^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Sebelum dan sesudah “Holocaust”: jumlah populasi Yahudi di tahun 1933 dan 1948
Pos orisinal diterbitkan 07/12/2013
therebel.org
Selama lebih dari satu abad, Jewish World Almanac telah dipandang oleh banyak orang sebagai sumber yang paling autentik untuk jumlah populasi Yahudi di dunia. Ilmuwan di seluruh dunia, termasuk para penyunting Encyclopedia Britannica, dahulu mengandalkan keakuratan jumlah berdasarkan sumber tersebut. Berikut adalah apa yang dikatakan oleh World Almanac di tahun 1933 dan 1948 tentang jumlah populasi Yahudi di dunia.
World Almanac 1933
World Almanac 1948
Dalam kata lain, menurut World Almanac, jumlah populasi Yahudi meningkat (!) antara tahun 1933 dan 1948 dari 15.315.000 menjadi 15.753.000. Jika pemerintahan Jerman di bawah Adolf Hitler telah – seperti yang disebut-sebut – membunuh enam juta orang Yahudi, kematian tersebut seharusnya tercermin di dalam jumlah populasi yang dikutip di dalam World Almanac.
Kecurigaan yang muncul akibat jumlah di atas sehubungan dengan kebenaran dari tuduhan-tuduhan terhadap pemerintahan Hitler ditegaskan oleh laporan resmi yang berjumlah tiga volume oleh Komite Internasional Palang Merah, yang dikeluarkan pada tahun 1948 di Jenewa, yang menurutnya, 272.000 tahanan kamp konsentrasi meninggal di bawah penjagaan Jerman, separuhnya orang Yahudi. Artikel berikut menjelaskan:
Penilaian Faktual tentang “Holocaust” oleh Palang Merah
Para Yahudi dan Kamp Konsentrasi: Tidak Terdapat Bukti Genosida [Pembunuhan Massal]
Terdapat satu survei tentang pertanyaan Yahudi di Eropa pada Perang Dunia Kedua dan keadaan kamp-kamp konsentrasi Jerman yang hampir unik di dalam kejujuran dan objektivitasnya, Laporan dari Komite Internasional Palang Merah yang berjumlah tiga volume tentang Aktivitasnya pada Perang Dunia Kedua, Jenewa, 1948.
Catatan yang lengkap ini dari suatu sumber yang sepenuhnya netral mengikutsertakan dan menguraikan temuan-temuan dari hasil kerja sebelumya: Documents sur l’activité du CICR en faveur des civils détenus dans les camps de concentration en Allemagne 1939-1945 [Dokumen-dokumen tentang aktivitas KIPM untuk membantu pada tahanan sipil dalam kamp-kamp konsentrasi di Jerman 1939-1945] (Jenewa, 1946), dan Inter Arma Caritas: the Work of the ICRC during the Second World War [Inter Arma Caritas: Karya KIPM pada Perang Dunia Kedua] (Jenewa, 1947). Kelompok penulisnya, yang dikepalai oleh Frédéric Siordet menjelaskan di dalam halaman-halaman pembukaan dari Laporan tersebut bahwa tujuan mereka, dalam tradisi Palang Merah, adalah netralitas politis dan, dan di situlah nilainya yang besar.
KIPM berhasil menerapkan konvensi militer Jenewa tahun 1929 untuk mencapai para tawanan sipil yang dijaga di Eropa Tengah dan Barat oleh para otoritas Jerman. Secara Kontras, KIPM tidak dapat mendapatkan akses ke Uni Soviet, yang telah gagal untuk meratifikasi Konvensi tersebut. Jutaan tawanan sipil dan militer ditahan di Uni Soviet, di mana kondisi mereka dikenal jauh lebih buruk, dan terasing dari segala kontak maupun pengawasan internasional.
Laporan Palang Merah itu berharga karena laporan tersebut menjelaskan keadaan-keadaan legitim di mana para Yahudi ditahan di dalam kamp konsentrasi, yakni, sebagai musuh asing. Untuk menggambarkan kedua kelompok tahanan sipil, Laporan tersebut membedakan tipe kedua sebagai “Penduduk sipil yang dideportasikan atas dasar administratif (dalam bahasa Jerman, “Schutzhäftlinge”), yang ditangkap akibat motif-motif politik atau rasial karena kehadiran mereka dianggap sebagai suatu bahaya terhadap negara dan kekuatan okupasi” (Volume 111, hal. 73). Orang-orang ini, lanjutnya, “ditempatkan dalam kedudukan yang setara dengan orang-orang yang ditangkap atau dipenjara di bawah hukum umum untuk alasan-alasan keamanan.”
Laporan tersebut mengakui bahwa orang-orang Jerman pada awalnya enggan untuk mengizinkan pengawasan oleh Palang Merah terhadap orang-orang yang ditahan atas alasan yang berhubungan dengan keamanan, tetapi sekitar akhir 1942, KIPM mendapatkan kelonggaran yang penting dari Jerman. Mereka diperbolehkan untuk mendistribusikan parsel makanan kepada kamp-kamp konsentrasi besar di Jerman dari Agustus 1942, dan “sejak Februari 1943, kelonggaran ini diperluas sampai seluruh kamp-kamp dan penjara-penjara” (Volume 111m hal. 78). Segera, KIPM membuat kontak dengan para komandan kamp dan melangsungkan program bantuan makanan yang terus berjalan sampai bulan-bulan akhir di tahun 1945, yang untuknya mereka mendapatkan banyak surat terima kasih dari tawanan Yahudi.
Penerima Bantuan Palang Merah adalah Orang Yahudi
Laporan tersebut menyatakan bahwa “9.000 parsel dikemas setiap harinya. Sejak musim gugur tahun 1943 sampai Mei 1945, sekitar 1.112.000 parsel dengan total berat 4.500 ton dikirimkan ke kamp-kamp konsentrasi” (Volume III, hal. 80). Di samping makanan, parsel tersebut juga mengemas pakaian dan perlengkapan farmasi. “Parsel-parsel tersebut dikirimkan ke Dachau, Buchenwald, Sangerhausen, Sachsenhausen, Oranienburg, Flossenburg, Landsberg-am-Lech, Flöha, Ravensbrü , Hamburg-Neuengamme, Mauthausen, Theresienstadt, Auschwitz, Bergen-Belsen, ke kamp-kamp dekat Wina dan di Jerman Barat dan Selatan. Penerima utamanya adalah orang-orang Belgia, Belanda, Prancis, Yunani, Italia, Norwegia, Polandia, dan Yahudi yang tidak bernegara” (Volume III, hal. 83).
Pada saat perang, “Komite dapat mentransfer dan mengedarkan dalam bentuk perlengkapan bantuan lebih dari dua puluh juta franc Swiss yang dikumpulkan oleh organisasi-organisasi kesejahteraan Yahudi di seluruh dunia, terutama oleh American Joint Distribution Committee of New York [Komite Distribusi Gabungan Amerika dari New York]” (Volume 1, hal. 644). Organisasi yang satu ini diperbolehkan oleh Pemerintah Jerman untuk memiliki kantor-kantor di Berlin sampai waktu orang-orang Amerika masuk ke dalam pertempuran. KIPM berkomplain bahwa halangan terhadap operasi bantuan mereka yang besar bagi para tawanan Yahudi tidak dilakukan oleh orang-orang Jerman, melainkan oleh blokade Sekutu dari Eropa. Kebanyakan dari pembelian mereka untuk bantuan makanan dilakukan di Rumania, Hongaria, dan Slowakia.
KIPM memuji secara khusus kondisi-kondisi di Theresienstadt sampai pada akhir kunjungan mereka di sana pada bulan April 1945. Kamp ini, “di mana terdapat sekitar 40.000 orang Yahudi yang dideportasikan dari berbagai negara, adalah satu ghetto yang memiliki hak yang cukup istimewa” (Volume III, hal. 75). Menurut Laporan tersebut, “Para delegasi Komite dapat mengunjungi kamp di Theresienstadt (Terezin) yang digunakan secara eksklusif untuk orang-orang Yahudi dan diatur oleh kondisi-kondisi khusus. Menurut informasi yang dikumpulkan oleh Komite, kamp tersebut telah dimulai sebagai suatu cara untuk membangun kehidupan berkomunitas di dalam suatu kota di bawah administrasi mereka sendiri dan memiliki suatu otonomi yang hampir penuh… dua delegasi dapat mengunjungi kamp tersebut pada tanggal 6 April 1945. Mereka mengonfirmasikan kesan yang baik yang mereka didapatkan pada kunjungan pertama mereka” (Volume I, hal. 642).
KIPM juga memuji rezim Ion Antonescu dari Rumania Fasis, di mana Komite tersebut dapat memberikan bantuan khusus kepada 183.000 orang Yahudi Rumania sampai pada saat pendudukan Uni Soviet. Bantuan tersebut lalu berhenti, dan KIPM mengungkapkan komplain yang besar karena tidak pernah berhasil “untuk mengirimkan apa pun ke Rusia” (Volume II, hal. 62). Situasi yang sama berlaku di dalam banyak dari kamp-kamp setelah “pembebasan” mereka oleh orang-orang Rusia. KIPM menerima banyak sekali surat dari Auschwitz sampai periode pendudukan Rusia, di mana banyak dari para tawanan dievakuasi ke barat. Tetapi, upaya-upaya dari Palang merah untuk mengirimkan bantuan kepada para tawanan yang tetap ada di Auschwitz di bawah kontrol Soviet sia-sia. Bagaimanapun, parsel-parsel makanan terus dikirimkan kepada para mantan tahanan Auschwitz yang dipindahkan ke barat ke kamp-kamp seperti Buchenwald dan Oranienburg.
Tidak Ada Bukti Genosida
Salah satu aspek yang terpenting dari Laporan Palang Merah adalah penjelasan terhadap sebab yang sejati dari kematian-kematian yang tidak diragukan terjadi di dalam kamp-kamp pada akhir perang. Laporan tersebut berkata: “Di dalam keadaan yang kacau-balau di Jerman setelah penyerbuan pada bulan-bulan terakhir perang, kamp-kamp tersebut tidak menerima persediaan makanan sama sekali dan kelaparan mencabut nyawa semakin banyak korban. Pemerinta Jerman sendiri, yang menyadari situasi ini, pada akhirnya memberi tahu KIPM pada tanggal 1 Februari 1945 … Pada bulan Maret 1945, diskusi-diskusi antara Presiden dari KIPM dan Jenderal dari S.S. Kaltenbrunner memberikan hasl yang bahkan lebih pasti. Bantuan dapat sejak saat itu didistribusikan oleh KIPM, dan seorang delegasi diizinkan untuk tinggal di setiap kamp…” (Volume III, hal. 83).
Jelas, para otoritas Jerman mencoba meringankan situasi yang berat ini sejauh mungkin. Palang Merah jelas-jelas menyatakan bahwa persediaan makan berhenti pada waktu ini akibat pemboman dari Sekutu terhadap transportasi Jerman, dan atas kepentingan para tawanan Yahudi mereka telah berprotes pada tanggal 15 Maret 1944 terhadap “peperangan udara yang barbar dari Sekutu” (Inter Arma Caritas, hal. 78). Pada tanggal 2 Oktober 1944, KIPM memperingatkan Kantor Luar Negeri Jerman akan runtuhnya sistem transportasi Jerman yang akan segera berlangsung, dengan menyatakan bahwa kondisi kelaparan orang-orang di seluruh Jerman tidak terelakkan.
Dalam membahas Laporan tiga volume yang lengkap ini, penting untuk ditekankan bahwa para delegasi Komite Internasional Palang Merah tidak menemukan bukti sama sekali di kamp-kamp di negara-negara Eropa yang diduki oleh Poros, dalam tujuan sengaja untuk membunuh orang Yahudi. Di dalam seluruh Laporannya yang berjumlah 1.600 halaman, bahkan tidak disebutkan satu kamar gas pun. Laporan itu mengakui bahwa para Yahudi, layaknya bangsa lain pada saat perang, menderita kesusahan dan ketidakberpunyaan, tetapi fakta bahwa Laporan tersebut diam seribu bahasa tentang hal pemusnahan yang direncanakan adalah pembantahan besar terhadap legenda Enam Juta Orang. Seperti para perwakilan Vatikan dengan siapa mereka bekerja sama, Palang Merah sendiri tidak dapat mendukung tuduhan-tuduhan genosida yang tidak bertanggung jawab yang telah menjadi kepercayaan orang banyak. Dalam hal laju kematian, Laporan tersebut menunjukkan bahwa kebanyakan dari dokter Yahudi dari kamp-kamp diberdayakan untuk memerangi tifus para batas timur, sehingga mereka tidak berada pada waktu wabah tifus pada tahun 1945 tersebar di kamp-kamp (Volume I, hal. 204 ff) – Kebetulan, adalah suatu hal yang sering diklaim bahwa pembunuhan massal dilakukan di dalam kamar gas yang disamarkan secara lihai sebagai fasilitas pemandian. Kembali lagi, Laporan tersebut membuat tuduhan ini suatu omong kosong. “Bukan hanya tempat mandi, tetapi juga instalasi untuk pemandian, shower, dan binatu diinskepsi oleh para delegasi. Mereka sering harus bertindak agar perlengkapan-perlengkapannya dibuat lebih modern, dan untuk membetulkan atau memperbesarnya” (Volume III, hal. 594).
Tidak Semuanya Ditawan
Volume III dari Laporan Palang Merah, Bab 3 (I. Jewish Civilian Populatin [Populasi Penduduk Sipil Yahudi]) membahas tentang “bantuan yang diberikan kepada bagian Yahudi dari populasi yang bebas”, dan bab ini menyatakan dengan jelas bahwa orang-orang Yahudi sama sekali tidak ditempatkan di dalam kamp-kamp pengasingan, melainkan tetap berada, di bawah larangan-larangan tertentu, sebagaai bagian dari populasi penduduk sipil yang bebas. Hal ini bertentangan secara langsung dengan “kesaksamaan” dari yang disebut-sebut dengan “program pemusnahan”, dan dengan klaim di dalam memoir Höss bahwa Eichmann terobsesi dengan menangkap “setiap orang Yahudi yang dapat diraihnya.”
Contohnya, di Slowakia, di mana asisten Eichmann, Dieter Wisliceny menjabat, Laporan tersebut menyatakan bahwa “sejumlah besar minoritas Yahudi memiliki izin untuk tinggal di negara tersebut, dan pada periode tertentu, Slowakia dipandang sebagai suatu suaka bagi para Yahudi, terutama bagi mereka yang datang dari Polandia. Mereka yang tetap tinggal di Slowakia tampak telah berada dalam keadaan yang aman sampai akhir Agustus 1944, di mana suatu pemberontakan terhadap pasukan Jerman berlangsung. Walaupun benar bahwa hukum tanggal 15 Mei 1942 telah membuat ribuan orang Yahudi sebagai tawanan, orang-orang ini ditahan di dalam kamp-kamp di mana kondisi makanan dan tempat tinggal dapat ditolerir, dan di mana para tawanan diizinkan untuk melakukan kerja yang dibayar dengan ketentuan-ketentuan yang hampir setara dengan para pekerja dalam pasar tenaga kerja bebas” (Volume I, hal. 646).
Bukan hanya sejumlah besar dari tiga juta orang Yahudi Eropa sama sekali tidak menjadi tawanan, tetapi emigrasi Yahudi terus berlanjut pada saat perang berlangsung, pada umumnya lewat Hongaria, Rumania, dan Turki. Ironisnya, emigrasi Yahudi setelah perang di teritori-teritori yang diduduki Jerman juga difasilitasi oleh Reich, seperti halnya para Yahudi Polandia yang telah melarikan diri ke Prancis sebelum didudukinya negara tersebut. “Orang-orang Yahudi dari Polandia yang, pada waktu mereka berada di Prancis, telah mendapatkan izin masuk Amerika Serikat dianggap sebagai warga negara Amerika oleh otoritas pendudukan Jerman, yang menyetujui lebih lanjut untuk mengakui keabsahan sekitar tiga ribu paspor yang dikeluarkan untuk orang-orang Yahudi oleh konsulat negara-negara Amerika Selatan” (Volume I, hal. 645).
Sebagai warga negara AS di masa depan, orang-orang Yahudi ini ditahan di kamp Viteel di Prancis selatan untuk orang-orang asing dari Amerika. Emigrasi orang-orang Yahudi Eropa dari Hongaria, secara khusus, berlangsung tanpa hambatan dari otoritas Jerman pada saat perang. “Sampai bulan Maret 1944”, ujar Laporan Palang Merah, “orang-orang Yahudi yang memiliki hak istimewa, yakni visa untuk Palestina, bebas untuk meninggalkan Hongaria” (Volume I, hal. 648), Bahkan setelah digantikannya Pemerintahan Horthy di tahun 1944 (setelah upaya gencatan senjata dengan Uni Soviet) dengan suatu pemerintahan yang lebih bergantung kepada otoritas Jerman, emigrasi orang-orang Yahudi terus berlangsung.
Komite tersebut mendapatkan jaminan dari Inggris dan Amerika Serikat “untuk memberikan dukungan apa pun untuk emigrasi orang-orang Yahudi dari Hongaria”, dan dari Pemerintahan AS, KIPM mendapatkan sebuah pesan yang menyatakan bahwa “Pemerintahan Amerika Serikat… sekarang mengulangi secara khusus jaminannya bahwa ia akan membuat rencana-rencana untuk melindungi semua orang Yahudi yang pada saat ini diperbolehkan untuk pergi” (Volume I, hal. 649).
Biedermann setuju bahwa di sembilan belas kali di mana “Did Six Million Really Die?” [“Apakah Enam Juta Orang Benar-Benar Mati?”] mengutip dari Laporan Komite Internasional Palang Merah tentang Aktivitasnya pada Perang Dunia Kedua dan Inter Arma Caritas (ini mengikutsertakan materi di atas), pamflet tersebut melakukannya dengan akurat.
Suatu kutipan dari Charles Biedermann (seorang delegasi dari Komite Internasional Palang Merah dan Direktur dari International Tracing Service [Jasa Pelacakan Internasional] Palang Merah di bawah sumpah pada Pengadilan Zündel (9, 10, 11, dan 12 Februari 1988).
Yang di atas adalah bab 9 dari buku “Did Six Million Really Die?” [“Apakah Enam Juta Orang Benar-Benar Mati?”]
Artikel-Artikel Terkait
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 3 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 4 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 4 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 4 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 6 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 7 bulanBaca lebih lanjut...