^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Ensiklik E Supremi - Paus St. Pius X, 1903 - Tentang Pemulihan Kristiani & Antikristus
E SUPREMI
SURAT ENSIKLIK
DARI BAPA SUCI KITA PAUS PIUS X
OLEH PENYELENGGARAAN ILAHI, PAUS.
KEPADA PARA PATRIARK, PRIMAT, USKUP AGUNG, USKUP, DAN ORDINARIS LAINNYA
DALAM DAMAI DAN PERSEKUTUAN DENGAN TAKHTA APOSTOLIK.
PIUS X PAUS.
“Saudara-Saudara yang Terhormat, Salam dan berkat apostolik:
Pada saat Kami menyampaikan perkataan Kami untuk pertama kalinya kepada anda sekalian dari ketinggian Takhta Apostolik ini di mana Kami telah diangkat oleh rencana Allah yang tak terselami, tidaklah diperlukan untuk mengingatkan anda betapa Kami berlinang air mata dan betapa besar doa yang Kami daraskan demi menghindarkan diri Kami dari tanggung jawab yang demikian beratnya dari Kepausan yang tertinggi. Walaupun jasa-jasa Kami sama sekali tidak sepadan dengan St. Anselmus, Kami merasa mampu membuat keluhan-keluhannya menjadi keluhan-keluhan milik Kami, sewaktu, walaupun ia melawan dan berusaha untuk menghindar, ia merasakan kewajiban untuk menerima kehormatan Keuskupan. Kesaksian-kesaksian akan kesedihan yang diberikannya pada masa itu dapat Kami buat sendiri, untuk menunjukkan seperti apa keadaan hati dan kehendak Kami sewaktu Kami telah menerima tugas yang begitu menakutkan untuk menggembalakan kawanan domba Yesus Kristus.
‘Air mataku adalah saksinya,’ ia menulis, ‘demikian pula jeritan-jeritan dan, kiasannya, keluh kesah yang disuarakan oleh hatiku di dalam kegundahannya yang mendalam. Kesulitan itu sedemikan rupanya sehingga aku tidak ingat bahwa diriku pernah mengalami dukacita yang serupa, sebelum hari di mana bencana itu menimpa diriku, yakni Keuskupan Agung Canterbury. Dan mereka yang memakukan tatapan mereka kepada wajahku tidak dapat gagal untuk melihatnya…. Warna kulitku, yang lebih serupa dengan warna kulit orang mati daripada orang hidup, pucat pasi akibat ketertegunan dan keterkejutan. Sampai sekarang, aku telah melawan sejauh yang dapat kulakukan, pemilihan ini, atau, dalam kata lain, kekerasan ini, aku berkata demikian dalam kebenaran. Tetapi pada saat ini, terlepas bilamana aku menyukainya, aku diwajibkan untuk mengakui dengan kejelasan yang semakin besar bahwa rancangan-rancangan Allah berlawanan dengan upaya-upayaku, sedemikian rupa sehingga aku tidak lagi memiki suatu cara pun untuk menghindarinya. Aku pun ditaklukkan oleh kekerasan itu, yang bukan berasal dari manusia, melainkan dari Allah, yang, melawan diri-Nya, tiada suatu keberhati-hatian pun dapat berjaya, setelah melakukan segala upaya yang dapat kulakukan, agar piala ini menjauh dari diriku agar aku tidak minum dari padanya, aku tidak lagi memiliki suatu tekad lain pun yang akan kuambil selain untuk menolak perasaanku dan kehendakku sendiri, dan berpasrah sepenuhnya kepada rancangan dan kehendak Allah.’[1]
Memang benar, Kami memiliki begitu banyak alasan yang terberat untuk menghindari beban ini. Sebab, di samping kenyataan bahwa Kami memandang diri Kami sendiri sepenuhnya tidak pantas oleh karena hinanya diri Kami ini untuk menerima kehormatan Kepausan, bagaimanakah Kami tidak merasa begitu tergerakkan saat melihat diri Kami terpilih untuk meneruskan ia yang, selama hampir dua puluh enam tahun, memerintah Gereja dengan kebijaksanaan yang penuh, yang menunjukkan semangat jiwa yang begitu besar serta kebajikan-kebajikan istimewa dari dirinya sehingga ia pun dikagumi oleh para lawannya sendiri, dan, yang oleh kecemerlangan karya-karyanya, membuat dirinya akan dikenang untuk selamanya?
Terlebih lagi, di samping banyak alasan lain yang tidak akan Kami sebutkan, Kami telah mengalami semacam kengerian sewaktu Kami menimbang kondisi-kondisi yang menyedihkan dari umat manusia pada saat ini. Sebab siapakah yang dapat gagal untuk melihat bahwa masyarakat dewasa kini, lebih dari di masa lalu, sedang menderita suatu penyakit yang mengerikan dan yang mendalam, yang berkembang setiap harinya, dan yang menggerogoti kedalaman tubuhnya, dan yang menyeretnya kepada kehancuran? Penyakit ini, Saudara-Saudara yang Terhormat, anda sekalian mengenalinya: kemurtadan dari Allah; dan tiada sesuatu pun, tanpa suatu keraguan pun, yang menuntun secara lebih pasti kepada kehancuran, sesuai dengan perkataan sang Nabi: ‘Sebab lihatlah, mereka yang pergi jauh dari diri-Mu akan binasa.’[2] Itulah mengapa Kami telah melihat bahwa, atas dasar pelayanan dari Kepausan yang dipercayakan kepada diri Kami, Kami harus bergegas untuk mencari suatu obat untuk kejahatan yang besar ini, dengan menganggap perintah Ilahi ini sebagai perintah yang ditujukan kepada Kami: ‘Lihatlah, Aku telah menetapkan dirimu pada hari ini atas bangsa-bangsa dan atas kerajaan-kerajaan, untuk mencabut dan untuk menghancurkan, untuk membangun dan untuk menanam.’[3] Tetapi, dalam kesadaran penuh akan kelemahan diri Kami, Kami takut untuk mengemban suatu tugas yang dipenuhi begitu banyak kesulitan, dan yang, bagaimanapun, sama sekali tidak boleh ditunda.
PROGRAM SRI PAUS.
Bagaimanapun, karena Allah telah berkenan untuk mengangkat diri Kami yang rendah sampai kepada kepenuhan kekuatan, Kami menimba keberanian di dalam Ia yang memberikan kepada kita penghiburan; dan dengan membuat diri Kami mulai bekerja, dengan mengandalkan kekuatan Allah, Kami memproklamasikan bahwa satu-satunya tujuan Kami dalam pelaksanaan Kepausan yang tertinggi adalah untuk ‘memulihkan segala sesuatu dalam Kristus’,[4] agar ‘Kristus dapat menjadi segala sesuatu dalam segala sesuatu.’[5] Tentunya akan dijumpai beberapa orang yang, karena mereka mengukur hal-hal ilahi dengan standar manusiawi, akan hendak menyelami pikiran-pikiran Kami yang terdalam, dan memutarbalikkannya menjadi suatu tujuan duniawi dan menjadi rancangan-rancangan politis. Untuk mengenyahkan segala delusi bagi orang-orang semacam itu, Kami berkata kepada mereka dengan menekankan bahwa Kami hanya ingin menjadi, dengan pertolongan ilahi, Kami hanya akan menjadi, di tengah-tengah masyarakat manusiawi, pelayan Allah yang telah disandangkan dengan otoritas-Nya. Kepentingan-kepentingan-Nya adalah kepentingan-kepentingan Kami, tekad Kami yang tak tergoyahkan adalah untuk memusatkan segenap kekuatan Kami dan hidup Kami kepada kepentingan-kepentingan-Nya itu. Itulah mengapa jika seseorang meminta dari Kami suatu simbol yang mengungkapkan kehendak Kami, Kami hanya akan memberikan yang satu ini, dan bukan yang lain: ‘Memulihkan segala sesuatu dalam Kristus.’
Karena kami hendak melaksanakan dan mengejar karya yang agung ini, Saudara-Saudara yang Terhormat, hal yang melipatgandakan semangat Kami, adalah keyakinan bahwa Anda sekalian akan berada bersama Kami sebagai penolong yang gagah berani. Andaikata Kami meragukannya, Kami akan harus menganggap secara tidak adil bahwa anda tidak menyadari atau tidak memedulikan peperangan yang nista yang pada saat ini, hampir di semua tempat, disulut dan dibangkitkan melawan Allah. Sebab kenyataannya, ‘bangsa-bangsa telah menjadi murka, dan rakyat membayangkan rencana-rencana yang gila’[6] melawan Pencipta mereka; demikian seringnya musuh-musuh Allah berseru: ‘Enyahlah daripada kami.’[7] Itulah mengapa kebanyakan orang telah menyangkal sepenuhnya segala penghormatan terhadap Allah, dan kebiasaan-kebiasaan hidup, baik pribadi maupun publik, sama sekali tidak mempertimbangkan Kehendak Yang Mahatinggi. Terlebih lagi, setiap upaya dan setiap siasat digunakan untuk menghancurkan sepenuhnya ingatan dan pengetahuan akan Allah.
Menimbang segala hal ini, terdapat suatu alasan yang baik untuk menakuti bahwa kebejatan besar ini mungkin layaknya suatu pertanda, dan mungkin merupakan permulaan dari kejahatan-kejahatan yang dipersiapkan untuk hari-hari terakhir; dan bahwa sang ‘Putra Kebinasaan’, yang disebutkan oleh sang Rasul, mungkin sudah ada di dunia ini.[8] Demikian besarnya kelancangan dan demikian besarnya kemurkaan orang-orang dalam hal menganiaya agama, memerangi dogma-dogma iman, dalam upaya yang tegar untuk mencabut dan menghancurkan segala hubungan antara manusia dan Keilahian. Sedangkan pula, dan inilah apa yang menurut rasul yang sama merupakan tanda yang khas milik sang Antikristus, manusia [itu] telah dengan kelancangan yang teramat besar, merebut tempat Allah, mengangkat dirinya sendiri di atas segala sesuatu yang disebut sebagai Allah; sedemikian rupa sehingga walaupun ia tidak dapat sepenuhnya meniadakan di dalam dirinya segala pengetahuan akan Allah, ia telah membenci kekuasaan Allah dan, seolah-olah, menjadikan dunia sebagai suatu bait di mana dirinya sendiri disembah. ‘Ia duduk di dalam bait Allah, memamerkan dirinya sendiri seolah-olah dirinya adalah Allah.’[9]
Sungguh benar, tiada seorang pun yang berpikiran sehat dapat meragukan perkara tentang pertarungan antara manusia dan Yang Mahatinggi. Manusia, dengan menyalahgunakan kebebasannya, dapat melanggar hak dan kekuasaan dari sang Pencipta Alam Semesta; tetapi kemenangan akan selalu berada di sisi Allah – bahkan, kekalahan sudah tiba pada saat manusia, di bawah delusi kejayaannya, bangkit dengan kelancangan yang terbesar. Tentang hal ini, Allah sendiri menjaminnya di dalam Kitab Suci bagi kita. Seakan-akan tidak memedulikan kekuatan-Nya dan keagungan-Nya, Ia ‘mengabaikan dosa-dosa manusia’,[10] tetapi dengan cepat, setelah apa yang tampak sebagai gerakan mundur itu, ‘terbangun bagaikan seorang manusia perkasa yang telah mabuk anggur.’[11] ‘Ia akan meremukkan kepala musuh-musuh-Nya’[12] agar semua orang dapat mengetahui ‘bahwa Allah adalah raja seluruh bumi’,[13] ‘agar bangsa-bangsa mengerti bahwa mereka hanyalah manusia.’[14]
DAMAI KEPADA BANGSA-BANGSA.
Semuanya ini, Saudara-Saudara yang Terhormat, Kami percayai dan harapkan dengan iman yang tak tergoyahkan. Tetapi, hal ini tidak pun mencegah diri kita, sesuai dengan ukuran yang diberikan kepada masing-masing, untuk mengerahkan upaya-upaya diri kita demi menyegerakan karya Allah – dan, bukan semata-mata dengan berdoa dengan tekun: ‘Bangkitlah, ya Tuhan, janganlah biarkan manusia menjadi kuat’,[15] tetapi, hal yang paling penting, dengan menegaskan baik melalui perkataan dan perbuatan dan di bawah terangnya siang hari, kekuasaan yang tertinggi dari Allah atas manusia dan segala sesuatu, sehingga hak-Nya untuk memerintah dan otoritas-Nya dapat diwujudkan dan dihormati secara penuh.
Hal ini diembankan kepada diri kita bukan hanya sebagai suatu tanggung jawab kodrati, tetapi oleh karena kepentingan bersama. Sebab, Saudara-Saudara yang Terhormat, siapakah dapat mencegah dirinya sendiri sehingga tidak merasa jijik dan berduka sewaktu ia melihat, di tengah-tengah perkembangan peradaban yang secara benar dipuji, sebagian besar umat manusia saling bertikai dengan sedemikian barbarnya sehingga perselisihan seolah-olah tampak sebagai hal yang universal? Keinginan untuk perdamaian tentunya berada di dalam setiap dada, dan tidak seorang pun tidak menyuarakannya dengan penuh semangat. Tetapi, untuk menginginkan perdamaian tanpa Allah adalah suatu keabsurdan, oleh karena di mana Allah tidak hadir, dari situ pula keadilan melarikan diri, dan sewaktu keadilan ditiadakan, sia-sialah adanya harapan akan perdamaian. ‘Perdamaian adalah karya keadilan.’[16] Terdapat banyak orang yang Kami sadari, yang, karena mereka mendambakan perdamaian, yakni, ketenteraman dari ketertiban, berserikat dan berkumpul untuk membentuk apa yang mereka sebut sebagai partai ketertiban. Sayang sekali! Harapan-harapan yang sia-sia, usaha yang sia-sia belaka! Sebab hanya ada satu partai ketertiban yang mampu memulihkan perdamaian di tengah-tengah kekacauan ini, partai itu adalah partai Allah. Partai inilah, maka dari itu, yang harus kita majukan, dan kepada partai itulah kita harus membawa pengikut yang sebanyak mungkin, jika kita sungguh-sungguh terdesak oleh cinta akan perdamaian.
MELALUI KRISTUS SENDIRI.
Tetapi, Saudara-Saudara yang Terhormat, kita tidak akan pernah, betapapun besarnya upaya yang kita kerahkan, berhasil untuk memanggil manusia untuk berpulang kepada kekuasaan dan kerajaan Allah, kecuali melalui Yesus Kristus. ‘Tidak seorang pun’, sang Rasul menegur kita, ‘dapat meletakkan fondasi yang lain selain yang telah diletakkan, yakni Yesus Kristus.’[17] Hanya Kristus sendirilah ‘yang telah dikuduskan oleh Bapa dan diutus ke dalam dunia ini’,[18] ‘keagungan dari Bapa dan gambaran dari hakikat-Nya’,[19] Allah sejati dan manusia sejati; yang tanpa-Nya, tidak seorang pun dapat mengenal Allah dengan pengetahuan akan keselamatan, ‘dan tidak seorang pun mengenal Bapa sepenuhnya selain Putra dan ia yang kepadanya Putra berkenan untuk menyingkapkan-Nya.’[20] Itulah mengapa untuk memulihkan segala sesuatu dalam Kristus dan untuk menuntun umat manusia kembali kepada kepatuhan terhadap Allah adalah tujuan yang satu dan yang sama. Kepada tujuan ini, oleh karena itu, Kami perlu membaktikan perhatian Kami; dengan demikian, Kami akan telah membawa umat manusia kembali kepada Allah. Sewaktu Kami berkata kepada Allah, maksud Kami bukanlah keberadaan yang lembam, yang tidak memedulikan segala sesuatu yang manusiawi yang telah dibayangkan oleh impian para materialis, melainkan kepada Allah yang sejati dan hidup, satu di dalam kodrat, tiga di dalam pribadi, sang Pencipta dunia, pengatur yang terbijak atas segala hal, Pemberi hukum yang teradil, yang menghukum orang fasik dan yang menyimpan pahala untuk kebajikan-kebajikan.
OLEH GEREJA.
Tetapi jalan untuk mencapai Kristus tidaklah sulit untuk ditemukan: jalan itu adalah Gereja. Dengan benar, Krisostomus mengajarkan: ‘Gereja adalah harapanmu, Gereja adalah keselamatanmu, Gereja adalah suakamu.’[21] Untuk tujuan inilah Kristus mendirikan Gereja, memperolehnya dengan harga darah-Nya, dan kepadanya Ia memercayakan doktrin-Nya dan asas-asas dari hukum-Nya, dan menganugerahkan kepadanya pada waktu yang bersamaan harta karun rahmat ilahi demi pengudusan dan keselamatan umat manusia.
Maka, anda melihat, Saudara-Saudara yang Terhormat, tanggung jawab yang telah diembankan baik kepada Kami dan kepada anda sekalian untuk mengembalikan masyarakat manusia kepada disiplin Gereja, yang sekarang terasing dari kebijaksanaan Kristus; Gereja lalu akan membuatnya tunduk kepada Kristus, dan Kristus kepada Allah. Jika Kami, melalui kebaikan Allah sendiri, membawa tugas ini kepada keberhasilan yang berbahagia, Kami akan bersukacita untuk melihat kejahatan digantikan dengan kebaikan, dan Kami akan berbahagia untuk mendengar suatu suara yang lantang yang berseru dari ketinggian Surga: Sekarang datanglah keselamatan, dan kekuatan, dan kerajaan dari Allah kita serta kekuatan dari Kristus-Nya.’[22] Tetapi untuk mencapai keinginan kita untuk memperoleh hal ini, kita harus menggunakan segala cara dan mengerahkan segenap tenaga kita untuk meniadakan sama sekali kefasikan yang begitu besar dan begitu menjijikkan itu, yang menjadi ciri khas dari zaman kita – digantikannya Allah dengan manusia; jika hal ini tercapai, kita masih harus memulihkan kepada tempat kehormatan yang kuno yang dahulu diduduki oleh hukum-hukum yang tersuci dan nasihat-nasihat dari Injil; untuk menyerukan dengan suara lantang kebenaran-kebenaran yang diajarkan oleh Gereja, seperti ajaran-ajarannya tentang kesucian pernikahan, tentang pendidikan dan disiplin orang muda, tentang kepemilikan dan penggunaan properti, serta tanggung jawab yang dimiliki manusia terhadap orang-orang yang mengatur Negara; dan yang terakhir, untuk memulihkan keseimbangan antara berbagai kelas masyarakat yang berbeda sesuai dengan asas dan kebiasaan Kristiani. Inilah apa yang menjadi bagi Kami, dengan menundukkan diri Kami sendiri kepada perwujudan-perwujudan dari kehendak Ilahi, sasaran pada masa Kepausan Kami, dan Kami akan mengerahkan segala usaha Kami untuk mencapainya. Anda sekalian, Saudara-Saudara yang Terhormat bertanggung jawab untuk mendukung upaya-upaya Kami dengan kesucian, pengetahuan, dan pengalaman anda, dan di atas segala hal, dengan semangat anda akan kemuliaan Allah, tanpa suatu sasaran lain pun selain untuk mencitrakan Kristus di dalam diri semua orang.
PEMBENTUKAN IMAMAT.
Adapun sarana-sarana yang akan digunakan untuk mencapai tujuan yang agung ini, tampaknya berlebihan adanya untuk menyebutkan sarana-sarana itu, sebab sarana-sarana tersebut dengan sendirinya jelas. Hendaknya perhatian anda yang pertama adalah untuk mencitrakan Kristus di dalam diri mereka yang, oleh kewajiban dari panggilan mereka, ditakdirkan untuk mencitrakan diri-Nya di dalam diri orang-orang lain. Kami hendak berbicara tentang para imam, Saudara-Saudara yang Terhormat; sebab semua orang yang menyandang meterai imamat harus tahu bahwa mereka memiliki tugas yang sama kepada orang-orang yang di tengah-tengahnya mereka hidup, misi yang sama yang dinyatakan oleh Paulus sebagai misi yang telah diterimanya sewaktu ia mengucapkan kata-kata yang halus ini: ‘Anak-anakku yang tercinta, aku kembali menderita rasa sakit bersalin sampai Kristus tercitra di dalam dirimu sekalian.’[23] Tetapi bagaimanakah mereka akan mampu melaksanakan tanggung jawab ini jika mereka tidak pertama-tama menyandang Kristus sendiri? Dan demikian menyandang Kristus sehingga mereka mampu berkata bersama sang Rasul: ‘Aku hidup, tetapi bukan lagi aku, melainkan Kristus hidup di dalam aku.’[24] ‘Sebab bagiku, hidup adalah Kristus.’[25] Maka, walaupun semua orang diikutsertakan di dalam nasihat ‘untuk melangkah maju menuju manusia yang sempurna, dalam tolak ukur masa kepenuhan Kristus’,[26] nasihat ini ditujukan terutama kepada ia yang melaksanakan pelayanan imamat; yang oleh karena itu disebut sebagai seorang Kristus yang lain, bukan hanya semata-mata oleh karena penyampaian kekuatan, tetapi oleh karena peneladanan karya-karya-Nya; dan ia maka dari itu harus menyandang citra Kristus yang dibubuhkan atas dirinya sendiri.
Dengan demikian, Saudara-Saudara yang Terhormat, betapa besarnya perhatian yang harus anda kerahkan untuk membentuk para imam kepada kesucian! Segala tugas yang lain harus dinomorduakan kepada tugas yang satu ini. Itulah mengapa, bagian yang utama dari ketekunan anda akan diarahkan untuk memerintah dan memimpin seminari-seminari anda dengan benar sehingga seminari-seminari itu juga dapat berkembang di dalam kebenaran ajaran-ajarannya dan di dalam ketidakbernodaan moralitasnya. Pandanglah seminari anda sebagai buah hati anda, dan janganlah mengabaikan untuknya satu pun dari ketentuan-ketentuan yang telah dideskripsikan dalam rancangan jangka panjang yang mengagumkan oleh Konsili Trente. Dan sewaktu tiba waktunya untuk memajukan kandidat-kandidat muda itu kepada penahbisan suci, janganlah anda melupakan apa yang dituliskan oleh Paulus kepada Timotius: ‘Janganlah terburu-buru menumpangkan tangan kepada seorang pria pun’,[27] sambil mengingat dengan berhati-hati bahwa, sebagai aturan iman yang umum, para umat beriman akan sedemikian adanya seperti mereka yang anda panggil kepada imamat. Maka, janganlah mengacuhkan suatu kepentingan pribadi pun, tetapi jadikanlah satu-satunya hal yang utama Allah dan Gereja serta kesejahteraan abadi dari jiwa-jiwa agar, seperti nasihat sang Rasul, ‘kamu sekalian tidak mengambil bagian di dalam dosa-dosa orang lain’.[28] Maka, kembali lagi, janganlah kurang perhatian terhadap para imam muda yang baru saja meninggalkan seminari. Dari lubuk hati Kami, Kami mendesak anda sekalian untuk sering membawa mereka dekat dengan dekapan anda, yang harus terbakar dengan api surgawi – nyalakanlah dan kobarkanlah semangat diri mereka, sehingga mereka dapat menjadikan Allah dan keselamatan jiwa-jiwa sebagai satu-satunya cita-cita mereka. Tentunya, Saudara-Saudara yang Terhormat, dari pihak Kami, Kami akan menggunakan segala kerajinan yang terbesar untuk mencegah anggota-anggota imamat agar mereka jangan sampai tertarik kepada jebakan-jebakan dari ilmu pengetahuan baru tertentu yang menyesatkan, yang tidak mengembuskan harumnya Yesus Kristus, tetapi, bertopengkan argumen-argumen yang licik, berjuang untuk membuka pintu kepada kesalahan-kesalahan rasionalisme dan semi-rasionalisme; yang melawannya, sang Rasul memperingatkan Timotius untuk berjaga-jaga, sewaktu ia menulis: ‘Jagalah apa yang telah dipercayakan kepadamu dengan menghindari percakapan hampa yang duniawi dan pertentangan mengenai apa yang disebut-sebut secara palsu sebagai pengetahuan, yang para pengikutnya, dengan segala janji-janji mereka, telah menyimpang dari iman.’[29] Hal ini tidak mencegah Kami untuk memberikan penghargaan kepada para imam muda yang patut dipuji, yang mendedikasikan diri mereka sendiri kepada studi-studi yang berguna di dalam setiap cabang ilmu pengetahuan, dan dengan demikian mempersiapkan diri mereka dengan lebih baik untuk membela kebenaran dan membantah dengan lebih jaya fitnah-fitnah dari para musuh iman. Kami, bagaimanapun, tidak dapat menyembunyikannya, dan Kami bahkan menyatakannya dengan amat terbuka, bahwa kesukaan Kami adalah, dan yang akan terus demikian adanya, mereka yang, tanpa mengabaikan ilmu pengetahuan gerejawi dan sekuler, membaktikan diri mereka secara amat khusus kepada kebaikan jiwa-jiwa dalam pelaksanaan berbagai pelayanan yang khas dimiliki oleh seorang imam yang tergerakkan oleh semangat kemuliaan Ilahi. ‘Dukacita Kami sangat dalam dan kepedihan hati Kami tiada henti-hentinya’[30] untuk melihat ratapan Yeremia berlaku pada zaman kita: ‘Anak-anak kecil meminta roti, dan tiada seorang pun yang memecahkan roti untuk mereka.’[31] Sebab tidak sedikit jumlah imam yang menyesuaikan diri mereka sendiri sesuai selera diri mereka sendiri kepada karya-karya yang kegunaannya lebih besar dalam hal keterlihatan daripada kenyataan – tetapi, tidak begitu banyak, kemungkinan, imam yang, sesuai teladan Kristus, mengemban tanggung jawab bagi diri mereka sendiri dari perkataan sang Nabi: ‘Roh Tuhan telah mengurapi diriku, telah mengutus diriku untuk menginjili orang miskin, untuk menyembuhkan orang yang menyesal hatinya, untuk mewartakan kebebasan kepada para tahanan dan memberikan penglihatan bagi yang buta.’[32]
INSTRUKSI RELIGIUS.
Tetapi, siapakah yang dapat gagal untuk melihat, Saudara-Saudara yang Terhormat, bahwa walaupun manusia dibimbing oleh akal budi dan kebebasan, jalan utama untuk memulihkan kerajaan Allah di dalam jiwa-jiwa mereka adalah instruksi religius? Betapa banyak orang yang membenci Kristus dan memandang hina Gereja serta Injil, lebih oleh karena ketidaktahuan daripada buruknya pikiran, yang tentang hal tersebut, dapat dikatakan dengan amat baik: ‘Mereka menghujat segala sesuatu yang tidak mereka ketahui.’[33] Hal ini terbukti benar bukan hanya di antara orang-orang secara umum dan dari antara lapisan masyarakat yang terendah, yang oleh karena itu mudah disesatkan, tetapi bahkan di antara mereka yang lebih berbudaya dan yang diperkaya dalam hal-hal lain dengan kependidikan yang besar. Hasilnya adalah, bagi banyak orang, hilangnya iman. Sebab, tidaklah benar bahwa kemajuan ilmu pengetahuan memadamkan iman; sebaliknya, ketidaktahuanlah yang dipadamkannya; dan semakin ketidaktahuan berjaya, semakin besar bencana yang ditimbulkan oleh ketidakpercayaan. Dan itulah mengapa Kristus memerintahkan para Rasul-Nya: ‘Pergilah dan ajarkanlah segala bangsa.’[34]
Tetapi, agar buah yang didambakan itu dapat dihasilkan dari kerasulan ini dan semangat pengajaran ini, dan agar Kristus dapat dicitrakan di dalam semua orang, hendaknya hal ini diingat, Saudara-Saudara yang Terhormat, bahwa tiada sarana yang lebih efektif daripada kasih, ‘Sebab Tuhan tidak berada di dalam gempa bumi’[35] – sia-sialah harapan untuk menarik jiwa-jiwa kepada Allah dengan suatu semangat yang getir. Sebaliknya, kerusakan lebih sering ditimbulkan, daripada kebaikan, dengan mengejek manusia dengan kelemahan-kelemahan mereka, dan mencela kejahatan-kejahatan mereka dengan kekasaran. Memang benar, sang Rasul menasihati Timotius: ‘Tuduhlah, tegurlah, nasihatilah’, tetapi ia memastikan untuk menambahkan: ‘Dengan segala kesabaran.’[36] Yesus tentunya telah meninggalkan kita teladan-teladan akan hal ini. ‘Datanglah kepada-Ku’, kita akan menemukan diri-Nya berkata, ‘datanglah kepada-Ku kamu sekalian yang susah dan terbebani, dan Aku akan menyegarkan kalian.’[37] Dan dengan kamu sekalian yang susah dan terbebani, maksud-Nya hanyalah mereka yang adalah budak dosa dan kesalahan. Betapa besar kelemahlembutan yang ditunjukkan oleh sang Penguasa Ilahi! Betapa besar kelemahlembutan dan kemurahan terhadap segala jenis penderitaan! Yesaya telah secara mengagumkan mendeskripsikan hati-Nya di dalam perkataan: ‘Aku akan menaruh Roh-Ku atas dirinya; ia tidak akan berteriak atau menyaringkan suara; buluh yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya.’[38] Kasih ini, yang ‘sabar dan baik’,[39] akan memperpanjang dirinya sendiri juga kepada mereka yang memusuhi kita dan menganiaya kita. ‘Kami dimaki’, demikanlah St. Paulus berprotes, ‘dan kami memberkati; kami dianiaya, dan kami menanggungnya; kami dihujat, dan kami memohon.’[40] Mereka mungkin tampak lebih buruk dari diri mereka sebenarnya. Keterlibatan mereka dengan orang lain, praduga, nasihat, saran, dan contoh dari orang-orang lain, dan rasa malu yang ditanamkan secara salah telah menyeret mereka kepada kubu orang fasik; tetapi kehendak mereka tidak sebejat yang mereka sendiri hendak buat agar orang lain percayai. Siapakah yang akan mencegah diri kita untuk berharap bahwa lidah api kasih Kristiani dapat mengenyahkan kegelapan dari pikiran-pikiran mereka dan membawa mereka kepada terang dan damai Allah? Mungkin adanya bahwa buah-buah dari jerih payah kita datang dengan lambat, tetapi kasih tidak jemu-jemu menanti, dalam pengetahuan bahwa Allah mempersiapkan pahala-pahala-Nya bukan untuk hasil-hasil kerja keras, melainkan untuk kehendak baik yang ditunjukkan di dalamnya.
TUGAS BAGI ORANG AWAM.
Tetapi, Saudara-Saudara yang Terhormat, Kami sama sekali tidak berpikir bahwa di dalam tugas yang berat untuk pemulihan umat manusia di dalam Kristus ini, anda sekalian, anda dan para imam anda, tetap berada tanpa bala bantuan. Kami tahu bahwa Allah memercayakan kepada masing-masing orang perhatian atas sesamanya.[41] Sebab bukan hanya para imam, tetapi juga semua umat beriman tanpa pengecualian yang harus menyibukkan diri mereka sendiri dengan kepentingan-kepentingan Allah dan jiwa-jiwa – bukan, tentunya, menurut pandangan diri mereka sendiri, melainkan senantiasa di bawah pengarahan dan perintah-perintah dari para uskup; sebab kepemimpinan di dalam Gereja tidak diberikan kepada seorang pun selain kepada anda sekalian, untuk mengajar, anda yang ‘ditempatkan oleh Roh Kudus untuk memerintah Gereja Allah.’[42] Para pendahulu Kami telah sejak lama menyetujui dan memberkati para umat Katolik yang telah bersekutu bersama di dalam berbagai jenis perserikatan, tetapi yang selalu religius dalam tujuannya. Kami, pula, tidak memiliki keraguan untuk menganugerahkan pujian Kami kepada gagasan yang cemerlang ini, dan Kami dengan sungguh ingin melihatnya disebarluaskan dan berkembang dalam kota dan dalam negara. Tetapi Kami menginginkan agar semua perserikatan semacam itu pertama-tama dan terutama bertujuan untuk senantiasa memelihara kehidupan Kristiani di antara mereka yang menjadi anggotanya. Sebab sangatlah kecil kegunaan untuk mendiskusikan pertanyaan-pertanyaan dengan kehalusan yang enak didengar, atau untuk melakukan percakapan yang fasih tentang hak-hak dan kewajiban-kewajiban, jikalau semua ini tidak berhubungan dengan praktik. Zaman di mana kita hidup menuntut tindakan – tetapi tindakan yang sepenuhnya berada di dalam ketaatan, yang disertai kesetiaan dan semangat, terhadap hukum-hukum ilahi dan asas-asas Gereja, di dalam pengakuan yang tulus dan terbuka akan agama, di dalam pelaksanaan setiap jenis karya-karya amal, tanpa memedulikan kepentingan pribadi atau kelebihan duniawi. Teladan-teladan yang demikian gemilangnya yang diberikan oleh bala tentara Kristus yang besar jumlahnya akan menjadi lebih penuh dengan daya untuk menggerakkan dan menarik orang-orang daripada kata-kata dan uraian-uraian yang mengagumkan; dan saat rasa hormat manusiawi telah diusir, dan praduga-praduga serta keraguan ditiadakan, banyak orang akan dengan mudah dimenangkan kepada Kristus, dan mereka sendiri akan memajukan pengetahuan dan cinta-Nya yang merupakan jalan menuju kebahagiaan yang sejati dan kokoh. Oh! Sewaktu di setiap kota dan desa hukum Tuhan ditaati dengan penuh kesetiaan, sewaktu rasa hormat ditunjukkan untuk hal-hal yang kudus, sewaktu Sakramen-Sakramen dikunjungi dan ketetapan-ketetapan dari hidup Kristiani dipenuhi, pastinya kita tidak lagi akan perlu bekerja keras lebih lanjut untuk menyaksikan segala hal dipulihkan di dalam Kristus. Hal ini pun bukan hanya berguna untuk pencapaian kesejahteraan abadi – tetapi juga akan berkontribusi banyak terhadap kesejahteraan temporal serta manfaat bagi masyarakat manusia. Sebab sewaktu kondisi-kondisi ini telah terjamin, kelas atas dan kelas berada akan belajar bagaimana cara menjadi adil dan penuh kasih terhadap orang miskin, dan orang miskin akan mampu menanggung dengan ketenteraman dan kesabaran cobaan-cobaan dari nasib yang begitu sulit; warga negara tidak akan menaati hawa nafsu, melainkan hukum, penghormatan dan cinta akan dianggap sebagai suatu tanggung jawab terhadap mereka yang memerintah, yang ‘kuasanya hanyalah datang dari Allah.’[43] Lalu? Lalu, pada akhirnya, akan jelas bagi semua orang bahwa Gereja, sebagaimana Gereja telah diinstitusikan oleh Kristus, akan menikmati kebebasan dan kemerdekaan yang penuh dari segala penaklukkan eksternal; dan Kami, dalam tuntutan akan kebebasan yang sama itu, bukan hanya membela hak-hak yang sakral dari agama, tetapi juga menyediakan kebaikan bersama serta keamanan bangsa-bangsa. Sebab hal ini terus menjadi benar, bahwa ‘kesalehan berguna untuk segala hal’[44] – dan sewaktu kesalehan kuat dan berkembang, ‘bangsa akan’ sungguh-sungguh ‘terduduk di dalam tempat yang penuh damai sejahtera.’[45]
Semoga Allah, ‘yang kaya akan kerahiman’[46] menyegerakan, di dalam kebaikan-Nya, pemulihan umat manusia di dalam Yesus Kristus, sebab ‘bukan karena seseorang yang berkehendak ataupun yang berusaha, tetapi karena Allah yang menunjukkan kerahiman.’[47] Dan marilah kita, Saudara-Saudara yang Terhormat, ‘dalam roh kerendahan hati’,[48] dengan doa yang mendesak dan yang terus-menerus, memintakan hal ini kepada-Nya melalui jasa-jasa Yesus Kristus. Marilah pula berpaling kepada perantaraan yang amat kuasa dari sang Bunda Allah. Dan, untuk memperoleh pemulihan tersebut dengan keberlimpahan yang lebih besar, sambil mempergunakan kesempatan hari ini, di mana Kami menujukan kepada anda surat-surat ini dan yang telah ditetapkan terutama untuk merayakan Rosario Suci, Kami meneguhkan semua ketetapan yang olehnya Pendahulu Kami telah mengonsekrasikan bulan Oktober kepada sang Perawan yang agung dan mewajibkan di dalam semua gereja pendarasan secara publik doa Rosario. Kami mendorong anda, di samping itu, juga untuk menjadikan sebagai perantara-perantara Mempelai Maria yang amat murni, pelindung Gereja Katolik, serta para pangeran dari para Rasul, Santo Petrus dan Santo Paulus.
Dan agar semua ini dapat terealisasikan sesuai keinginan-keinginan Kami dan agar semua jerih payah anda dimahkotai dengan keberhasilan, Kami memohonkan atas diri anda sekalian, dalam keberlimpahan yang besar, karunia-karunia rahmat ilahi. Dan, sebagai kesaksian atas kasih yang lembut yang dengannya Kami merangkul diri anda dan segenap umat beriman yang telah dipercayakan oleh Penyelenggaraan Ilahi kepada Kami, Kami menganugerahkan dengan segenap rasa sayang dalam Tuhan Berkat-Berkat Apostolik kepada anda sekalian, Saudara-Saudara yang Terhormat, kepada para imam dan kepada umat-umat anda.
Diberikan di Roma, di Gereja St. Petrus, pada hari keempat dari bulan Oktober 1903, pada tahun pertama dari Kepausan Kami.
PIUS X.”
Catatan kaki:
Surat ensiklik E Supremi dari Paus St. Pius X diterjemahkan dari sumber-sumber berikut:
Sumber utama berbahasa Inggris: The Messenger, Vol. IV – Seri kelima, New York, 1903, hal. 553-563.
Sumber pendamping berbahasa Prancis: Revue catholique des institutions et du droit, Vol. 31 – Seri kedua, Lyon, 1903, hal. I-XII.
[1] Epp., 1. III, ep. I.
[2] Mazmur lxxii, 27.
[3] Yeremia i, 10.
[4] Efesus i, 10.
[5] Kolose iii, 2.
[6] Mazmur ii, 1.
[7] Ayub xxi, 14.
[8] II Tesalonika ii, 4.
[9] II Tesalonika ii, 2.
[10] Kebijaksanaan Salomo xi, 24.
[11] Mazmur lxxvii, 65.
[12] Mazmur lxvii, 22.
[13] Ibid lxvi, 8.
[14] Ibid ix, 20.
[15] Ibid ix, 9.
[16] Yesaya xxxii, 17.
[17] I Korintus iii, 11.
[18] Yesaya x, 36.
[19] Ibrani i, 3.
[20] Matius xi, 27.
[21] Hom. De capto Eutropio, n. 6.
[22] Wahyu xii, 10.
[23] Galatia iv, 19.
[24] Ibid ii, 20.
[25] Filipi i, 21.
[26] Efesus iv, 3.
[27] I Timotius v, 22.
[28] Ibid.
[29] I Timotius vi, 20 et seq.
[30] Roma ix, 2.
[31] Ratapan iv, 4.
[32] Lukas iv, 18-19.
[33] Yudas ii, 10.
[34] Matius xxviii, 19.
[35] III Raja-Raja xix, 11.
[36] II Timotius iv, 2.
[37] Matius xi, 28.
[38] Yesaya xlii, 1 et seq.
[39] I Korintus xiii, 4.
[40] Ibid iv, 12 et seq.
[41] Kebijaksanaan Sirakh xvii, 12.
[42] Kisah Para Rasul xx, 28.
[43] Roma xiii, 1.
[44] I Timotius iv, 8.
[45] Yesaya xxxii, 18.
[46] Efesus ii, 4.
[47] Roma ix, 16.
[48] Daniel iii, 39.
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 4 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 4 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 4 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 4 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 5 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 5 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 7 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 7 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 7 bulanBaca lebih lanjut...