Keadaan orang yang melanggar janji untuk menolak Setan dalam pembaptisan

Santo Yohanes Eudes: “Sungguh berlawanan adanya bagi orang-orang yang melanggar janji mereka untuk menolak Setan: mereka tidak dapat merasakan kebaikan yang sama. Mereka kembali jatuh di bawah kuasa iblis, yang adalah pezalim yang paling tidak adil, tuan yang paling keras dari segala tuan, musuh yang paling tidak dapat terpuaskan dari segala musuh dan algojo yang terkejam dari segala algojo. Setan hanya memendam kebencian yang besar terhadap diri mereka, tujuannya hanyalah untuk menipu dan membinasakan mereka.

Jikalau Setan menjanjikan kebaikan tertentu kepada mereka, hal itu dilakukannya demi membuat mereka menderita; jikalau ia membuat mereka mengecap beberapa kenikmatan sesaat, hal itu dilakukannya demi menenggelamkan mereka ke dalam rasa sakit yang abadi. Ia membuat mereka jatuh dari kekacauan yang satu kepada kekacauan yang lain, di balik dalih untuk menemukan kenikmatan tertentu; sebaliknya, sebelum mereka merasakan kenikmatan yang beracun itu, Setan membuat mereka merasakan kegetirannya.

Ketidaksalehan, ketidakadilan, amarah, ketidakmurnian, ketamakan, ambisi, adalah hal-hal yang tidak henti-hentinya ditawarkan oleh Setan kepada orang-orang yang berpaling kepadanya; dan untuk mencapai apa yang mereka inginkan, bukankah mereka perlu mengalami beberapa kesulitan, atau kekhawatiran tertentu? Hati mereka senantiasa bergejolak dalam keinginan-keinginan, rasa takut, kecurigaan, iri hati, keputusasaan; mereka tidak mendapatkan istirahat maupun damai sejahtera. Dan setelah Setan membuat mereka menderita di sepanjang hidup mereka, ia membuat mereka menjadi lebih menderita untuk selama-lamanya.”

Dikutip dari St. Yohanes Eudes, Contrat de l'homme avec Dieu par le saint baptême [Kontrak antara Manusia dengan Allah dalam Pembaptisan Suci], Clermond-Ferrand, Thibaud-Landriot, Librairie, Percetakan Mons. Uskup dan Imam, 1836, hal. 95-97.