^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Bagaimanakah Pembaptisan Keinginan Bisa Bertentangan dengan Dogma Jika...
PENOLAKAN – Bagaimanakah pembaptisan keinginan bisa bertentangan dengan dogma jika seorang santo seperti Santo Alfonsus percaya akan hal tersebut setelah Konsili Trente? Hal tersebut akan membuatnya seorang bidah, yang tidak mungkin karena ia adalah seorang santo yang telah dikanonisasikan.
JAWABAN – Pertama, kunci untuk bidah adalah kebersikerasan/kekeraskepalaan. Adalah suatu fakta bahwa seorang manusia (jika ia tidak bersikeras) dapat percaya akan suatu posisi yang bidah, seperti ide bahwa Kristus hanya memiliki satu kehendak, tanpa menjadi bidah (kecuali manusia tersebut menentang kepercayaan yang esensial akan Allah Tritunggal dan Penjelmaan; dalam kasus tersebut, walaupun ia tidak bersikeras, ia akan kehilangan Iman Katolik). Kebanyakan orang Katolik tradisional dengan siapa saya telah bicara berkata bahwa Kristus hanya memiliki satu kehendak, dan bukan dua. Hal ini adalah bidah yang dikutuk oleh Gereja. Kristus memiliki dua kehendak (yang tidak bertentangan satu sama lain), karena Ia itu Allah dan manusia. Lantas, apakah semua tradisionalis ini dengan siapa saya berbicara, apakah mereka semua bidah? Tidak, karena mereka tidak menyadari dogma ini atau tidak mengerti dogma tersebut secara menyeluruh, dan tidak berkeras kepala dan tetap memegang kepercayaan yang esensial akan Yesus Kristus sebagai Allah dan manusia. Tetapi jika mereka bersikeras atau berkeras kepala akan masalah tersebut, mereka akan menjadi bidah.
Prinsip yang sama mungkin dapat berlaku bukan hanya kepada suatu dogma yang seseorang tidak ketahui, tetapi juga kepada suatu teks yang mungkin dimengerti secara salah tentang suatu hal yang berkenaan dengan dogma atau bidah. Apakah terdapat bukti untuk hal ini? Ya.
Banyak orang mengetahui tentang kasus Paus Honorius I yang dikutuk bertahun-tahun setelah kematiannya karena ia (setidaknya) memajukan bidah Monotelit (bahwa Kristus hanya memiliki satu kehendak). Paus Honorius I (630-638) dikutuk setelah kematiannya oleh Konsili Konstantinopel III pada tahun 680.
Paus Honorius I memajukan bidah Monotelit - yakni kepercayaan bahwa Yesus Kristus hanya memiliki satu kehendak (dan bukan dua kehendak)
Tetapi, Paus Yohanes IV, yang memerintah tidak lama setelah Honorius, mencoba untuk membela surat-surat Honorius, dan bahkan berkata bahwa adalah sesuatu yang “sama sekali bertentangan dengan kebenaran” untuk menyatakan bahwa Honorius mengajarkan bahwa Kristus hanya memiliki satu kehendak.
Baiklah, di sini kita melihat seorang Paus Katolik membela kedua surat Honorius yang kemudian dikutuk oleh konsili-konsili dogmatis. Hal ini membuktikan bahwa seseorang tetap dapat menjadi Katolik (bahkan sang Paus!) walaupun secara salah mencoba untuk membenarkan sebagai Katolik sesuatu yang, faktanya, berhak dikutuk.
Beberapa orang mungkin menjawab: “tetapi Paus Yohans IV hidup sebelum diterbitkannya pengutukan yang infalibel dari surat-surat Honorius; itulah mengapa ia bukan seorang bidah sewaktu ia membela surat-surat ini yang mendukung bidah.”
Ini adalah jawaban yang munafik. Konsili Konstantinopel III mengutuk Honorius berdasarkan surat-surat yang ditulisnya pada saat pemerintahannya. Paus Yohanes IV membaca surat-surat dan pernyataan-pernyataan yang sama yang dikutuk oleh Konsili Konstantinopel III. Maka, sewaktu ia melihat pernyataan-pernyataan yang sama, Paus Yohanes IV (di dalam kapasitas falibelnya) dan Konsili Konstantinopel III (di dalam kapasitas infalibelnya) menyatakan dua hal yang sama sekali berbeda. Hal ini membuktikan bahwa seseorang dapat salah mengerti sesuatu sebagai hal yang Katolik, yang sebenarnya bidah atau mendukung bidah, dan tetap menjadi seorang Katolik, jika terdapat suatu alasan yang legitim untuk kebingungan. [Tentunya, hal ini tidak akan berlaku untuk poin-poin yang sangat jelas, seperti perlunya para Protestan untuk berkonversi atau fakta bahwa agama-agama pagan itu sesat (seperti yang ditentang oleh para Anti-Paus Vatikan II), melainkan hanya untuk poin-poin yang lebih mendetail dari isu-isu atau masalah dogmatis di mana kebingungan atau alasan untuk kebingungan tertentu mungkin ada.]
Hal yang sama itu benar untuk pembaptisan keinginan – atau, lebih persisnya, versi dari pembaptisan keinginan yang dipercayai oleh beberapa santo hanya untuk para katekumen yang tidak dibaptis. Sama seperti Paus Yohanes IV salah mengerti surat-surat Paus Honorius di dalam itikad baik, para santo ini salah mengerti Sesi 6, Bab 4 dari Konsili Trente. Mereka berpikir bahwa dokumen tersebut mengajarkan pembaptisan keinginan, dan oleh karena itu, mereka (secara salah) mengajarkan pembaptisan keinginan. Tetapi, jika seseorang menelaah argumen mereka dan mencermati ajaran Sesi 6, Bab 4, seseorang melihat bahwa Konsili Trente tidak mengajarkan pembaptisan keinginan. Seseorang juga menemukan bahwa tidak terdapat bukti untuk pembaptisan keinginan di dalam ajaran infalibel dari Gereja. Seseorang lalu menemukan bahwa pembaptisan keinginan tidak dapat diselaraskan dengan ajaran Gereja Katolik yang infalibel. Maka, sewaktu seseorang melihat poin-poin ini diuraikan dengan jelas, seseorang memiliki kewajiban untuk meninggalkan pendapat sesat semacam itu yang bertentangan dengan begitu banyak fakta. Seseorang tidak dapat, pada poin tersebut, menekankan bahwa orang-orang dapat diselamatkan tanpa Pembaptisan. Poin-poin yang dibahas di atas membuktikan bahwa seorang santo atau seorang Paus dapat salah mengerti suatu teks dan, berdasarkan pengertian yang salah tersebut, mengajarkan sesuatu yang bertentangan dengan Iman dalam itikad baik.
Kesimpulan: tidak peduli jika seseorang ingin menyebut pembaptisan keinginan sebagai suatu bidah ataupun kesalahan teologis besar yang bertentangan dengan dogma, faktanya adalah pembaptisan keinginan itu adalah suatu pendapat sesat yang tidak dapat diselaraskan dengan definisi-definisi infalibel yang begitu banyak dan tidak seorang Katolik pun boleh percaya akan hal tersebut setelah melihat fakta-fakta ini.
Terlebih lagi, walaupun ide tentang pembaptisan keinginan itu salah, seseorang haruslah membuat perbedaan yang penting antara versi pembaptisan keinginan yang dipercayai oleh orang-orang kudus tertentu (hanya untuk para katekumen yang tidak dibaptis) dan versi yang dipercayai kebanyakan orang pada masa kini (yang akan dibahas dengan lebih rinci kemudian di dalam buku ini). Para santo yang percaya akan pembaptisan keinginan hanya menerapkannye kepada para katekumen yang tidak dibaptis yang percaya akan Allah Tritunggal, Penjelmaan, dan Iman Katolik. Hampir semua orang yang percaya akan pembaptisan keinginan pada masa kini menerapkannya kepada orang-orang yang bahkan tidak percaya akan Kristus dan/atau adalah anggota agama sesat. Mereka yang percaya akan hal ini (bahwa pembaptisan keinginan dapat diterapkan kepada para Yahudi atau Muslim, dsb.) harus meninggalkan hal tersebut segera setelah melihat satu definisi infalibel pun tentang Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan. Jika tidak, mereka pastilah bidah yang telah diekskomunikasikan secara otomatis ke luar Gereja. Seseorang tidak dapat dengan wajar percaya akan pernyataan bahwa para anggota agama non-Katolik dapat diselamatkan, sebagai pernyataan yang selaras dengan dogma Di Luar Gereja Tidak Terdapat Keselamatan.
Di sisi lain, karena ide yang salah bahwa para katekumen yang tidak dibaptis dapat diselamatkan dipercayai orang-orang kudus tertentu dan diajarkan di dalam kapasitas falibel beberapa teks lain, mereka yang percaya akan pembaptisan keinginan seperti yang dipercayai para kudus tersebut (yaitu, hanya untuk para katekumen yang tidak dibaptis) akan memiliki ruang gerak yang lebih besar untuk melakukan kesalahan di dalam itikad baik (yaitu, secara wajar berpikir untuk suatu waktu bahwa itulah ajaran tradisional Gereja dulu) sampai semua aspek dari masalah tersebut telah ditunjukkan kepada mereka.
Catatan kaki:[1] Denzinger 253.
Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 3 mingguBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 3 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 3 bulanBaca lebih lanjut...Kami menerima semua dogma Gereja Katolik tanpa terkecuali, dan kami memandang mereka yang menerima semua dogma Gereja dan belum terpisah darinya, sebagai orang Katolik; itulah bagaimana kami bersekutu dengan Gereja...
Biara Keluarga Terkudus 4 bulanBaca lebih lanjut...Maaf tapi saya tidak mempercayai artikel ini. Bagaimana Anda bisa tetap berada dalam persekutuan dengan Gereja Katolik jika Anda menolak untuk percaya Paus (setelah Vatikan II) & Magisterium? Jika Anda...
Novy Binarti 5 bulanBaca lebih lanjut...Gereja Katolik mengajarkan bahwa iman Katolik diperlukan untuk keselataman, dan bahwa kalau ada orang yang mengalami ketidaktahuan, dan dia sungguh-sungguh menjalani hidup baik seturut hukum kodrat, maka Allah akan mencerahkan...
Biara Keluarga Terkudus 7 bulanBaca lebih lanjut...Tuhan Yesus jelas mewajibkan orang untuk mendengar Gereja (Mat. 18:17). Dan Ia telah mendirikan institusi Kepausan di atas St. Petrus (Mat 16:18-19), dan menyerahkan segenap kawanan domba-Nya kepada St. Petrus...
Biara Keluarga Terkudus 7 bulanBaca lebih lanjut...Konsili Vatikan II adalah konsili sesat yang memuat begitu banyak bidah dalam dokumen-dokumennya. Konsili tersebut dibuka oleh Anti-Paus Yohanes Paulus XXIII dan dokumen-dokumennya diratifikasi oleh Anti-Paus Paulus VI. Konsili itu...
Biara Keluarga Terkudus 7 bulanBaca lebih lanjut...Setuju, Tuhan Yesus Turun kebumi bukan membawa agama tapi mengajarkan kasih. Agama adalah buatan manusia.
Joe 7 bulanBaca lebih lanjut...