St. Alban dan Prajurit yang Berkonversi

St. Alban adalah seorang protomartir dari Inggris (303 M). Cerita tentang kemartirannya begitu menarik dan instruktif untuk topik ini. Menuju kemartirannya, salah satu prajurit yang mengawalnya untuk dihukum mati berkonversi kepada Kristus. Martirologi Romawi (dokumen yang falibel), serta Butler’s Lives of the Saints {Butler: Kehidupan Santo-Santa}, menceritakan bahwa sang prajurit “dibaptis di dalam darahnya sendiri”. St. Beda Venerabilis, seorang sejarahwan Gereja, yang juga memiliki catatan atas cerita tersebut (yang juga salah satu dari 8 bapa yang dikutip mendukung pembaptisan darah), berkata bahwa kemartiran sang prajurit terjadi tanpa “pemurnian Pembaptisan”. Tetapi, perhatikan hal berikut: pada saat ia menuturkan cerita kemartiran St. Alban dan sang prajurit, St. Beda dan Butler’s Lives of the Saints {Butler: Kehidupan Santo-Santa} menunjukkan suatu poin yang sangat penting.

St. Beda: “Sewaktu ia mencapai puncak, Alban yang kudus meminta Allah untuk memberikannya (Alban) air, dan seketika suatu mata air abadi muncul di dekat kakinya…“ Butler: “Konversi yang tiba-tiba dari sang algojo menyebabkan ditundanya hukuman mati tersebut. Sementara itu, sang pengaku iman yang kudus (Alban), bersama kerumunan orang, menanjak bukit… Di sana Alban berlutut, pada saat ia berdoa, suatu mata air muncul, dengan air yang memadamkan dahaganya… Bersama St. Alban, sang prajurit, yang menolak untuk menodai tangannya dengan darahnya {St. Alban}, dan telah menyatakan dirinya seorang Kristiani, juga dipenggal, dibaptis di dalam darahnya sendiri.”[1]

Sang pembaca mungkin kebingungan pada saat ini, dan memang tidak mengherankan, maka izinkan saya menjelaskan hal ini. Kita melihat dua cerita (yang falibel) dari kemartiran St. Alban dan sang prajurit, dari St. Beda dan Butler’s Lives of the Saints {Butler: Kehidupan Santo-Santa}. Keduanya mencatat bahwa seketika sebelum kemartiran St. Alban dan sang prajurit, St. Alban berdoa untuk “air” yang didapatinya oleh suatu mukjizat! St. Beda lalu berkata bahwa sang prajurit mati tanpa dibaptis! Butler berkata bahwa air tersebut semata-mata “memadamkan” dahaga Alban! Dengan hormat kepada St. Beda dan hal-hal yang baik di dalam Butler, saya berkata, bagaimanakah hal ini dapat lebih jelas lagi? Seorang santo, yang hanya memiliki beberapa menit untuk hidup dan yang berada bersama seorang konvert yang ingin memasuki Gereja Kristus, tidak akan berdoa untuk mendapatkan air lewat mukjizat hanya untuk “memadamkan dahaganya”! Tentunya tidak, ia jelas berdoa untuk mendapatkan air tersebut untuk membaptis sang prajurit yang berkonversi, dan Allah memberikannya kepadanya untuk sang konvert yang tulus itu, sebab “jika seseorang tidak dilahirkan kembali dari air dan Roh Kudus, ia tidak dapat memasuki Kerajaan Allah.” Ini adalah suatu contoh yang sangat baik untuk bagaimana kesalahan pembaptisan darah dan pembaptisan keinginan mungkin disebarkan – lewat diteruskannya kesimpulan-kesimpulan dari para pria yang falibel. Dan contoh dari St. Alban ini dan sang prajurit, yang sebenarnya menunjukkan keperluan yang mutlak akan Sakramen Pembaptisan, sering digunakan secara salah untuk menentang keperluan Sakramen Pembaptisan.

Catatan kaki:

[1] Dikutip oleh Bruder Robert Mary, Father Feeney and The Truth About Salvation {Romo Feeney dan Kenyataan tentang Keselamatan}, Winchester, NH: St. Benedict Center, 1995, hal. 184-186.