Santo Stanislaus

Uskup & Martir

7 Mei

Abad XI -- abad terjadinya kontes antara para Imam Gereja dan Barbarisme – melimpahkan seorang Martir lainnya kepada Tuhan kita Yesus Kristus yang Bangkit. Dia itulah Stanislaus, yang dikasihi negeri Polandia yang mulia sebagai salah seorang pelindungnya. Ia dibunuh di atas Altar, oleh seorang Pangeran Kristiani yang dahulu telah ditegurnya atas kejahatan-kejahatannya … Betapa digdaya, tenaga yang ada dalam Anak Domba yang telah diutus Yesus untuk pergi ke tengah-tengah kawanan serigala![1] Mereka tampak seketika berubah menjadi Singa, sama seperti Yesus pada Kebangkitan-Nya …

Gereja yang Kudus menceritakan kepada kita dalam kisah yang kami lampirkan di bawah ini, bagaimana Uskup Kraków [baca: Kra-kuf] yang suci itu ditawarkan Piala yang mulia, dan bagaimana dirinya menerima Piala tersebut.

Stanislaus terlahir di Kraków, di Polandia. Orang tuanya, dari keluarga bangsawan, beroleh dirinya dari Tuhan berkat doa, setelah tiga puluh tahun tanpa anak. Sejak masa kanak-kanaknya pun, ia menjanjikan kekudusan di masa depan. Ketika masih muda, ia berusaha keras untuk belajar, dan ia pun membuat kemajuan besar dalam Hukum Kanon dan Teologi. Setelah orang tuanya berpulang, ia ingin merengkuh kehidupan membiara, dan karena itu membagi-bagikan hartanya yang berlimpah kepada kaum papa. Namun kehendak Penyelenggaraan Ilahi berbeda adanya: ia dijadikan seorang Kanonik dan Pengkhotbah pada Katedral Kraków oleh Uskup Lambertus, yang jabatannya di kemudian hari diteruskan oleh Stanislaus. Dalam tanggung jawab yang sejak itu diembankan kepadanya, ia bersinar dalam segala tugas pastoral, terutama dalam amal kepada kaum papa.

Santo Stanislaus diangkat jadi uskup

Boleslaus pada waktu itu adalah Raja Polandia. Santo Stanislaus memurkakan Sri Raja karena telah secara publik menegurnya atas keasusilaannya yang terbuka. Maka dari itu, dalam sebuah pertemuan akbar para petinggi kerajaannya, Sri Raja memanggil Santo Stanislaus untuk hadir pada pengadilannya, demi menjawab tuduhan bahwa dirinya telah mengambil sebagai miliknya sendiri, beberapa lahan yang dibeli atas nama Katedralnya.

Raja Boleslaus II dari Polandia

Tak mampu Bapak Uskup (Stanislaus) menyajikan akta penjualannya, pun takut para saksi menyuarakan kebenarannya; maka dari itulah ia berjanji akan menghadirkan di pengadilan itu dalam kurun waktu tiga hari, Petrus secara pribadi, yang sudah meninggal dunia tiga tahun sebelumnya. Usulannya membuat tawa membahana, namun demikian diterima. Selama tiga hari, hamba Allah itu berjuang dengan berpuasa dan berdoa; dan pada hari yang sudah ditetapkan itu, usai mempersembahkan kurban Misa, ia pun bertitah kepada Petrus agar bangkit dari kuburnya. Di tempat itu juga, Petrus kembali hidup, dan mengikut Bapak Uskup pergi ke pengadilan Sri Raja.

St. Stanislaus membangkitkan Petrus

Di sana, menggegapgempitakan Sri Raja dan para hadirinnya, Petrus bersaksi tentang penjualan lahan tersebut, serta harga yang telah dibayar kepadanya secara layak oleh Bapak Uskup. Itu pun tuntas, dan ia pun kembali tertidur dalam Tuhan.

Setelah beberapa kali menegur Boleslaus tanpa hasil, Stanislaus memisahkan Sri Raja dari persekutuan Umat Beriman. Angkara murka menggilakannya, Sri Raja mengutus para tentara masuk Gereja, agar mereka dapat menewaskan Bapak Uskup yang suci itu. Tiga kali mereka berupaya melakukannya, namun setiap kali, mereka dihalangi oleh kuasa Allah yang tersembunyi. Raja yang fasik itu sendiri pun pergi: dan ketika menemukan sang Imam sedang mempersembahkan kurban tak bercela di atas Altar, Raja memenggalnya dengan tangannya sendiri. Jasadnya lalu dipenggal-penggal dan dibuang di padang; namun dengan bermukjizat dilindungi oleh elang-elang dari binatang buas.

Santo Stanislaus dimartir

Pada malam harinya, para Kanonik Kraków, dengan bantuan terang surgawi, mengumpulkan anggota badan yang berserakan itu, dan usai memasang masing-masing pada tempat alamiahnya, menemukan bahwa anggota badannya itu seketika rekat satu sama lain, sehingga tak terlihat sama sekali ada tanda luka yang dapat ditelusuri. Allah mengejawantahkan kekudusan hamba-Nya itu dengan banyak mukjizat lainnya, yang terjadi setelah wafatnya, dan yang menyebabkan Paus Inosensius IV melangsungkan Kanonisasinya.

DOA

Ya Santo Stanislaus, begitu kuasanya engkau dalam perkataan dan perbuatan, dan padamu Tuhan menganugerahkan Mahkota seorang Martir. Dari takhta kemuliaanmu, tataplah kami dengan mata pengasihanmu; perolehkanlah kami karunia ketangguhan dari Allah, karunia yang begitu nyata dalam dirimu, dan yang kian kami perlukan dalam mengatasi cobaan-cobaan yang merintangi kemajuan kami. Tiada boleh Tuhan kita yang bangkit itu punya seorang pengecut di antara para serdadu-Nya. Kerajaan yang akan dimasuki-Nya, diambil-Nya dengan melancarkan serangan; dan Ia jelas berfirman kepada kita, bahwa kalau kita ingin mengikut diri-Nya, kita harus bersiap melakukan kekerasan.[2]  

Wahai tentara pemberani utusan Allah yang hidup, perolehkanlah kami hati yang pemberani. Kami memerlukannya demi pertarungan kami – entah menghadapi kekejaman terbuka terhadap Iman atau kesatuan Gereja, maupun yang harus dilawan menghadapi para musuh keselamatan kami yang tidak kasatmata. Engkaulah bahwasanya seorang gembala baik, sebab kehadiran dunia tak membuatmu lari maupun takut; doakanlah kami, supaya Bapa Surgawi mengutus para gembala seperti dikau kepada kami. Bantulah Gereja yang Kudus, sebab ia harus bertarung melawan musuh di setiap penjuru dunia.

Pertobatkanlah para penganiaya Gereja, sebagaimana dahulu engkau mempertobatkan Boleslaus; ia dahulu yang membunuh engkau, namun Kemartiranmu beroleh kerahiman baginya … Patahkanlah kuk besi yang sejak lama menindas Gereja … Di masa pencobaan besar, Gereja telah mempertahankan rantai suci Iman dan Kesatuan Katolik; dirinya sudah bersabar dan bersetia; pintalah Tuhan kita Yesus Kristus yang Bangkit agar berbelas kasih kepada Gereja dan membalas kesabaran serta kesetiaannya. Semoga dalam kerahiman-Nya, Ia memperkenankan Gereja mengambil bagian dalam Kebangkitan-Nya; hari itu akan menjadi hari sukacita bagi segenap dunia Kristiani, dan akan dimadahkan Nyanyian baru di seluruh dunia, kepada Tuhan Allah kita.

Catatan kaki:

Disadur dari sumber berbahasa Inggris berikut:

Dom Guéranger, OSB., The Liturgical Year [Tahun Liturgis], diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dari bahasa Prancis oleh Dom Laurence Shepherd, OSB., Paschal Time [Masa Paskah], Vol. II, Amerika Serikat, Benziger Brothers, New York, Cincinnati, Chicago, 1910,  hal. 504-508.

[1] St. Matius x. 16.

[2] St. Matius xi. 12.