebahagiaan-Nya sendiri. Iman mengajarkan kita betapa besarnya perbuatan-perbuatan yang telah dilakukan oleh Ketiga Pribadi Ilahi oleh karena cinta-Nya terhadap manusia, dan demi memperkaya manusia dengan karunia-karunia Surgawi-Nya. Dengan berkata kepada para rasul-Nya, ‘ajarkanlah segala bangsa, dan baptislah mereka dalam nama Bapa, dan Putra, dan Roh Kudus’, Yesus Kristus bukan hanya menghendaki agar mereka mengajar Bangsa-Bangsa tentang misteri Allah Tritunggal Mahakudus, tetapi juga agar mereka mengajar mereka tentang kasih yang dimiliki oleh Allah Tritunggal yang patut disembah itu terhadap manusia. Pada hari ini saya bermaksud untuk mengajukan kepada pertimbangan anda cinta kasih yang diperlihatkan kepada kita oleh Bapa dalam penciptaan diri kita; kedua, cinta kasih Putra dalam penebusan diri kita; dan ketiga, cinta kasih Roh Kudus di dalam pengudusan diri kita.
Poin pertama. Cinta kasih yang diperlihatkan kepada kita oleh Bapa di dalam penciptaan diri kita.
1. ‘Aku telah mencintaimu dengan cinta kasih yang kekal, itulah sebabnya, Aku telah menarik engkau, sebab Aku berbelas kasih kepada engkau.’ – Yeremia, xxxi. 3. Tuhan berkata, putra-Ku, Aku telah mencintaimu sejak segala keabadian, dan oleh karena cinta terhadap dirimu, Aku telah memperlihatkan kerahiman padamu dengan menarik engkau dari ketiadaan. Itulah sebabnya, wahai umat Kristiani yang tercinta, dari segalanya yang telah mencintai anda, Allah telah menjadi yang pertama yang mencintai anda. Orang tua anda telah menjadi yang pertama untuk mencintai anda di atas Bumi ini; tetapi mereka telah mencintai anda hanya setelah mereka telah mengenal diri anda. Tetapi, sebelum anda memiliki suatu keberadaan, Allah mencintai anda. Sebelum ayah atau ibu anda terlahir, Allah mencintai anda: ya; bahkan sebelum penciptaan dunia, Ia mencintai anda. Dan betapa lamakah Allah telah mencintai anda sebelum penciptaan? Mungkin selama seribu tahun, atau ribuan zaman lamanya. Tiada gunanya bagi kita untuk menghitung jumlah tahun atau zaman; Allah mencintai anda sejak segala keabadian. ‘Aku telah mencintaimu dengan kasih yang kekal.’ Selama Allah telah merupakan Allah, Ia telah mencintai Allah: selama Ia telah mencintai diri-Nya sendiri, Ia telah mencintai anda. Dengan memikirkan cinta kasih-Nya ini, Santa Agnes sang Perawan berseru: ‘Aku dicegah oleh seorang kekasih yang lain.’ Sewaktu ciptaan meminta hatinya, ia menjawab: Tidak; aku tidak bisa lebih menyukaimu daripada Allahku. Ia telah menjadi yang pertama yang mencintaiku; maka adil adanya bahwa Ia haruslah yang empunya rasa sayangku yang pertama-tama.
2. Maka dari itu, saudara-saudara, Allah telah mencintai anda sejak segala keabadian, dan melalui cinta yang murni, Ia telah memilih anda dari antara begitu banyak orang yang telah dapat diciptakan-Nya sebagai pengganti anda; tetapi Ia telah membiarkan mereka berada di dalam ketiadaan, dan telah membawa anda sehingga anda menjadi ada, dan menempatkan anda di dalam dunia ini. Demi cinta akan diri anda, Ia telah menciptakan begitu banyak ciptaan lain yang indah, agar mereka dapat melayani anda, dan agar mereka dapat mengingatkan anda akan cinta kasih yang telah dimiliki-Nya terhadap diri anda, dan akan rasa syukur yang wajib anda berikan kepada-Nya. ‘Surga dan Bumi’, ujar St. Agustinus, ‘dan segala sesuatu berkata kepadaku supaya aku mencintai-Mu’. Sewaktu orang kudus itu memandang surya, bintang-bintang, pegunungan, lautan, hujan, semuanya itu tampak berbicara kepada dirinya, dan berkata: Agustinus, cintailah Allah; sebab Ia telah menciptakan kami supaya engkau dapat mencintai diri-Nya. Sewaktu Abbé De Rancé, pendiri Biara la Trappe memandang perbukitan, mata air, bunga-bunga, ia berkata bahwa segala ciptaan ini mengingatkan dirinya akan cinta kasih yang telah dimiliki oleh Allah untuk dirinya. St. Teresa dahulu berkata bahwa ciptaan-ciptaan itu menghardiknya atas rasa ketidakberterimakasihannya terhadap Allah. Sewaktu ia memegang sekuntum bunga atau buah di tangannya, St. Maria Magdalena de Pazzi dahulu biasa merasa hatinya terlukai oleh cinta kasih ilahi, dan akan berkata dalam hatinya sendiri: Dahulu, Allahku telah berpikir sejak segala keabadian untuk menciptakan kembang dan buah ini, agar aku dapat mencintai-Nya.
3. Di samping itu, karena Ia melihat diri kita terkutuk untuk masuk ke dalam Neraka, sebagai hukuman atas dosa-dosa kita, Bapa yang Ilahi, melalui cinta kasih-Nya untuk diri kita, telah mengutus Putra-Nya ke atas Bumi untuk wafat di salib, demi menebus diri kita dari Neraka, dan membawa diri kita bersama-Nya ke dalam Firdaus. ‘Allah begitu mencintai dunia, sehingga Ia menyerahkan Putra Tunggal-Nya’ – Yohanes, iii. 16: - cinta, yang disebut oleh sang Rasul sebagai cinta yang berlimpah-limpah. ‘Sebab kasih-Nya yang berlimpah-limpah, yang dengannya Ia mencintai kita, bahkan sewaktu kita mati dalam dosa-dosa, telah menghidupkan kita bersama di dalam Kristus’ – Efesus, ii. 4, 5.
4. Lihatlah pula cinta kasih yang istimewa yang telah dipertunjukkan oleh Allah kepada diri anda dengan membuat anda terlahir di dalam suatu negeri Kristiani, dan di pangkuan Gereja Katolik atau Gereja yang sejati. Betapa banyaknya orang yang terlahir dari antara orang-orang pagan, dari antara orang-orang Yahudi, dari antara orang-orang Mahometan serta para bidah, dan mereka semua binasa. Pertimbangkanlah bahwa, dibandingkan dengan orang-orang ini, hanya sekelumit – dan bahkan tidak sampai sepersepuluh dari umat manusia – yang mendapatkan kebahagiaan untuk terlahir di suatu negeri di mana iman yang sejati meraja: dan dari antara jumlah yang sedikit itu, Ia telah memilih anda. Ya, betapa tak ternilainya manfaat dari karunia iman ini! Ada berapa juta jiwakah dari antara orang-orang kafir dan para bidah yang tidak memiliki sakramen, khotbah, teladan baik, serta pertolongan-pertolongan lainnya untuk mencapai keselamatan yang kita miliki di dalam Gereja yang sejati. Dan Tuhan bertekad untuk mengaruniakan atas diri kita segala rahmat yang besar ini, walaupun kita sama sekali tidak pantas mendapatkannya, dan bahkan walaupun Ia tahu sejak dahulu tentang hal-hal yang membuat kita tidak pantas. Sebab, sewaktu Ia berpikir untuk menciptakan diri kita dan menganugerahkan pertolongan-pertolongan ini atas diri kita, Ia telah sejak dahulu melihat dosa-dosa kita, dan penghinaan-penghinaan yang akan kita lakukan terhadap diri-Nya.
Poin kedua. Cinta kasih yang telah diperlihatkan oleh Putra Allah kepada kita di dalam penebusan diri kita.
5. Allah, bapa kita yang pertama, berdosa dengan memakan apel yang terlarang, dan terkutuk ke dalam maut yang abadi, bersama dengan segenap keturunannya. Karena Ia melihat segenap umat manusia ditakdirkan untuk mengalami kebinasaan, Allah bertekad untuk mengutus seorang Penebus demi menyelamatkan umat manusia. Siapakah yang akan datang untuk menuntaskan penebusan mereka? Mungkin seorang malaikat atau serafim. Tidak; Putra Allah, Allah yang tertinggi dan sejati, yang setara dengan Bapa, mempersembahkan diri-nya sendiri untuk datang ke Bumi, dan untuk mengambil daging manusiawi di sana, dan untuk mati demi keselamatan umat manusia. Ya mukjizat cinta kasih ilahi! Manusia, ujar St. Fulgentius, membenci Allah, dan memisahkan dirinya sendiri dari Allah, dan melalui cinta akan dirinya, Allah datang ke Bumi demi mencari manusia yang pemberontak itu. ‘Homo Deum contemnens, a Deo discessit: Deus hominem diligens, ad homines venit’ – serm. in Nativ. Christ. St. Agustinus berkata, karena kita tidak dapat datang kepada sang Juru Selamat, Ia telah sudi untuk datang kepada kita. ‘Quia ad mediatorem venire non poteramus, ipse ad nos venire dignatus est’. Lantas mengapakah Yesus Kristus bertekad untuk datang kepada kita? Menurut doktor suci yang sama itu, demi meyakinkan kita akan kasih-Nya yang besar terhadap diri kita. ‘Kristus datang, agar manusia dapat mengetahui betapa besarnya cinta kasih Allah terhadap dirinya’.
6. Itulah sebabnya sang Rasul menulis: ‘Kebaikan dan belas kasih Allah Juru Selamat kita tampak’ – Titus, iii. 4. Di dalam teks berbahasa Yunani, kata-katanya adalah: ‘Singularis Dei erga homines apparuit amor’: Cinta kasih Allah yang istimewa terhadap manusia tampak’. Untuk menjelaskan teks ini, St. Bernardus berkata, bahwa sebelum Allah tampak di Bumi ini dalam daging manusia, manusia tidak dapat sampai kepada suatu pengetahuan akan kebaikan ilahi; itulah mengapa sang Sabda yang Abadi telah mengambil kodrat manusia, sehingga, dengan tampak dalam rupa manusia, manusia dapat mengetahui kebaikan Allah. ‘Priusquam apparet humanitas, latebat benignitas, sed unde tanta agnosci poterat? Venit in carne ut, apparante humanitate, cognosceretur begninitas’ – serm. i., in Epiph. Dan cinta kasih dan kebaikan yang lebih besar macam apa yang dapat diperlihatkan oleh Putra Allah kepada kita, selain dengan menjadi manusia dan dengan menjadi seekor belatung seperti diri kita ini, demi menyelamatkan diri kita dari kebinasaan? Ketakjuban seperti apakah yang takkan kita rasakan, seandainya kita melihat seorang pangeran menjadi seekor belatung demi menyelamatkan belatung-belatung di dalam kerajaannya! Dan apakah yang akan kita katakan di hadirat Allah yang telah menjadi manusia seperti diri kita, demi membebaskan kita dari kematian kekal? ‘Sabda itu telah menjadi daging’ – Yohanes, i. 14. Sesosok Allah yang telah menjadi daging! Seandainya kita tidak diyakinkan oleh iman tentang hal itu, siapakah yang akan dapat memercayainya? Maka lihatlah, seperti yang dikatakan oleh St. Paulus, sesosok Allah yang seolah-olah menjadi tiada. ‘Ia mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba … dan dibungkus dengan wujud manusia’ – Filipi ii. 7. Dengan perkataan ini, sang Rasul membuat kita paham bahwa Putra Allah, yang penuh dengan kemegahan dan kuasa ilahi, merendahkan diri-Nya sendiri sedemikian rupa sehingga Ia mengambil keadaan kodrat manusiawi yang hina dan tak berdaya, dan mengambil rupa atau kodrat seorang hamba, dan menjadi serupa dengan manusia di dalam penampilan luar-Nya, walaupun, seperti yang dicatat oleh St. Krisostomus, Ia bukan semata-mata seorang manusia, melainkan manusia dan Allah. Saat ia mendengar seorang diakon menyanyikan kata-kata St. Yohanes, dan Sabda itu telah menjadi daging, St. Petrus dari Alcantara mengalami ekstasi, dan terbang ke udara menuju ke altar dari Sakramen Mahakudus.
7. Tetapi Allah yang penuh kasih ini, sang Sabda yang Menjelma, tidak puas hanya dengan menjadi daging demi cinta-Nya akan umat manusia; tetapi, seturut Yesaya, Ia hendak hidup di antara kita, sebagai yang terakhir dan yang terendah, dan sebagai manusia yang paling menderita dari antara semua manusia. ‘Tiada kecantikan dalam diri-Nya, tidak pun kerupawanan: dan kita telah melihat diri-Nya … dibenci, dan manusia yang paling hina, manusia yang penuh dukacita’ – Yesaya liii. 2, 3. Ia adalah manusia yang penuh dukacita. Ya; sebab kehidupan Yesus Kristus penuh dengan duka. Virum dolorum. Ia adalah seorang manusia yang dibuat dengan tujuan agar Ia disiksa dengan dukacita. Sejak kelahiran-Nya sampai wafat-Nya, kehidupan Juru Selamat kita penuh dengan dukacita.
8. Dan karena Ia datang ke Bumi demi memenangkan cinta dari diri kita, sebagaimana yang dinyatakan-Nya sewaktu Ia berkata – ‘Aku datang untuk melemparkan api ke atas Bumi; dan apakah yang Kuinginkan selain membuatnya terbakar?’ – Lukas xii. 49, - Ia ingin pada akhir hidup-Nya memberikan tanda-tanda serta bukti-bukti yang terkuat akan cinta kasih yang dimiliki-Nya bagi diri kita. ‘Karena Ia telah mencintai orang-orang kepunyaan-Nya yang ada di dalam dunia ini, Ia mencintai mereka sampai pada akhirnya’ – Yohanes xiii. 1. Itulah sebabnya, Ia bukan hanya merendahkan diri-Nya sendiri kepada maut demi diri kita, tetapi Ia juga memilih untuk mengalami kematian yang paling menyakitkan dan terhina dari antara segala kematian. ‘Ia merendahkan diri-Nya sendiri, dengan menjadi taat sampai mati, bahkan sampai mati di salib’ – Filipi ii. 8. Orang-orang yang disalibkan dari antara orang-orang Yahudi menjadi bahan kutukan dan hinaan bagi semua orang. ‘Ia terkutuk bagi Allah, Ia yang tergantung di atas pohon’ – Ulangan xxi. 23. Juru Selamat kita ingin mati dengan kematian yang memalukan di salib, di tengah-tengah gejolak celaan dan dukacita. ‘Aku telah datang ke kedalaman lautan, dan suatu badai telah menerjang diriku’ – Mazmur, lxvii. 3.
9. St. Yohanes berkata, ‘Dengan ini kita telah mengenal kasih Allah, sebab Ia telah menyerahkan hidup-Nya demi kita’ – I. Yohanes, iii. 16. Dan bagaimanakah Allah dapat memberikan kita bukti cinta-Nya yang lebih besar selain dengan menyerahkan hidup-Nya bagi kita? Atau bagaimana mungkin bagi kita untuk melihat sesosok Allah yang mati di Salib demi diri kita, dan kita tidak mencintai-Nya? ‘Sebab kasih Kristus mendesak diri kami’ – II. Korintus v. 14. Dengan perkataan ini, St. Paulus berkata kepada kita, bahwa hal terbesar yang mewajibkan dan mendesak kita untuk mencintai-Nya bukanlah betapa besarnya hal-hal yang dilakukan dan diderita oleh Yesus Kristus demi keselamatan kita, melainkan cinta kasih yang telah diperlihatkan-Nya dalam penderitaan dan kematian-Nya demi diri kita. Sang Rasul yang sama menambahkan, bahwa Ia telah mati untuk semua orang agar kita masing-masing tidak lagi hidup untuk diri kita sendiri, melainkan hanya untuk Allah yang telah menyerahkan hidup-Nya demi cinta akan diri kita. ‘Kristus wafat untuk kita semua, agar mereka pula yang hidup, tidak lagi hidup untuk diri mereka sendiri, melainkan untuk Dia yang mati untuk diri mereka, dan telah bangkit’ - II. Korintus v. 15. Dan untuk memikat cinta kasih kita, Ia telah, setelah menyerahkan hidup-Nya demi kita, meninggalkan diri-Nya sendiri sebagai makanan untuk jiwa kita. ‘Ambillah dan makanlah: inilah Tubuh-Ku’ – Matius xxvi. 26. Seandainya iman tidak mengajarkan kita bahwa Ia meninggalkan diri-Nya sendiri sebagai makanan kita, siapakah yang akan memercayainya? Tetapi, tentang mukjizat cinta kasih ilahi yang terwujud di dalam Sakramen Mahakudus, saya akan berbicara pada hari Minggu kedua setelah Pentakosta. Marilah kita berpindah haluan dan membahas poin yang ketiga secara singkat.
Poin ketiga. Cinta kasih yang telah diperlihatkan oleh Roh Kudus kepada kita di dalam pengudusan diri kita.
10. Bapa yang Ilahi tidak puas hanya dengan memberikan kepada kita Putra-Nya Yesus Kristus, agar Ia dapat menyelamatkan diri kita dengan wafat-Nya; Ia juga telah memberikan kepada kita Roh Kudus, agar Ia dapat tinggal di dalam jiwa kita, dan agar Ia dapat senantiasa menjaga jiwa kita terbakar oleh cinta kasih yang suci. Kendati segala penghinaan yang telah diterima-Nya di atas Bumi dari umat manusia, Yesus Kristus melupakan kedurhakaan mereka. Dan setelah Ia naik ke Surga, Ia mengutus Roh Kudus, sehingga dengan api suci-Nya, roh ilahi ini menyulut hati kita dengan api cinta kasih ilahi, dan menguduskan jiwa kita. Maka, sewaktu Ia turun atas para rasul, Ia tampak dalam rupa lidah-lidah api. ‘Dan di sana tampak kepada mereka lidah-lidah, yang tampak seperti api.’ – Kisah Para Rasul, ii. 3. Maka, Gereja menetapkan doa berikut: - ‘Kami memohon kepada-Mu, ya Tuhan, agar Roh Kudus membakar diri kami dengan api yang telah diutus oleh Tuhan Yesus Kristus ke atas Bumi, dan dengan kerinduan yang membara, kami ingin tersulut olehnya.’ Inilah api suci yang membakar para kudus dengan keinginan untuk melakukan hal-hal yang besar bagi Allah, yang menyanggupkan mereka untuk mencintai para musuh mereka yang terkejam, untuk mencari kebencian, untuk meninggalkan segala kekayaan dan penghormatan dunia, dan bahkan untuk merangkul siksaan serta maut dengan sukacita.
11. Roh Kudus merupakan ikatan ilahi yang mempersatukan Bapa dengan Putra; Ialah yang menyatukan jiwa kita, melalui cinta kasih, dengan Allah. Sebab, ujar St. Agustinus, persatuan dengan Allah adalah hasil dari cinta kasih. ‘Kasih adalah kebajikan yang mempersatukan kita dengan Allah.’ Rantai dunia adalah rantai kematian, tetapi ikatan Roh Kudus adalah ikatan kehidupan kekal, sebab ikatan itu juga mengikatkan diri kita kepada Allah, yang adalah satu-satunya kehidupan kita yang sejati.
12. Marilah kita mengingat pula, bahwa segala terang, ilham, panggilan ilahi, dan perbuatan baik yang telah kita lakukan di sepanjang hidup kita ini, segala tindak penyesalan, kepercayaan akan kerahiman ilahi, cinta kasih, kepasrahaan, telah merupakan karunia-karunia dari Roh Kudus. ‘Demikian pula, Roh juga membantu dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu apa yang harus kita doakan, sebagaimana mestinya; tetapi Roh sendiri memintakan bagi kita dengan keluhan-keluhan yang tak terungkapkan’ – Roma viii. 26. Itulah sebabnya, Roh Kuduslah yang berdoa demi kita; sebab kita tidak tahu apa yang harus kita pintakan, tetapi Roh Kudus mengajarkan kita apa yang harus kita doakan.
13. Pendek kata, Ketiga Pribadi dari Allah Tritunggal Mahakudus telah berjuang untuk memperlihatkan cinta kasih yang dimiliki oleh Allah bagi diri kita, agar kita dapat mencintai-Nya melalui rasa syukur. ‘Sewaktu’, ujar St. Bernardus, ‘Allah mencintai kita, Ia hanya ingin dicintai’. Itulah sebabnya, adil adanya bahwa kita mencintai Allah, Ia yang telah merupakan yang pertama yang mencintai diri kita, dan adil adanya bagi kita untuk memiliki begitu banyak kewajiban oleh karena begitu banyak bukti dari cinta kasih yang lembut itu. ‘Maka dari itu, marilah kita mencintai Allah, sebab Allah lebih dahulu mencintai kita’ – I. Yohanes iv. 19. Oh! Betapa kasih adalah harta karun yang berharga! Kasih adalah harta karun yang tak terhingga, karena kasih membuat kita mengambil bagian dalam persahabatan dengan Allah. ‘Ia adalah harta karun yang tak terhingga bagi manusia. Bagi mereka yang menggunakannya, mereka menjadi sahabat-sahabat Allah’ – Kebijaksanaan Salomo, vii. 14. Tetapi, demi memperoleh harta karun ini, manusia perlu melepaskan diri dari hal-hal Duniawi. ‘Lepaskanlah hati dari ciptaan’, ujar St. Teresa, ‘dan engkau akan menemukan Allah’. Di dalam hati yang penuh dengan keterlekatan-keterlekatan duniawi, tiada tempat bagi cinta kasih ilahi. Maka dari itu, marilah kita terus-menerus memohon kepada Tuhan di dalam doa-doa kita, di dalam komuni-komuni kita, dan kunjungan-kunjungan kita kepada Sakramen yang terberkati, agar kita memperoleh cinta kasih-Nya yang suci; sebab cinta kasih ini akan mengusir dari jiwa kita segala keterlekatan terhadap hal-hal dari Dunia ini. ‘Sewaktu’, ujar St. Fransiskus de Sales, ‘sebuah rumah terbakar, segala sesuatu yang ada di dalamnya dilemparkan ke luar jendela’. Dengan perkataan ini, orang kudus itu bermaksud bahwa sewaktu jiwa terbakar oleh cinta kasih ilahi, ia dengan mudah melepaskan dirinya sendiri dari ciptaan: dan Romo Paulus Segneri junior dahulu terbiasa berkata, bahwa cinta kasih ilahi adalah seorang pencuri yang merampok dari diri kita segala keterlekatan duniawi, dan membuat kita berseru, Ya Tuhanku, hal apakah yang kuinginkan selain diri-Mu sendiri?
14. ‘Cinta kasih sama kuatnya dengan maut’ – Kidung Agung, viii. 6. Sebagaimana tiada suatu makhluk pun yang dapat menahan maut sewaktu saat penghabisan itu tiba, demikian pula tiada suatu kesulitan pun yang tak dapat diatasi oleh jiwa yang mencintai Allah. Sewaktu perkaranya adalah perkara berkenan kepada kekasihnya, cinta mengalahkan segala sesuatu: cinta mengalahkan rasa sakit, kehilangan, celaan. ‘Nihil tam durum, quod non amoris igne vincatur.’ Cinta ini membuat para martir bersukacita, di tengah-tengah penganiayaan, rak penyiksaan, pelat besi yang menyala, dan membuat mereka bersyukur kepada Allah karena Ia telah memampukan mereka untuk menderita demi diri-Nya: cinta itulah yang membuat para kudus lainnya, sewaktu tidak ada penzalim yang menyiksa diri mereka, istilahnya menjadi algojo bagi diri mereka sendiri, melalui puasa, disiplin, dan keketatan penitensi. St. Agustinus berkata bahwa dengan melakukan apa yang dicintai seseorang, tiada jerih payah, dan seandainya ada, jerih payah itu sendiri dicintai. ‘In eo quod amatur aut non laboratur, aut ipse labor amatur’.”
Catatan kaki:
Disadur dari sumber berbahasa Inggris:
St. Alfonsus Maria de Liguori, Sermons for All The Sundays of the Year [Khotbah-Khotbah untuk Semua Hari Minggu Selama Setahun], Edisi ke-5, Dublin, James Duffy, 1860, hal. 217-224.
Justru karena kami punya kasih Kristiani sejati kepada sesama kamilah, materi-materi kami ini kami terbitkan. St. Paulus mengajarkan, bahwa kita harus menelanjangi perbuatan-perbuatan kegelapan (Ef. 5:11). Gereja Katolik, satu-satunya lembaga...
Biara Keluarga Terkudus 3 mingguBaca lebih lanjut...Halo – devosi kepada Santa Perawan Maria itu krusial untuk keselamatan dan pengudusan jiwa. Namun, dan juga yang terpenting, orang harus 1) punya iman Katolik sejati (yakni, iman Katolik tradisional),...
Biara Keluarga Terkudus 3 mingguBaca lebih lanjut...Since your comment is written in English, we are responding in English and including a translation in Indonesian. However, we would recommend that you write us in Indonesian instead, if...
Biara Keluarga Terkudus 3 mingguBaca lebih lanjut...Halo – memang benar bahwa orang hendaknya mengasihi orang lain dan menjaga ciptaan Allah. Namun, yang terutama, kita pertama-tama harus mengasihi/mencintai Allah. Sangat amat penting pula, terutama pada zaman kita,...
Biara Keluarga Terkudus 3 mingguBaca lebih lanjut...Halo – Misteri Terang itu datangnya dari Yohanes Paulus II. Dia ini seorang Anti-Paus dan pemurtad masif. Rosario orisinal yang diberikan oleh Santa Perawan Maria adalah 15 dekade dengan Misteri-Misterinya...
Biara Keluarga Terkudus 3 mingguBaca lebih lanjut...peristiwa terang kenapa tidak ada dalam pembahasan artikel ini?
devie 2 bulanBaca lebih lanjut...Allah Maha Besar melalui Putranya Yesus Kristus dan Bundanya Maria ..Melakukan muzizat menunjukan Betapah Besarnya dan Baiknya Allah..Kita manusia harus berbuat baik satu dengan yang lain dan alam sekitar serta...
fidelis Budi Suryanto 2 bulanBaca lebih lanjut...Are the FSSP and SSPX right on the sacraments?
Petrus Fiter Panco 2 bulanBaca lebih lanjut...Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 4 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...