Berbagai Kejadian. Perilaku Dominikus Savio yang Menarik Para Rekannya

BAB XI.

Berbagai Kejadian.
Perilakunya yang Menarik Para Rekannya.

Meski Dominikus, seperti yang sudah kita lihat, penuh keinginan berbuat baik kepada jiwa-jiwa, namun beberapa orang salah mengira bahwa hal itu cenderung membuatnya melankolis atau pemurung. Sebaliknya, dialah yang menjadi pusat kehidupan pada waktu istirahat sekolah, meskipun dirinya sungguh tahu cara bijak untuk memanfaatkan setiap kesempatan. Ketika orang lain sedang berbicara atau bercerita, ia tidak pernah menyela atau mengkritik; namun ketika percapakannya muncul, ia punya segudang informasi serta anekdot menghibur yang sangat menarik bagi para rekannya. Dia tahu waktu yang tepat untuk mengambil kesempatan berbicara, kalau perlu menghadapi orang yang mengeluh atau menggerutu, atau sesuatu yang tak disetujui.

Perilaku Dominikus begitu riang dan menarik, sehingga anak-anak yang bahkan paling tidak suka dengan hal agama sekalipun, atau mereka yang sifatnya berlawanan dengannya, sampai menganggap Dominikus sebagai teman. Dan mereka selalu menganggap baik segala petunjuk atau wejangan yang mungkin diberikan Dominikus kepada mereka.

Pernah sekali, ketika para anak laki-laki sedang bermain di lapangan terbuka, seorang pria datang dan ikut serta dalam percakapan mereka. Pria itu pertama-tama menghibur, dan punya satu atau dua cerita yang menggugah keingintahuan orang muda. Namun, ketika ia merasa sedikit lebih nyaman, ia lalu berbicara tentang perkara-perkara agama dan tentang para imam, serta hal-hal serupa, dan ia memperlakukan hal-hal itu dengan cemoohan serta tanpa rasa hormat. Banyak dari anak laki-laki itu melihat perubahan dalam percakapannya dan lalu pergi bermain; yang lain tetap di sana. Namun Dominikus tiba. Ia berhenti sejenak untuk mendengarkan, namun segera melihat maksud si pria itu, tanpa ragu-ragu ia memberi tahu para anak laki-laki di sekelilingnya:

“Jangan terus di sini mendengarkan orang bejat itu; dia hanya mencoba merusak jiwa-jiwa.”

Anak-anak itu terbiasa dengan pengaruh Dominikus dalam perkara-perkara semacam itu, dan mereka semua pergi meninggalkan pria itu sendirian. Si pria pergi dan merasa malu, dan tidak pernah mencoba mengeluarkan bujukannya di lingkungan itu lagi.

Pengaruh Dominikus ini semakin bertambah, sehingga ia biasanya mampu membujuk anak-anak sehingga tidak melangkahi jalur yang menurutnya merupakan tempat kejahatan mungkin bersembunyi. Pada waktu itu, di Oratorium, ada lembaga kecil yang terdiri dari anak laki-laki yang lebih baik dan cakap. Mereka berusaha memeriksa ketidakbaikan di antara anak-anak lain, dan mencoba menghadapi anak-anak yang tak tertib di antara mereka. Savio merupakan anggotanya dan memainkan peran utama dalam lembaga itu. Segala macam hadiah kecil yang datang kepadanya, dia simpan supaya bisa memperbesar kemampuannya membujuk orang. Terkadang, ia menggunakan kesempatan yang hadir pada waktu bermain. Ketika ada anak laki-laki yang adalah sasarannya menjadi rekan bermainnya, ia meminta anak itu berjanji supaya pergi ke Pengakuan Dosa bersamanya pada hari Sabtu berikutnya. Karena hari Sabtu biasanya tampak masih jauh, anak laki-laki itu setuju secara umum; namun Dominikus tidak membiarkannya lupa, dan ketika datang hari Sabtu, ia membawa anak itu pergi ke gereja, seturut siasat kecil-kecilannya itu bagaikan atlet yang hendak memenangkan pialanya. Dengan demikian, sering kali seorang anak yang tak mampu mengikuti ratusan khotbah, seketika terbawa oleh metode baru yang direka Dominikus demi semangatnya terhadap jiwa-jiwa.

Namun terkadang, pada hari yang ditentukan, anak yang sudah berjanji menemaninya pergi ke Pengakuan Dosa itu menghilang. Segera setelah Dominikus kembali berjumpa dengannya, ia akan berkata:

“Ah, kamu telah membuatku kecewa; kamu tidak menepati janjimu.”

Anak itu mengajukan alasan, tetapi dia tidak pernah mampu meyakinkan Dominikus, yang dengan mudah menjelaskan kepada anak itu, bahwa ia telah terjerat dalam siasat Iblis untuk menunda-nunda mengaku dosa. Dominikus lalu memperlihatkan kepada anak itu, betapa bahagia dirinya kalau si anak membuat Pengakuan Dosa yang baik setelahnya, dan membuat si anak berjanji sekali lagi. Para anak laki-laki ini kemudian selalu kembali ke Dominikus dan memberitahukannya betapa senang diri mereka karena telah mengikuti nasihatnya, dan bahwa mereka akan sering pergi menyambut Sakramen-Sakramen ke depannya.

Sering kali, dari antara banyak anak laki-laki di sana, ada beberapa yang tertinggal kurang lebih sendirian, entah karena sifat mereka yang aneh, atau karena kecacatan tertentu, atau karena ada sesuatu pada diri mereka yang kurang bersahabat; dan terkadang, mereka pula merupakan bahan olok-olok dan penganiayaan para rekan mereka. Mereka benar-benar perlu teman. Dominikus selalu mencari-cari mereka. Sering kali dia mendampingi anak-anak ini, menghibur mereka  dengan suatu cara atau cara lain. Yang lain, yang karena ketidaktahuan atau kelalaian berperangai nakal atau buruk, ditangani oleh Dominikus, dan selalu dibuatnya berpandangan lebih baik. Anak-anak sakit pun sangat menginginkan kehadirannya; sehingga dalam suatu cara tertentu, Savio benar-benar seorang rasul dan mengamalkan gagasan idealnya untuk menarik jiwa-jiwa datang kepada Allah.

Catatan kaki:

Disadur dari sumber berbahasa Inggris:

The Life of Dominic Savio [Riwayat Hidup Dominikus Savio], yang diterjemahkan dari karya orisinal Santo Yohanes Don Bosko, Salesian Press, Surrey Lane, Battersea, London, S. W.; Nihil Obstat: F. Thomas Bergh, OSB (Censor Deputatus); Imprimatur: PETRUS, Episcopus Southwarcensis; 1915, hal. 39-42.