Thailand jadi negara Asia Tenggara pertama yang legalkan “pernikahan” sesama jenis

"Berkhianat baik terhadap hukum alam maupun hukum ilahi, Thailand akan menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang melegalkan pernikahan sesama jenis.

Tanggal 18 Juni, melalui hasil suara 130 banding 4 dengan 18 abstain, anggota parlemen Thailand di Senat meloloskan rancangan undang-undang (RUU) yang mengubah undang-undang pernikahan negara tersebut, untuk mengizinkan “pasangan” homoseksual menikah. RUU tersebut memberi hak-hak hukum, keuangan, dan medis secara penuh bagi mereka yang berada dalam “pernikahan sesama jenis”. RUU tersebut sudah diperkirakan akan lolos, karena RUU tersebut telah sebelumnya lolos dengan suara besar di Majelis Tinggi pada bulan April.

Kini, undang-undang baru ini akan diserahkan kepada Raja Maha Vajiralongkorn untuk mendapat persetujuan kerajaan dan mulai berlaku 120 hari setelah dipublikasikan di Lembaran Negara resmi.

"Hari ini kita merayakan berdirinya tonggak penting lainnya dalam perjalanan RUU Perkawinan Setara”, Perdana Menteri Thailand Srettha Thavisin merayakannya dalam sebuah pos di X.

Awal tahun ini, Thavisin yang pro-LGBT memimpin pawai Bangkok Pride dengan mengenakan kemeja berwarna pelangi. Pemimpin Thailand ini dilaporkan akan membuka kediaman resminya bagi para aktivis dan pendukungnya untuk melakukan perayaan.

Selain perdana menteri, anggota pemerintah Thailand lainnya yang pro-LGBT juga memuji keputusan baru-baru ini.

“Kami sangat bangga bisa menciptakan sejarah”, ujar Plaifah Kyoka Shodladd, anggota komite parlemen untuk “pernikahan” sesama jenis, seperti dilaporkan Reuters.

Para anggota parlemen dan aktivis juga dilapor tampak merayakannya di parlemen Thailand setelah pemungutan suara, melambaikan bendera pelangi dan tersenyum; beberapa dari mereka mengacungkan kepalan tangan mereka untuk menunjukkan dukungan terhadap melemahnya pernikahan.

Pemerintah Thailand, yang dipelopori oleh partai Pheu Thai, mengambil alih kekuasaan tahun lalu, dan sejak saat itu secara aktif mengampanyekan ideologi LGBT."