^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan | ![]() |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Ketertarikan Dominikus Savio dengan Orang Sakit. Ia Harus Meninggalkan Oratorium agar Mendapat Udara Baru. Kata-Kata Perpisahannya
BAB XXI.
Ketertarikan Dominikus Savio dengan Orang Sakit. Ia Harus Meninggalkan Oratorium agar Mendapat Udara Baru. Kata-Kata Perpisahannya
Penurunan kondisi Dominikus secara bertahap tidak terjadi begitu cepat atau mencolok sehingga ia harus terus-menerus berada di ranjang; ia kadang kala masuk ruang kelas, atau ruang belajar, atau membantu dalam tugas rumah tangga ringan, seperti disarankan bapak dokter. Namun, yang paling disukainya adalah mendampingi para rekannya yang sakit manakala ada kesempatan. Namun ia tampak mendapat kesenangan yang begitu besar dalam hal itu, sehingga ia ragu apabila berbuat demikian bisa berjasa di hadapan Allah.
Namun, ketika sedang membantu menyediakan kebutuhan-kebutuhan mereka, Dominikus terutama senang ketika bisa membantu mereka secara rohani, dan sangat terampil dalam metodenya berbuat demikian. Ia mengutarakan kepada salah satu rekannya bahwa badan yang malang tidak akan bertahan untuk selama-lamanya, sehingga kelak pasti akan menjadi lemah di satu waktu atau di waktu lain dan lambat laun menjadi musnah; namun lalu jiwa yang harus dibebaskan akan pergi ke dalam rumahnya yang abadi dan menikmati sukacita untuk selama-lamanya. Kalau obat tidak enak dirasa, ia akan mengutarakan kepada anak laki-laki yang sakit itu bahwa rasanya tidak sampai sepahit empedu dan cuka yang dikecap oleh Tuhan Allah, dan sudah menjadi ketetapan Allah bahwa obat-obatan ini harus disediakan bagi badan.
Kesehatan Dominikus sendiri sudah membuat jelas bahwa ia harus meninggalkan Oratorium dan pergi pulang supaya mendapat udara di kampung halamannya. Ini sungguh mengecewakannya, karena menginterupsi praktik-praktik kesalehannya. Bahkan, saya sudah mengutusnya pulang ke rumahnya tidak lama sebelum itu, namun ia hanya tinggal di sana beberapa hari dan kembali ke Oratorium. Saya harus akui bahwa kita berdua sama-sama menyesalinya, dan saya harus terus berkorban demi membuatnya tetap tinggal bersama kami. Saya memandangnya dengan rasa sayang seorang bapa kepada anak laki-laki yang paling dikasihinya. Namun saran-saran dari bapak dokter membuat jelas bahwa akan melawan segala prinsip kehati-hatian untuk menjaga Dominikus lebih lama di Oratorium, terutama karena ia sudah terganggu oleh batuk parah terus-terusan selama beberapa hari.
Karena itulah bapaknya diberi tahu soal itu dan hari kepergian Dominikus ditetapkan pada 1 Maret 1857. Demi mengorbankan kehendaknya kepada Allah, Dominikus menaati rencana ini, sebab ia lebih suka menyambut penghujung hidupnya di Oratorium. Ada seseorang yang berkata kepada Dominikus bahwa kepergiannya itu tidak akan lama, dan bahwa ia akan kembali dengan sehat bugar dan bisa melanjutkan studinya.
Namun Dominikus sama sekali tidak salah sangka, ia menjawab bahwa ia akan pergi dan sungguh tahu bahwa ia tidak akan kembali lagi.
Pada malam sebelum kepergiannya, ia tinggal lama bersama saya, begitu lama sehingga ia sama sekali tidak ingin meninggalkan saya. Ada begitu banyak pertanyaan yang dikemukakannya, terutama soal metode dirinya bertindak sebagai orang cacat, seperti keadaannya sekarang, dan bagaimana dia bisa membuat keadaan itu menjadi berjasa. Saya katakan kepadanya bahwa ia harus mempersembahkan penyakit dan hidupnya itu kepada Allah. Ia sungguh cemas dengan kesalahan-kesalahan masa lalunya, dan apabila saya mengira dirinya akan selamat. Saya meyakinkannya bahwa apa pun yang mungkin sudah diperbuatnya itu telah diampuni, dan ia sama sekali tidak perlu takut soal keselamatan. Adapun godaan-godaan, saya menasihati Dominikus agar menjawab kepada si penggoda bahwa dirinya sudah menyerahkan jiwanya kepada Tuhan kita yang sudah ditebus-Nya dengan Darah-Nya yang Mulia.
Masih ada banyak lagi pertanyaan yang diajukannya soal kematian dan tentang Surga, dan ia tampak seperti orang yang kakinya sudah berada di ambang pintu Surga dan ingin tahu sebelumnya, akan seperti apa Surga itu.
Hari kepergiannya kebetulan adalah hari latihan-latihan menyambut kematian berbahagia, dan latihan-latihan ini dijalankannya dengan semangat terbesar. Bahkan, saya tak punya kata-kata untuk menggambarkan devosi Dominikus dalam menyambut Sakramen-Sakramen, meski itu berbekas begitu mendalam pada diri saya. Semua latihan ini dipandangnya sebagai persiapannya yang sebenar-benarnya untuk menyambut ajal, dan ia berpikir bahwa penghujung hidupnya mungkin akan datang kapan saja.
Persiapan-persiapan kecilnya untuk pergi pun segera dilakukan, seolah-olah dilaksanakan dengan perhatian sesaksama mungkin, yang menunjukkan bahwa Dominikus memandang persiapan-persiapan ini sebagai perbuatan-perbuatan terakhirnya di Oratorium. Ia pergi menjumpai setiap rekannya untuk berkata selamat tinggal, dan kepada beberapa dari mereka, disampaikannya sebuah pesan kecil berisi nasihat, atau semangat atau saran. Kepada satu orang anak laki-laki, dia berutang beberapa sen. Dominikus memanggil anak itu dan berkata kepadanya: “Ayo, mari kita bereskan urusan kita, kalau tidak, mungkin timbul masalah dalam membereskan urusan-urusan dengan Allah.” Kepada para sahabatnya dalam Konfraternitas Maria Dikandung Tanpa Noda, disampaikannya beberapa nasihat khusus, dan disemangatinya mereka supaya selalu menaruh keyakinan terbesar dalam Bunda Maria.
Ketika akan pergi, ia berpaling kepada saya dan berkata: “Lantas jasad saya tidak akan ada bersama Romo, dan akan harus saya bawa ke Mondonio? Itu akan menimbulkan kesulitan sedikit saja, lalu segala-galanya akan berakhir … Namun Kehendak Allah terjadilah. Kalau Romo pergi ke Roma, janganlah Romo lupakan pesan yang saya beri kepada Romo soal Inggris; berdoalah supaya saya boleh menyambut kematian berbahagia dan agar kita bisa kembali berjumpa satu sama lain di Surga.”
Kami telah sampai ke pintu Oratorium yang menghantar keluar ke jalanan. Dominikus masih menggenggam tangan saya, namun ia berpaling kepada para rekannya dan berkata: “Selamat tinggal, sahabat-sahabatku, doakanlah aku, dan semoga kita berjumpa kembali di Surga, tempat tiada lagi perpisahan.” Baru-baru akan meninggalkan saya, Dominikus berkata kepada saya: “Saya ingin hadiah cendera mata.” Saya bertanya kepadanya apa yang dia inginkan, bukukah, misalnya? “Tidak, sesuatu yang lebih baik dari itu.” Saya kira ia mungkin ingin sesuatu untuk perjalanannya dan mengutarakan itu kepadanya. “Ya, tepat seperti itu, sesuatu untuk perjalanan sampai ke akhirat. Romo sudah berbicara tentang indulgensi penuh dari Sri Paus, bagi mereka yang sekarat: saya ingin berpartisipasi dalam itu.”
Saya berkata, bahwa dengan senang hati akan saya masukkan namanya di antara mereka yang ingin menikmati privilese itu, yang sudah saya dapatkan secara khusus dari Roma.
Demikianlah ia meninggalkan Oratorium, tempat dirinya melewatkan waktu sejak tiga tahun lalu. Itu adalah tiga tahun berbahagia bagi si anak laki-laki, tiga tahun yang terus-menerus membangun bagi para rekannya dan bahkan bagi para superiornya. Tempat itu sudah ditinggalkannya dan tiada lagi dirinya akan kembali.
Salam perpisahannya begitu tidak lazim untuk seorang anak laki-laki, sehingga mengejutkan kami semua. Kami tahu bahwa ia banyak menderita dari penyakitnya, namun karena ia hampir selalu aktif, kami tidak terbiasa memandang hal itu sebagai penyebab kecemasan segera. Sikapnya yang periang juga banyak berperan dalam menyembunyikan penderitaan-penderitaannya. Maka dari itu, karena kami condong memandang kata-kata perpisahannya dengan serius dan sangat terdukakan oleh kata-katanya itu, kami masih punya beberapa harapan bahwa Dominikus akan kembali dan melanjutkan studinya. Namun kelanjutannya terbukti berlawanan. Ia sudah siap masuk Surga; selama beberapa tahun masa kanak-kanaknya, ia sudah berjasa untuk mendapat pahala orang benar, dan tampaknya Allah berencana mengambil Dominikus untuk diri-Nya sendiri pada musim semi hidupnya dan sebelum dirinya berjumpa bahaya-bahaya yang mendatangkan karamnya kapal bahkan bagi jiwa-jiwa termurni sekalipun.
Catatan kaki:
Disadur dari sumber berbahasa Inggris:
The Life of Dominic Savio [Riwayat Hidup Dominikus Savio], yang diterjemahkan dari karya orisinal Santo Yohanes Don Bosko, Salesian Press, Surrey Lane, Battersea, London, S. W.; Nihil Obstat: F. Thomas Bergh, OSB (Censor Deputatus); Imprimatur: PETRUS, Episcopus Southwarcensis; 1915, hal. 87-92.
Berarti anda tidak paham ttg arti katholik, jadi anda belajar yg tekun lagi spy cerdas dlm komen
Orang kudus 1 mingguBaca lebih lanjut...Anda bahkan tidak percaya bahwa Yesus mendirikan Gereja Katolik, dan anda menyebut diri Katolik. Sungguh sebuah aib. Yesus jelas-jelas mendirikan Gereja di atas Santo Petrus (Mat. 16:18-19), yakni Gereja Katolik,...
Biara Keluarga Terkudus 2 mingguBaca lebih lanjut...Saya katolik, tetapi hanya perkataan Yesus yang saya hormati, yaitu tentang cinta kasih. Yesus tidak mendirikan gereja katolik. Anda paham arti cinta kasih? Cinta kasih tidak memandang. Tuhan meminta kita...
Kapten.80 3 mingguBaca lebih lanjut...Terimakasih atas artikelnya, saya semakin mengerti perjalanan kerajaan raja salomo
Novriadi 2 bulanBaca lebih lanjut...Justru karena kami punya kasih Kristiani sejati kepada sesama kamilah, materi-materi kami ini kami terbitkan. St. Paulus mengajarkan, bahwa kita harus menelanjangi perbuatan-perbuatan kegelapan (Ef. 5:11). Gereja Katolik, satu-satunya lembaga...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo – devosi kepada Santa Perawan Maria itu krusial untuk keselamatan dan pengudusan jiwa. Namun, dan juga yang terpenting, orang harus 1) punya iman Katolik sejati (yakni, iman Katolik tradisional),...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Since your comment is written in English, we are responding in English and including a translation in Indonesian. However, we would recommend that you write us in Indonesian instead, if...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo – memang benar bahwa orang hendaknya mengasihi orang lain dan menjaga ciptaan Allah. Namun, yang terutama, kita pertama-tama harus mengasihi/mencintai Allah. Sangat amat penting pula, terutama pada zaman kita,...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo – Misteri Terang itu datangnya dari Yohanes Paulus II. Dia ini seorang Anti-Paus dan pemurtad masif. Rosario orisinal yang diberikan oleh Santa Perawan Maria adalah 15 dekade dengan Misteri-Misterinya...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...peristiwa terang kenapa tidak ada dalam pembahasan artikel ini?
devie 5 bulanBaca lebih lanjut...