^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
St. Gregorius dari Nazianzus Membantah “Ortodoksi” terkait Kepausan
St. Gregorius dari Nazianzus yang juga dikenal sebagai “Sang Teolog” adalah salah satu bapa dan doktor yang agung dari gereja Timur. Ia ini adalah salah seorang bapa Kapadokia; para bapa Kapadokia yang lain adalah St. Basilius dan St. Gregorius dari Nyssa. Kaum “Ortodoks” Timur juga menganggap St. Gregorius dari Nazianzus sebagai seorang santo. Ada suatu teks yang sangat menarik dari St. Gregorius dari Nazianzus, yang semakin memperkuat ajaran Katolik tentang Kepausan. Teks ini berasal dari karyanya yang bernama Carmen de Vita Sua (yang berarti Puisi tentang Kehidupannya Sendiri), dari tahun 382 M. Berikut teks bahasa Yunaninya, yang diambil dari J. P. Migne, Patrologia Greca, Vol. 37:1068, kalau-kalau orang ingin memeriksa teks orisinalnya. Di dalam teks ini St. Gregorius sedang membahas tentang bagaimana Konstantinopel adalah Roma yang baru, karena ibu kota Kekaisaran sudah dipindahkan ke sana. Namun ia lalu berkata bahwa dalam perkara iman, Roma yang lama adalah presiden atas semua.
Berikut sebuah terjemahan bahasa Indonesia dari teks tersebut:
Teks ini sangat penting. St. Gregorius mengajarkan bahwa dalam perkara iman, Takhta Roma merupakan presiden atas semua. Perkataannya itu jelas mendukung keutamaan yurisdiksi Kepausan atas semua orang yang berada dalam Gereja, sebab Roma dahulu dikenal sebagai Takhta milik St. Petrus dan para penerusnya, yaitu para Paus. St. Gregorius menggunakan kata dalam bahasa Yunani προεδρον (proedron) untuk menggambarkan otoritas Roma atas semua.
Maka sewaktu St. Gregorius berkata bahwa Roma adalah presiden atas semua dalam hal iman, apakah ia hanya semata-mata berkata tentang suatu keutamaan kehormatan, yang tidak mencakup keutamaan otoritas? Tentunya tidak. Pernyataan semacam itu tidak masuk akal. Yang sedang dibahas St. Gregorius adalah otoritas atau kepresidenan Roma atas semua uskup dan gereja lainnya.
Kenyataannya, di dalam Gereja perdana, para uskup tidak hanya disebut sebagai ἐπίσκοποι (episkopoi) namun juga terkadang dijuluki πρόεδροι (proedroi), yang berarti para presiden, bentuk jamak dari kata πρόεδρος (proedros).
Memang benar, pada Konsili di Trullo di abad ke-7, suatu konsili yang dikutip oleh banyak dari kalangan “Ortodoks” Timur – kata-kata πρόεδρον (proedron) dan προεδρία (proedria) secara khusus digunakan untuk menggambarkan otoritas dan kuasa seorang uskup dalam daerah kekuasaannya.
Dan Gereja perdana juga mengakui sebagai fakta bahwa seorang uskup, sebagai πρόεδρος (proedros) atau presiden dari kongregasinya, memiliki yurisdiksi dalam wilayahnya. Termasuk dalam yurisdiksi itu adalah kuasa untuk menyetujui, memerintah, memimpin, menghukum, dll.
Maka ketika St. Gregorius berbicara tentang Roma dan Konstantinopel sehubungan dengan iman, dan ia menggunakan kata πρόεδρον (proedron) untuk menyatakan bahwa Roma merupakan presiden atas semua, ia sedang mengajarkan bahwa Takhta Roma memiliki otoritas atas semua uskup lainnya dan dengan demikian atas seluruh Gereja. Dan sama seperti seorang uskup, sebagai πρόεδρος (proedros) atas diosesnya punya kuasa yurisdiksi termasuk otoritas untuk membuat dekret, menghukum, memerintah dll., Roma sebagai πρόεδρος (proedros) atas semua memiliki kuasa itu atas Gereja universal.
Namun orang yang tidak ingin kebenaran – yang tidak ingin menerima apa yang diinstitusikan Kristus dalam diri St. Petrus – akan mencoba mencari-cari segala macam alasan. Patut dicatat pula bahwa banyak dari kaum “Ortodoks” Timur modern berpendapat bahwa para uskup mereka, meskipun dalam daerah kekuasaan mereka sendiri, tidak lebih tinggi daripada umat mereka dan bahwa mereka tidak memiliki kuasa yang terpisah dari para umat. Posisi itu absurd dan semakin menyingkap kesesatan eklesiologi “Ortodoks” Timur. Posisi itu menyangkal realitas hierarki dalam Gereja dan jelas menentang ajaran dari milenium pertama, namun itu adalah pokok permasalahan yang lain.
Di samping itu, St. Gregorius berkata bahwa Roma “mengikat bersama-sama segenap [wilayah] Barat”. Pernyataannya ini mungkin suatu rujukan bagaimana berbagai macam bidah pada waktu itu sedang menyebabkan kerusakan yang lebih besar kepada wilayah Timur Kekaisaran daripada wilayah baratnya. Dalam perkataannya ini ia menggunakan kata δέουσα (deousa), sebuah partisip masa kini dari kata kerja δέω (deo). Nah, kata kerja δέω itu adalah kata kerja yang sama, yang digunakan dalam Matius 16:19 untuk menggambarkan otoritas St. Petrus untuk mengikat. Maka ada suatu hubungan antara bagaimana St. Gregorius menggambarkan otoritas Roma untuk mengikat dan bagaimana Alkitab menggambarkan otoritas St. Petrus untuk mengikat, dan dalam kalimat yang sama di mana St. Gregorius merujuk kepada otoritas Roma untuk mengikat, ia menghubungkannya dengan Roma sebagai presiden atas semua – suatu petunjuk yang jelas bahwa Roma mempunyai keutamaan universal dalam perkara yurisdiksi, termasuk kuasa untuk mengikat.
Dan juga, di dalam suatu karyanya yang lain, St. Gregorius dari Nazianzus mengkhususkan St. Petrus Rasul sebagai “batu karang yang tak terpecahkan, yang kepadanya Kunci telah dijatahkan” (πετρης άρραγέος γενέτης κλήιδα λαχόντος).
Patut dicatat pula bahwa St. Gregorius dari Nazianzus adalah uskup Konstantinopel dan ia untuk semasa memimpin pada Konsili Konstantinopel I, di tahun 381. Jadi, Bapa Gereja Timur ini yang memimpin pada Konsili Konstantinopel I mewariskan kepada kita suatu dukungan yang jelas untuk ajaran Katolik tentang keutamaan yurisdiksi Kepausan. Sebabnya adalah Tuhan kita Yesus Kristus mendirikan Kepausan di atas St. Petrus, dan jabatan yang telah Ia tetapkan dalam diri Santo Petrus sudah dikenal di sepanjang segala abad, persis seperti yang diajarkan Konsili Vatikan I. Untuk menjadi orang Kristen sejati dan memperoleh keselamatan, orang perlu menjadi Katolik tradisional.
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 2 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 2 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 3 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 5 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...