^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan | ![]() |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Imam Yesuit Polandia Ini Dimartir Kejam oleh Pasukan Kazaki Skismatis - Santo Andreas Bobola
Santo Andreas Bobola
Martir – 16 Mei
Pada tahun 1592, di palatinat Sandomir, di negeri Polandia, lahirlah Santo Andreas Bobola. Keluarganya adalah yang paling tersohor di kerajaan tersebut, baik karena asal muasalnya yang kuno maupun karena telah melahirkan tokoh-tokoh yang mulia. Orang tua Santo Andreas Bobola membesarkannya dalam rasa kesalehan yang boleh dikata alamiah bagi rumah tempat tinggal mereka. Mereka mengirimnya bersekolah di kolese Serikat Yesus di Sandomir. Di situ, sejak usia dini, ia menjadi tersohor karena kebajikan-kebajikannya, yang bahkan melampaui bakat-bakatnya yang besar. Dengan hasrat membara untuk membaktikan segala karunia yang telah dia terima, pria muda kudus itu segera mewujudkan keinginan untuk masuk Serikat Yesus.
Cinta akan Serikat Yesus tampak menjadi karakteristik turun-temurun bagi keluarga mulia Bobola itu. Salah seorang paman sang martir sudah menjadi bagian lembaga tersebut. Paman buyutnya memerintahkan dibangunnya gereja bagi rumah profes di Warsawa dengan biaya yang hampir sepenuhnya ia danai, dan di situlah ia dimakamkan. Gasparus Bobola, kanonik kota Kraków [baca: Kra-kuf] & sekretaris Kerajaan, juga membangun sebuah gereja kolese Yesuit di kota itu juga. Saudara laki-lakinya dulu membangun sebuah seminari di Sandomir bagi kaum bangsawan muda negeri itu di bawah bimbingan Serikat Yesuit. Allah tampaknya hendak membalas kemurahan hati nan saleh keluarga itu, dengan memilih seorang martir dari pangkuannya yang akan menjadi kemuliaannya untuk selama-lamanya.
Pada 31 Juli 1611, hari pesta Santo Ignasius, usai Andreas Bobola menerima restu ayahnya, masuk novisiat Yesuit di kota Vilnius, ibu kota Lituania. Pertama-tama diikutinya latihan-latihan rohani Santo Ignasius, dan setelah ujian pertamanya itu, ia mengenakan jubah pada hari pesta martir Santo Laurensius. Dirinya menjadi teladan bagi para novis lainnya selama dua tahun masa novisiatnya, yang tuntas pada tahun 1613; pada waktu itu usianya dua puluh satu tahun.
Lalu, ia mempelajari filsafat selama tiga tahun di bawah bimbingan Romo Marquart, imam yang sebelumnya menjadi imam pengakuan dosa selama enam belas tahun bagi Raja Sigismundus III, pangeran Ladislaus dan Yohanes Kasimirus serta Ratu Ana. Berkat kebijaksanaan serta hikmatnya dalam tugas-tugas berat itu, imam tersebut menjadi terkenal, lagi karena ilmu pengetahuannya yang mendalam. Romo itu terkejut melihat kesalehan muridnya, kecerdasan pikirannya, ketajaman ingatannya, kelurusan penilaiannya, dan dengan demikian ia menaruh harapan besar pada anak didiknya itu.
Setelah tiga tahun belajar filsafat, orang kudus itu dikirim ke Brunsberga (PL: Braniewo), kota kecil di Kerajaan Prusia, agar dia di sana mengajar dasar-dasar pertama bahasa Latin. Tahun berikutnya, ia disuruh mengajar di kelas atas pada kolese Poltava, benteng Ukraina yang membuat begitu terkenalnya peristiwa yang terjadi seabad berikutnya, yaitu kekalahan Karolus XII dan kemenangan pertama Tsar Petrus. Di kedua rumah itu, Santo Andreas Bobola memenangkan hati para muridnya dengan kebaikannya, sementara dirinya membina mereka menjadi bajik dengan tutur katanya serta teladan-teladannya yang mulia.
Ia kemudian kembali ke Vilnius untuk mempelajari teologi, di bawah bimbingan Romo Marquart yang sama, yang dulu mengajarnya filsafat. Di tahun 1621, ia menerima tahbisan subdiakonat dan diakonat; dan pada tanggal 12 Maret 1622, ia ditahbiskan sebagai imam pada usia tiga puluh tahun. Pada hari itu juga, di Roma sedang diproklamasikan kanonisasi Santo Ignasius dan Santo Fransiskus Xaverius. Pada hari itu jugalah, Romo Bruno dari Salib Suci ditahbiskan sebagai imam di Roma, seorang imam yang di kemudian hati akan mati sebagai martir di Etiopia. Allah dengan demikian sedang mempersiapkan kemuliaan-kemuliaan baru bagi Serikat Yesus, demi memuliakan kedua hamba-Nya yang agung, Santo Ignasius dan Santo Fransiskus Xaverius.
Setelah menggeluti teologi selama empat tahun, Santo Andreas Bobola melalui masa novisiat kedua yang disebut masa percobaan ketiga. Tak pernah cukup dikagumi, ketelitian Serikat Yesus dalam mempersiapkan para rohaniwannya sebelum mengirim mereka untuk tugas menakutkan melayani jiwa-jiwa. Santo Andreas Bobola sebelumnya sudah melalui novisiat pertama selama dua tahun agar mendapat dasar kesalehan yang kukuh: dia sebelumnya sudah belajar filsafat tiga tahun, mengajar sastra dua tahun untuk semakin menyempurnakan diri; lalu, dengan pikiran yang matang berkat usia serta ilmunya, ia menggeluti teologi selama empat tahun, teologi yang merupakan puncak ilmu pengetahuan; namun karena jerih payah akal itu mampu mendinginkan kesan-kesan serta semangat yang diperoleh dari novisiat, ia pun disuruh menjalani satu tahun penuh untuk kembali menyibukkan diri dalam doa dan rasa cinta dalam melatih kesalehan. Setelah dua belas tahun dilalui untuk studi dan mengembangkan kebajikan, bisa dipahami dengan jelas seperti apa orang-orang yang matang menggarap hati dan pikiran, yang bisa digunakan oleh Serikat Yesuit untuk pelayanan sucinya.
Usia tiga puluh dua tahun, Santo Andreas Bobola mulai berkhotbah di gereja Santo Kasimirus di Vilnius, gereja tempat dirinya ditugaskan selama beberapa tahun. Waktu dibaginya antara mengurusi administrasi, pengakuan dosa, mengunjungi orang sakit dan melatih kesalehan. Segera ia menjadi sangat berpengaruh di kota itu berkat kesuciannya, kelancarannya berbicara, kesopanannya dan kebaikannya dalam berperilaku, sehingga dicintai orang-orang besar, dan pada saat itu juga, kebaikan serta kelemahlembutannya memenangkan hati para umat. Badannya pendek, namun wajahnya penuh kemegahan yang menuntut rasa hormat. Matanya hidup dan sopan, tutur katanya anggun dan enak didengar. Studi serta mati raga telah memutihkan rambutnya sebelum tiba saatnya. Tuan-tuan paling besar sangat bersemangat mencari-cari dia, namun tidak dilupakannya kaum papa, dan tiada pernah dirinya lebih senang daripada ketika dia dipanggil di rumah sakit. Dirinya juga suka mengajar katekismus kepada anak-anak kecil. Diajarkannya mereka untuk mengasihi Tuhan kita dan Santa Perawan Maria, lalu ia membuat mereka masuk ke dalam konfraternitas Bunda Allah yang baik itu, agar ketidakberdosaan mereka dijaga dari bahaya-bahaya masa muda berkat perlindungannya yang kuasa. Dengan demikian, Santo Andreas Bobola membentuk banyak orang kudus muda, yang di kemudian hari masuk Serikat Yesus serta ordo-ordo religius lain, tempat mereka mengabdi.
Pada tanggal 2 Juni 1630, ia membuat pengakuan khidmat empat kaul di gereja rumah profes Vilnius. Tahun berikutnya, provinsialnya melantiknya sebagai superior dari residensi Bobruiski; di sana ia tinggal selama lima tahun, membangun para rohaniwannya dengan kasih serta kerendahan hati dengan cara mencari segala kesempatan untuk melaksanakan tugas-tugas paling hina dari komunitas tersebut dengan gembira. Kalau ada Romo yang sakit, Santo Andreas Bobola langsung menggantikan tempatnya. Karena itu ia mengajar katekismus kepada anak-anak masih kecil selama beberapa tahun dan meminta melayani orang-orang terjangkit wabah yang berlangsung lama pada masa itu di Lituania. Ia pergi ke Vilnius, tempat sudah mangkatnya beberapa orang rohaniwan karena penyakit tersebut. Siang dan malam, ia berada di sisi ranjang orang sakit, merawat mereka dengan penuh semangat dan keberanian sehingga tidak ada yang bisa memperlambat pelayanannya. Makanan dan istirahat hanya dia ambil secukupnya. Allah menjaga kekuatannya, ia melawan wabah penyakit serta rasa lelah: untuknya sudah dipersiapkan kemartiran yang lebih kejam daripada pelayanan kasih.
Pada tahun 1636, ia dibebastugaskan dari beban otoritas, supaya bisa membaktikan diri seutuhnya kepada misi. Penaklukan perdananya adalah seorang pastor paroki skismatis. Dengan kekudusannya, alasan-alasan cerdas yang diutarakannya, perilakunya yang begitu lembut serta terutama doa-doanya, Santo Andreas Bobola membukakan mata pastor paroki skismatis itu dan memulangkannya kepada kesatuan, kepada kebenaran, dan hendak membawa pulang kawanan dombanya bersama dia. Pastor paroki itu lantas menginsafkan orang-orang buta malang tersebut, menghantar mereka supaya diajar oleh Santo Andreas Bobola; mereka semua pun bersama-sama pulang ke kendang domba, dan dengan kepulangan tak terduga itu membuat hati Tuhan kita bersuka cita.
Selama dua puluh satu tahun, Santo Andreas Bobola menjelajahi Lituania ibarat seorang rasul, menguatkan orang Katolik, membawa pulang orang skismatis, meneguhkan orang yang lemah imannya, mengajar anak-anak, menghibur orang sakit, menolong orang miskin, merawat orang terluka, memulihkan kondisi dari bencana-bencana perang. Polandia pada waktu itu sedang dihancurkan oleh bangsa Kazaki, Rusia, Tartar, penduduk provinsi Danubia. Polandia memulai kemartiran panjang yang seturut kehendak Allah, akan menghantarnya ke kuburan, dari mana kebaikan-Nya tentunya kelak akan menarik negeri itu. Dibenci oleh semua musuh agama Katolik, para Romo Serikat Yesus adalah yang paling menderita akibat invasi bangsa-bangsa barbar itu. Mereka diusir dari kolese-kolese mereka sehingga harus bersembunyi di gua-gua, dibawa menjadi budak ke Siberia, dan dibantai karena iman. Para klerus Katolik serta umat beriman juga banyak menderita. Santo Andreas Bobola menguatkan keberanian mereka, dan melanjutkan penaklukan-penaklukannya kendati terancam lidah api persekusi. Telah diperolehnya pengetahuan mendalam tentang para Bapa Gereja Yunani. Soal para Bapa gereja Yunani, itu menjadi bahan diskusinya bersama para imam skismatis. Dan sebagai jawaban untuk sofisme-sofisme yang mereka utarakan terhadap Gereja Latin, Santo Andreas Bobola menyajikan kata-kata para doktor agung itu sendiri, yang terangnya bersinar di tengah-tengah kegelapan kaum skismatis itu, tanpa mau mereka lihat. Itulah studi yang terutama direkomendasikan oleh Santo Andreas Bobola kepada para misionaris pembantunya dalam kerasulan. Dari situlah ia mendapat senjata-senjata digdaya pilihannya untuk melawan segala alasan-alasan menyesatkan yang timbul dari kesalahan. Mampu menjawab apa bahwasanya para imam Yunani itu, ketika Santo Andreas Bobola memperlihatkan bahwa para leluhur mereka yang mulia itu sudah mengakui keutamaan Gereja Roma, tunduk kepada otoritas Gereja itu, dan berbagi seluruh kepercayaannya?
Para skismatis benar-benar merasakan daya pukulan-pukulan yang dikerahkan oleh Santo Andreas Bobola. Gemetar melihat jumlah mereka berkurang dan kekuatan mereka melemah, mereka pun berniat untuk berhimpun pada sebuah penjuru negeri Lituania, dan menjadikan tempat itu istilahnya sebagai kemah pertahanan Gereja mereka. Provinsi Silesia yang dikelilingi rawa-rawa serta danau-danau, agak terisolasi dari daerah Polandia lainnya karena tanahnya yang berlumpur serta berpaya-paya, tampak baik untuk rencana mereka itu. Berkumpullah mereka di sana untuk mencoba menarik daerah tersebut untuk mengikut kubu mereka. Namun Pangeran Radvila, seorang Katolik taat, kanselir agung Lituania, menggagalkan rencana mereka dengan membangun kolese Serikat Yesus di Pinskum [PL: Pińsk], salah satu daerah feudum bawahan wangsanya. Kolese itu didanainya berlimpah-limpah. Dipanggil ke sana, Santo Andreas Bobola pergi dengan penuh sukacita, seperti seorang tentara pemberani berjalan ke medan perang, namun tanpa mengabaikan bahwa dirinya pergi ke tempat kemartiran. Sudah sejak lama ia merindukan mahkota dari segala jerih payahnya; telah dia ceritakan harapan-harapannya ini kepada beberapa orang sahabatnya. Dia andalkan kebaikan Allah untuk menyambut akhir hayatnya dengan kemenangan terakhir, kemenangan lebih mulia dari segala-galanya, yakni yang dicapai dengan darah. Ketika pergi, ia menulis kepada salah seorang Romo Serikat Yesus bahwa ia pergi ke Pinskum agar di sana bisa menderita kemartiran.
Ketika Santo Andreas Bobola tiba di sana, kaum skismatis yang tahu semangatnya, penaklukan-penaklukannya serta kuasanya, meluncurkan semua anak panah kejahatan nerakawi mereka ke arah orang kudus itu, seperti menghadapi seteru mereka yang paling menakutkan. Baru saja keluar dari kolese, ia dikelilingi kerumunan anak-anak serta kaum yang paling hina dari masyarakat, disogok dan dihasut oleh kaum skismatis. Mereka menghujani Santo Andreas Bobola dengan celaan-celaan kasar serta cemoohan-cemoohan, mereka mengikuti dia dengan bersiul dan menyebutnya dengan nama teramat menghina. Sang imam, gembira karena boleh menderita demi Yesus Kristus, terkadang berpaling kepada mereka dengan wajah seperti malaikat. Ia mencoba berbicara kepada mereka sembari tersenyum, berharap membawa mereka pulang dengan kebaikannya, dan membalikkan niat jahat mereka demi mendatangkan faedah bagi jiwa-jiwa mereka. Namun kaum skismatis sudah meyakinkan semua orang malang itu bahwa Romo Bobola adalah seorang tukang sihir, yang tutur katanya mendatangkan maut. Baru membuka mulut, kerumunan itu langsung menutupi suaranya dengan teriakan-teriakan mereka, menyumbat telinga mereka sendiri, dan mengumpulkan lumpur serta bebatuan untuk dilempari ke arahnya. Santo Andreas Bobola pun melanjutkan perjalanannya, tanpa terlihat menderita pukulan-pukulan yang dia dapat. Ia mengunjungi orang miskin dan orang sakit. Pada perjalanan pulang, ia kembali dengan tenang di tengah-tengah kerumunan berandalan itu, yang tanpa rasa iba sudah menanti-nanti dirinya datang untuk kembali memainkan korbannya. Santo Andreas Bobola menanggung kemartiran itu selama satu tahun tanpa mengeluh, tanpa menghentikan kunjungan-kunjungannya, tanpa mencari cara lain untuk membebaskan diri dari cobaan-cobaan tersebut. Ia menderita dengan gembira, dan mengasihi salibnya. Betapa besar jasa-jasa yang pastinya dia peroleh dengan kesabaran kian mengagumkan itu, dan betapa ampuh pastinya jerih payah yang ditempuhnya itu di tengah cobaan-cobaan yang sedemikian kejamnya!
Namun kaum skismatis, murka karena tak mampu menggoyahkan ketabahannya, melihat upaya-upaya mereka justru membawa manfaat bagi kebenaran berkat pertobatan-pertobatan yang dibawa oleh Santo Andreas Bobola bagi Allah melalui penderitaan-penderitaannya, bertekad membebaskan diri dari musuh mereka itu. Mereka hendak membunuhnya secara pribadi; namun mereka takut Pangeran Radvila, dan demi menghindari hukuman, mereka memanggil bala bantuan dari pasukan Kazaki yang sedang menghancurkan negeri itu. Dua orang kepala dari gerombolan barbar itu pun pergi mencari Santo Andreas Bobola; mereka mendapat kabar bahwa Romo Bobola sedang berada di Yanovia [PL: Janów, dibaca: Ya-nuf], dan mereka pun bergegas cepat-cepat pergi ke sana.
Santo Andreas Bobola baru saja merayakan Misa: ia mempersembahkan doa syukurnya di kaki altar. Karena mendapat kabar mendekatnya pasukan Kazaki, umat Katolik mengelilingi Santo Andreas Bobola sambil menangis, memohonnya agar menyelamatkan nyawa dengan melarikan diri. Tiada yang lebih didambakan Santo Andreas Bobola selain kemartiran; ia tidak mengabulkan permohonan-permohonan mereka; namun takluk karena air mata mereka, takut umat Katolik juga menjadi korban kebarbaran pasukan Kazaki, ia pada akhirnya sepakat melarikan diri. Ia diberi kereta dan seorang pemandu. Maka pergilah dia, namun karena pasukan Kazaki sudah diberi tahu oleh kaum skismatis, mereka pun segera mengikuti jejak langkahnya. Pengemudi keretanya menyelamatkan diri masuk hutan. Pasukan Kazaki berteriak kegirangan, mengelilingi kereta itu. Dari situ, Santo Andreas Bobola turun dengan tenang. Ia berlutut, menengadah ke langit dan berkata kepada Tuhan kita:
Segera, ia mendapat hantaman pedang di lengannya; lalu orang-orang Kazaki mengangkatnya, mengikatnya pada sebatang pohon, menanggalkan pakaiannya, dan memukulinya habis-habisan sekuat tenaga mereka. Santo Andreas Bobola tidak mengeluarkan sedikit pun keluhan maupun rintihan. Yang didengar darinya hanyalah pengulangan nama-nama termanis Yesus dan Maria; itulah yang kembali membakar keberaniannya, ketika habis tenaganya.
Pasukan Kazaki lelah di hadapan pengaku iman suci itu. Mereka melepaskannya dari pohon yang merah karena darahnya, mengalungkan seutas tali di lehernya, dan menyeretnya di belakang kuda-kuda mereka yang mereka pecut ketika Santo Andreas Bobola tidak berjalan dengan cukup cepat. Seperti itulah cara mereka pulang ke kota Yanovia, di tengah-tengah kaum bidah yang berjaya, sedangkan umat Katolik sedang bersembunyi di rumah mereka. Pasukan Kazaki itu membawa sang martir menghadap kapten mereka, yang menanti-nanti dengan tidak sabar. Melihat korbannya luka-luka, pucat karena kehabisan darah, pemimpin pasukan Kazaki itu berkata kepadanya dengan senyum mencemooh:
Jawab Santo Andreas Bobola dengan lembut:
Mendengar perkataan ini, murkalah kapten itu, menghunus pedangnya. Kepala Santo Andreas Bobola pastinya akan putus seutuhnya karena hantaman pedang kuat-kuat itu, seandainya tidak dihambat dengan tangannya yang bergerak secara alamiah. Dengan tangan yang hampir terputus dari lengannya, sang martir jatuh ke tanah dan dihantam kedua kalinya sehingga menderita luka besar. Seorang serdadu mencabut bola matanya dengan ujung belatinya. Yang lain lalu menyeretnya ke toko penjual daging. Mereka menyalakan obor, membakar dadanya, sisi badannya serta daging dengan luka-lukanya yang menganga sehingga tersayat-sayat. Mereka pada saat itu juga berkata kepadanya:
Demikianlah pikiran korban yang lembut itu hanya tertuju kepada konversi para algojonya.
Ketika percakapan-percakapan ini sedang berlangsung, ada beberapa tentara yang memotong ranting-ranting muda pohon ek yang mereka pelintir dan ikat pada kepala Santo Andreas Bobola. Ikatan itu mereka buat sebegitu kencangnya, sehingga ranting-rantingnya menusuk tulang Romo Bobola. Mereka bisa saja menembaki kepalanya, seandainya mereka tidak ingin memperpanjang penderitaan-penderitaan sang martir.
Salah seorang dari mereka mengusulkan dibuatnya tonsura pada Santo Andreas Bobola. Mereka mengambil pisau dan menyayat separuh kepalanya sampai ke leher. Yang lain menyayat-nyayat tangannya untuk mencemooh urapan imamat yang telah dia terima dan berkata:
Pada saat itu juga mereka menghantam wajahnya dengan pukulan-pukulan sebegitu keras, sehingga beberapa giginya patah.
Mereka kemudian kembali memegang kulit kepada Santo Andreas Bobola, yang tergantung pada tulang punggungnya, dan menguliti seluruh punggungnya, menyeka darah yang mengalir dengan seuta jerami tebal. Ketika mereka melhat Romo Bobola dalam keadaanya itu, mereka sendiri menjadi ketakutan.
Mereka membalikkan badan Romo Bobola pada meja tempat dirinya terlentang, dan memaksa masuk buluh ke kulit di bawah setiap kuku jarinya. Selama penyiksaan yang keji ini berlangsung, Romo Bobola berserah diri kepada para kudus pelindungnya, terkadang menuturkan nama manis Yesus dan Maria; namun para algojonya membungkam suaranya dengan hujatan-hujatan mereka terhadap Gereja Roma. Mereka memotong hidung dan bibir Romo Bobola, dan demi mencegahnya berbicara, berniat memotong lidahnya. Mereka membuat satu lubang lagi pada kepalanya dan menarik lidahnya dengan sekuat tenaga demi mencabutnya, selagi Santo Andreas Bobola mengerahkan upaya terakhir untuk mengucapkan nama suci Yesus.
Sesudahnya, melihat badan martir itu tidak lebih dari seonggok daging dengan luka-luka bersimbah darah, mereka membuangnya di tengah jalanan pada sebuah kubangan berlumpur untuk membiarkannya mati di sana. Namun ketika si kapten melewati jalanan itu beberapa jam kemudian dan melihat bahwa Romo Bobola masih bernapas, ia pun menyayat sisi badan Romo Bobola dengan hantaman pedang. Sisa-sisa darahnya pun menyembur dari luka terakhir itu dan orang terberkati itu berserah jiwa kepada Allah pada tanggal 16 Mei di tahun 1657, yakni hari Rabu pada oktaf Kenaikan Tuhan kita.
Sungguh bangga dengan kemenangan besar ini, si kapten kembali ke pasukannya dengan kepala terangkat di tengah-tengah para pasukannya, tatkala Allah hendak menyatakan kejayaan hambanya dengan cahaya kemilau yang tampak di atas kota Yanovia. Pasukan Kazaki takut dengan kemegahan surgawi itu, lantas mereka bergegas naik kuda mereka dan melarikan diri secepatnya. Dalam beberapa saat, kota Yanovia pun terbebas dari mereka. Orang-orang Katolik kemudian keluar rumah mereka, tempat rasa takut sebelumnya menyekap diri mereka. Mereka berlari ke arah jasad yang diliputi luka. Semua orang berkata: “Mereka telah membunuh seorang imam suci, mereka telah membunuh seorang kudus”; namun mereka tidak berani memberikannya makam, karena takut pasukan Kazaki kembali ke sana. Setelah empat hari berlalu, jasadnya masih tergeletak di jalanan, ketika pastor paroki Yanovia, yang tadinya dipenjara oleh pasukan Kazaki, mengangkat badan Romo Bobola. Kendati cuaca panas, luka-lukanya masih segar tanpa membusuk dan tidak berbau busuk sedikit pun. Jasad martir terberkati itu dipindahkan ke Pinskum, di kolese Yesuit, tempat jasad tersebut disemayamkan dalam gereja, pada lokasi yang menjadi makam bersama bagi para Imam Serikat Yesus.
Ketika kabar kematiannya menyebar di Lituania dan daerah Polandia lainnya, semua orang yang dulu mengenal misionaris pemberani itu memanggil namanya ibarat seorang martir. Namun kenangan tentang dirinya tampak terlupakan selama hampir setengah abad; jasadnya terbaring tanpa dibedakan sedikit pun di tengah-tengah jasad para saudaranya, dan tak ada orang yang bercerita tentang mukjizat apa pun pada masa itu. Namun Allah menjaga kemuliaan hamba-Nya. Pada tahun 1702, empat puluh lima tahun setelah kemartiran Santo Bobola, kolese Pinskum terancam musibah besar akibat terjadinya peperangan. Rektor kolese itu, Martinus Podlenski kebingungan bagaimana bisa menghindari petaka yang mendekat itu. Oleh sebab itu, ia bertekad mencari pertolongan ilahi dan memilih seorang pelindung istimewa dari antara para kudus yang sungguh berniat melindungi rumah Yesuit tersebut. Malam tanggal 19 April 1702, ketika sedang berdoa dan mencari-cari dalam batinnya siapa yang akan dipercayakan soal perkara-perkara kolesenya, Santo Andreas Bobola tampak dan berkata kepadanya:
Sang rektor itu pun menjadi amat gembira dan pagi berikutnya menceritakan penglihatan itu kepada para Romo kolese. Mereka mencari jasad martir itu, namun tak mampu menemukannya. Dua hari setelahnya, Santo Andreas Bobola tampak kepada sakristan:
Dan memang benar-benar ditemukan. Pada makamnya adalah tertulis prasasti ini:
P. ANDREAS BOBOLA SOC. JESV
A COSACIS JANOVIAE OCCISUS[1]
Peti matinya hampir seutuhnya membusuk, kecuali penutupnya. Jubah dan kasula hitam yang menyelubungi badan sang martir juga sudah menjadi debu, namun badannya sendiri segar dan berwarna merah jingga; luka-lukanya kelihatan berdarah-darah. Keutuhannya ini tampak jauh lebih menakjubkan, sebab tanahnya tetap lembab, sedangkan semua jasad yang lain entah sedang membusuk atau habis menjadi kerangka.
Penampakan serta mukjizat keutuhan badan sang martir punsegera tersebar di seluruh Polandia. Keajaiban itu menghibur dan menghidupkan iman bangsa malang itu, yang sudah mengalami cobaan kejam. Mereka berlari berbondong-bondong ke Pinskum, dan mukjizat-mukjizat yang dikerjakan di makam orang kudus itu semakin membenarkan keyakinan para umat. Mereka semua yang memanggil martir itu menerima bukti-bukti kuasanya. Mereka membawa orang sakit dari seluruh daerah Polandia ke kota Pinskum. Di sana, pada suatu hari, mereka membawa seorang pria yang diberi minuman oleh orang Yahudi, sehingga mengalami gangguan pikiran. Mendekati kota itu, roh jahat yang merasuki pria tersebut melumpuhkan segala tenaganya: pria itu harus diseret ke makam Romo Bobola. Di sana, roh jahatnya mengeluarkan jeritan-jeritan mengerikan dan mencampakkan pria itu ke tembok dan meninggalkannya hampir mati. Roh jahat itu mengeluh karena rekan-rekannya sudah meninggalkan dia; pada akhirnya, ia keluar dari badan pria malang itu, yang segera kembali pulih akalnya.
Di tahun 1710, berhasil lolosnya Adipati Mikhael Wisniwsiecki semakin memperbesar devosi rakyat Polandia kepada martir terberkati itu. Sang pangeran disekap oleh orang-orang Rusia di kastil Głuchów [baca: Gwu – huf], tempat beberapa orang uskup dan bangsawan Polandia telah sebelumnya mati dicekik. Adipati itu hanya menanti-nanti ajal; sementara itu, istrinya, adipati perempuan, berdoa kepada Santo Bobola agar suaminya dibebaskan, bersumpah akan secara pribadi menyulam sebuah kasula indah berwarna emas untuk menyelimuti jasad sucinya. Adipati perempuan itu merasa terilhami agar bergegas mengerjakannya. Kasula itu pada akhirnya tuntas dan dikenakan pada tanggal 13 Desember di Pinskum. Pada hari itu juga, sang adipati lolos dari benteng Głuchów; ia lewat tanpa ada yang mengenalinya, di tengah-tengah pasukan penjaga, berkat perlindungan martir kudus itu. Seekor kuda yang sudah dipersiapkan oleh sahabat-sahabatnya sedang menantinya di bawah tembok kastil. Adipati itu pun bergegas pergi menuju sungai Boristenes [pada zaman ini dikenal dengan nama Dnieper] yang dilewatinya di atas jembatan es. Namun para penjaga kasti itu sudah mengejar dia. Sesampainya mereka di tepi sungai dan hampir menangkap sang adipati, angin pun meretakkan dan mencerai-beraikan esnya. Adipati itu selamat.
Beberapa kali, di sepanjang abad kedelapan belas, pada tahun 1719 dan 1730, makam Santo Bobola dibuka dan jasadnya senantiasa ditemukan utuh sempurna. Dagingnya lentur dan luka-lukanya selalu menganga. Darahnya tampak masih mengalir dalam urat-uratnya dan menghidupkan wajahnya. Semua detail pedih dari kemartirannya, penderitaan-penderitaan keji yang ditanggungnya atas nama iman termaktub pada jasad yang dimutilasi dengan ngeri itu, ibarat saksi hidup kekejaman bangsa Moskovia. Anggota-anggota badannya hampir putus, kepalanya terkuliti, punggungnya telanjang, dadanya terbakar, sisi badannya menganga dan terbakar, bibirnya termutilasi, lidahnya tercabut, telinga, hidung dan tangannya yang dipenggal oleh senjata pasukan Kazaki, merupakan suara yang dengan lantang dan tiada henti-hentinya memanggil kerahiman Allah atas bangsa celaka yang begitu dikasihi oleh martir mulia itu dan pada saat itu juga merupakan pukulan-pukulan pembalasan ilahi atas para algojonya.
Di tahun 1723, pada hari raya Semua Orang Kudus, sebuah salib kemilau tampak di Yanovia, pada tempat yang sama dirinya dimartir dan terjadilah beberapa mukjizat pada kesempatan itu. Di tahun 1808, jasad sucinya dipindahkan dari Pinskum ke Polotia [PL : Polock – baca: Po – lotsk], di kolese Serikat Yesus. Pada akhirnya, tanggal 30 Oktober 1853, Romo Andreas Bobola, yang kemartirannya diakui pada tanggal 9 Februari 1755 oleh Paus Benediktus XIV, secara khidmat dibeatifikasi oleh Paduka Suci Pius IX, yang memerintah dengan bahagia.
Catatan kaki:
Diterjemahkan ke bahasa Indonesia dari sumber berikut:
Romo Reverendus Petrus Ribadeneira, Les Vies des saints et fêtes de toute l’année [Riwayat Hidup Para Kudus dan Pesta Sepanjang Tahun], diterjemahkan ke dalam bahasa Prancis oleh M. L’abbé É. Daras, Ed. V, Paris, Louis Vivès, Libraire-Éditeur, 1856, hal. 242-253.
[1] Romo Andreas Bobola dari Serikat Yesus, dibunuh di Yanovia oleh pasukan Kazaki.
Terimakasih atas artikelnya, saya semakin mengerti perjalanan kerajaan raja salomo
Novriadi 1 bulanBaca lebih lanjut...Justru karena kami punya kasih Kristiani sejati kepada sesama kamilah, materi-materi kami ini kami terbitkan. St. Paulus mengajarkan, bahwa kita harus menelanjangi perbuatan-perbuatan kegelapan (Ef. 5:11). Gereja Katolik, satu-satunya lembaga...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo – devosi kepada Santa Perawan Maria itu krusial untuk keselamatan dan pengudusan jiwa. Namun, dan juga yang terpenting, orang harus 1) punya iman Katolik sejati (yakni, iman Katolik tradisional),...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Since your comment is written in English, we are responding in English and including a translation in Indonesian. However, we would recommend that you write us in Indonesian instead, if...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo – memang benar bahwa orang hendaknya mengasihi orang lain dan menjaga ciptaan Allah. Namun, yang terutama, kita pertama-tama harus mengasihi/mencintai Allah. Sangat amat penting pula, terutama pada zaman kita,...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo – Misteri Terang itu datangnya dari Yohanes Paulus II. Dia ini seorang Anti-Paus dan pemurtad masif. Rosario orisinal yang diberikan oleh Santa Perawan Maria adalah 15 dekade dengan Misteri-Misterinya...
Biara Keluarga Terkudus 3 bulanBaca lebih lanjut...peristiwa terang kenapa tidak ada dalam pembahasan artikel ini?
devie 4 bulanBaca lebih lanjut...Allah Maha Besar melalui Putranya Yesus Kristus dan Bundanya Maria ..Melakukan muzizat menunjukan Betapah Besarnya dan Baiknya Allah..Kita manusia harus berbuat baik satu dengan yang lain dan alam sekitar serta...
fidelis Budi Suryanto 4 bulanBaca lebih lanjut...Are the FSSP and SSPX right on the sacraments?
Petrus Fiter Panco 4 bulanBaca lebih lanjut...Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 6 bulanBaca lebih lanjut...