^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Pesta Anunsiasi - Khotbah St. Alfonsus
Khotbah St. Alfonsus untuk Pesta Anunsiasi
Et Verbum caro factum est.[1]
Dan Sabda itu telah menjadi daging
“Sang Doktor Malaikat, Santo Thomas, sewaktu ia berbicara tentang misteri Penjelmaan Sang Sabda, menyebut misteri itu sebagai Mukjizat dari segala mukzjiat: Miraculum miraculorum.[2] Dan memang benar, mukjizat mana yang lebih besar yang dapat disaksikan oleh dunia, selain mukjizat seorang Wanita yang menjadi Bunda Allah, dan Allah yang dibungkus dengan daging manusiawi? – Maka dari itu, marilah kita pada hari ini merenungkan kedua mukjizat ini: pertama-tama, Maria, oleh karena kerendahan hatinya, menjadi Bunda Sang Sabda; kedua, sang Pencipta, oleh kebaikan-Nya, menjadi Putra dari seorang ciptaan.
I.
Maria, oleh karena kerendahan hatinya, menjadi Bunda Sang Sabda
Karena Allah telah menetapkan untuk mewujudkan kebaikan-Nya yang luar biasa kepada dunia, dengan merendahkan diri-Nya sendiri sampai menjadi manusia demi menebus manusia yang tersesat, dan karena Ia harus memilih untuk diri-nya sendiri seorang Bunda Perawan, Ia mencari dari antara para perawan, seseorang yang paling rendah hatinya. Ia menemukan bahwa Perawan Maria melampaui para perawan yang lain baik dalam kerendahan hatinya, maupun dalam kekudusannya, dan Ia pun memilihnya sebagai Ibunda-Nya: Respexit humilitatem ancillae suae. Kitab Suci tidak berkata, ujar Santo Laurensius Yustinianus, bahwa Tuhan memandang keperawanannya, atau ketidakbersalahannya, melainkan hanya kerendahan hatinya: Non ait: Respexit virginitatem, innocentiam; - sed: Humilitatem tantum.[3] Santo Hieronimus telah membuat perkataan yang sama: Maluit Deus de Beata Maria incarnari propter humilitatem, quam propter aliam quamcumque virtutem.[4]
Kita sekarang melihat bahwa Maria adalah wanita yang disebutkan di dalam Kidung Agung, bahwa ia memikat Tuhan oleh karena narwastunya – suatu tanaman yang kecil yang wangi – dengan harum kerendahan hatinya, ia memikat Raja Surga, sang Sabda yang Abadi, dari dada Bapa-Nya, di mana Ia bersandar, ke dalam rahimnya yang suci agar di dalamnya, Ia terbungkus dengan daging manusiawi. Ayat ini dijelaskan dengan demikian oleh Santo Antoninus: Nardus est herba parva, et significat Beatam Virginem, quae dedit odorem suae humilitatis;[5] dan oleh Santo Bernardus: Digna planc quam respiceret Dominus, cujus decorum concupisceret Rex, cujus odore suavissimo ab aeterno illo paterni sinus attraheretur accubitu.[6]
Maka dari itu, terpikat oleh kerendahan hati Maria, Allah memilihnya sebagai Bunda-Nya, sewaktu Ia menjelma menjadi manusia demi menebus umat manusia. Tetapi, Ia tidak ingin menjadi Putranya tanpa sebelumnya memperoleh mufakatnya, ujar abbé Guillaume: Nec carnem volebat sumere ex ipsa, non dante ipsa;[7] dan hal itu dilakukan-Nya demi memperbesar kemuliaan dan jasa dari Bunda yang terkasih ini. Maka dari itu, lihatlah: itulah saat di mana sang Perawan yang rendah hati itu berada di dalam rumahnya yang papa. Ia sedang mengesah dan berdoa kepada Tuhan agar Ia mengutus kepada dunia sang Penebus yang ilahi, sebagaimana yang telah diwahyukan kepada Santa Elisabet Perawan, Malaikat Agung Gabriel datang kepada Maria untuk memenuhi tanggung jawab yang telah diembankan kepadanya sebagai duta besar agung, dan ia berkata kepada Maria dengan kata-kata ini: Ave, gratia Plena! Dominus tecum; benedicta tu in mulieribus:[8] Salam Maria! Penuh Rahmat, engkau yang dikaruniai dengan rahmat yang sedemikian berlimpahnya sehingga melampaui rahmat yang dicurahkan kepada segenap umat manusia dan semua Malaikat! Tuhan sertamu, dan Ia telah selalu bersamamu dengan rahmat-Nya. Engkaulah Wanita yang terberkati dari antara semua wanita, sebab semua wanita yang lain telah memperoleh kutukan dosa, sedangkan engkau, sebagai Bunda dari Ia yang pada hakikatnya terberkati, engkau telah dijaga dari segala noda, engkau telah selalu, dan engkau akan selalu terpuji dan terberkati.
Apakah tanggapan Maria yang rendah hati kepada salam yang sedemikian terpujinya itu? Ia tidak menanggapinya; karena ia terkejut sewaktu ia mendengar puji-pujian semacam itu, ia pun takjub dan cemas: Quae cum audisset, turbata est in sermon ejus, et cogitabat quails esset ista salutation. Dan mengapakah ia takjub dan cemas? Mungkinkah ia takut akan suatu ilusi? Tidak; karena ia yakin bahwa yang berbicara kepadanya itu adalah roh surgawi. Mungkinkah ia cemas oleh karena kesantunan, karena ia melihat seorang Malaikat yang memiliki rupa seorang pria, dan maka dari itu, bahwa ia menakuti apa yang mungkin dipikirkan orang? Sama sekali tidak; sebab ayat itu berkata: Turbata est in sermone ejus: Ia takjub oleh karena kata-kata sang Malaikat; - dan bukan karena penampilannya, imbuh Eusebius dari Emesia: Non in vultu, sed in sermon ejus.[9] Ketakjuban Maria maka dari itu hanyalah bersumber dari kerendahan hatinya, karena ia terkejut saat mendengar puji-pujian yang begitu bertentangan dengan bayangan dirinya tentang dirinya sendiri; juga, semakin ia melihat dirinya disanjung oleh sang Malaikat, semakin ia merendahkan diri, dan semakin ia merenungkan kefanaan dirinya itu. Menurut Santo Bernardinus dari Siena, seandainya sang Malaikat telah berkata bahwa Maria adalah seorang pendosa yang terbesar di dunia, ia tidak akan menjadi takjub; tetapi, sewaktu ia mendengar puji-pujian yang besar itu, yang dipercayainya tidak pantas didapatkan oleh dirinya, ia merasa terkejut dan takjub hatinya: Si dixisset: Tu, o Maria! es lascivior quae sit in mundo; - non ita admirata fuisset; unde turbata fuit de tantis laudibus.[10]
Tetapi, orang akan berkata, sang Perawan Suci, yang dicerahkan oleh Kitab Suci, mengetahui bahwa telah tiba saatnya untuk kedatangan sang Mesias yang diwartakan oleh para Nabi; ia sungguh mengetahui bahwa pekan-pekan Nabi Daniel telah sampai, dan bahwa tongkat Yehuda, seturut nubuat Yakub, telah berpindah ke dalam tangan seorang pangeran yang asing, yang adalah Herodes; Maria pada saat itu juga mengetahui bahwa Bunda dari sang Mesias haruslah merupakan seorang Perawan. Maka, saat ia mendengar utusan surgawi itu menujukan kepadanya puji-pujian itu, yang hanya tampak pantas ditujukan kepada Bunda Allah, tidakkah timbul di dalam benaknya, setidaknya, suatu keraguan bahwa ia mungkin adalah sang Perawan yang dipilih oleh Allah untuk menjadi Ibunda-Nya? – Tidak, kerendahan hatinya tidak membiarkan suatu keraguan pun masuk ke dalam pikirannya. Puji-pujian itu hanya mengilhaminya dengan rasa takut yang lebih besar, sehingga sang Malaikat sendiri harus meyakinkannya, seperti yang dicatat oleh Santo Petrus Krisologus: Sicut Christus per Angelum confortari voluit, ita decuit Virginem per Angelum animari.[11] Itulah sebabnya Gabriel berkata kepadanya demikian: Ne timeas, Maria; invenisti enim gratiam apud Deum: Ya Maria! Apakah yang engkau takuti? Tidak tahukah engkau bahwa Allah telah berkenan untuk mengangkat orang-orang yang rendah hati? Engkau kecil dan rendah di hadapan matamu sendiri, dan itulah mengapa Ia mengangkatmu berkat kebaikan-Nya sehingga Ia menjadikanmu sebagai Ibunda-Nya: Ecce concipies in utero, et paries Filium, et vocabis nomen ejus Jesum.
Sewaktu sang Malaikat menanti, untuk mengetahui bilamana sang Perawan yang Terberkati setuju untuk menjadi Bunda Allah, Santo Bernardus berkata dan memberikannya ujaran sebagai berikut: Expectat Angelus responsum; expectamus et nos, o Domina, verbum miserationis, quos miserabiliter permit sententia damnationis: Sang Malaikat menantikan jawaban dari mufakatmu, ya Maria! Dan kami juga menantikannya, kami ini yang terkutuk untuk mendapatkan kematian kekal. Ecce offertur tibi pretium salutis nostrae; statim liberabimur, si consentis: Ya Perawan yang Suci! Harga keselamatan kami dipersembahkan kepadamu, dan harga itu adalah darah yang akan ditumpahkan oleh Putra Allah, yang menjelma menjadi manusia di dalam rahimmu demi mengampuni dosa-dosa kami dan menyelamatkan kami dari maut; jika engkau menerimanya, kami segera diselamatkan. Ipse quoque Dominus, quantum concupivit decorem tuum, tantum desiderat et responsionis assensum, in qua nimirum proposuit salvare mundum:[12] Dan Tuhan sendiri, semakin Ia terpikat oleh kecantikanmu, semakin Ia menghendaki mufakatmu, yang melaluinya Ia telah bertekad untuk menyelamatkan dunia. – Maka dari itu, segeralah menjawab, ya Perawan yang terberkati! Imbuh Santo Agustinus, janganlah menunda keselamatan dunia, yang amat sangat bergantung kepada mufakatmu: Responde jam, Virgo sacra! Vitam quid tricas mundo?[13]
Tetapi, demikianlah jawaban Maria: Ecce ancilla Domini; fiat mihi secundum verbum tuum: Ujarnya, aku ini hamba Tuhan; terjadilah padaku menurut perkataanmu. – Ya jawaban yang mengagumkan, yang membuat Surga bersukacita, dan yang menurunkan kebaikan yang berlimpah di atas bumi; jawaban yang menarik sang Putra Tunggal dari dada Bapa-Nya yang abadi, untuk menjadikan diri-Nya sendiri sebagai manusia! Sebab, pada saat itu juga sewaktu perkataan itu diucapkan, Putra Allah juga menjadi Putra Maria: Et Verbum caro factum est. Ya Fiat yang kuasa! Santo Thomas dari Villanova berseru; ya Fiat yang terberkati dan mulia! O Fiat potens! O Fiat efficax! O Fiat super omne Fiat venerandum![14] Dengan Fiat ini, langit turun ke atas bumi dan bumi terangkat ke langit.
Tetapi, marilah kita mengalihkan perhatian kita secara saksama kepada bagian dari jawaban Maria ini: Ecce ancilla Domini. Dengan kata-kata ini, sang Perawan yang rendah hati hendak berkata: Aku ini hamba Tuhan; tanggung jawabku adalah untuk melakukan apa yang diperintahkan oleh Tuhan kepadaku. Ia melihat kefanaanku; segala sesuatu yang kupunya adalah milik-Nya; siapakah yang akan dapat berkata bahwa Ia telah memilihku oleh karena jasaku? Ecce ancilla Domini. Jasa apa yang mungkin dimiliki oleh seorang hamba, untuk menjadi Bunda Tuhannya? Itulah sebabnya, terpujilah kebaikan Tuhan, hanya kebaikan-Nya, dan bukan kebaikan hambanya; sebab hanya oleh karena kebaikan-Nya Ia melayangkan pandangan-Nya kepada makhluk yang sedemikian hinanya seperti diriku, untuk mengangkatnya kepada martabat yang sedemikian luhurnya.
O humilitas, angusta tibi, ampla Divinitati; insufficiens tibi, sufficiens ei quem non capit orbis![15] Ya kerendahan hati Maria, seru abbé Gueric; kerendahan hati yang menjadikannya kecil di matanya sendiri, dan besar di mata Allah; tidak pantas seturut penilaiannya sendiri, dan pantas seturut penilaian Tuhan, untuk mengandung di dalam rahimnya Ia yang tak dapat dibatasi oleh alam semesta. – Marilah kita mendengar pula seruan kekaguman yang diperdengarkan oleh Santo Bernadus tentang hal yang sama: Ya Ratuku! Ujarnya; bagaimanakah engkau dapat mengumpulkan di dalam hatimu kerendahan hati bersama kemurnian yang sedemikian besarnya, serta kepenuhan rahmat ini yang kaumiliki? Quanta humilitatis virtus cum tanta puritate, cum innocentia tanta, imo cum tanta gratiae plenitudine? Unde tibi humilitas, et tanta humilitas, o Beata![16] Lucifer, yang melihat dirinya sendiri dikaruniai oleh kecantikan yang besar, berseru bahwa ia hendak mendirikan takhtanya di atas bintang-bintang, dan membuat dirinya sendiri serupa dengan Yang Mahatinggi: Super astra Dei exaltabo solium meum…, similis ero Altissimo.[17] Maka, apakah yang akan telah dikatakan oleh roh yang angkuh itu, seandainya ia dihiasi oleh karunia-karunia yang diterima oleh Maria? Terangkat oleh Allahnya, ia pun menjadi angkuh, dan ia dicampakkan ke dalam Neraka; tetapi Maria, semakin ia diperkaya dengan rahmat, semakin ia memusatkan perhatiannya kepada kefanaannya; dan lihatlah, Allah mengangkatnya sampai menjadi Bunda-Nya sendiri; Ia menganugerahkan kepadanya martabat yang sedemikian luhurnya, sehingga setelah Tuhan sendiri, seperti yang dikatakan oleh Santo Andreas dari Kreta, tiada seorang pun yang dapat dibandingkan dengan dirinya: Excepte Deo, omnibus est altior.[18] Itulah pula yang diungkapkan oleh Santo Anselmus dengan demikian: Nihil tibi, Domina, est aequale; omne enim quod est, aut supra te est, aut subtus te: quod supra, solus Deus; quod infra, omne quod Deus non est:[19] Ya Perawan yang mulia! Engkau tiada taranya, sebab segala hal yang ada, lebih tinggi atau lebih rendah daripada dirimu: Hanya Allah sendiri yang lebih tinggi daripadamu, dan segala hal yang lain lebih rendah daripada dirimu.
… Ya Maria! Allah telah menciptakan dirimu, bukan hanya untuk diri-Nya sendiri, tetapi juga untuk manusia, yakni, untuk memulihkan keadaan manusia yang telah dihancurkannya oleh karena dosa.
II.
Sang Pencipta, oleh karena kebaikan-Nya, menjadi Putra seorang ciptaan
Adam, bapa kita yang pertama, jatuh ke dalam dosa; ia mendurhakai Allah, setelah ia menerima begitu banyak kebaikan. Ia memberontak terhadap diri-Nya dengan memakan buah yang terlarang. Allah oleh karena itu harus mengusirnya dari hadirat-Nya, dan menghukumnya, bersama dengan segenap keturunannya, dengan kematian kekal; tetapi, sesudahnya, karena Ia berbelas kasih kepada manusia yang celaka, dan terdorong dari lubuk kerahiman-Nya, Ia sungguh ingin turun ke atas bumi, menjadi manusia, dan membuat silih kepada Keadilan ilahi, dengan melunasi utang-utang yang telah kita peroleh akibat kesalahan-kesalahan kita melalui harga penderitaan-nya. Demikianlah yang diajarkan kepada kita oleh Gereja yang Kudus: Descendit de caelis…, et homo factus est… passus et sepultus est.[20]
Ya mukjizat, ya keberlimpahan kasih: Allah yang menjadi manusia dan wafat, demi memberikan kehidupan kepada manusia! Seandainya seorang pangeran dari dunia ini, melihat seekor cacing yang mati di dalam lubangnya, hendak membuatnya hidup kembali, dan orang meyakinkannya bahwa untuk mengembalikan hidup kepada serangga itu, ia sendiri harus menjadi seekor belatung, turun ke dalam lubang yang menjijikkan itu di mana cacing itu mati, dan bermandikan darahnya dan kehilangan nyawanya, sebab cacing itu harus dimandikan dengan darah pangeran itu agar dapat hidup kembali; apakah tanggapan sang pangeran? Tidakkah ia akan berkata: Apa pentingnya bilamana cacing itu hidup kembali atau tetap mati? Apa gunanya mengorbankan darahku dan hidupku demi menghidupkan seekor cacing? – Dan apa pentingnya bagi Allah bahwa manusia tidak tinggal di dalam maut, sebagaimana yang telah pantas mereka didapatkan oleh karena kesalahan-kesalahan mereka? Tanpa mereka, adakah yang kurang dalam kebahagiaan-Nya?
Tetapi, cinta kasih Allah kepada manusia sedemikian besarnya, sehingga memaksa diri-Nya untuk turun ke atas bumi, untuk menjadi kecil, untuk menerima daging manusia dari seorang perawan, untuk mengambil rupa seorang hamba, dan untuk menjadi manusia, yakni, belatung, seperti diri kita: Semetipsum exinanivit formam servi accipiens, in similitudinem hominum factus, et habitu inventus ut homo.[21] Ia adalah Allah seperti Bapa-Nya; Ia megah, Mahakuasa, berdaulat, dan setara dengan Bapa-Nya; tetapi, sewaktu Ia menjadi manusia di dalam rahim Maria … Ia adalah seorang hamba, Ia lemah … Lihatlah diri-Nya itu amat rendah di dalam rahim Maria. Ia tunduk kepada perintah-perintah Bapa-Nya, yang menuntut setelah tiga puluh tiga tahun yang penuh derita, agar Ia dibunuh sebagai seorang penjahat di atas kayu salib. Humiliavit semetipsum, factus obediens usque ad mortem, mortem autem crucis.
Marilah merenungkan bagaimana, sebagai anak kecil yang berada di dalam rahim Ibunda-Nya, Ia sepenuhnya menuruti kehendak Bapa-Nya yang abadi, dan dengan penuh cinta kasih kepada kita, Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri: Oblatus est, quia ipse voluit;[22] saya berkata bahwa Ia mempersembahkan diri-Nya sendiri, untuk menderita segala siksaan demi keselamatan kita: Ia telah mengetahui terlebih dahulu deraan, dan Ia mempersembahkan daging-Nya; Ia telah mengetahui terlebih dahulu duri-duri, dan Ia mempersembahkan kepala-Nya; Ia telah mengetahui terlebih dahulu paku salib, dan Ia mempersembahkan tangan dan kaki-Nya; Ia telah mengetahui terlebih dahulu salib, dan Ia mempersembahkan hidup-Nya. – Dan mengapakah Ia begitu hendak menderita bagi kita, para pendosa yang durhaka? Karena Ia mencintai kita. Dilexit nos, et lavit nos a peccatis nostris in sanguine suo:[23] Ia melihat kita ternodai oleh dosa-dosa, dan Ia mempersiapkan bagi kita mandi darah-Nya demi membuat kita murni dan berkenan kepada Allah. Dilexit nos, et tradidit semetipsum pro nobis:[24] Ia melihat kita terkutuk untuk memperoleh kematian kekal, dan Ia mempersiapkan diri-Nya unuk mati demi memperoleh hidup bagi diri kita. Dan sewaktu Ia melihat diri kita dikutuk oleh Allah akibat dosa-dosa kita, Ia setuju untuk mengemban segala kutukan yang telah pantas kita dapatkan, agar kita diselamatkan: Christus nos redemit de maledicto legis, factus pro nobis maledictum.[25]
Santo Fransiskus dari Paola maka dari itu secara amat benar berseru dengan sering, sewaktu ia merenungkan Allah yang menjadi manusia itu dan yang mati demi cinta kepada diri kita: ‘Ya kasih! Ya kasih! Ya kasih!’ Siapakah yang pernah dapat percaya akan segala hal yang telah dilakukan oleh Putra Allah dan yang telah diderita-Nya demi kita, seandainya iman tidak meyakinkan diri kita akan hal itu? Ah! Umat Kristiani yang terkasih, cinta yang telah dimiliki dan yang dimiliki oleh Yesus Kristus untuk diri kita, mendesak dan mendorong kita untuk mencintai-Nya: Charitas enim Christi urget nos.[26] Perasaan yang diungkapkan oleh Santo Fransiskus de Sales tentang perkataan sang Rasul luar biasa lembutnya, inilah yang dikatakannya: ‘Karena kita mengetahui bahwa Yesus Kristus, Allah sejati, telah mencintai diri kita sehingga Ia menderita kematian demi diri kita, dan kematian di kayu salib, tidakkah Ia dengan demikian memiliki hati kita di bawah alat pemeras, dan merasakan hati kita diperas dengan tekanan, dan merasakan dari hati kita cinta kasih oleh karena tekanan dari kekerasan yang sedemikian besarnya … ?’[27]
Tetapi, sayang sekali, kendati semuanya itu, umat manusia tetap melawan cinta kasih-Nya, dan itulah yang membuat Santo Yohanes mengeluh: In propria venit, et sui eum non receperunt.[28] Dan bagaimanapun, mengapakah Putra tunggal Allah telah hendak datang ke atas bumi, menjadi manusia, menderita, dan wafat untuk diri kita, jika bukan agar Ia dicintai oleh kita? Ia telah menjadi manusia seperti diri kita, demi memenangkan hati kita dengan lebih baik, ujar Hugues de Saint Victor: Deus homo factus est, ut familiarius ab homine diligeretur.[29] Menurut Santo Agustinus, Yesus Kristus terutama datang ke dunia, demi membuat manusia mengetahui betapa Ia mencintai mereka: Maxime propterea Christus advenit, ut cognosceret homo quantum eum diligat Deus.[30] Dan jika Allah begitu mencintai diri kita, Ia secara adil menuntut agar kita membalas-Nya dengan mencintai-Nya. Demi memperoleh cinta dari diri kita, setidaknya rasa syukur dari diri kita, Ia telah mempertunjukkan cinta kasih yang besar yang dimiliki-Nya untuk diri kita, seturut benak Santo Bernardus: Notam fecit dilectionem suam; experiatur et tuam.[31]
Doa:
Ya Sabda yang abadi, Engkau yang telah sudi datang dari Surga ke atas bumi, menjadi manusia, dan wafat demi manusia demi memperoleh cinta kasih dari diri kami! Bagaimanakah dari antara umat manusia, begitu sedikit orang yang mencintai-Mu? Ah, Kecantikan yang tak terhingga, Kebaikan yang tak terhingga, yang pantas akan cinta yang tak terhingga! Lihatlah diriku ini, aku ini orang durhaka yang telah begitu Kaucintai yang tidak tahu bagaimana cara mencintai-Mu; aku bukan mencintai-Mu, aku malah telah begitu menyakiti-Mu. Tetapi Engkau telah menjadi manusia dan Engkau telah mati demi mengampuni para pendosa yang membenci kesalahan-kesalahan mereka dan yang hendak mencintai-Mu; Ya Tuhan, memang benar bahwa aku ini orang berdosa, tetapi aku bertobat atas pelanggaran-pelanggaran yang telah kulakukan terhadap diri-Mu dan aku ingin mencintai-Mu; kasihanilah aku.
Dan engkau, ya Perawan Suci, yang dengan kerendahan hatimu, telah pantas menjadi Bunda Allah, dan yang oleh karena itu juga adalah Bunda, Suaka, dan Pembela para pendosa! Doakanlah aku, perdamaikanlah diriku kepada Putramu yang ilahi, yang begitu mencintaimu dan yang tidak menolak segala sesuatu pun yang kaupintakan kepada-Nya: panjatkanlah kepada-Nya doa agar Ia mengampuniku, agar Ia mencurahkan kasih-Nya yang suci, agar Ia menyelamatkanku, agar aku mendapat kebahagiaan untuk kelak berada bersamamu di hadirat-Nya di Surga, untuk mencintai-Nya selama-lamanya. Amin.”
Catatan kaki:
Disadur dari sumber berbahasa Prancis.
Œvres complètes de S. Alphonse de Liguori [Karya Lengkap St. Alfonsus de Liguori], diterjemahkan dari bahasa Italia oleh Léop.-J. Dujardin, Imam, T. VII. Gloires de Marie [Kemuliaan Maria], Paris, P.-M. Laroche, Libraire-Gérant, 1867, hal. 471-482.
[1] Jo. 4. 14.
[2] De Pot. q. 6. A. 2.
[3] De Vita sol. C. 14.
[4] Euseb. De Morte Hier.
[5] P. 4. t. 15. c. 21. § 2.
[6] In Assumpt. s. 4.
[7] Delrio. In Cant. 1. 2.
[8] Luc. 1. 28.
[9] In Fer. 4. p. Dom. 4. Adv.
[10] T. III. Quadr. s. 57. p. 3.
[11] Suarez. De Inc. q. 50. a. 2.
[12] De Laud. V. M. hom. 4.
[13] Serm. 120. E.B. app
[14] De Ann. conc. 1.
[15] In Assumpt. s. 3.
[16] In Ass. s. 4.
[17] Is. 14. 13.
[18] In Dorm. S. M. s. 3.
[19] De Conc. B. M.
[20] Symb. Nic.
[21] Phil. 2.7.
[22] Is. 53. 7.
[23] Apoc. 1. 5.
[24] Eph. 5. 2.
[25] Gal. 5. 13.
[26] II. Cor. 5. 14.
[27] Am. de D. 1. 8. bab. 8.
[28] Jo. 1. 11.
[29] Misc. l. 4. t. 87.
[30] De catech. rud. c. 4.
[31] De Aquaed.
Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 7 jamBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 7 jamBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 5 hariBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 5 hariBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 3 mingguBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 4 mingguBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 3 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 3 bulanBaca lebih lanjut...Kami menerima semua dogma Gereja Katolik tanpa terkecuali, dan kami memandang mereka yang menerima semua dogma Gereja dan belum terpisah darinya, sebagai orang Katolik; itulah bagaimana kami bersekutu dengan Gereja...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...