^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Tentang Kerendahan Hati Maria - Risalah St. Alfonsus
Bagian I - Tentang Kerendahan Hati Maria.
“’Kerendahan Hati,’ ujar Santo Bernardus, ‘adalah fondasi dan penjaga kebajikan;’[1] dan perkataannya itu benar, sebab tanpa kerendahan hati, tiada kebajikan lain yang mungkin ada di dalam jiwa. Seandainya jiwa memiliki segala kebajikan, semuanya itu akan menghilang sewaktu kerendahan hati lenyap. Tetapi, di sisi lain, seperti yang ditulis oleh Santo Fransiskus de Sales kepada Santa Yohana de Chantal, ‘Allah begitu mencintai kerendahan hati, sehingga di mana pun Ia melihatnya, Ia seketika tertarik kepadanya.’ Kebajikan yang cantik ini, dan yang sedemikian diperlukannya, dahulu tidak dikenali oleh dunia; tetapi Putra Allah sendiri datang ke dunia untuk mengajarkannya melalui teladan-Nya sendiri, dan menghendaki, agar terutama di dalam kebajikan yang satu ini, kita berjuang untuk meneladani-Nya: ‘Belajarlah dari Aku, sebab Aku ini lembut dan rendah hati.’[2] Karena Maria adalah Murid Yesus Kristus yang pertama dan yang tersempurna dalam praktik segala kebajikan, ia jugalah yang pertama dalam praktik kerendahan hati, dan olehnya, ia patut dimuliakan di atas segala ciptaan. Santa Matilda mendapatkan wahyu bahwa kebajikan pertama yang terutama dipraktikkan oleh Bunda yang Terberkati itu, sejak masa kanak-kanaknya, adalah kerendahan hati.[3]
Dampak pertama dari kerendahan hati adalah bahwa kita menganggap diri kita sendiri rendah: ‘Maria telah senantiasa memiliki pandangan yang rendah terhadap dirinya sendiri, sehingga, sebagaimana yang diwahyukan kepada Santa Matilda yang sama, walaupun Maria melihat dirinya sendiri diperkaya dengan rahmat-rahmat yang lebih besar daripada segala ciptaan yang lain, ia tidak pernah lebih menganggap dirinya sendiri lebih baik daripada seorang pun.’[4] Kepala Biara Rupert menjelaskan ayat dari Kidung Agung ini: ‘Engkau telah menawan hatiku, ya adindaku, ya mempelaiku … dengan seuntai rambut dari lehermu.’[5] dengan berkata bahwa pandangan yang rendah yang dimiliki oleh Maria terhadap dirinya sendiri, persisnya merupakan rambut di leher Mempelai itu yang menawan hati Allah.[6] Bukan berarti bahwa Maria menganggap dirinya sendiri seorang pendosa; sebab kerendahan hati adalah kebenaran, seperti yang diujarkan oleh Santa Teresa; dan Maria tahu bahwa ia tidak pernah menyakiti Allah: tidak pun bahwa ia tidak mengakui dirinya telah menerima rahmat-rahmat yang lebih besar dari Allah daripada yang diterima oleh segala ciptaan yang lain; sebab hati yang rendah senantiasa mengakui pertolongan-pertolongan istimewa yang dikaruniakan Tuhan untuk semakin merendahkan dirinya sendiri: tetapi Bunda yang Kudus itu, yang dicerahkan oleh terang yang lebih kemilat yang membuatnya tahu akan keagungan dan kebaikan Allah yang tak terhingga, juga mengetahui kehinaan dirinya sendiri, dan dengan demikian, ia merendahkan dirinya sendiri lebih dari orang lain, dengan berkata bersama sang Mempelai suci: ‘Janganlah engkau memandang kulitku yang sawo matang, sebab sang surya telah mengubah warna kulitku.’[7] Dalam kata lain, seperti yang dijelaskan oleh Santo Bernardus, ‘Sewaktu aku menghampiri-Nya, aku menyadari warna kulitku ini hitam.’[8] Ya, ujar Santo Bernardinus, sebab ‘sang Perawan Suci telah senantiasa menghadirkan Kemegahan Allah, dan kehinaan dirinya sendiri di dalam benaknya.’[9] Layaknya seorang pengemis, sewaktu ia dijubahi dengan jubah yang mewah yang telah dianugerahkan kepada dirinya, ia tidak memegahkan diri atas jubah itu di hadapan orang yang memberikannya, tetapi ia justru merasa rendah, sebab dengan demikian ia teringat akan kemiskinan dirinya sendiri, demikian pula, semakin Maria melihat dirinya sendiri diperkaya, ia semakin merendahkan dirinya sendiri, sebab ia ingat bahwa segalanya adalah karunia Allah; itulah sebabnya ia sendiri berkata kepada Santa Elisabet dari Hongaria, bahwa ‘ia dapat meyakini, bahwa ia [Maria] memandang dirinya sendiri sebagai ciptaan yang terhina dan tidak pantas mendapatkan rahmat Allah.’[10] Itulah sebabnya, Santo Bernardinus berkata bahwa ‘setelah Putra Allah, tiada ciptaan di dunia yang sedemikian diagungkannya seperti Maria, sebab tiada ciptaan di dunia ini pernah sampai merendahkan dirinya sendiri seperti yang dilakukan oleh Maria.’[11]
Di samping itu, adalah suatu perbuatan kerendahan hati untuk menyembunyikan karunia-karunia surgawi. Maria ingin menyembunyikan dari Santo Yosef rahmat yang besar, yang olehnya ia telah menjadi Bunda Allah, walaupun kelihatannya Santo Yosef perlu diberi tahu tentang hal itu, hanya demi mengenyahkan segaka kecurigaan sehubungan dengan kebajikannya dari benak mempelainya yang malang itu, yang mungkin telah dipikirkannya karena ia melihat Maria hamil; atau setidaknya, ketertegunan yang memang dialaminya oleh karena kehamilannya itu; sebab Santo Yosef yang di satu sisi tidak ingin meragukan kesucian Maria, dan yang di sisi lain, tidak mengetahui misteri itu, ‘Ingin menceraikannya secara diam-diam.’[12] Hal ini akan telah dilakukannya, seandainya sang malaikat tidak mewahyukan kepadanya bahwa Mempelainya itu mengandung berkat kuasa Roh Kudus. Kembali lagi, jiwa yang sungguh-sungguh rendah hatinya menolak untuk dipuji, dan seandainya puji-pujian dianugerahkan kepadanya, ia mengacukan semua pujian itu kepada Allah. Lihatlah, Maria merasa takut sewaktu ia mendengar dirinya sendiri dipuji oleh Santo Gabriel; dan sewaktu Santa Elisabet berkata, ‘Terberkatilah engkau di antara wanita… dan bagaimanakah hal ini terjadi kepadaku, bahwa Bunda Tuhanku datang kepadaku… Terberkatilah engkau yang telah percaya, dsb.’[13] Maria mengacukan semuanya itu kepada Allah, dan menjawab di dalam Kidung yang rendah itu: ‘Engkau memang memujiku, ya Elisabet, tetapi Aku memuji Tuhan, Ia sendirilah yang empunya penghormatan: engkau bertanya-tanya mengapa aku datang kepadamu, dan aku bertanya-tanya tentang kebaikan Ilahi, satu-satunya yang di dalamnya jiwaku bersukacita: ‘Dan jiwaku telah bersukacita di dalam Allah, Juru Selamatku.’ Engkau memujiku, sebab aku telah percaya; aku memuji Allahku, sebab Ia telah berkenan untuk mengangkat kehinaanku: ‘Sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya.’’[14] Itulah sebabnya Maria berkata kepada Santa Brigidia: ‘Aku begitu merendahkan diriku sendiri, dan dengan demikian, pantas mendapatkan rahmat yang sedemikian besarnya, sebab aku memikirkan, dan aku mengetahui hal itu tentang diriku sendiri, aku tidak punya apa-apa! Oleh sebab alasan yang sama ini, aku tidak ingin dipuji, aku hanya ingin agar puji-pujian diberikan kepada Pencipta dan Pemberi segala sesuatu.’[15] Maka dari itu, seorang penulis kuno berbicara tentang kerendahan hati Maria dengan berkata demikian: ‘Ya kerendahan hati yang sungguh terberkati, yang telah memberikan Allah kepada manusia, membuka Surga, dan meluputkan jiwa-jiwa dari Neraka!’[16]
Bagian dari kerendahan hati juga adalah pelayanan terhadap sesama. Maria tidak menolak untuk pergi dan melayani Elisabet selama tiga bulan. Itulah sebabnya Santo Bernardus berkata, ‘Elisabet bertanya-tanya mengapa Maria harus datang mengunjunginya; tetapi apa yang bahkan lebih mengagumkan, adalah bahwa ia datang bukan untuk dilayani, melainkan untuk melayani.’[17] Orang-orang yang rendah hati gemar menyendiri, dan memilih tempat yang terhina; dan dengan demikian, Maria, ujar Santo Bernardus, sewaktu Putranya sedang berkhotbah di dalam sebuah rumah, sebagaimana yang diceritakan oleh Santo Matius,[18] sewaktu ia hendak berbicara kepada-Nya, ia sendiri tidak ingin masuk, tetapi ‘tetap berada di luar dan tidak menggunakan otoritas keibuannya untuk menyela-Nya.’[19] Oleh karena alasan yang sama, sewaktu ia sedang berada bersama para Rasul untuk menantikan datangnya Roh Kudus, ia mengambil tempat yang paling hina, seperti yang diceritakan oleh Santo Lukas: ‘Mereka semua ini bertekun seia sekata dalam doa, bersama para wanita dan Maria, Bunda Yesus.’[20] Santo Lukas bukannya tidak mengetahui jasa-jasa Bunda yang Kudus itu, yang oleh karenanya ia seharusnya telah menyebutkannya pertama-tama, tetapi karena ia telah mengambil tempat yang terakhir dari antara para Rasul dan para wanita; dan dengan demikian, ia menyebutkan mereka semua, seperti yang dicatat oleh seorang penulis, dengan urut-urutan di mana mereka berada. Maka, Santo Bernardus berkata, ‘Dengan benar yang terakhir telah menjadi yang pertama, sebab yang pertama dari semuanya telah menjadi yang terakhir.’[21] Pada akhirnya, orang-orang yang rendah hati gemar dianggap rendah; itulah mengapa kita tidak membaca bahwa Maria memperlihatkan dirinya sendiri di Yerusalem pada Minggu Palma, sewaktu Putranya disambut oleh orang-orang dengan penghormatan yang besar; tetapi di sisi lain, sewaktu Putranya wafat, ia tidak bergidik untuk hadir di Kalvari, oleh karena rasa takut akan penghinaan yang akan tertuju kepada dirinya sewaktu orang-orang tahu bahwa ialah Bunda dari Dia yang dihukum untuk mengalami wafat yang hina sebagai seorang penjahat. Hal apakah yang membuat seseorang lebih rendah daripada untuk disebut sebagai orang dungu, untuk menjadi miskin dalam segala sesuatu, dan untuk percaya bahwa dirinya sendiri tidak pantas mendapatkan segalanya? Demikianlah, ya putriku, kerendahan hatiku; inilah sukacitaku yang dahulu; dahulu inilah segala keinginanku, demikianlah caraku memikirkan bagaimana menjadi berkenan kepada Putraku seorang.’[22]
Venerabilis Suster Paula dari Foligno dikaruniakan pemahaman dalam suatu ekstasi, betapa besarnya kerendahan hati Ratu kita yang terberkati; dan sewaktu ia menceritakannya kepada imam pengaku dosanya, ia begitu dipenuhi dengan ketakjuban akan keagungannya sehingga ia hanya dapat berseru: ‘Oh, kerendahan hati Perawan Suci! Ya Bapa, kerendahan hati Perawan Suci, betapa besarnya kerendahan hati sang Perawan Suci! Di dalam dunia ini tiada suatu hal macam kerendahan hati, tidak pun dalam jenjangnya yang paling rendah, sewaktu anda melihat kerendahan hati Maria.’ Pada suatu kesempatan lain, Tuhan kita memperlihatkan kepada Santa Brigidia dua orang wanita. Yang satu penuh dengan kemegahan dan kecongkakan: ‘Ia’, ujar-Nya, ‘adalah Keangkuhan; tetapi yang lain yang kaulihat dengan kepala yang tunduk, yang santun kepada semua orang, yang hanya berpikir tentang Allah di dalam benaknya, dan yang menganggap dirinya bukan apa-apa, adalah Kerendahan Hati, namanya adalah Maria.’[23] Dengan perkataan ini, Allah berkenan untuk memberitahukan kita semua, bahwa kerendahan hati Bunda-Nya yang terberkati sedemikian adanya sehingga dirinya adalah kerendahan hati itu sendiri.
Tidak mungkin diragukan, seperti yang dicatat oleh Santo Gregorius dari Nyssa, bahwa dari antara segala kebajikan, kemungkinan tiada suatu kebajikan yang lebih sulit untuk dipraktikkan bagi kodrat manusiawi yang kita miliki, yang telah sedemikian terusakkan oleh dosa, daripada praktik kerendahan hati. Tetapi tidak ada jalan keluar; kita tidak pernah dapat menjadi anak-anak Maria yang sejati, jika kita tidak rendah hati. ‘Jikalau’, ujar Santo Bernardus, ‘engkau tidak dapat meneladani keperawanan dari Perawan yang rendah hati ini, teladanilah kerendahan hatinya.’[24] Ia membenci yang angkuh, dan hanya mengundang orang-orang yang rendah hati untuk datang kepadanya: ‘Barangsiapa kecil adanya, hendaknya ia datang kepadaku.’[25] ‘Maria’, ujar Rikardus dari St. Laurensius, ‘melindungi kita di bawah mantel kerendahan hatinya.’[26] Bunda Allah sendiri menjelaskan apa itu mantelnya kepada Santa Brigidia dengan berkata: ‘Datanglah, ya putriku, dan bersembunyilah di bawah mantelku ini; mantel ini adalah kerendahan hatiku.’[27] Ia lalu menambahkan bahwa kita dapat menghangatkan diri kita sendiri dengan mantel itu jika kita memikirkan kerendahan hatinya; tetapi bahwa sebagaimana sebuah mantel hanya menghangatkan mereka yang mengenakannya, bukan dalam pikiran melainkan dalam perbuatan, ‘demikian pula kerendahan hatinya tidak berguna, selain bagi mereka yang berjuang untuk meneladaninya.’ Ia lalu mengakhiri dengan kata-kata ini: ‘Maka dari itu, putriku, jubahilah dirimu sendiri dengan kerendahan hati ini.’[28] ‘Ya, betapa berharganya jiwa-jiwa yang rendah hati bagi Maria,’ ujar Santo Bernardus; ‘Perawan yang terberkati ini mengenali dan mengasihi semua orang yang mengasihinya, dan dekat dengan semua orang yang memanggil dirinya; dan terutama dengan mereka yang dipandangnya serupa dengan dirinya sendiri dalam kesucian dan kerendahan hati.’[29] Maka dari itu Santo Bernardus menganjurkan semua orang yang mengasihi Maria agar mereka menjadi rendah hati: ‘Tirulah kebajikan Maria yang satu ini, jika anda mencintainya.’[30] Marinus, atau Martinus d’Alberto, dari Serikat Yesus, dahulu menyapu rumah, memunguti kotoran, oleh karena cinta akan Perawan yang Terberkati ini. Bunda yang Kudus ini pada suatu hari tampak kepadanya, seperti yang diceritakan oleh Romo Nierembergh di dalam riwayat hidupnya, dan berkata seolah-olah berterima kasih kepadanya: ‘Oh, betapa perbuatan yang rendah hati ini berkenan kepadaku, perbuatan yang dilakukan demi cinta akan diriku!’ Maka dari itu, ya Ratuku, aku tidak akan pernah dapat menjadi anakmu jika aku tidak rendah hati; tetapi tidakkah kaulihat bahwa dosa-dosaku, yang telah membuatku mendurhakai Tuhanku, juga telah membuatku angkuh? Ya Bundaku, hendaknya engkau memberikanku obatnya. Dengan jasa kerendahan hatimu, kabulkanlah permohonanku agar aku sungguh dapat menjadi rendah hati, dan dengan demikian menjadi anakmu. Amin.”
Catatan kaki:
Disadur dari sumber berbahasa Inggris
The Glories of Mary [Kemuliaan Maria], diterjemahkan dari karya St. Alfonsus de Liguori yang berbahasa Italia, London, dicetak untuk para Bapa Redemptoris, MDCCCLII, hal. 436-442.
[1] Humilitas est fundamentum custosque virtutum.
[2] Et discite a me, quia mitis sum, et humilis corde. – Matth. xi, 29.
[3] Prima virtus, in qua Virgo nata, et infans se singulariter exercuit, fuit humilitas. †
[4] Ita modeste de se sentiebat, ut cum tot gratias haberet, nulli se praetulit. †
[5] Vulnerasti cor meum soror mea sponsa… in uno crine colli tui. – Cant. Iv, 9.
[6] In uno crine colli tui, id est, in nimia humilitate cordis tui… Quid uno crine gracilius, et quid humilitate subtilius…. Iste est crinis colli, humilis cogitatus mulieris. – Lib. Iii, in Cant. cap. 4.
[7] Nolite me considerare quod fusca sim, quia decoloravit me sol. – Cant. i, 5.
[8] Appropinquans illi, me nigram invenio.
[9] Virgo continue habebat actualem relationem ad Divinam majestatem, et ad suam nihilitatem. – Serm. de Concep. B. M. V. art. Iii, cap. 2.
[10] Pro firmo scias, quo dita me reputabam ream, et vilissimam, et gratia Dei indignam. – S. Bonav. De Vita C. cap iii.
[11] Sicut nulla post Filium Dei creatura tantum ascendit in gratiae dignitatem, sic nec tantum descendit in abyssum humilitatis profundae. – Serm. de Concep. B. M. V. art. i, cap. 3.
[12] Voluit occultere dimittere eam. – Matth. i, 19.
[13] Benedicta tu inter mulieres… Et unde hoc mihi, ut veniat Mater Domin mei ad me?... Et beata quae credidisti, etc. – Luc. I, 42, 43, 44.
[14] Magnificat anima mea Dominum. Et exsultavit spiritus meus in Deo salutari meo. Quia respexit humilitatem ancillae suae. – Luc. I, 46, 47.
[15] Ut quid enim ego me tantum humiliabam, aut unde promerui tantam gratiam, nisi quia cogitavi, et scivi, me nihil a me esse vel habere? Ideo et nolui laudem meam, sed solius Datoris et Creatoris. – Rev. lib. ii, c. 23.
[16] O vere beata humilitas, quae Deum hominibus peperit, vitam mortalibus edidit, caelos innovavit, mundum purificavit, paradisum aperuit, et hominum animas ab inferis liberavit. – Serm. de Assump. int. Op. S. Augustini.
[17] Venisse Mariam mirabatur Elisabeth… sed jam magis miretur, quod instar utique Filii, et ipsa non ministrari venerit, sed ministrare. – Serm. de Aquaed.
[18] Matth. xii.
[19] Foris stabat… nec maternal auctoritate aut sermonem interrupit, aut in habitationem irruit in qua Filius loquebatur. – Serm. Sign. Magn.
[20] Hi omnes erant perseverantes unanimiter in oratione cum mulieribus, et Maria Matre Jesu. – Act. i, 14.
[21] Merito facta est novissima prima, quae cum prima esset omnium, sese novissimam faciebat. – In Sign. Magn.
[22] Quid enim contemptibilius est quam vocari fatua, et non irasci, vel verba reddere? Quid despectius quam omnia relinquere, et omnibus redigere? Quid dolorosius apud mundiales, quam injuriam suam dissimulare et omnibus se credere, et tenere indigniorem, et humiliorem? Talis, O filia, erat humilitas mea, hoc gaudium meum, haec voluntas tota, quae nulli nisi Filio meo placere cogitabam. – Rev. lib. ii, cap. 23.
[23] Rev. lib. i, cap. 29.
[24] Si non potes virginitatem humilis, imitare humilitatem Virginis. – Hom. i, sup. Missus.
[25] Si quis est parvulus, veniat ad me. – Prov. ix, 4.
[26] Maria protegit nos… sub pallio humilitatis. – De Laud. Virg. lib. Ii, cap. 1.
[27] Ergo tu filia mea, veni, et absconde te sub mantello meo… Hic mantellus humilitas mea est. – Rev. lib. ii. cap. 23.
[28] Nec humilitas mea proficit eam cogitantibus, nisi et pro modulo suo, unusquisque studuerit eam imitari. Ergo, filia mea, indue te hac humilitate. – Ib.
[29] Agnoscit certe, et diligit diligentes se, et prope est in veritate invocantibus se: praesertim his quos videt sibi conformes factor, in castitate et humilitate. – In Salv. Reg.
[30] Aemulamini hanc virtutem, si Mariam diligitis. – Serm. in Sign. Magn.
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 4 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 4 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 4 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 4 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 6 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 6 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 7 bulanBaca lebih lanjut...