^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Institusi Sakramen Mahakudus – Renungan St. Alfonsus
I.
Dan sewaktu mereka makan malam, Yesus mengambil roti, memberkatinya dan memecah-mecahkannya, dan memberikannya kepada para murid-Nya dan berkata, Ambilah dan makanlah, inilah Tubuhku.[1] Setelah membasuh kaki para murid-Nya, suatu perbuatan kerendahan hati yang praktiknya dianjurkan oleh Yesus kepada para murid-Nya, Ia mengambil jubah-Nya, dan sambil kembali duduk di meja, Ia hendak memberikan kepada manusia bukti yang terakhir akan cinta-Nya yang lembut yang dimiliki-Nya bagi mereka. Bukti itu adalah institusi Sarkamen Mahakudus dari altar. Itulah sebabnya Ia mengambil roti, menguduskannya, memecah-mecahkannya, dan memberikannya kepada para murid-Nya seraya berkata, Ambillah dan makanlah, inilah tubuh-Ku. Ia lalu menganjurkan mereka supaya berkomuni sesering mungkin demi mengenang wafat yang diderita-Nya demi diri mereka. Setiap kali kalian makan roti ini … kalian akan mewartakan wafat Tuhan.[2] Lalu Yesus Kristus melakukan apa yang akan dilakukan oleh seorang pangeran yang sekarat, yang mengasihi mempelainya dengan lembut: ia memilih yang tercantik dan yang termahal dari antara ratna permatanya; lalu ia memanggil mempelainya dan berkata kepadanya, ya istriku yang terkasih, aku akan mati; dan agar engkau tidak melupakan daku, kutinggalkan permataku ini sebagai kenangan akan daku:[3] sewaktu engkau melihatnya, ingatlah akan daku dan cinta yang telah kumiliki bagimu. ‘Tiada lidah’, ujar St. Petrus dari Alcantara, dalam meditasinya, ‘yang mampu mengungkapkan besarnya cinta kasih yang dimiliki Yesus bagi setiap jiwa. Maka agar Ia tidak dilupakan sewaktu Ia tiada lagi, Ia meninggalkan kepada mempelai-Nya, sebelum Ia meninggalkan dunia ini, Sakramen Mahakudus, yang di dalamnya Ia sendiri tetap tinggal, dalam harapan agar di antara mereka, tiada jaminan yang lain selain diri-Nya sendiri yang menjaga agar kenangan akan diri-Nya tetap hidup.’ Maka kita dapat membayangkan betapa Yesus sungguh bersuka hati sewaktu kita mengenang Sengsara-Nya, sebab Ia telah menginstitusikan sakramen altar, supaya kita dapat terus-menerus melestarikan kenangan akan cinta kasih yang luar biasa besar yang telah dipertunjukkan-Nya bagi kita dalam wafat-Nya.
Ya Yesusku, ya Allah yang mencintai jiwa-jiwa! Apakah kasih sayang-Mu terhadap manusia telah memikat diri-Mu sedemikian rupa sehingga Engkau menjadikan diri-Mu sendiri sebagai makanan mereka? Katakanlah kepadaku apa lagi yang masih harus Kaulakukan demi membuat kami wajib mencintai-Mu? Dalam Komuni Kudus Engkau menyerahkan diri-Mu sendiri segenap-genapnya, dan tanpa ada yang Kausayang-sayangkan: maka sudah selayaknya kami menyerahkan segenap diri kami tanpa kami sayang-sayangkan kepada diri-Mu. Aku hendak diriku menjadi milik-Mu sepenuhnya, aku hendak mencintai Engkau saja, ya Allahku. Engkau telah berkata barang siapa makan daging-Mu hanya hidup untuk diri-Mu. Barang siapa memakan Aku, orang yang sama itu juga hidup oleh Aku.[4] Karena Engkau telah begitu seringnya mengizinkan daku untuk memakan daging-Mu, buatlah diriku mati bagi diriku sendiri supaya aku bisa hidup hanya untuk diri-Mu, untuk melayani Engkau, dan untuk berkenan kepada-Mu. Ya Yesusku, kuingin agar segala rasa sayangku terpasang pada diri-Mu: bantulah daku untuk setia kepada-Mu.
II.
St. Paulus mencatat waktu di mana Yesus Kristus menginstitusikan sakramen yang agung ini, dan berkata, Tuhan Yesus, pada malam yang sama di mana Ia dikhianati, mengambil roti, dan seraya bersyukur, memecah-mecahkannya dan berkata, Ambillah dan makanlah: inilah tubuh-Ku.[5] Ya Allahku, pada malam yang sama di mana manusia sedang bersiap membunuh-Nya, sang Penebus yang penuh kasih mempersiapkan bagi kita roti kehidupan dan cinta kasih ini demi mempersatukan kita sepenuhnya dengan diri-Nya sendiri, seperti yang dinyatakan-Nya sewaktu Ia berkata, Barang siapa makan daging-Ku tinggal dalam Daku, dan Aku dalam dia.[6]
Ya kekasih jiwaku, ya Engkau yang patut dilimpahi kasih yang tak terhingga! Kau tak dapat memberi bukti yang lebih besar akan cinta kasih-Mu serta kasih sayang-Mu bagiku. Oh, tariklah diriku sepenuhnya kepada diri-Mu: jika ‘ku tak tahu cara memberikan segenap hatiku kepada-Mu, ambillah untuk diri-Mu sendiri. Ya Yesusku, kapankah ‘ku akan menjadi milik-Mu sepenuhnya, seperti Engkau sungguh membuat diri-Mu sendiri milikku sepenuhnya sewaktu kumenyambut-Mu dalam sakramen cinta kasih ini? Ya, cerahkanlah aku, dan buatlah agar sifat-sifat-Mu yang tercinta itu semakin tersingkap, yang membuat-Mu begitu patut dikasihi, supaya aku bisa selalu semakin jatuh cinta pada-Mu, dan dapat bekerja sepenuhnya untuk berkenan kepada-Mu. Kucinta Kau, ya kebaikanku yang terluhur, ya sukacitaku, ya kasihku, ya segalanya bagiku.
Catatan kaki:
The Complete Works of Saint Alphonsus de Liguori – The Passion and the Death of Jesus Christ [Karya Lengkap Santo Alfonsus de Liguori – Sengsara dan Wafat Yesus Kristus], disunting oleh Rev. Eugene Grimm, Vol. V, New York, Cincinnati, dan St. Louis, Benziger Brothers, 1887, hal. 171-174.
[1] Coenantibus autem eis, accepit Jesus panem, et benedixit, ac fregit, deditque discipulis suis, et ait: Accipite et comedite; hoc est corpus meum.” – Matius xxvi. 26
[2] Quotiescumque manducabitis panem hunc et calicem bibetis, mortem Domini annuntiabitis. – I Korintus. xi. 26.
[3] De l’Or. Et de la Med. hal. 1, bab. 4
[4] Qui manducat me, et ipse vivet propter me. Yohanes, vi. 58.
[5] Dominus Jesus, in qua nocte tradebatur, accepit panem, et gratias agens fregit, et dixit: Accipite, et manducate; hoc est corpus meum. – I Korintus xi. 23, 24.
[6] Qui manducat meam carnem et bibit meum sanguinem, in me manet, et ego in illo. – Yohanes vi. 57.
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 4 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 4 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 4 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 4 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 5 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 5 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 7 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 7 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 7 bulanBaca lebih lanjut...