Anti-Paus Fransiskus: orang “Katolik” harus berdoa bersama non-Katolik dan mengesampingkan perbedaan teologis (2015)

Sambutan Fransiskus, 3 Juli 2015 kepada “Gerakan Pembaruan dalam Roh Kudus”:
“Selamat siang dan selamat datang… Pada waktu itulah Kardinal Suenens mengenal Pembaruan Karismatik, yang digambarkannya sebagai suatu ‘aliran rahmat’, dan ia adalah orang kunci yang memeliharanya di dalam Gereja. Pada Misa Senin Pentakosta pada tahun 1975, Paus Paulus VI berterima kasih kepadanya dengan kata-kata berikut : ‘Dalam nama Tuhan, saya berterima kasih kepada anda karena anda telah membawa Pembaruan Karismatik ke dalam hati Gereja’… Anda, orang-orang Karismatik, memiliki suatu rahmat yang istimewa untuk berdoa dan bekerja demi kesatuan Kristiani, agar aliran rahmat dapat mengalir melalui semua Gereja Kristiani. Kesatuan Kristiani adalah karya dari Roh Kudus dan kita harus berdoa bersama – ekumenisme rohani, ekumenisme doa. ‘Tetapi, Romo, bolehkah saya berdoa bersama seorang Evangelikal, bersama seorang Ortodoks, bersama seorang Lutheran ?’ – Anda harus, anda harus! Anda telah menerima Pembaptisan yang sama’. Kita semua telah menerima Pembaptisan yang sama ; kita semua akan melalui jalan Yesus, kita menginginkan Yesus. Kita semua telah membuat pembagian-pembagian ini di dalam sejarah, untuk begitu banyak alasan, tetapi bukan untuk alasan-alasan yang baik. Tetapi sekarang, kenyataannya, adalah waktunya di mana Roh membuat kita berpikir bahwa pembagian-pembagian ini tidak baik, bahwa pembagian-pembagian ini adalah kontra-kesaksian, dan kita harus melakukan segala sesuatu untuk berperjalanan bersama: ekumenisme rohani, ekumenisme doa, ekumenisme karya, tetapi yang berasal dari kasih pada waktu yang sama ; ekumenisme membaca Alkitab bersama… Aliran rahmat ini melewati segala Pengakuan Kristiani, kita semua yang percaya akan Kristus – kesatuan, yang pertama-tama, dalam doa. Karya dari kesatuan Kristiani bermula dengan doa. Berdoalah bersama.

Kesatuan, sebab darah dari para martir masa kini membuat kita menjadi satu. Terdapat ekumenisme darah. Kita mengetahuinya sewaktu mereka yang membenci Yesus Kristus membunuh seorang Kristen, sebelum mereka membunuhnya, mereka tidak bertanya kepadanya: ‘Apakah anda seorang Lutheran, apakah anda seorang Ortodoks, apakah anda seorang Evangelikal, apakah anda seorang Baptis, apakah anda seorang Metodis?’ Anda orang Kristen!...Dan ini adalah sesuatu yang saya percayakan kepada anda, mungkin saya sudah menceritakannya kepada anda, tetapi ini adalah cerita nyata. Di Hamburg, suatu kota di Jerman, ada seorang pastor paroki yang mempelajari karya tulis untuk meneruskan sebab beatifikasi untuk seorang imam yang dibunuh oleh para Nazi, dengan dipenggal. Alasannya: ia mengajarkan katekismus kepada anak-anak. Dan, sembari belajar, ia menemukan bahwa setelah imam itu [dipenggal], lima menit kemudian, seorang pastor Lutheran dipenggal untuk alasan yang sama. Dan darah keduanya bercampur; keduanya adalah martir, keduanya adalah martir. Itulah ekumenisme darah. Jika sang musuh mempersatukan kita dalam kematian, siapakah kita ini untuk terbagi-bagi dalam kehidupan? Marilah kita mengizinkan Roh masuk, marilah kita berdoa agar kita semua maju bersama. ‘Tetapi ada perbedaan-perbedaan!’. Marilah mengesampingkan perbedaan-perbedaan itu; marilah kita berjalan dengan apa yang kita miliki bersama, yang cukup adanya… Beberapa bulan lalu, ada 23 orang Mesir itu yang juga dipenggal di pantai Libya, yang pada saat itu menyebut nama Yesus. ‘Tetapi mereka bukan Katolik’… Tetapi mereka orang Kristen, mereka adalah saudara-saudara, mereka adalah martir-martir kita! – ekumenisme darah. Lima puluh tahun yang lalu, pada kanonisasi para martir muda Uganda, Beato Paulus VI membuat rujukan kepada fakta bahwa para katekis pendamping Anglikan mereka juga telah menuangkan darah mereka untuk alasan yang sama; mereka adalah orang Kristen, mereka adalah martir. Maaf, jangan tersinggung, mereka adalah martir kita! Karena mereka memberikan hidup mereka untuk Kristus dan ini adalah ekumenisme darah - berdoalah, sambil mengingat para para martir kita bersama ... berdoalah bersama dengan orang Kristen lainnya ..."[1]

Fransiskus berkata bahwa orang-orang “Katolik” harus berdoa bersama orang non-Katolik. Sang Anti-Paus oleh karena itu mendukung tindakan dosa berat dan mempromosikan bidah. Fransiskus juga berkata bahwa perbedaan-perbedaan antara orang-orang Katolik dan sekte-sekte non-Katolik tidaklah baik. Menurut dirinya, keterlekatan orang Katolik kepada Kepausan, yang memisahkannya dari seorang Protestan, buruk adanya. Sehubungan dengan perbedaan-perbedaan ini, Fransiskus berkata: “Marilah mengesampingkan perbedaan-perbedaan itu”! Fransiskus memberi tahu orang-orang Katolik agar mereka meninggalkan dogma Katolik. Di samping itu, saat berbicara tentang para “martir” non-Katolik, Fransiskus juga secara eksplisit berkata: “mereka adalah martir-martir kita!” Ia secara terbuka menyatakan bahwa para “martir” non-Katolik adalah para “martir” dari Gereja Katolik. Fransiskus mengakui betapa pernyataannya bertentangan dengan dogma Katolik, sebab ia memperingatkan mereka sewaktu ia mengajarkan bidahnya yang tercela itu. Ia berkata, “ Maaf, jangan tersinggung, mereka adalah martir kita!” Anti-Paus Fransiskus adalah seorang bidah yang lancang.

2 Yohanes 1:9-10: “Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus,  tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak.  Jikalau seorang datang kepadamu dan ia tidak membawa ajaran ini, janganlah kamu menerima dia di dalam rumahmu dan janganlah memberi salam kepadanya.”

Bidah-bidah terkini Fransiskus

Catatan kaki:

[1] L’Osservatore Romano,  11 Juli 2015, hal. 10-11. Versi Bahasa Inggris.