^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Rahasia Lengkap Penampakan Bunda Maria dari La Salette, Prancis 1846
Diterbitkan oleh Mélanie dari La Salette, suster Marie de la Croix, yang diikuti oleh surat-surat terakhir oleh Mélanie.
RANGKUMAN
Penampakan Sang Perawan Tersuci di atas Pegunungan La Salette, pada Tanggal 19 September 1846
I
Tanggal 18 September, pada hari sebelum Penampakan Suci dari sang Perawan Suci, saya berada sendirian seperti biasanya untuk menjaga keempat sapi dari para tuan saya. Sekitar pukul 11 pagi, saya melihat seorang anak lelaki datang mendekati saya. Melihat kejadian itu, saya takut, karena tampaknya semua orang akan tahu bahwa saya menghindari segala jenis persahabatan. Anak itu mendekati saya dan berkata: “Nak, aku datang bersamamu, aku juga berasal dari Corps”. Saat menanggapi kata-kata itu, sifat buruk saya langsung terlihat, dan saya mengambil beberapa langkah mundur, seraya berkata kepadanya: “Aku tidak menginginkan seorang pun, aku hanya ingin sendirian.” Lalu, saya menjauh, tetapi anak itu mengikuti saya dan berkata kepada saya: “Ayo, biarkan aku bersamamu, tuanku memerintahkanku untuk datang menjaga sapi-sapiku dengan sapi-sapimu; aku ini dari Corps”. Saya menjauhinya, dengan membuat suatu tanda bahwa saya tidak ingin seorang pun, dan setelah saya menjauh, saya duduk di atas rerumputan. Di sana, saya bercakap-cakap dengan bunga-bunga kecil ciptaan Tuhan. Beberapa saat kemudian, saya melihat ke belakang, dan saya menemukan Maximin terduduk di dekat saya. Ia langsung berkata kepada saya: “Biarkan aku di sini, aku akan bertingkah dengan baik”. Tetapi, sifat buruk saya tidak ingin mendengarkan alasan. Saya bangun dan bergegas pergi sedikit lebih jauh tanpa berkata satu patah kata pun kepadanya, dan saya kembali bermain dengan bunga-bunga ciptaan Tuhan.
Suatu saat kemudian, Maximin kembali berada untuk berkata kepada saya bahwa ia akan bertingkah dengan baik, bahwa ia tidak akan berbicara, bahwa ia bosan sendirian, dan bahwa tuannya mengutusnya untuk berada dekat saya, dsb … Kali ini, saya merasa iba, saya memberi tanda kepadanya untuk duduk, dan saya terus bermain dengan bunga-bunga kecil ciptaan Tuhan. Maximin langsung memecahkan kesunyian, ia mulai tertawa (saya mengira ia mengejek saya); saya memandangnya dan ia berkata kepada saya: “Marilah bersenang-senang, mari bermain.” Saya tidak membalasnya, karena saya sungguh tidak tahu apa-apa; saya sama sekali tidak mengerti bagaimana cara bermain dengan orang lain, karena saya selalu sendirian. Saya hanya bersenang-senang sendiri dengan bunga-bunga, dan Maximin, yang mendekati diri saya, hanya tertawa dan berkata kepada saya bahwa bunga-bunga tidak memiliki telinga untuk mendengarkan saya, dan bahwa kami perlu bermain bersama. Tetapi, saya tidak ingin bermain permainan yang ia katakan.
Tetapi, saya mulai berbicara kepadanya, dan ia berkata bahwa kesepuluh hari yang harus dilaluinya bersama tuannya itu akan segera berakhir, dan bahwa setelahnya, ia akan pergi ke Corps ke rumah Bapaknya, dsb … Sewaktu ia berbicara kepada saya, lonceng La Salette terdengar, itu lonceng Angelus; saya memberi isyarat kepada Maximin untuk mengangkat jiwanya kepada Allah. Ia melepaskan topinya dan hening sejenak. Lalu, saya berkata kepadanya: “Kamu mau makan?” “Ya”, ujarnya. “Ayo.” Kami duduk: saya mengeluarkan dari tas saya bekal yang telah diberikan oleh tuan-tuan saya, dan seperti biasa, sebelum memulai makan roti bundar kecil saya, dengan ujung dari pisau saya, saya membuat sebuah salib di roti saya, dan di tengah-tengahnya sebuah lubang yang amat kecil: “Jika Iblis ada di sana, semoga ia keluar: dan jika Tuhan berada di sana, semoga Ia tetap berada di sana” dan, cepat-cepat saya menutupi lubang kecil itu. Maximin tertawa keras, dan menendang [secara tidak sengaja] roti saya, yang terlepas dari tangan saya, menggelinding sampai ke bawah pegunungan dan menghilang. Saya memiliki satu potongan roti yang lain, dan kami memakannya bersama; lalu, kami memainkan suatu permainan, lalu saya mengerti bahwa Maximin perlu makan, saya menunjukkan kepadanya sebuah tempat di pengunungan itu yang dipenuhi buah-buahan kecil. Saya mengajaknya untuk pergi memakannya, yang dilakukannya segera; ia memakan buah-buahan tersebut dan membawanya di dalam topinya. Pada sore hari, kami menuruni pegunungan itu bersama, dan kami berjalan-jalan untuk kembali menjaga sapi-sapi kami bersama.
Keesokan harinya, pada tanggal 19 September, saya kembali berjalan bersama Maximin: kami menanjak pegunungan itu bersama. Saya melihat bahwa Maximin sangat baik, sangat sederhana, dan ia suka berbicara tentang hal-hal yang saya bicarakan; ia juga sangat fleksibel, tidak membawa perasaannya. Tetapi, ia sedikit terlalu penasaran, karena sewaktu saya menjauhinya, segera setelah ia melihat saya berhenti, ia berlari cepat-cepat untuk melihat apa yang saya lakukan dan mendengarkan apa yang saya katakan kepada bunga-bunga ciptaan Tuhan; dan jika ia tidak sampai pada waktunya, ia bertanya apa yang saya katakan. Maximin meminta agar saya mengajarkannya sebuah permainan. Pada akhir pagi hari itu, saya memintanya untuk mengumpulkan bunga-bunga untuk membuat Firdaus. Kami pun memulainya; kami segera mengumpulkan banyak bunga-bunga dengan berbagai warna. Lonceng Angelus dari desa pun terdengar; karena Langit terlihat cantik, tidak berawan. Setelah berdoa kepada Tuhan, saya berkata kepada Maximin bahwa kami harus menuntun sapi-sapi kami ke atas sebuah dataran di dekat cekungan kecil, di mana terdapat bebatuan untuk membangun Firdaus. Kami menuntun sapi-sapi kami ke tempat tersebut, dan lalu kami memakan makanan kecil kami; lalu kami mulai membawa bebatuan dan membangun rumah kecil kami yang memiliki satu lantai, yang kami sebut-sebut tempat tinggal kami, lalu sebuah lantai di atasnya yang kami sebut Firdaus. Lantai tersebut dihiasi sepenuhnya dengan bunga-bunga berbagai warna dengan mahkota yang tergantung di atasnya oleh tangkai bunga-bunga. Firdaus tersebut ditutupi dengan sebongkah batu yang besar yang telah kami tutupi dengan bebungaan; kami juga memahkotai batu itu di sekelilingnya. Setelah Firdaus itu selesai, kami memandanginya; rasa kantuk pun mendatangi kami; kami menjauhi diri satu sama lain sekitar dua langkah dan kami pun tertidur di atas rerumputan.
Sang Nyonya Cantik duduk di atas Firdaus kami tanpa meruntuhkannya.
II
Sewaktu saya terbangun dan tidak melihat sapi-sapi saya, saya memanggil Maximin dan saya mendaki bukit kecil itu. Dari sana, sewaktu saya melihat bahwa sapi-sapi kami tertidur nyenyak, saya kembali turun sedangkan Maximin naik, sewaktu tiba-tiba, saya melihat sebuah cahaya yang indah, yang lebih terang daripada matahari, dan dengan sulit saya dapat menuturkan kata-kata ini: “Maximin, apakah kamu melihatnya, di situ? Ah! Ya Tuhan!” Pada saat itu juga, saya melepaskan tongkat di dalam genggaman tangan saya. Saya tidak mengenali suatu hal yang menawan yang ada dalam diri saya pada saat itu, tetapi saya merasa tertarik, saya merasakan suatu rasa hormat yang dipenuhi dengan cinta, dan hati saya ingin berlari lebih cepat daripada diri saya.
Saya melihat dengan jelas cahaya yang tidak bergerak itu, dan cahaya itu seolah-olah terbuka, saya melihat sebuah cahaya lain yang jauh lebih terang dan yang bergerak, dan di dalam cahaya itu terduduk seorang Nyonya yang amat cantik di atas Firdaus kami, dengan wajah yang berada dalam tangannya. Nyonya cantik itu berdiri, ia menyilangkan tangannya di tengah badannya sambil memandang kami, dan berkata kepada kami: “Mendekatlah, anak-anakku, janganlah takut; aku di sini untuk mewartakan kepada kalian suatu berita besar.” Kata-kata yang lembut dan halus itu membuat saya berlari kepadanya, dan hati saya ingin melekat kepadanya untuk selamanya. Sesampainya saya di dekat Nyonya cantik itu, di hadapannya, di sisi kanannya, ia memulai percakapannya, dan air mata pun mulai berlinang dari matanya yang cantik.
Di sini, saya mencoba mengartikan kata: kentang-kentang [pommes de terre]; saya mengira bahwa kata tersebut berarti apel [pommes]. Sang Nyonya cantik yang baik itu menerka pikiran saya dan lalu berkata: “Kalian tidak paham, anak-anakku? Aku akan mengucapkannya dengan cara yang lain”.
Terjemahannya dalam bahasa Prancis sebagai berikut:
Di sini, Nyonya cantik yang menawan diri saya itu, tinggal diam sesaat tanpa terdengar berkata apa-apa; tetapi, saya melihatnya berlanjut, ia bagaikan berbicara, menggerakkan bibirnya yang indah dengan anggun, Maximin lalu menerima rahasianya. Lalu, sang Perawan yang Tersuci menujukan kata-katanya kepada saya dan berbicara kepada saya, dan memberikan saya suatu rahasia dalam bahasa Prancis. Berikut adalah rahasia itu selengkapnya, sebagaimana yang telah diberikannya kepada saya:
III
IV
Lalu sang Perawan suci juga memberikan kepada saya dalam bahasa Prancis Aturan dari Ordo religius baru.
Setelah memberikan saya Aturan dari Ordo religius baru tersebut, sang Perawan suci melanjutkan Percakapan tersebut:
Sang Nyonya yang amat cantik itu menyeberangi sungai kecil, dan dari dua langkah dari sungai kecil itu, ia tidak lagi kembali kepada kami yang mengikutinya (karena ia begitu menawan oleh cahayanya dan terlebih lagi oleh kebaikannya yang memabukkan diri saya, yang tampaknya melelehkan hati saya), ia berkata kembali kepada kami:
Lalu ia terus berjalan sampai ke tempat yang saya telah daki untuk melihat di mana sapi-sapi kami berada. Kakinya hanya menyentuh ujung dari rumput tanpa membengkokannya. Sesampainya ia di bukit yang kecil, Nyonya cantik itu berhenti, dan segera saya berjalan di depannya, untuk dapat memandangnya dengan baik dan mencoba mengetahui jalan mana yang ia paling ingin jalani; sebab saya telah melupakan sapi-sapi saya dan tuan-tuan yang saya layani; saya ingin melekatkan diri saya selamanya tanpa syarat kepada Nyonyaku; ya, saya tidak pernah ingin meninggalkannya, tidak pernah meninggalkannya, saya mengikutinya tanpa berpikir panjang dan ingin melayaninya selama saya hidup. Dengan Nyonyaku, saya percaya saya telah melupakan Surga, pikiran saya hanyalah untuk melayaninya dengan baik dalam segala hal, dan saya percaya bahwa saya dapat melakukan segala hal yang ia perintahkan agar saya lakukan, karena kelihatannya ia memiliki kekuatan yang besar. Ia memandang saya dengan kebaikan yang halus yang menarik diri saya kepadanya, saya ingin menyerahkan diri saya ke dalam tangannya. Ia tidak memberikan waktu untuk melakukan hal itu. Entah bagaimana, ia naik dari tanah ke atas sekitar lebih dari satu meter; dan ia tergantung di udara dalam suatu saat yang singkat, Nyonyaku yang cantik itu memandang ke angkasa, lalu ke bumi di kanan dan kirinya, lalu ia menatap saya dengan mata yang begitu manis, yang begitu cantik dan baik, sehingga saya mengira bahwa ia menarik saya ke dalam dirinya, dan tampaknya, hati saya terbuka kepada hatinya. Dan sewaktu hati saya meleleh akibat perekahan yang begitu manis, sosok yang cantik dari Nyonyaku yang baik itu menghilang; tampaknya cahaya yang bergerak itu menjadi banyak atau menjadi lebih padat di sekitar sang Perawan tersuci sehingga saya tidak dapat melihatnya lebih lama lagi. Kemudian, cahaya itu menutupi bagian badan yang menghilang di depan mata saya; atau kelihatannya tubuh Nyonyaku itu berubah menjadi cahaya saat menghilang. Lalu, cahaya yang berbentuk seperti bola itu terangkat dengan halus menuju ke kanan.
Saya tidak dapat berkata jika ketebalan dari cahaya itu berkurang sewaktu bertahap sewaktu ia terangkat, atau jika jarak antara kami itulah yang membuat saya melihat cahaya itu berkurang sepadan dengan ketinggiannya; yang saya tahu adalah bahwa saya selalu mengangkat kepala saya dan mata saya terpaku kepada cahaya itu, bahkan setelah cahaya itu, yang selalu menjauh dan berkurang, akhirnya menghilang.
Mata saya berpindah dari langit, dan saya melihat di sekeliling saya, saya melihat Maximin yang menatap diri saya, saya berkata kepadanya: “Mémin [Maximin], itu pasti Tuhan dari ayahku, atau sang Perawan Tersuci, atau seorang santa yang agung”. Dan Maximin mengangkat tangannya ke udara, ia berkata: “Ah! Seandainya saja aku tahu!”
V
Pada sore hari 19 September, kami pulang sedikit lebih awal dari biasanya. Sesampainya di rumah para tuan saya, saya sibuk mengikat sapi-sapi saya dan merapikan kandang. Sebelum saya selesai, nyonya saya datang menangis kepada saya dan berkata: “Mengapa, anakku, mengapa anda tidak datang kepadaku untuk menceritakan apa yang terjadi di pegunungan?” (Maximin yang belum menemukan para tuannya yang belum pulang dari pekerjaan mereka, datang ke rumah para tuan saya, dan telah menceritakan semua yang telah dilihatnya dan didengarkannya). Saya membalasnya: “Saya sungguh ingin menceritakannya, tetapi saya ingin menyelesaikan tugas saya sebelumnya.” Beberapa saat kemudian, saya masuk ke dalam rumah, dan nyonya saya berkata kepada saya: “Ceritakanlah apa yang anda lihat: gembala dari Bruite (itu adalah nama panggilan untuk Pierre Selme, tuan Maximin) telah menceritakan semuanya kepada saya.” Saya mulai bercerita, dan pada pertengahan cerita itu, para tuan saya sampai ke padang mereka; nyonya saya yang menangis sewaktu mendengar keluhan-keluhan dan ancaman-ancaman dari Bunda kami yang lembut itu, berkata: “Ah! Kalian perlu pergi mengumpulkan gandum besok hari: jagalah diri kalian baik-baik, datanglah dan dengarkanlah apa yang telah terjadi pada hari ini kepada anak ini dan kepada gembala dari Selme.” Ia pun berpaling kembali kepada saya dan ia berkata: “Mulailah kembali bercerita semua yang telah anda katakan.” Saya mulai kembali bercerita; dan sewaktu saya selesai, Tuan saya berkata: “Itu adalah Bunda Maria, atau mungkin seorang Santa yang agung, yang datang dari pihak Allah yang Mahabaik; tetapi, itu bagaikan Allah yang Mahabaik sendiri yang datang: semua yang dikatakan oleh Wanita kudus itu harus dilakukan. Bagaimanakah anda dapat pergi untuk mengatakan hal itu kepada semua umatnya?” Saya membalasnya: “Anda perlu mengatakan bagaimana saya harus melakukannya, dan saya akan melakukannya.” Lalu, ia berkata sambil memandang ibunya, istrinya, dan saudara lelakinya: “Kita harus berpikir tentang hal itu.” Lalu, semua orang kembali kepada urusan mereka masing-masing.
Setelah makan malam, Maximin dan para tuannya datang ke rumah para tuan saya untuk menceritakan apa yang telah dikatakan Maximin kepada mereka, dan untuk tahu apa yang perlu dilakukan: “Sebab,” ujar mereka, “bagi kami sang Perawan Sucilah yang tampaknya telah diutus oleh Allah yang Mahabaik: kata-kata yang telah diucapkannya, membuat pesannya terpercaya. Dan ia berkata kepada mereka untuk menyampaikannya kepada semua umatnya; mungkin anak-anak ini harus menjelajahi seluruh dunia untuk menyampaikan bahwa semua orang harus menaati perintah-perintah Allah yang Mahabaik, jika tidak, bencana-bencana besar akan datang menimpa kita.” Setelah suatu saat keheningan, tuan saya berkata, sambil berkata kepada Maximin dan kepada diri saya: “Tahukah apa yang harus kalian lakukan, anak-anakku? Besok hari, bangunlah pagi-pagi, dan pergilah kalian berdua ke Tuan Pastor Paroki, dan ceritakanlah kepadanya segala hal yang telah kalian lihat dan dengar, katakan kepadanya baik-baik segala hal yang telah terjadi; ia akan berkata kepada kalian apa yang harus kalian lakukan.”
Pada tanggal 20 September, keesokan hari dari penampakan tersebut, saya pergi pada dini hari bersama Maximin. Sesampainya di Paroki, saya mengetuk pintunya. pembantu rumah tangga dari Tuan Pastor Paroki membukakan pintu, dan bertanya apa yang kami hendaki. Saya berkata kepadanya dalam bahasa Prancis (saya yang tidak pernah berbicara dalam bahasa itu sebelumnya): “Kami ingin berbicara kepada Tuan Pastor Paroki.” – “Dan apakah yang anda hendak katakan kepadanya?” ia bertanya kepada kami. – “Kami ingin berkata kepadanya, Nona, bahwa kemarin hari, kami pergi menjaga sapi-sapi kami di atas pegunungan di Baisses, dan setelah makan siang, dsb. dsb.” Kami menceritakan kepadanya sebagian besar dari percakapan dengan sang Perawan yang Tersuci. Lalu, lonceng Gereja berbunyi; itulah tanda terakhir untuk Misa. Tuan Pastor Perrin, Pastor paroki La Salette, yang telah mendengar kami, membuka pintunya dengan bunyi yang nyaring: ia menangis; ia memukuli dadanya; ia berkata kepada kami: “Anak-anakku, kita sudah binasa, Allah akan menghukum kita. Ah! Ya Allahku, sang Perawan sucilah yang tampak kepada kalian!” Dan ia pergi untuk menyelenggarakan Misa kudus. Kami saling berpandangan bersama Maximin dan sang pembantu rumah tangga itu: lalu Maximin berkata kepada saya: “Aku akan pergi ke rumah ayahku di Corps.” Dan kami pun berpisah.
Karena saya tidak menerima perintah dari para tuan saya untuk pulang segera setelah berbicara dengan Tuan Pastor Paroki, saya kira tidaklah buruk untuk menghadiri Misa. Jadi saya pergi ke Gereja. Misa bermula, dan, setelah Injil pertama, Tuan Pastor Paroki berpaling kepada umat, dan mencoba menceritakan kepada umat parokinya penampakan yang baru terjadi kemarin hari di atas pegunungan mereka, dan menasihati mereka untuk tidak lagi bekerja pada hari Minggu: suaranya tersendat-sendat oleh air mata, dan semua umat pun tersentuh. Setelah Misa Kudus, saya pulang ke rumah para tuan saya. Tuan Peytard, yang pada hari ini masih merupakan wali kota La Salette, datang untuk bertanya kepada saya tentang penampakan tersebut: dan setelah ia yakin akan kebenaran dari apa yang saya katakan kepadanya, ia pun pulang dengan yakin.
Saya terus bekerja melayani para tuan saya sampai pada pesta perayaan Semua Orang Kudus. Lalu, saya dikirim menjadi murid asrama di tempat biarawati Providence di negeri saya, di Corps.
VI
Sang Perawan tersuci amat tinggi dan proporsinya amat baik; ia tampak begitu ringan sehingga suatu embusan napas dapat menggerakkannya, tetapi ia tetap diam dan teguh. Wujudnya amat agung, berwibawa, tetapi tidak seperti Tuan-Tuan di sini. Ia memancarkan suatu rasa takut yang penuh hormat. Pada saat itu juga, sewaktu Yang Mulia itu memancarkan rasa hormat yang bercampur dengan cinta kasih, ia begitu menawan. Tatapannya itu manis dan menembus hati; matanya tampak berbicara dengan mata saya, tetapi percakapannya itu berasal dari rasa cinta kasih yang mendalam dan hidup terhadap kecantikan yang menawan yang melelehkan diri saya. Manisnya tatapannya, hawa kebaikannya yang entah bagaimana membuat orang mengerti dan merasa bahwa ia menarik orang lain kepada dirinya dan ingin memberikan dirinya sendiri; itulah ungkapan cinta kasih yang tidak dapat dilukiskan dengan bahasa duniawi, tidak pun dengan huruf abjad.
Pakaian Perawan yang tersuci itu putih keperakan dan berkilau sepenuhnya; pakaiannya sama sekali tidak bendawi: pakaiannya terbuat dari cahaya dan kemuliaan, yang berkilat dan berkilau. Di bumi, tidak ada ungkapan atau perbandingan yang dapat diberikan.
Sang Perawan suci amat cantik dan terbentuk sepenuhnya dari cinta kasih; sewaktu saya memandangnya, saya merasa ingin meleleh di dalam dirinya. Di sekelilingnya, sebagaimana di dalam pribadinya, berhembus wibawa, keagungan, dan keindahan dari seorang Ratu yang tiada duanya. Ia tampak cantik, putih, tidak bernoda, berkilau, mengagumkan, ilahi, segar, baru seperti seorang Perawan; bagaikan suatu kata, Cinta, keluar dari bibirnya yang keperakan dan amat murni. Ia tampak seperti seorang Ibunda yang baik, yang penuh kebaikan, cinta kasih bagi kita, belas kasih, dan kerahiman.
Mahkota bunga mawar di atas kepalanya begitu indah, begitu berkilau, sehingga kita tidak dapat membayangkannya; bunga-bunga mawar aneka warna, yang bukanlah dari dunia ini; itu adalah sekumpulan bunga yang mengelilingi kepala Perawan tersuci dalam bentuk sebuah mahkota; tetapi mawar-mawar tersebut berubah-ubah, atau saling bergantian, dan di tengah-tengah setiap bunga mawar itu terpancar sebuah cahaya yang amat indah yang menawan, dan yang membuat bunga-bunga mawar itu berkilau dengan begitu cantik. Mahkota mawar itu terangkat bagaikan dengan tangkai emas dan berbagai bunga kecil lainnya yang bercampuran dengan intan.
Semua itu membentuk sebuah mahkota yang amat indah, yang dengan sendirinya bersinar lebih terang daripada matahari kita di bumi ini.
Sang Perawan suci mengenakan sebuah Salib yang amat cantik yang tergantung di lehernya. Salib tersebut terlihat keemasan, saya menyebutnya keemasan bukan untuk berkata bahwa salib itu terbuat dari lempengan emas; sebab saya terkadang melihat benda-benda keemasan dengan berbagai gradasi warna emas, yang bagi mata saya adalah suatu hal yang jauh lebih indah daripada sebuah lempengan emas biasa. Di atas Salib yang indah itu terdapat Kristus, Tuhan kita, tangannya terbentang di atas Salib. Hampir di kedua ujung Salib itu, terdapat di satu sisi sebuah martil, dan di sisi lain sebuah catut. Kristus itu memiliki warna daging yang alami; tetapi Ia berkilau dengan kemilau yang begitu besar, dan cahaya yang terpancar dari seluruh tubuh-Nya tampak seperti panah yang amat terang yang memukau hati untuk meleleh di dalam diri-Nya. Terkadang Kristus tampak seperti mati: kepala-Nya bersandar, tubuh-Nya seperti lunglai, seperti akan jatuh, jika Ia tidak ditahan oleh paku yang menahan-Nya di Salib.
Saya sungguh iba kepada-Nya, dan saya ingin kembali mengatakan cinta kasih-Nya yang tak dikenal kepada seluruh dunia, dan meresapkan di dalam jiwa manusia cinta kasih yang amat terasa dan rasa syukur yang paling hidup terhadap sesosok Allah yang sama sekali tidak memerlukan diri kita untuk berada sebagai diri-Nya sendiri pada masa kini, pada masa lalu, dan untuk selama-lamanya; dan bagaimanapun, ya cinta kasih yang tidak dimengerti oleh manusia! Ia menjadikan diri-Nya manusia, dan Ia ingin mati, ya mati, untuk menuliskan cinta yang gila yang dimiliki-Nya bagi kita dengan lebih baik di dalam jiwa kita dan di dalam ingatan kita! Oh! Betapa malangnya diri saya ini karena saya hanya dapat menemukan ungkapan yang begitu buruknya untuk kembali menyatakan cinta kasih, ya cinta kasih dari Juru Selamat kita yang baik untuk diri kita! Tetapi, di sisi lain, betapa bahagianya kita untuk dapat merasakan dengan lebih baik apa yang tidak dapat kita ungkapkan! Di waktu yang lain, Kristus itu terlihat hidup: kepala-Nya tegak, mata-Nya terbuka, dan Ia tampak berada di Salib oleh kehendak-Nya sendiri. Terkadang pula Ia terlihat berbicara, Ia terlihat ingin menunjukkan bahwa Ia berada di Salib itu untuk diri kita, oleh cinta kasih-Nya bagi kita, untuk menarik diri kita kepada cinta kasih-Nya, bahwa Ia selalu memiliki kasih yang baru bagi kita, bahwa kasih-Nya sejak permulaan tahun 33 tetap sama dengan kasih-Nya pada hari ini dan untuk selama-lamanya.
Sang Perawan Suci menangis hampir setiap waktu sewaktu ia berbicara kepada saya. Air matanya berlinang satu demi satu perlahan-lahan sampai ke lututnya, lalu bagaikan kemilau cahaya, air matanya itu menghilang. Air matanya itu kemilau dan penuh cinta kasih. Saya ingin menghiburnya agar ia tidak lagi menangis. Tetapi, tampaknya ia perlu menunjukkan air matanya itu untuk dapat menunjukkan lebih baik cinta kasihnya yang telah dilupakan oleh manusia. Saya ingin menghempaskan diri saya sendiri ke dalam rangkulannya dan berkata kepadanya: “Bundaku yang baik, jangalah menangis! Aku ingin mencintaimu demi seluruh manusia di bumi.” Tetapi kelihatannya ia berkata kepada saya: “Begitu banyak orang yang tidak mengenal aku!”
Saya berada di antara kematian dan kehidupan sewaktu saya melihat di satu sisi cinta kasih yang begitu banyak, keinginan untuk dikasihi yang begitu banyak, dan di sisi lain, kedinginan dan ketidakpedulian yang begitu banyak ... Ya Bundaku! Bunda yang begitu cantik dan baik, cinta kasihku, hati dari hatiku! ....
Air mata dari Bunda kami yang terkasih, yang sama sekali tidak mengurangi hawa Kemegahannya, dari sang Ratu dan Penguasa, yang malah tampak menghiasinya, membuatnya lebih terkasih, lebih cantik, lebih kuasa, lebih dipenuhi cinta kasih, lebih keibuan, lebih menawan; dan saya akan memakan air matanya yang membuat hati saya meledak-ledak akibat belas kasih dan cinta. Sungguh tidak dapat dibayangkan, orang yang melihat seorang Ibunda menangis, dan Ibunda semacam itu, tanpa mencoba sedikit pun untuk menghiburnya, untuk mengubah dukacitanya menjadi sukacita! Ya Bunda yang amat baik! Engkau telah dibentuk dari segala hak istimewa mampu dijadikan oleh Allah, engkau kiasannya telah menguras habis kekuatan Allah, engkau itu baik dan baik dari kebaikan Allah sendiri; Allah menjadi semakin agung dengan menciptakan anda sebagai karya teragung-Nya di bumi dan di Surga.
Sang Perawan Tersuci mengenakan sebuah celemek kuning. Apa maksud saya kuning? Ia memiliki sebuah celemek yang jauh lebih terang daripada beberapa matahari yang bergabung bersama. Celemek itu bukanlah sebuah kain bendawi, celemek itu terbuat dari kemuliaan dan kemuliaan itu berkilau dan terbuat dari keindahan yang menawan. Segala hal milik sang Perawan Tersuci dengan kuat membawa saya dan membuat saya meluncur untuk menyembah dan mencintai Yesusku dalam segala keadaan hidup manusiawi saya.
Sang Perawan Tersuci mengenakan dua rantai, yang satu lebih lebar daripada yang lain. Di rantai yang lebih kecil, tergantung Salib yang telah saya sebutkan di atas. Rantai tersebut (karena memang harus diberi nama rantai) bagaikan sinar kemuliaan dari pantulan cahaya yang berganti warna dan berkemilau.
Sendalnya (karena, memang harus disebut sendal) berwarna putih, tetapi putih keperakan dan kemilau; terdapat bunga mawar di sekitarnya. Mawar-mawar itu begitu cantik dan mengagumkan, dan dari tengah-tengah mawar tersebut terpancar suatu nyala cahaya yang begitu cantik dan yang begitu manis untuk ditatap. Di atas sendalnya itu terdapat sebuah lingkaran emas, bukan emas dari dunia, melainkan emas dari surga.
Pemandangan sang Perawan Tersuci itu sendiri adalah Firdaus; ada dalam dirinya segala sesuatu yang dapat memuaskan, sebab bumi telah terlupakan.
Tampak dari sang Perawan Tersuci itu sendiri adalah Firdaus; terdapat dalam dirinya segala hal yang memuaskan; sebab rasanya bumi sudah terlupakan.
Sang Perawan Tersuci dikelilingi oleh dua cahaya. Cahaya pertama, yang lebih dekat kepada sang Perawan Tersuci sampai kepada kami; cahaya tersebut berkilau dengan kilatan yang amat indah dan terang. Cahaya yang kedua tersebar di sekeliling sang Nyonya Cantik itu, dan kami berada di dalamnya; cahaya itu tidak bergerak (yakni, cahaya itu tidak berkemilau), tetapi jauh lebih terang daripada matahari kita yang malang di bumi. Semua cahaya itu tidak membuat mata sakit, dan sama sekali tidak melelahkan penglihatan.
Di samping semua cahaya itu, semua keagungan itu, terpancar pula sejumlah cahaya atau sinar cahaya, dari Tubuh sang Perawan Suci, dari pakaiannya dan dari segala tempat.
Suara sang Nyonya Cantik itu manis; suaranya memukau, menawan, baik di hati, mengenyangkan, meratakan segala halangan, menenangkan, melembutkan. Saya merasa selalu ingin makan dari suaranya yang indah itu, dan hati saya seperti ingin menari atau ingin pergi menemuinya untuk meleleh di dalamnya.
Mata sang Perawan Suci, Bunda kita yang manis itu tidak dapat diungkapkan dengan bahasa manusia. Hanya seorang Serafimlah yang dapat mengungkapkannya: diperlukan sesuatu yang lebih tinggi, diperlukan bahasa Allah sendiri, Allah yang telah menciptakan Perawan Tak Bernoda itu, karya teragung dari kemahakuasaan-Nya.
Mata dari Maria yang agung tampak ribuan kali lebih cantik daripada intan, permata, dan bebatuan berharga yang diidam-idamkan; matanya berkilau bagaikan dua buah matahari; matanya itu manis, bagaikan dari kemanisan itu sendiri, jernih bagaikan sebuah cermin. Di dalam matanya kita melihat Firdaus; matanya menarik seseorang kepada dirinya; tampaknya ia ingin menyerahkan dirinya sendiri dan menarik orang-orang. Semakin saya menatapnya, semakin saya ingin melihatnya: semakin saya memandangnya, semakin besar cinta saya kepadanya, dan saya mencintainya dengan segala kekuatan saya.
Mata dari sang Imakulata yang indah itu bagaikan pintu gerbang Allah, dari mana kita melihat segala sesuatu yang dapat memabukkan jiwa. Sewaktu mata saya bertemu dengan mata Bunda Allah, saya merasakan dalam diri saya suatu pemberontakan cinta yang bahagia yang berprotes untuk mencintainya dan membuat saya meleleh dalam cinta kasih.
Saat mata kami bertatapan dan berbicara satu sama lain, saya mencintainya sebagaimana saya ingin memeluk dirinya di tengah-tengah matanya yang melembutkan jiwa saya, dan yang bagaikan menariknya dan melelehkannya dengan jiwanya. Matanya menanamkan dalam diri saya suatu rasa takut yang lembut, dan saya takut membuat suatu gerakan sedikit pun yang mungkin mengecewakan dirinya.
Pemandangan itu sendiri, pemandangan mata yang termurni dari sang Perawan, akan cukup untuk menjadi Surga bagi seseorang yang terberkati; matanya itu akan cukup untuk membuat jiwa masuk ke dalam genapnya kehendak Yang Mahatinggi di tengah-tengah segala peristiwa yang terjadi di sepanjang hidup yang fana ini; matanya itu akan cukup untuk membuat jiwa ini senantiasa melakukan perbuatan puji-pujian, syukur, reparasi dan penyilihan. Pemandangan itu sendiri memusatkan jiwa kepada Allah dan membuat jiwa itu bagaikan jiwa yang hidup dan mati. Segala sesuatu di dunia, bahkan hal-hal yang terlihat sebagai yang paling berat, tampak baginya seperti hiburan anak-anak: ia hanya ingin mendengar apa yang berasal dari Allah dan yang bersangkutan dengan Kemuliaan-Nya.
Dosa adalah satu-satunya kejahatan yang dilihatnya di dunia, ia akan mati kesakitan akibat dosa dunia seandainya Allah tidak menopangnya. Amin.
Castellamare, 21 November 1878.
MARIE de la Croix, Kurban Yesus, nama lahir MÉLANIE CALVAT, Gembala dari La Salette
Nihil obstat: imprimatur,
Datum Lycii ex Curia Ep.li die 15 Nov. 1879
Vicarius Generalis, CARMELUS Arch. COSMA.
Sumber asal:
Gembala La Salette [Mélanie Calvat], L'apparition de la Très-Sainte Vierge sur la Montagne de La Salette, le 19 septembre 1846 [Penampakan Sang Perawan Tersuci di atas Pegunungan La Salette, pada Tanggal 19 September 1846], Nimes, Imprimerie Clavel-Ballivet et Cie, 1881, hal. 13-40.
Dua surat terkini dari Mélanie
J.M.J.
Castellamare, 25 Maret 1880.
Bapaku yang amat terhormat dan terkasih,
Semoga Yesus dicintai oleh semua hati!
Saya telah menerima surat anda yang baik juga lima puluh franc dengan kebaikan diri anda, telah anda kirimkan dan yang amat saya syukuri. Saya berdoa kepada sang Perawan tersuci untuk mengaruniakan anda atas jasa-jasa anda, karena, saya, saya tidak dapat memberikan kepada saya rasa syukur saya seperti yang saya kehendaki.
Saya tidak dapat menulis sebuah surat yang panjang kepada anda; kesehatan saya yang buruk tidak mengizinkannya, dan saya hampir tidak dapat memegang pena. Terberkatilah Allah dari segala hal untuk selamanya.
Saya sangat menyesali bahwa saya tidak lagi memiliki salinan dari pamflet tersebut; dalam waktu yang singkat, semua pamflet itu akan dikirimkan ke Prancis dan Italia.
Di Prancis, orang-orang telah melakukan perang yang pahit terhadap buku kecil itu. Kebenaran menyakiti orang. Tetapi, hal itu bukan berasal dari saya; saya hanyalah sebuah gema yang lemah dan tidak pantas dari Bunda kita yang terkasih.
Saya berdoa, saya akan berdoa untuk anda, bapaku yang amat terkasih, rasa syukur menjadikannya kewajiban bagi saya.
Marilah berdoa pula untuk negara Prancis kita yang malang, agar ia membuka matanya sebelum dihukum
Mohon berdoa untuk saya dan memberkati saya.
Sudilah menerima rasa hormat terdalam yang dengannya saya disanjung untuk menjadi, bapa yang amat terhormat dan yang amat terkasih, pelayan Anda yang amat rendah dan amat bersyukur.
MARIE DE LA CROIX, kurban Yesus.
Hidup Bunda Maria dari La Salette!
J.M.J.
Castellamare de Stabia, 9 Mei 1880.
Bapaku yang terhormat dan terkasih,
Semoga Yesus dicintai oleh semua hati!
Saya memohon maaf karena saya hanya dapat membaca surat anda yang baik dengan tidak sempurna, surat yang penuh dengan sentimen yang baik, iman, dan cinta akan Bunda Maria kita yang ilahi [jelas, Maria tidak memiliki sifat ilahi]. Sejak sekitar tiga tahun, penglihatan saya amat melemah, sehingga saya tidak lagi mengenali orang-orang yang saya lihat sebelumnya, dan bahkan jika sebuah buku telah ditulis atau tidak. Syukur kepada Allah, saya masih dapat berjalan sendiri. Sambil menulis, oleh karena kebiasaan saya, dan terkadang dengan kacamata yang sangat tebal ini, dan terkadang keduanya. Terberkatilah Tuhan dari segala hal. Allahlah yang memberikan penglihatan, Ialah yang mengambilnya sewaktu Ia mengingininya. Jika saya tidak berada di negara asing, saya tidak akan dapat menemukan seseorang yang terpercaya untuk membacakan saya surat-surat yang seringkali tidak dapat saya mengerti; tetapi di sini, di dalam kesendirian saya, saya benar-benar terasing dari segala hal. Dimuliakanlah Tuhan untuk hal itu!
Saya sungguh berterima kasih kepada anda, bapaku yang amat terkasih, atas uang yang telah anda berikan dengan kebaikan anda yang luar biasa: saya mengungkapkan rasa syukur saya kepada orang-orang yang sungguh ingin mengumpulkannya.
Mereka memiliki hak istimewa atas doa-doa saya yang malang ini. Ya, katakanlah kepada mereka, dari sisi saya, bahwa saya tidak akan melupakan mereka di depan Salib di mana saya berdoa, sesuai dengan intensi mereka, bagi mereka dan bagi keluarga mereka. Saya akan memohon sang Perawan yang tersuci untuk menjaga mereka, untuk melindungi mereka dengan cara yang khusus, di dalam penganiayaan, di dalam badai yang menakutkan dari wabah yang menghancurkan, badai yang secara pasti akan menghantam, karena orang-orang tidak berkonversi dan iman hampir mati. Terima kasih seribu kali, dan semoga amal anda itu bagaikan jaminan kehidupan terberkati di Surga.
Ampunilah saya, bapa yang amat terkasih, jika saya tidak membalas semua yang anda katakan kepada saya, karena saya tidak dapat membaca semua surat anda. Anda telah menyebarkan brosur itu; semoga Perawan Maria menganugerahkan anda di bumi dan di surga. Sayang, tetap banyak orang yang tidak percaya, dan di antara orang yang tidak percaya itu, terdapat orang yang beritikad baik dan beritikad buruk. Penghakiman mereka terdapat di dalam Kitab Suci: Orang fasik hanya akan menjadi lebih fasik. Itulah ketidakbertobatan akhir. Untuk tidak menghentikan kefasikan, mereka lebih suka tidak percaya.
Orang-orang lain berkata bahwa rahasia itu dilebih-lebihkan; bahwa kejahatan tidaklah sebegitu besarnya. Dalam kasus itu, apakah kita harus percaya bahwa sang Perawan suci salah? Apakah sang Perawan suci dapat salah? Tidak! Tidak! Mari membuka mata, mari memandang di sekeliling kita: Di manakah iman? Di manakah kesalehan? Di manakah ketakutan yang terberkati akan Allah? Di manakah cinta akan doa, akan penitensi, akan penyilihan, dan reparasi? Di manakah ketaatan terhadap Hukum Kristus dan Gereja-Nya? Orang-orang bekerja pada hari Minggu. Orang-orang menghujat. Di manakah penghormatan terhadap keluarga, rasa hormat yang pantas terhadap orang tua? Di manakah kasih? Yang terlihat hanyalah ketidakadilan, penipuan, kedengkian, iri hati. Orang-orang penuh kesombongan, keangkuhan. Orang-orang egois. Orang-orang mencari kenikmatan. Orang-orang ringan, tidak peduli akan Yesus Kristus dan asas-asas ilahi-Nya. Dan ini masih bukan apa-apa... begitu banyak kejahatan yang mendalam. Sayangnya, kejahatan yang menakutkan itu meminta hukuman yang berat. Atas harga itulah mata kita akan dicelikkan; orang yang tertidur akan dibangunkan dari keterlelapan mereka, dan iman akan menjadi hidup kembali.
Pamflet yang dicetak di Lecce sudah habis sama sekali. Jika Tuhan mengilhami beberapa jiwa yang baik untuk mencetaknya kembali, dengan izin dari uskup menurut hati Yesus, akan baik adanya. Sejauh yang saya tahu, saya memberikan izin untuk hal tersebut, selama terdapat izin dari seorang uskup, agar Tuhan kita memberkati karya itu, dan agar peringatan dari maria diterima dengan rasa hormat dan cinta.
Alangkah baiknya jika seluruh Prancis melakukan penitensi yang dilakukan orang-orang Niniwe, agar menghindari bencana yang akan jatuh di atas dirinya! Banyak orang ingin melihat kemenangan Gereja. Mereka hampir tidak membayangkan bencana apa yang akan menenggelamkan bumi. Orang-orang mengira, pada umumnya, bahwa hal tersebut akan terbatas terhadap suatu perang, suatu penganiayaan terhadap para imam, suatu wabah, suatu kelaparan, gempa bumi, dsb. Saya ingin percaya pula akan hal itu bahwa hukuman-hukuman tersebut akan berlangsung, tetapi setelahnya, siapa yang dapat lolos? Siapa yang dapat menyembunyikan diri dari tatapan Allah yang penuh murka sendiri dan melarikan diri dari pembalasan dendam-Nya yang adil?
Manusia akan kelelahan menumpahkan darah. Allah akan membinasakan orang fasik dan orang yang keras hatinya. Betapa saya dapat mati ribuan kali untuk mencegah bencana yang begitu banyak ini! Tetapi sayangnya, siapakah saya ini, yang hanyalah debu dan abu!
Kelihatannya peristiwa-peristiwa tersebut akan terjadi sekitar tahun 1881. Semoga saya salah! Semoga Yang Mahatinggi mengabulkan doa-doa saya; hendaknya Ia tidak menghancurkan buah karya-Nya yang memberontak terhadap diri-Nya dan memperoleh untuk diri kita kebesaran dari kuasa-Nya dan kerahiman-Nya.
Marilah bersatu, memohon, bereparasi, melakukan silih, mari melakukan penitensi. Mari menempatkan Perawan Maria sebagai kepala dari pasukan kita dan marilah berjalan dengannya tanpa rasa hormat kepada manusia. Janganlah lagi kita menistakan hari Minggu. Mari mengingatkan orang-orang yang kita lihat bekerja, berburu, menjual pada hari itu. Mari mengingatkan orang-orang yang menghujat. Mari menghadiri liturgi-liturgi paroki. Mari berkhotbah dari waktu ke waktu. Jika Maria, sang Perawan yang mulia, bersama kita, kita akan lebih kuat daripada murka Yesus Kristus, karena sang Juru Selamat tidak tahan akan air mata Ibunda-Nya. Mari memohon, bertindak, dan janganlah kita lesu. Mari menderita pencobaan, dan ejekan dengan cinta kasih. Cukuplah jika sang Tuhan yang ilahi dimuliakan, dan umat diselamatkan, dan dengan-Nya, para kepala, para pemimpin kita: Paus Penguasa, para kadrinal, para uskup agung, para uskup, para imam.
Palma, yang anda katakan kepada saya, ada di Oria, suatu kota yang sangat jauh dari sini. Dengan kereta, untuk sampai di sana, perlu beberapa hari. Saya telah pergi ke sana dua kali. Pada saat itu, sang Saksi Mata itu hidup sendiri dalam sebuah rumah kecil yang telah dibeli untuknya. Ia terus menerima Komuni dengan cara yang amat luar biasa. Ia berkata bahwa para malaikatlah yang membawakannya kepadanya. Saya melihat hosti diterimanya dengan cara itu. Saya tidak mengenal seorang pun selain dirinya yang ada dalam keadaan tersebut.
Mari berdoa, mari berdoa, mari berkorban kepada Yesus, untuk menyelamatkan Prancis kita yang malang, yang menyangkal Allahnya, hukum suci-nya, perintah-perintah-Nya. Mari berdoa, mari melakukan penitensi!
Saya mohon agar anda tidak melupakan saya pada saat anda berada di altar dan untuk memberkati saya.
Sudilah menerima rasa hormat terdalam yang dengannya saya disanjung untuk menjadi, bapa yang amat terhormat dan yang amat terkasih, pelayan Anda yang amat rendah dan amat bersyukur.
Artikel-Artikel Terkait
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 2 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 2 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 3 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 5 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...