^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Santo Fransiskus Solanus (Rasul untuk Amerika Selatan)
St. Fransiskus Solanus hidup dari tahun 1549 sampai 1610. Ia adalah seorang misioner Fransiskan dari Spanyol untuk Amerika Selatan. Walaupun St. Fransiskus tidak dikenal baik di Indonesia, ia memang harus dikategorikan di antara orang kudus yang luar biasa. St. Fransiskus dikaruniai banyak sekali mukjizat. St. Fransiskus mengonversikan dan membaptis banyak orang-orang pribumi dan menjelajahi daerah-daerah yang tidak terjamah.
Doa kepada St. Fransiskus
“Ya Santo Fransiskus Solanus yang kuasa, engkau yang menjelajahi dan menginjili belantara Amerika Selatan, mohon bantulah aku dalam belantara dunia ini dan dapatkan untuk diriku, oleh Tuhan kita Yesus Kristus, rahmat yang kupintakan kepadamu. Amin.”
(Ucapkan permohonan anda dan doakan satu Salam Maria sebagai penghormatan kepada St. Fransiskus Solanus)
St. Fransiskus Solanus secara mukjizat menyembuhkan wajah yang kompong dari seorang anak perempuan berusia lima tahun dan membangkitkan ia kembali untuk hidup: “… Maria Monroy yang berusia lima tahun telah jatuh dari lantai kedua dari rumah orang tuanya. Kisi-kisi besi, yang telah diseretnya bersamanya pada saat ia jatuh, telah mengeluarkan mata anak itu, menghancurkan wajahnya, dan membelah tengkoraknya. Sewaktu ia diangkat, ia mati. Teriakan yang putus asa dari ibundanya yang amat berduka segera membawa seluruh lingkungan ke tempat kejadian tersebut; tetapi tidak ada sesuatu pun yang seorang pun dapat lakukan atau katakan untuk menghibur wanita itu atau meredakan keterkejutan yang terjadi sewaktu ia telah pertama kali melihat hancurnya kepala serta wajah anaknya.
“Di atas tempat tidur anak yang meninggal itu tergantung sebuah gambar Frater Fransisco [St/ Fransiskus Solanus]. Hanya sewaktu mata sang ibu terangkat kepada gambar itulah ia agaknya menjadi tenang/ Ia pun mulai berdoa di hadapannya dan mengalami suatu harapan yang tiba-tiba. Ia meminta dengan suara keras agar seseorang membawakannyaa minyak dari lampu Padre Solanus – segera! Pemandangan itu pastinya terlihat amat putus asa bagi orang-orang yang melihatnya, tetapi, untuk menenangkan sang ibu yang malang itu, hal tersebut pun dilakukan, dan minyak itu dioleskan kepada wajah kecil itu serta kepala yang hancur tersebut. Mukjizat pun terjadi seketika! Matanya kembali ke dalam rongganya, retak di kepalanya menutup, dan Maria cilik pun kembali hidup dengan berseru ‘Yesus, tetaplah bersamaku!’” (Fanchon Royer, St. Francis Solanus – Apostle to America [St. Fransiskus Solanus – Rasul untuk Amerika Selatan], St. Anthony Guild Press, Patterson, N.J., 1955, hal. 187.)
St. Fransiskus Solanus secara mukjizat menyeberangi sebuah sungai: “Sungai itu lebar dan tidak terdapat suatu perahu pun yang membawanya kepada tepian seberang. Betapa bahagianya para Indiannya itu karena mereka percaya bahwa, untuk alasan ini, mereka akan memiliki padre [Romo] mereka itu sedikit lebih lama. Untuk terakhir kalinya ia menasihati para Indiannya yang terkasih itu untuk bertekun dalam mencari rahmat Allah, dalam Iman, dan dalam kasih terhadap sesama, dan ia memberikan mereka berkatnya. Lalu, sambil mengangkat matanya kepada langit, ia pun mengalami ekstasi. Ia lalu membentangkan mantelnya di atas air dan berjalan di atasnya tanpa rasa takut, dan lalu menyeberang ke tepian seberang, dan meninggalkan mereka yang telah menemaninya sejauh sungai tersebut dalam keterkejutan yang luar biasa”. (Fanchon Royer, St. Francis Solanus – Apostle to America [St. Fransiskus Solanus – Rasul untuk Amerika Selatan], St. Anthony Guild Press, Patterson, N.J., 1955, hal. 117.)
Perjalanan St. Fransiskus yang luar biasa: “Sang rasul yang rajin itu tidak puas dengan melayani para konvertnya sendiri, ribuan orang Kristiani di sekitar Socotonio dan Magdalena. Segera setelah ia yakin bahwa kaki mereka terpendam dengan kuat di dalam jalan hidup Kristiani, ia lalu memulai suatu tur yang besar yang, oleh karena sulitnya medan yang ia pilih untuk jelajahi, merupakan bukti untuk suatu bab yang klasik di dalam epos tentang perjalanan yang memecahkan rekor serta petualangan rohani… sambil menginjili dan mengajari orang-orang pribumi yang mungkin ditemuinya di dalam padang belantara yang terbentang antara stasiun-stasiun yang didirikan dengan agung. Tetapi, kebanyakan tur ini amat terpusatkan kepada Gran Chaco sehingga seseorang membayangkan bahwa ia pastinya telah mengetahui sejak awal bahwa daerah yang luas yang hampir sama sekali tidak terjelajai ini adalah suatu hadiah yang harus capai – sendiri dan tanpa persediaan apa pun”. (Fanchon Royer, St. Francis Solanus – Apostle to America [St. Fransiskus Solanus – Rasul untuk Amerika Selatan], St. Anthony Guild Press, Patterson, N.J., 1955, hal. 111.)
Para saksi terhadap mukjizat-mukjizatnya: “…delapan ratus saksi telah hadir untuk bersaksi di bawah sumpah untuk mukjizat-mukjizat St. Fransiskus. Dari antaranya, lima ratus dua puluh adalah orang-orang Lima. Daftar saksi mata itu termasuk petinggi gereja, cendekiawan, dokter, pejabat militer tingkat tinggi, kaum religius, dan wanita-wanita yang berkedudukan sosial tinggil. Salah satu saksinya juga adalah pemimpin temporal dari semua orang itu, Marques de Montesclaros, Viceroy dari Peru”. (Ibid, hal. 183.)
Santo Fransiskus Solanus percaya bahwa tidak seorang pun diselamatkan tanpa Pembaptisan. Di dalam riwayat hidupnya, terdapat suatu cerita tentang sebuah kapal di mana St. Fransiskus melakukan perjalanan yang menghadapi sebuah badai yang menakutkan. Kapal ini memuat banyak kaum religius, serta orang-orang pribumi yang telah menerima suatu pengajaran darinya tetapi yang belum dibaptis. “Mereka secara langsung menghadapi sebuah angin ribut yang kencang. Hampir seketika, kapal dari kayu yang berat itu kehilangan kendali, dan semata-mata menjadi sebuah serpihan di tengah-tengah lautan yang bergolak… Air sekarang telah memasuki lambung kapal. Di tengah-tengah amukan badai itu, kapal tersebut hancur di bawah mereka, dan hanya terdapat satu sekoci di atas kapal, bencana itu hanya berarti kematian bagi kebanyakan penumpangnya… sang Kapten segera bergegas untuk membawa para Fransiskan dan beberapa penumpang yang lebih terkemuka ke tepian kapal, agar mereka dapat diberikan satu kesempatan terakhir untuk bertahan hidup [di atas sekoci]. Sewaktu ia melihat bahwa Frater Fransisco tidak bergerak untuk bergabung bersama para brudernya di dalam kapal, Juan de Morgana memohonnya untuk bergegas. Hanya ada tempat untuk satu orang lagi.Tetapi sang misioner telah memutuskan bahwa ia tidak dapat meninggalkan para Negritonya [orang-orang pribumi] yang ketakutan untuk meninggal sendiri di dalam sengsara mereka. Siapakah yang dapat berkata bahwa ia tidak mungkin dianugerahkan waktu untuk memberikan Pembaptisan bagi beberapa dari mereka?... [Ujarnya]: “Allah tidak akan mengizinkan saya untuk menyelamatkan diri saya sendiri dengan meninggalkan saudara-saudara saya yang malang kehilangan bukan hanya kehidupan badan mereka, tetapi juga jiwa mereka, yang abadi’.” (Ibid, hal. 71.)
Maka, St. Fransiskus jelas percaya bahwa mereka tidak akan diselamatkan tanpa Pembaptisan, walaupun memiliki pengetahuan atau “keinginan”. Lalu, ia mempertaruhkan hidupnya untuk tetap di kapal, untuk memastikan agar mereka yakin akan iman itu dan dibaptis. Ia segera bekerja. “… sambil memohon [kepada Allah] untuk waktu untuk menuntaskan misinya yang suci, sang imam pun segera bekerja. Begitu banyak yang harus diberikannya Sakramen [Pembaptisan], dan dalam kondisi yang menurut orang lain amat tidak mungkin!” (Ibid, hal. 73.)
Sewaktu St. Fransiskus terus membaptis, kapal itu terbelah menjadi dua oleh angin ribut itu. “Sewaktu kapal tersebut telah terbelah menjadi dua, Frater Fransisco [St. Fransiskus] sedang cepat-cepat membaptis para Negritonya. Ia baru saja melihat ke atas sewaktu ia mendengar suara… Tentunya, terdapat banyak orang yang masih histeris akibat ketakutan dan sengsara mereka dalam posisi setengah tenggelam. Tetapi Frater Fransisco sangat tenang, dan sewaktu pecahan kapal itu secara mukjizat terus mengapung, satu demi satu, para pria yang ketakutan itu menepi ke tempat mereka di hadapannya dan salib yang masih diangkatnya tinggi-tinggi oleh sebuah lengan yang seharusnya sudah patah di bawahnya sekarang. Demikianlah waktu itu terus berlalu, dan Sakramen tersebut pun pada akhirnya telah diberikan kepada semua orang yang hendak menerimanya”. Setelah berhari-hari berjuang di lautan menghadapi angin ribut, Allah pun turun tangan dengan sejumlah peristiwa-peristiwa yang membuat kapal itu terus bertahan. (Ibid, hal. 70-77.)
Artikel-Artikel Terkait
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 4 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 4 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 4 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 4 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 6 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 7 bulanBaca lebih lanjut...