^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Padre Pio tentang Bunda Maria dan Rosario
Padre Pio tentang Bunda Maria
Devosi Padre Pio kepada Perawan Maria berakar di dalam kebenaran bahwa Yesus secara khusus menginginkan devosi tersebut. Yesus memilih untuk datang ke dunia lewat Maria. Demikian pula, Yesus memilih supaya kita datang kepada-Nya melalui Maria; karena jiwanya memuliakan Tuhan. Seperti yang dikatakan Kitab Suci:
Kitab Suci memberikan kita sebuah nubuat yang jelas tentang devosi yang akan diberikan oleh ‘segala keturunan’ Kristiani (Katolik) kepada Bunda Allah. Devosi ini bahkan menggunakan kata yang sama yang digunakan di dalam Salam Maria, yang didoakan orang-orang Katolik: “Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan sertamu, terpujilah engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuhmu, Yesus. Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini sekarang dan waktu kami mati.”
Kitab Suci juga menunjukkan bahwa Perawan Maria adalah Tabut Perjanjian Baru. Tabut Perjanjian Lama adalah suatu peti yang menyimpan Loh-loh batu perintah Allah yang diberikan Allah kepada Musa di Gunung Sinai. Kehadiran Ilahi Allah atau awan kemuliaan (‘shekinah’) akan tinggal di atas Tabut itu. Maka, Tabut tersebut memiliki kekuatan misterius terhadap musuh-musuh Tuhan (1 Raja-raja/1 Samuel bab 5-6). Di dalam Keluaran 40:34-35, Perjanjian Lama menggunakan kata ‘hinggap’ (‘episkiasei’ dalam bahasa Yunani) untuk menggambarkan bagaimana awan kemuliaan Allah atau kehadiran yang kelihatan (‘Shekinah’) menaungi Bait dan Tabut Perjanjian Lama. Di dalam Lukas 1:35 kita menemukan kata yang sama digunakan untuk menggambarkan bagaimana Roh Kudus menaungi Maria, karena ia adalah Tabut Perjanjian Baru, bait yang hidup dari Sabda Allah yang sejati (Yesus Kristus).
Di dalam Injil Lukas Perawan Maria jelas-jelas diidentifikasikan dengan Tabut Perjanjian yang baru dan sempurna, tabernakel yang hidup dari Kehadiran Ilahi, Yesus Kristus. Pertimbangkan paralel yang menakjubkan yang diberikan Kitab Suci kepada kita antara apa yang terjadi kepada Tabut Perjanjian Lama di dalam kedua buku Raja-raja (atau Samuel), dan apa yang terjadi kepada Tabut Perjanjian Baru, Perawan Maria yang Terberkati, di dalam Injil Lukas.
Daud berkata: “Bagaimana tabut TUHAN itu dapat sampai kepadaku?” sedangkan Elisabet berkata bagaimanakah “sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku?” Elisabet mengatakan hal yang sama kepada Maria seperti yang dikatakan Daud tentang Tabut Perjanjian karena Maria adalah Tabut Perjanjian Baru. Hal ini ditegaskan tanpa keraguan sewaktu kita melanjutkan kisah 2 Raja-raja lebih jauh. Tidak lama setelah Daud berkata “Bagaimana tabut Tuhan itu sampai datang kepadaku?” kita membaca bahwa Tabut tersebut tinggal di rumah Obed-Edom, orang Gat, selama tiga bulan.
Demikian pula, di dalam kitab Lukas bab 1, kita membaca bahwa Maria (Tabut Perjanjian Baru) tinggal bersama Elisabet selama tiga bulan.
Perhatikan pula bahwa sewaktu Tabut tersebut tinggal di rumah Obed-Edom selama tiga bulan, Tuhan memberkati seisi rumahnya. Demikian pula, sewaktu Maria (sang Tabut) tinggal bersama Elisabet selama tiga bulan, Tuhan memberkati seisi rumahnya dengan menganugerahkan seorang anak yang baru kepadanya, seperti yang kita baca di Lukas 1:57.
Kita lalu membaca bahwa Daud meloncat-loncat dan menari-nari di depan Tabut Perjanjian sewaktu Tabut ia datang kepadanya.
Di dalam bab yang sama dari Injil Lukas kita membaca bahwa bayi di kandungan Elisabet melonjak di depan Maria (sang Tabut).
Di dalam Wahyu kita juga melihat bahwa Perawan Maria diidentifikasikan dengan Tabut Perjanjian.
Pada saat Kitab Suci pertama-tama ditulis, tidak terdapat bab maupun ayat. Pembagian Kitab Suci dengan bab-bab dan ayat-ayat terjadi di abad ke-12. Maka, pengarang Wahyu, St. Yohanes Rasul, menuliskan kitab tersebut secara berturutan tanpa henti. Maka kata-kata yang mengakhiri bab 11 langsung mengalir kepada kata-kata yang memulai bab 12, tanpa terdapat pemisahan yang besar. Hal ini berarti bahwa penampakan Tabut Perjanjian pada akhir bab 11 – “kelihatanlah tabut perjanjian-Nya di dalam Bait Suci itu” (Wahyu 11:19) – segera dijelaskan oleh penglihatan tentang “seorang perempuan” yang berselubungkan matahari yang mengawali bab dua belas, bab selanjutnya (Wahyu 12:1). Hal ini menunjukkan, sekali lagi, bahwa “sang wanita” yang berselubungkan matahari, yang membawa sang Pribadi Ilahi di dalam rahimnya (Perawan Maria), adalah Tabut Perjanjian Baru.
Seperti yang kita telah lihat, Allah menggunakan tipe-tipe dan pertanda di sepanjang Kitab Suci. Tipe Perjanjian Lama – suatu kejadian yang benar tentang umat Allah – merupakan sebuah pertanda akan datangnya pemenuhannya di dalam Perjanjian Baru. Perlunya umat Allah yang terpilih perlu untuk menyeberangi air di Laut Merah adalah suatu tipe dari perlunya keselamatan lewat pembaptisan air. Anak Domba Paskah adalah suatu tipe dari kematian Tuhan kita di Salib. Manna yang hadir lewat mukjizat di padang gurun, yang dikisahkan di dalam Kitab Keluaran, adalah suatu tipe Ekaristi. Tabut Perjanjian di Perjanjian Lama jelas merupakan suatu tipe dari Bunda Maria.
Pemenuhan di dalam Perjanjian Baru selalu lebih besar/agung daripada tipenya di Perjanjian Lama. Bunda Maria, sebagai suatu tabernakel yang hidup dari Kehadiran Ilahi lebih agung daripada Tabut Perjanjian Lama. Tabut Perjanjian Lama menyimpan sabda Allah, tetapi Tabut Perjanjian Baru menyimpan Sabda Allah yang telah menjadi manusia. Musa menempatkan manna dari padang pasir di dalam Tabut Perjanjian Lama, tetapi Maria mengandung roti hidup sejati yang telah turun dari surga (Yohanes 6), Yesus Kristus. Musa juga menempatkan tongkat Harun di dalam Tabut tersebut yang berbunga sebagai bukti akan Imamat Agung; sedangkan Maria mengandung Imam Agung yang sejati dan kekal, Yesus Kristus. Tabut Perjanjian Lama disalut emas paling murni (Keluaran 25:11) tanpa bercampur logam apa pun, tetapi Tabut Perjanjian Baru adalah pribadi manusia teragung yang pernah hidup tanpa noda dosa asal ataupun dosa sejati – dipenuhi dengan rahmat Allah yang meluap-luap: “penuh rahmat” (Lukas 1:28). Uza dibunuh karena ia menyentuh Tabut Perjanjian Baru (2 Raja-raja/2 Samuel 6:6-8), dan Maria selamanya perawan, ia yang “tidak mengenal laki-laki”, tidak terjamah dan dilindungi oleh Allah untuk tujuan yang khusus (Lukas 1:34).
Karena pemenuhan Perjanjian Baru selalu lebih agung dari tipe Perjanjian Lamanya, kekuatan Tabut Perjanjian Baru (Maria) melawan musuh-musuh Allah bahkan lebih besar dari kekuatan Tabut Perjanjian Lama.
Padre Pio mengerti semua hal ini. Padre Pio berkata banyak kali: “Saya berharap saya memiliki suara yang cukup keras untuk memberitahukan kepada semua pendosa di dunia agar mereka mengasihi Maria. Ia adalah samudra yang harus diseberangi untuk mencapai Yesus.”[1] Di atas pintu Padre Pio tertulis kata-kata: “Maria adalah alasan untuk semua pengharapanku.”[2]
Padre Pio mengajarkan: “Doakan Rosario dan doakanlah selalu dan sebanyak yang anda dapat.”[3]
Seseorang berkata: “Kami selalu melihatnya dengan rosarionya di dalam tangannya – di dalam bruderan, di dalam aula, di tangga, di sakristi, di dalam Gereja, bahkan pada saat selang waktu ketika akan pergi masuk dan keluar dari bilik pengakuan dosa.”[4] Seseorang yang lain menambahkan, “Sewaktu pada akhirnya ia tidak berkata lagi kepada kami, kami mengutarakan kepadanya pikiran-pikiran kami. Kami selalu meminta tolong. Dan apa yang ia lakukan adalah untuk menunjukkan kami rosario, selalu, selalu.”[5]
Ketika berbicara tentang Bunda Maria, Padre Pio berkata: “Setiap rahmat datang melalui tangannya.”[6]
Tentang Rosario, Bunda Maria sendiri berkata kepada Padre Pio: “Dengan senjata ini kamu akan menang.”
Padre Pio meyakini kekuatan Rosario dan selalu memegang Rosario di dalam tangannya. Menjelang ajalnya, ia menasihati anak-anak rohaninya tentang Rosario: “Kasihilah Bunda Maria dan buatlah ia dikasihi. Doakan selalu Rosario.”[8]
Padre Pio tentang Rosario sebagai Senjata
Sewaktu Padre Pio bersiap untuk pergi tidur (beberapa hari sebelum ia meninggal), ia berkata kepada para bruder di dalam kamarnya, “Berikan saya senjata saya!” Dan para bruder, yang kaget dan penasaran, bertanya kepadanya: “Di mana senjatanya? Kami tidak dapat melihat apa-apa!” Padre Pio menjawab: “Di dalam jubah saya, yang baru saja kalian gantung!” Setelah memeriksa saku dari jubah bruderannya, para bruder berkata kepadanya: “Padre, tidak ada senjata di dalam jubah anda! ...kami hanya dapat menemukan manik-manik rosario anda di dalamnya!” Padre Pio segera berkata: “Dani ini bukan sebuah senjata? ...senjata yang sejati?!”[9] Padre Pio mengenakan Rosario di sekeliling tangannya pada malam hari.[10]
Catatan kaki:
[1] Clarice Bruno, Roads to Padre Pio {Jalan-Jalan Menuju Padre Pio}, Edisi Ketujuh, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 12.
[2] Padre Pio, The Wonder Worker {Padre Pio, Pembuat Mukjizat}, Our Lady’s Chapel, New Bedford, MA. hal. 91.
[3] Padre Pio, The Wonder Worker {Padre Pio, Pembuat Mukjizat}, Our Lady’s Chapel, New Bedford, MA. hal. 89.
[4] Padre Pio of Pietrelcina {Padre Pio dari Pietrelcina}, Spirituality Series, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 164.
[5] Padre Pio of Pietrelcina {Padre Pio dari Pietrelcina}, Spirituality Series, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 164.
[6] Clarice Bruno, Roads to Padre Pio {Jalan-Jalan Menuju Padre Pio}, Edisi Ketujuh, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 219.
[7] Madame Katharina Tangari, Stories of Padre Pio {Cerita-Cerita Tentang Padre Pio}, TAN Books, Rockford, IL. hal. 215.
[8] Romo Tarcisio, The Devil in The Life of Padre Pio {Iblis di dalam Hidup Padre Pio}, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 54.
[9] Romo Tarcisio, The Devil in The Life of Padre Pio {Iblis di dalam Hidup Padre Pio}, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 123.
[10] Padre Pio of Pietrelcina {Padre Pio dari Pietrelcina}, Spirituality Series, National Centre for Padre Pio, Barto, PA. hal. 74.
Artikel-Artikel Terkait
Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 3 mingguBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 3 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 3 bulanBaca lebih lanjut...Kami menerima semua dogma Gereja Katolik tanpa terkecuali, dan kami memandang mereka yang menerima semua dogma Gereja dan belum terpisah darinya, sebagai orang Katolik; itulah bagaimana kami bersekutu dengan Gereja...
Biara Keluarga Terkudus 4 bulanBaca lebih lanjut...Maaf tapi saya tidak mempercayai artikel ini. Bagaimana Anda bisa tetap berada dalam persekutuan dengan Gereja Katolik jika Anda menolak untuk percaya Paus (setelah Vatikan II) & Magisterium? Jika Anda...
Novy Binarti 5 bulanBaca lebih lanjut...Gereja Katolik mengajarkan bahwa iman Katolik diperlukan untuk keselataman, dan bahwa kalau ada orang yang mengalami ketidaktahuan, dan dia sungguh-sungguh menjalani hidup baik seturut hukum kodrat, maka Allah akan mencerahkan...
Biara Keluarga Terkudus 7 bulanBaca lebih lanjut...Tuhan Yesus jelas mewajibkan orang untuk mendengar Gereja (Mat. 18:17). Dan Ia telah mendirikan institusi Kepausan di atas St. Petrus (Mat 16:18-19), dan menyerahkan segenap kawanan domba-Nya kepada St. Petrus...
Biara Keluarga Terkudus 7 bulanBaca lebih lanjut...Konsili Vatikan II adalah konsili sesat yang memuat begitu banyak bidah dalam dokumen-dokumennya. Konsili tersebut dibuka oleh Anti-Paus Yohanes Paulus XXIII dan dokumen-dokumennya diratifikasi oleh Anti-Paus Paulus VI. Konsili itu...
Biara Keluarga Terkudus 7 bulanBaca lebih lanjut...Setuju, Tuhan Yesus Turun kebumi bukan membawa agama tapi mengajarkan kasih. Agama adalah buatan manusia.
Joe 7 bulanBaca lebih lanjut...