^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Asal-Usul Doa Angelus & Pertempuran Beograd (1456)
“Kalikstus III, penerusnya [yakni, penerus Nikolas V] memperlihatkan semangat yang lebih besar, dan sejak awal masa Kepausannya, ia mengutus para duta dan penghotbah kepada seluruh Eropa, untuk memproklamasikan perang salib dan memberlakukan pajak … Enam belas kapal perang galai, yang dibangun dengan hasil pajak tersebut, mulai berlabuh di laut atas perintah Patriark Aquileia dan mengibarkan panji Santo Petrus pada kepulauan tersebut dan pada pesisir Ionia serta Asia Minor. Aeneas Sylvius menasihati Sri Paus atas nama Kaisar Jerman dan menjanjikannya dukungan dari segenap kuasa dunia Kristiani, jika Paduka Suci membuka perbendaharaan Gereja, dan dengan nasihat-nasihat injilinya, memanggil seluruh pekerja untuk menuai.
Kalikstus III berterima kasih kepada kepala kekaisaran itu atas nasihat-nasihatnya, dan mengundangnya supaya ia memberikan teladan. Namun Frederikus [kaisar Jerman] yang pemalas itu hanya mengulangi janji-janjinya, dan ketika kaisar itu menasihati Sri Paus agar ia memproklamasikan perang salib, Sri Paus sendiri menasihati kaisar agar mengangkat senjata, dan serdadu Utsmaniyah [Muslim] menembus negara Hongaria dan melangkah maju untuk bertempur melawan kota Beograd [Serbia].
Kota Beograd ini, salah satu jalan raya di dunia Barat, sama sekali tidak mendapat pertolongan dari dunia Kristiani. Satu-satunya harapan yang tersisa baginya hanyalah keberanian Yohanes Hunyadi dan semangat apostolik Yohanes Capistrano. Yang satu menjadi komando serdadu negara Hongaria, dan memimpin mereka dengan teladannya. Yang lain, yang dengan khotbah-khotbahnya telah menghimpun sejumlah besar laskar salib dari Jerman, membangkitkan para serdadu Kristiani untuk bertempur, dan menginspirasikan mereka dengan keberanian yang tak tertaklukkan.
Para penulis sejarah modern memberi tahu kita bahwa pada zaman itu, sebuah komet tampak terbakar menuju ke arah timur. Rakyat dunia Kristiani percaya bahwa itu adalah pertanda kemalangan-kemalangan yang terbesar; dan karena kemalangan yang terbesar yang ditakuti pada waktu itu adalah invasi bangsa Turki, Kalikstus ingin memanfaatkan sikap pikiran rakyat itu untuk menjuruskan mereka kepada gagasan perang salib. Ia mendorong orang-orang Kristen untuk melakukan penitensi; ia menggambarkan perang suci kepada mereka sebagai sebuah sarana untuk membuat silih atas kesalahan-kesalahan mereka dan meredakan murka ilahi.
Namun demikian, negeri yang mengangkat senjata hanyalah negeri-negeri yang terancam bangsa Turki. Pada saat itulah Sri Paus memerintahkan supaya setiap harinya, pada tengah hari, lonceng dibunyikan pada setiap paroki untuk mengingatkan para umat beriman supaya berdoa bagi orang-orang Hongaria dan bagi semua orang yang bertempur melawan orang Turki. Kalikstus menganugerahkan indulgensi kepada semua orang Kristen yang mengulangi tiga kali doa Tuhan [Bapa Kami] dan salam malaikat [Salam Maria] ketika lonceng itu berbunyi. Demikianlah asal-usul doa Angelus, kebiasaan yang dibaktikan dan dipelihara oleh Gereja sampai zaman modern.
Surga pun tentunya tersentuh oleh doa-doa yang membara ini, yang dipanjatkan bersama pada jam yang sama dari segala penjuru Eropa Kristiani. Pada tanggal 6 Agustus 1456, orang-orang Turki dikalahkan di bawah naungan tembok kota Beograd, yang telah mereka kepung selama empat puluh hari, dan yang dahulunya mereka ancam dengan perlakuan mereka kepada ibu kota orang Yunani [Konstantinopel]. Kehadiran Hunyadi dan semangat yang membara dari Yohanes Capistrano begitu menyulut keberanian orang-orang Hongaria, sehingga mereka menghancurkan kapal Utsmaniyah yang meliputi Sungai Danube dan Sava, serta bala tentara yang dipimpin oleh Mahomet. Lebih dari dua puluh ribu orang Muslim kehilangan nyawa dalam peperangan ini; Sri Sultan terluka di tengah-tengah yanisarinya, dan hanya lolos setelah mengalami kesulitan yang besar ketika dikejar oleh para penakluknya. Seluruh Eropa bersyukur kepada Surga atas kemenangan itu, yang hanya didukungnya melalui doa-doanya, dan yang harus dipandangnya sebagai mukjizat. Kemah dan persenjataan Mahomet dikirimkan kepada Sri Paus, sebagai piala perang suci itu dan sebagai penghormatan kepada bapa para umat beriman. Dengan upacara-upacaranya, Agama merayakan hari di mana para musuhnya yang terbengis dikalahkan. Pesta Transfigurasi, yang diinstitusikan oleh surat bulla Sri Paus, dan ditandai pada tanggal 6 Agustus, mengingatkan Gereja universal setiap tahunnya tentang kekalahan bangsa Turki di hadapan Beograd.”[1]
“Kalikstus meminta perhatian dari para pangeran atas kemenangan yang bermukjizat ini dan mendesak mereka dengan sangat agar mereka menuntaskan karya yang telah dimulai ini, namun permintaannya itu sia-sia … Pada saat itu juga, ia mengeluarkan sebuah surat bulla untuk melindungi umat Kristen yang berada di bawah dominasi Turki dari penindasan Barat, dan sepucuk surat bulla lainnya untuk melawan orang-orang yang akan mengirimkan persenjataan kepada bangsa Turki atau yang menjalin hubungan dengan orang-orang Yahudi, yang tampaknya mengalami kegembiraan yang besar atas keberhasilan orang kafir dalam pertempuran mereka terhadap dunia Barat.”[2]
Catatan kaki:
Disadur dari sumber berbahasa Prancis.
[1] M. Michaud dari l’Académie Française, Histoire des croisades [Sejarah Perang Salib], vol. V, Paris, Chez L. G. Michaud, MDCCCXXII, hal. 13-16.
[2] Dictionnaire encyclopédique de la théologie catholique [Kamus Ensiklopedia Teologi Katolik], dengan sepersetujuan Mons. Uskup Agung Fribourg, disadur dari bahasa Jerman, Vol. III, Paris, Gaume Frères dan J. Duprey, Éditeurs, 1858, hal. 444.
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 2 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 3 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 3 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 3 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 4 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 5 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...