Santo Yohanes dari Damaskus, tentang gambar-gambar suci

Pengaku Iman, Doktor Gereja

Pesta: 27 Maret

“Yohanes Damascenus, yang dinamakan demikian karena ia terlahir di Damaskus, kota di Suriah, memiliki jabatan terkemuka di bawah kepemimpinan Khalifah provinsi tersebut, sewaktu di tahun 780, Kaisar Leo dari Isauria mengadakan kebijakan untuk memusnahkan gambar-gambar Yesus Kristus dan para kudus-Nya. Yohanes dari Damaskus, yang pada waktu itu hanya seorang awam biasa, membela tradisi, menyebarluaskan surat-surat di mana ia membela prinsip-prinsip tersebut, membalas bantahan-bantahan, dan menopang iman umat untuk melawan penganiayaan.[1]

Discours sur les saintes images [Percakapan tentang gambar-gambar suci] – Percakapan ini berjumlah tiga buah, di mana sang Doktor suci ini menetapkan doktrin Gereja oleh otoritas para Bapa, dan menerangkan apa yang diajarkan oleh tradisi, yang mendukung penghormatan yang sejak dahulu diberikan kepada gambar-gambar. Kami memberikan beberapa kutipan di bawah untuk para pembaca.

‘Orang-orang membantah kami dengan kata-kata Kitab Suci ini: Jangan membuat patung bagimu yang menyerupai apa pun yang ada di langit, di atas, atau apa pun yang ada di bumi, di bawah, atau yang ada di dalam air, di bawah bumi. Saya hanya menyembah satu Allah saja, dan hanya kepada-Nyalah saya memberikan penghormatan latria atau penyembahan. Saya tidak menyembah ciptaan, melainkan sang Pencipta yang telah menjadi manusia, yang menjadi serupa dengan saya. Saya menyembah sang Raja yang agung itu, serta tubuh yang, kiasannya, adalah kain ungu-Nya. Saya berani membuat gambar dari Allah yang tidak kelihatan, bukan karena Ia tidak kelihatan, melainkan karena Ia telah membuat diri-Nya kelihatan bagi kita.

Tentang kata-kata Allah kepada Musa ini: Janganlah engkau membuat gambar, ketahuilah bagaimana Musa sendiri menjelaskannya  di dalam kitab Ulangan: TUHAN berfirman kepadamu dari tengah-tengah api itu, sedangkan kamu mendengar suara perkataan, tetapi kamu tidak melihat suatu bentuk, hanya suara. Musa khawatir bahwa wujud dari langit dan bintang yang berkilau di langit memukau orang-orang Yahudi itu, yang berkecenderungan menyembah berhala, sehingga mereka menyembah ciptaan dan bukan sang Pencipta, dan memberikan penghormatan latria kepada sesuatu yang lain daripada Allah. Maka, perintah tersebut hanyalah untuk orang-orang Yahudi ; tetapi, untuk kita yang telah diberikan pengetahuan yang sempurna akan sifat Allah, kita yang telah melalui tahapan kanak-kanak, kita mengetahui hal apa yang mungkin diwujudkan dengan gambar dan hal apa yang tidak. Bagaimanakah seseorang dapat membuat sebuah gambar dari Ia yang tidak memiliki bentuk, atau melukiskan dengan warna-warna Ia yang tidak memiliki tubuh? Tetapi, sejak Ia menjadi manusia, kita sungguh dapat menggambarkan wujud manusiawi-Nya. Anda dapat melukiskan kelahiran-Nya dari sang Perawan, pembaptisan-Nya di sungai Yordan, transfigurasi-Nya di gunung Tabor, berbagai peristiwa dari sengsara-Nya, penyaliban-Nya, penguburan-Nya, kebangkitan-Nya, kenaikan-Nya ke Surga. Itulah hal-hal yang dapat diungkapkan oleh warna-warna, juga oleh kata-kata, dan perwujudan oleh gambar-gambar tersebut sama sekali tidak membahayakan iman.

Banyak sekali gambar di dalam Perjanjian Lama; dan bahkan Allah sendirilah yang memerintahkannya dalam kehidupan sehari-hari, agar misteri-misteri dan sakramen-sakramen dari Perjanjian yang akan datang dilambangkan oleh gambaran-gambaran dari Perjanjian Lama. Hendakkah anda menghancurkan segala gambar dan menentang sang Pemberi Hukum tertinggi yang telah membuat kedua Perjanjian; ataukah hendakkah anda menerima semuanya, dengan perubahan-perubahan yang layak? Jika gambar-gambar dilarang di dalam hukum yang pertama, gambar-gambar tersebut pun juga diperintahkan, saksi dari kurban propisiasi terwujud di dalam patung kerub yang dibuat oleh tangan manusia. Betapapun rendahnya materi yang digunakan, benda yang dihasilkan tidaklah tidak berharga: tabernakel, menurut ungkapan dari sang Rasul, adalah tiruan dari benda-benda surgawi. Kayu Salib yang suci, bukankah itu materi? Dan tempat Kalvari serta batu dari makam suci, sumber dari Kebangkitan kita, serta surat-surat di atas mana Injil tertulis, meja suci, emas dan perak yang digunakan untuk membuat bejana-bejana suci, di mana disimpan tubuh dan darah Yesus Kristus, roti dan anggur Ekaristi, bukankah hal-hal tersebut materi? Bagaimanapun, anda menghormati hal-hal tersebut. Mengapakah anda menolak untuk menghormati benda-benda dari agama kita, dengan alasan bahwa benda-benda itu adalah materi?

Bahkan bayangan dan pakaian yang dikenakan para Rasul menyembuhkan orang sakit; mengapakah gambar mereka tidak dihormati? Kita harus menghormati para kudus sebagai teman-teman Allah, anak-anak dan ahli waris dari Yesus Kristus, karena mereka adalah pelindung dan perantara kita kepada Allah ; kita harus membangun bait-bait atas penghormatan kepada mereka, merayakan ingatan akan mereka oleh lagu-lagu dan mazmur serta madah rohani, membuat patung serta menjaga gambar-gambar mereka. Dari antara para kudus yang berhak mendapatkan penghormatan kita, sang Perawan Suci berhak mendapatkan penghormatan tertinggi…. Relikui-relikui mereka harus dihormati, bagaikan mata air keselamatan, sumber rahmat yang istimewa… Penghormatan pun layak diberikan kepada kayu yang berharga di mana Yesus Kristus diberikan kepada kita sebagai kurban, karena kayu itu telah disucikan dengan sentuhan tubuh-Nya dan darah-Nya yang Mahakudus. Demikian pula dengan paku, tombak, pakaian dan tempat tinggalnya yang suci, yakni, palungan dan makam-Nya. Alasan untuk penghormatan kepada Salib adalah bahwa  Salib itu melambangkan Yesus Kristus, tetapi hendaknya penyembahan tidak diberikan kepada materi yang membuat wujud itu."[2]

Catatan kaki:

[1] Nouvelle encyclopédie théologique [Ensiklopedia Teologis Baru], Romo Migne, T. XXII, Paris, J.-P. Migne, Penyunting, 1854, hal. 701.

[2] Ibid, hal. 703-705.