^
^
Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan |
Sesi telah kadaluarsa
Silakan masuk log lagi. Laman login akan dibuka di jendela baru. Setelah berhasil login, Anda dapat menutupnya dan kembali ke laman ini.
Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria - Khotbah Santo Yohanes Maria Vianney
8 September
Pesta Kelahiran Santa Perawan Maria
De qua natus est Jesus.
Dari Marialah seorang Juru Selamat dilahirkan bagi kita (St. Matius, I, 16)
Saudara-saudara, begitulah, dalam dua kata, pujian yang paling lengkap yang dapat kita berikan kepada Maria, dengan berkata bahwa dari dirinyalah, Yesus, Putra Allah, dilahirkan bagi kita. Ya, Maria adalah ciptaan yang paling indah yang pernah keluar dari tangan sang Pencipta. Allah sendiri memilihnya untuk menjadi saluran yang Ia peruntukkan untuk mengalirkan rahmat-rahmat-Nya yang paling berharga dan berlimpah, atas semua orang yang menaruh kepercayaan kepada dirinya. Allah menggambarkannya seperti sebuah cermin yang indah yang mencerminkan diri-Nya, sebagai suatu teladan atas segala kebajikan. Kita juga melihat bahwa Gereja menganggap Maria sebagai Ibundanya, pembelanya, dan pelindungnya yang paling kuasa terhadap musuh-musuhnya; sehingga ia bergegas merayakan dengan kemegahan yang begitu besar hari yang terberkati di mana bintang yang indah itu mulai bersinar di dunia. Kelahiran dari orang-orang yang agung di dunia membuat kita takut dan khawatir, sebab kita tidak tahu bilamana mereka (akan menjadi) baik atau pendosa, diselamatkan atau terkutuk; kita tidak tahu, saya berkata, jika mereka akan membuat rakyat mereka bersukacita atau berdukacita. Tetapi, untuk Maria, kita sama sekali tidak takut. Ia dilahirkan untuk menjadi Bunda Allah, dan oleh kelahirannya, ia membawakan kepada kita segala kebaikan dan berkat. Allah menjadikannya teladan bagi kita, bagaimanapun keadaan dan kondisi kita. Maka, saudara-saudara, marilah mengarahkan diri kita kepada sukacita kudus, dan 1. Mari mengagumi dalam Perawan suci ini, teladan kebajikan yang paling sempurna; 2. Marilah menganggap Maria sebagai yang ditakdirkan dari segala keabadian, untuk menjadi Bunda bagi Allah Putra dan bagi kita; 3. Akhirnya, mari merenungkan dengan rasa syukur, karunia dan rahmat yang terkandung dalam sang Perantara yang telah disiapkan oleh Allah bagi manusia. Tetapi, perhatikan kata-kata saya; karena saat saya berbicara tentang Maria kepada anda, hal tersebut seharusnya menarik hati anda, ia yang kita percayai dan kita cintai.
I. Saudara-saudara, jikalau perlu untuk menimbulkan dalam diri anda sebuah devosi yang penuh kasih kepada Maria, untuk menunjukkan kepada anda betapa besarnya kebahagiaan dari mereka yang menaruh kepercayaan mereka kepadanya; betapa banyak pertolongan, rahmat, dan manfaat yang dapat kita peroleh dari dirinya; jikalau perlu dilakukan, ujar saya, untuk menunjukkan kepada anda kebutaan dan kemalangan dari orang-orang yang tidak peduli dan membenci seorang Ibunda yang begitu baik dan pengasih, begitu kuasa dan berkehendak untuk membuat kita merasakan hasil dari kelemahlembutannya, saya hanya perlu bertanya kepada para bapa bangsa dan para nabi, dan anda akan melihat dalam segala hal-hal yang agung yang telah dibuat oleh Roh Kudus untuk dikatakan oleh mereka tentang Maria, yang membuat anda kebingungan karena anda begitu sering menganggap rendah sang Ibunda yang baik ini. Lalu, jika saya membuat sebuah buku tentang segala teladan yang telah diperoleh dari para kudus dari Maria, kita hanya akan dapat mengeluhkan kebutaan kita dan menghidupkan kembali kepercayaan kita kepada Maria. Pertama-tama, hal yang paling mampu untuk menimbulkan dalam diri kita suatu devosi penuh kasih kepada Santa Perawan Maria, adalah apa yang kita baca dalam Kitab Suci, di mana kita melihat Allah sendiri yang pertama kali mewartakan kelahiran Maria.
Sewaktu orang tua pertama kita terkutuk karena jatuh ke dalam dosa, Allah, yang tergerak oleh pertobatan mereka, berjanji bahwa akan datang suatu hari di mana seorang Perawan akan melahirkan seorang Putra, untuk membenahi kutukan yang disebabkan oleh dosa mereka. Berikutnya, para nabi, setelah diri-Nya, tidak henti-hentinya mewartakan di sepanjang abad, untuk menghibur umat manusia yang mengeluh di bawah kelaliman iblis, bahwa seorang Perawan akan melahirkan seorang Putra, yang akan menjadi Putra dari Yang Mahatinggi, dan yang diutus oleh Bapa untuk menebus dunia, tersesatkan oleh dosa Adam. Semua nabi mewartakan bahwa ialah makhluk terindah yang pernah muncul di dunia. Mereka menyebutnya Bintang Pagi, yang menakjubkan semua bintang lainnya oleh kemilaunya dan kecantikannya, dan yang, di waktu yang sama, menjadi pemandu bagi petualang di lautan; untuk menunjukkan, bahwa ia akan menjadi teladan yang terbaik untuk segala kebajikan. Itulah mengapa Gereja dengan benar berkata tentang sang Perawan suci, dalam sukacita yang besar: ‘Kelahiranmu, ya Santa Perawan Maria, memenuhi seluruh dunia dengan penghiburan yang manis, dan sukacita yang suci, karena dari dirimulah terlahir bagi kami Surya keadilan, Yesus kami, Allah kami, yang telah merampas kami dari kutukan yang menenggelamkan kami akibat dosa dari orang tua kami yang pertama, dan yang memenuhi diri kami dengan segala berkat’. Ya, engkaulah, Perawan yang tiada tara, Perawan yang tiada duanya, yang telah menghancurkan kerajaan dosa dan yang telah membangun kembali kepemimpinan rahmat. ‘Bangkitlah, ujar Roh Kudus, keluarlah dari rahim ibumu, engkau yang paling kusayangi, serta kekasihku yang amat cantik, datanglah, merpati yang manis, yang kemurniannya dan kesederhanaannya tiada tara, pertunjukkanlah dirimu di atas bumi, muncullah di dunia, bagaikan ia yang harus menghiasi langit dan yang membahagiakan bumi. Datanglah dan muncullah dengan segala kemilau yang telah diberikan Allah untuk menghiasimu, sebab engkaulah karya dari Penciptamu yang paling cantik.’ Memang, walaupun sang Perawan Suci dari beberapa segi biasa saja, Roh Kudus menginginkan agar jiwanya menjadi yang tercantik dan yang terkaya akan rahmat; Ia juga menginginkan agar tubuhnya menjadi tubuh yang paling cantik yang pernah muncul di bumi. Kitab Suci membandingkannya dengan fajar yang menyingsing, dengan bulan purnama, dengan matahari pada siang hari. Kitab Suci lalu berkata bahwa ia bermahkotakan dua belas bintang, dan dijadikan penganugerah harta karun surgawi. Sejak jatuhnya Adam, dunia ditutupi kegelapan yag menyeramkan; lalu, Maria tampak, dan, bagaikan sebuah matahari di hari yang tenang, mengenyahkan kegelapan, menghidupkan harapan dan memberikan kesuburan kepada bumi. Allah, saudara-saudara, tidak perlu berkata kepada Maria, seperti kepada Musa: ‘Pergilah, bebaskan umat-Ku, yang mengeluh di bawah kelaliman Firaun; pergilah, wartakan bahwa pembebasan mereka sudah dekat, dan bahwa Aku akan mendengar doa mereka, keluhan dan tangis mereka’. Ia tampak berkata, ‘Ya Maria, Aku telah mendengar tangisan para bapa bangsa, dan para nabi, dan begitu banyak jiwa yang menantikan waktu pembebasan mereka yang bahagia’. Memang, saudara-saudara, Maria jauh lebih baik daripada Musa, ia mewartakan bahwa segera, dukacita kita akan berhenti dan bahwa surga akan segera berdamai dengan bumi. Oh, betapa besarnya harta karun yang diberikan kepada Surga dan kepada Bumi oleh kelahiran Maria! Iblis bergetar dengan murka dan keputusasaan, karena ia melihat Maria sebagai yang akan meremukkan dan menggagalkan rencananya. Sebaliknya, para malaikat dan para kudus menyerukan dari kubah Surga kidung sukacita sewaktu mereka melihat lahirnya seorang Ratu yang akan memberikan kecantikan mereka sebuah kemilau yang baru.
Tetapi, karena Allah ingin memulai untuk menunjukkan kepada kita bahwa Surga hanya akan diberikan kepada dikat lewat kerendahan hati, kehinaan, kemiskinan, dan penderitaan, Ia ingin agar kelahiran sang Perawan Suci sama sekali biasa adana. Ia lahir dalam kelemahan, buaiannya terbasahkan oleh air mata seperti anak-anak lain, seolah-olah meramalkan, sewaktu mereka lahir, dukacita yang akan memenuhi hidup mereka; demikianlah apa yang dikatakan oleh Roh Kudus lewat mulut sang Pria Bijaksana: ‘Bahwa hari kematian lebih disukai daripada hari kelahiran’. Maria lahir dalam kegelapan. Walaupun ia adalah keturunan Daud, dan bahwa ia dapat terhitung sebagai keturunan para bapa bangsa, para nabi, dan para raja: semua gelar itu, yang begitu dicermati oleh manusia di dunia, telah terlupakan; tiada sesuatu pun di dalam dirinya yang berkemliau selain kebajikannya, yang, di mata orang-orang, bukanlah sesuatu yang amat istimewa. Allah membiarkan hal itu terjadi demikian, agar kelahirannya menjadi selaras dengan kelahiran Putra-Nya yang ilahi, yang telah diwartakan oleh para nabi, bahwa Ia tidak akan memiliki tempat untuk meletakkan kepala-Nya. Tetapi, walaupun Maria datang ke dunia, penuh kemiskinan dalam hal-hal duniawi, ia kaya akan hal-hal yang diperoleh dari Ia yang, dari segala keabadian, telah memilihnya sebagai Ibunda-Nya. Santo Yohanes Damascenus berkata kepada kita bahwa terjadi pertikaian antar abad: abad manakah yang akan memiliki keberuntungan untuk menyaksikan kelahiran Maria. Hendakkah kita, ujar salah seorang dari para pelayan yang agung, uskup suci Jenewa, mengetahui siapakah sang Perawan itu yang dimahkotai di dalam buaiannya? Marilah bertanya kepada para malaikat, mereka akan berkata bahwa Maria melebihi mereka secara tak terhingga dalam hal rahmat, jasa, martabat, dan segala kesempurnaan. Santo Basilius berkata bahwa sejak penciptaan dunia sampai datangnya Maria, sang Bapa Abadi tidak pernah sebelumnya menemukan makhluk yang cukup murni dan cukup suci untuk menjadi Ibunda dari Putra-Nya. Betapa seringnya para bapa bangsa dan nabi berseru dalam kemeluh dan tangisan mereka: ‘Ah! Kapankah datangnya saat yang bahagia itu, di mana sang Perawan Suci akan tampak di dunia? Oh! Betapa mereka bahagia, mata yang akan melihat makhluk itu, yang akan menjadi Ibunda dari Juru Selamat umat manusia!’
II. Akan menjadi tidak mungkin, saudara-saudara, untuk tidak mencintai Maria, jika kita ingin merenungkan sesaat kelemahlembutannya bagi kita, dan kebaikan yang tidak henti-hentinya ia anugerahkan bagi kita... Jika kita mengikuti jejak kehidupannya di dunia, betapa banyaknya penderitaan, dukacita, dan kekhawatiran yang harus ditanggungnya! Setiap kali ia melayangkan tatapan matanya yang lembut kepada Putranya yang ilahi, ia menderita, ujar para Bapa suci, lebih dari semua martir bersamaan. Dan katakanlah kepada saya, bagaimanakah Allah, untuk memenuhi nubuat ini, menginginkannya untuk mengetahui terlebih dahulu segala penderitaan, penghinaan, dan siksaan yang harus ditanggung oleh Putranya yang ilahi itu sebelum Ia meninggal. Setiap kali ia menyentuh kaki dan tangan Yesus yang manis, ia berkata kepada dirinya sendiri: ‘Sayang sekali! Kaki dan tangan yang, selama tiga puluh tahun, hanya disibukkan untuk membawa rahmat dan berkat, akan pada suatu hari ditusuk dan dipaku kepada kayu yang hina; mata-Nya yang penuh kasih akan ditutupi ludah; wajah-Nya, yang lebih indah dari Surga, akan terlukai oleh tamparan yang akan diberikan kepada-Nya. Sekujur badan-Nya akan didera dengan kekejaman yang begitu besar, sehingga hampir tidak mungkin untuk mengenali-Nya sebagai manusia; wajah ini, yang berkilau dengan kemuliaan, akan ditusuk oleh mahkota duri yang kejam’. Sewaktu Maria melewati jalanan Yerusalem, ia berkata: ‘Akan tiba harinya, di mana aku akan melihat batu jalanan ini terguyur oleh darah-Nya yang berharga. Ia akan direntangkan di kayu salib, aku akan mendengar pukulan palu, dan tidak akan dapat menyelamatkan-Nya’. ‘Oh dukacita yang tak terungkapkan! Oh kemartiran yang tak terlukiskan’, ujar seorang Bapa Suci, ‘hanya Allahlah yang dapat mengerti seluruhnya!’ Ya, saudara-saudara, kita berkata bahwa Yesus Kristus telah membuat agar Ibunda-Nya merasakan setiap dari kesakitan dari sengsara-Nya; agar Maria selalu mengingat siksaan yang harus ditanggung oleh Putranya. ‘Ah!’, seru St. Bernardus, abdi Maria yang agung, ‘betapa buta dan malangnya kita ini, yang tidak mencintai seorang Ibunda yang begitu baik hati! Sejak lama, tanpa doa Maria, dunia tidak akan lagi berada, dan akan jatuh ke dalam kehancuran akibat dosa-dosa kita’. Memang, kabarnya adalah bahwa pada masa Santo Dominikus dan Santo Fransiskus, Allah begitu kesal akan manusia, sehingga Ia bertekad untuk membinasakan mereka semua. Kedua santo itu melihat sang Perawan Suci tersungkur di kaki Putranya yang ilahi: ‘Putraku’, ujarnya, ‘ingatlah bahwa Engkau telah mati untuk orang-orang ini; aku akan mengutus kedua abdiku yang agung (sambil menunjuk Santo Dominikus dan Santo Fransiskus), ya, mereka akan mendatangi seluruh dunia untuk mengundang semua orang agar berkonversi dan melakukan penitensi’Sayang sekali!... Betapa seringnya ia berkata kepada-Nya: ‘Putraku, biarkanlah diri-Mu tergerak oleh doa-doaku yang telah mengandung diri-Mu selama sembilan bulan di dalam rahimku, yang telah memberi-Mu makan dengan kelemahlembutan, dan yang akan memberikan hidupku dengan penuh sukacita untuk menyelamatkan diri-Mu; ampunilah, kumohon, umat yang Kautebus dengan harga yang begitu mahal’. Oh betapa durhaka dan butanya para pendosa, betapa engkau sungguh tidak dapat dimengerti! Orang hanya memiliki kebencian kepada ia yang akan dengan amat sukarela memberikan nyawanya bagi kita!
Saudara-saudara, para kudus bertindak secara benar terhadap Maria. Ah! Betapa mereka yakin bahwa tanpa Maria, mereka hampir tidak akan dapat melawan serangan-serangan yang dibawakan oleh iblis untuk menyesatkan mereka. Santo Bernardus berkata bahwa semua rahmat yang kita terima dari Surga melewati tangan Maria. Ya, ujar salah seorang Bapa Gereja, ‘Maria bagaikan seorang ibunda yang baik dari keluarga yang tidak puas hanya untuk merawat semua anak-anaknya secara umum, tetapi ia mengawasi tiap-tiap anaknya secara khusus’. Jika Allah telah memperlakukan setiap dosa seperti layaknya, sejak dahulu kita akan terbakar dalam Neraka. Oh! Betapa banyaknya orang berada dalam lidah api, yang tidak akan ada di sana, jika saja mereka berlindung kepada Maria! Ia akan berdoa kepada Putranya untuk memperpanjang hari-hari kehidupan mereka untuk memberikan mereka waktu untuk melakukan penitensi. Jika kemalangan itu, saudara-saudara, tidak sampai kepada kita, marilah berterima kasih kepada Maria; memang, kepadanyalah kita berutang budi. Kita membaca dalam Injil, ‘bahwa seseorang telah menanamkan sebuah pohon di tamannya: ketika musim berbuah itu datang, ia datang melihat jikalau pohon itu berbuah; tetapi ia tidak menemukan satu pun. Ia pergi kedua dan ketiga kalinya tenpa menemukan satu pun, lalu ia berkata kepada sang tukang kebun: Sudah tiga kali saya datang dengan sia-sia mencari buah, mengapakah engkau membiarkan pohon itu bertempat di mana dapat ditempati yang lain yang dapat berbuah? Tebanglah dan campakkanlah pohon itu ke dalam api’. Apakah yang dilakukan oleh tukang kebun itu? Ia tersungkur di kaki tuannya untuk memohonnya agar kembali menunggu beberapa lama; sebab ia akan melipatgandakan perhatiannya; ia akan membajak tanah yang ada di sekitarnya; ia akan memupuk pohon itu dan tidak akan melalaikan hal apa pun untuk membuatnya berbuah. ‘Tetapi’, tambahnya, ‘jika tahun depan, sewaktu anda datang, pohon itu tidak berbuah, kita akan menebangnya dan mencampakkannya ke dalam api’. Gambaran yang pantas, saudara-saudara, tentang apa yang terjadi antara Allah, Perawan Suci, dan kita: Tuan dari taman itu adalah Allah sendiri, taman itu adalah seluruh Gereja-Nya, dan kita sendiri adalah pohon-pohon yang ditanam di taman itu. Ia berkata dan ia ingin agar kita berbuah, yakni, agar kita melakukan karya-karya yang baik bagi Surga. Bagaikan tuan dari taman itu, ia menunggu dua, tiga, sayang sekali! Mungkin dua puluh atau tiga puluh tahun, untuk memberi kita waktu agar kita berkonversi dan melakukan penitensi. Sewaktu Ia melihat bahwa dosa kita hanya bertambah, dan kita tidak mengoreksi diri kita dan melakukan penitensi, Ia memerintahkan agar pohon itu ditebang dan dicampakkan ke dalam api; yakni, Allah membiarkan iblis untuk membawa para pendosa untuk mencampakkan mereka ke dalam Neraka. Tetapi, apa yang dilakukan Maria, saudara-saudara? Ia melakukan apa yang dilakukan tukang kebun itu. Ia tersungkur di kaki Putranya yang ilahi: ‘Putraku’, ujarnya, ‘mohon kembali memberi rahmat untuk beberapa waktu kepada pendosa itu, mungkin ia akan berkonversi, mungkin ia akan menjadi lebih baik dari sebelumnya’. Apakah yang ia lakukan untuk meredakan amarah dari Bapa? Ia membawa ke hadapan mata-Nya semua yang telah diderita oleh Putra-Nya, untuk membenahi memulihkan kemuliaan yang telah dirampas dari-Nya oleh dosa; ia segera menggambarkan kembali kepada Putranya semua yang telah dideritanya selama hidupnya di dunia demi cinta kepada-Nya: ‘Putraku’, ujarnya setiap kali, ‘berikanlah beberapa hari lagi, mungkin ia akan bertobat’. Oh kelemahlembutan Ibunda, betapa besarnya dirimu! Tetapi engkau dibayarkan dengan kedurhakaan! Yang satu membencinya, yang lain, tidak puas dengan membencinya, kembali membencinya dengan olok-olok mereka terhadap orang-orang yang percaya kepadanya! Wah, saudara-saudara, walaupun kita membencinya, Maria belum saja meninggalkan kita, karena, jika ya, kita akan sudah berada di Neraka; buktinya sangat meyakinkan. Berikut hal yang kita baca dalam riwayat hidup Tuan de Q..... Ia bercerita sendiri, bahwa iblis melakukan segala yang dapat ia lakukan untuk membuatnya mati dalam dosa. Suatu malam, petir hampir menghabisinya: petir itu memecahkan beberapa papan kayu dan menghancurkan separuh dari ranjangnya. Beberapa waktu kemudian, ia berada di dalam sebuah tempat di mana dilakukan pengusiran iblis dari badan seseorang yang kerasukan, ia bertanya kepada iblis itu siapakah yang menyelamatkannya dari petir tersebut. Iblis itu menjawabnya: ‘Berterimakasihlah kepada sang Perawan Suci, tanpanya, sejak lama, kami akan menahanmu di Neraka, kami mengira pada hari itu bahwa kami akan memilikimu’. Saudara-saudara, saya dapat mengatakan kepada anda hal yang sama, dan jika anda masih hidup, walaupun begitu banyaknya dosa yang mengganggu hati nurani anda, anda dapat yakin bahwa sejak lama anda akan menderita di kehidupan yang lain, tanpa perlindungan Maria di hadapan Putranya yang ilahi, kepada siapa Ia memohon untuk memperpanjang hari-hari anda, untuk melihat bilamana anda berkonversi.
Ah! Saudara-saudara, mengapakah kita berhenti berlindung kepada sang Perawan Suci? Kita selalu membutuhkan perlindungannya, dan ia selalu tergerak untuk menyelamatkan kita. Kita membaca dalam riwayat hidup Santa Maria dari Mesir, bahwa ia menempuh, sampai pada umur sembilan belas tahun, hidup yang memalukan. Pada suatu hari, hari Jumat Agung, ia ingin datang, seperti orang lain, untuk menghormati kayu yang berharga dari Salib sejati. Sewaktu ia akan memasuki gereja, ia merasakan suatu tangan yang tidak kelihatan yang mencegahnya masuk, hal itu terjadi tiga kali. Ketakutan, ia pergi menjauhkan diri di pojok dari tempat itu, dan ia mulai memeriksa dari mana datangnya peristiwa yang begitu luar biasa itu: semua orang masuk tanpa kesulitan, hanya ialah yang dicegah masuk dengan kekuatan yang begitu besar. ‘Ah!’, ia berseru dengan mengesah, ‘kejahatanku, kulihatnya dengan jelas, itulah sebabnya! Tiadakah lagi harapan? Apakah aku berani hadir di hadapan Allah, setelah merampas begitu banyak jiwa yang ditebus oleh darah-Nya yang berharga? Apakah ia sudi membiarkan tubuhku, yang hanya berbuat jahat, mendekati kayu suci-Nya, Ia, yang begitu suci dan begitu murni? Oh! Ia berkata sambil menangis dengan pahit, aku sering mendengar bahwa sang Perawan Suci amat baik kepada para pendosa yang berdosa amat berat, dan tidak seorang pun pernah berdoa kepadanya tanpa mendapatkan rahmat dan kerahiman, aku juga akan berdoa kepadanya’. Dan ia pun pergi gemetaran, mendekati sebuah gambar sang Perawan Suci; ia berlutut dengan wajahnya di tanah, di mana ia menangis: ‘Ya Perawan Suci, di hadapanmu terdapat pendosa yang terbesar di dunia; masih beranikah kumohon pertolongan darimu dan dari Putramu yang ilahi, apakah Ia akan meninggalkanku selamanya? Ya Perawan Suci, jika engkau memperolehkan kerahiman dari Yesus Kristus, dan kebahagiaan untuk pergi menghormati kayu suci di mana ia dikurbankan, aku akan pergi ke mana engkau menghendaki agar aku pergi melakukan penitensi’. Dan setelah memohon demikian, ia pergi kembali gemetaran ke pintu gereja, untuk melihat jikalau ia dapat masuk tanpa dihadang, seperti sebelumnya. Ia masuk tanpa kesulitan sama sekali. Dipenuhi rasa syukur, ia menghormati kayu suci itu, membasahi batu jalanan dengan air matanya, dan melakukan pengakuan dosa untuk memperoleh ampun atas dosa-dosanya. Setelahnya, ia pergi ke hutan di mana ia tinggal selama empat puluh tahun, menyuarakan seruan dan air matanya di padang gurun, dan hanya memakan rerumputan liar. Ia sendiri bercerita bahwa iblis menggodanya selama sembilan belas tahun dengan berbagai cara; dan sewaktu iblis menggodanya, ia melipatgandakan penitensinya; terkadang pada pagi hari, sambil bangun, ia tertutupi salju, dan di padang gurunnya, kedinginannya begitu kejam, sehingga tubuhnya tercabik-cabik. Ia bermeditasi pagi dan sore hari, tentang pelanggaran masa lalunya, serta rahmat yang diperolehkan kepadanya oleh Maria, atau tentang harapan yang dimilikinya untuk pergi menyanyikan di Surga kerahiman Tuhan. Oh! Betapa kita akan berbahagia, saudara-saudara, jika kita meneladani sang peniten yang agung itu dalam pertobatannya dan kepercayaannya kepada Maria!
Sewaktu kita mencintai seseorang, kita merasa bahagia sewaktu kita memiliki beberapa benda yang mengingatkan kita kepadanya. Begitu pula, saudara-saudara, jika kita mencintai sang Perawan Suci, kita harus melakukan penghormatan dan memiliki di rumah kita beberapa gambarnya, dan yang dari waktu ke waktu, mengingatkan kita akan Ibunda yang baik itu. Juga, orang tua yang benar-benar Kristen tidak pernah boleh lalai untuk menanamkan kepada anak-anak mereka devosi penuh kasih kepada Perawan Suci; itulah jalan sejati untuk memperolehkan bagi keluarga itu berkat dari Surga dan perlindungan Maria. Kita membaca dalam riwayat hidup Santo Yohanes Damascenus, bahwa sang kaisar telah memiliki kebencian yang sedemikian rupa terhadap gambar-gambar suci, sehingga ia memerintahkan, di bawah hukuman mati, untuk menghancurkan atau membakar gambar-gambar tersebut. Santo Yohanes segera menulis bahwa kita harus memiliki gambar-gambar dan menghormatinya. Sang kaisar begitu marah terhadap santo itu, sehingga ia membuat pergelangan tangannya dipenggal untuk mencegahnya untuk menulis. Sang santo lalu pergi berlutut di depan sebuah gambar sang Perawan Suci, sambil berkata kepadanya, ‘Perawan Suci, aku datang untuk meminta kepadamu tanganku yang telah dipenggal, karena aku ingin mendukung penghormatan yang diberikan kepada gambar-gambarmu, aku tahu bahwa anda cukup berkuasa untuk mengembalikannya kepadaku’. Setelah selesai berdoa, ia tertidur, dan pada waktu tidurnya, ia melihat sang Perawan Suci yang berkata kepadanya bahwa doanya telah dikabulkan. Sewaktu ia terbangun, ia melihat bahwa tangannya telah sepenuhnya kembali melekat kepada lengannya, tetapi Allah meninggalkan untuknya, di tempat di mana tangannya kembali melekat itu, sebuah garis merah kecil, untuk mengingatkannya akan rahmat yang telah diperoleh sang Perawan Suci baginya. Oleh mukjizat itu, ia ingin menunjukkan betapa menyenangkannya penghormatan yang kita berikan kepada gambar-gambarnya.
Dengarkanlah apa yang dikatakan Santo Anselmus: ‘Mereka yang cukup malang karena membenci Maria, dapat yakin bahwa mereka dibenci oleh sang Putra. Ya, hanya para iblis, orang-orang terkutuk, dan pendosa besarlah, yang, tenggelam dalam sampah kejahatan mereka, tidak mencintai Maria dan yang tidak menaruh kepercayaan kepadanya. Anda akan mengenali dengan mudah jika seorang Kristen berada dalam jalan menuju Surga, atau jika ia berjalan dalam jalan kebinasaan: bertanyalah kepadanya jika ia mencintai Maria; jika ia berkata kepada anda ya, dan tindakan-tindakannya membuktikannya, berkatilah Tuhan, jiwa itu akan dimiliki Surga. Tetapi, jika ia berkata tidak, dan ia tampak hanya membenci hal yang berkenaan dengan penghormatannya, berlututlah di kaki Salib anda, dan menangislah dengan pahit; sebab ia ditinggalkan oleh Allah, dan akan jatuh ke dalam jurang. Ya, sewaktu anda tenggelam ke dalam kebiasaan-kebiasaan yang paling memalukan, jika anda menaruh kepercayaan kepadanya, janganlah berputus asa, ia akan memperoleh, cepat atau lambat, pengampunan bagi diri anda.’ Kita membaca dalam cerita bahwa Santo Dionisius dari Areopagus begitu berbakti kepada Maria. Ia beruntung karena ia hidup di masa di mana sang Perawan Suci masih berada di bumi. Ia memohon kepada Santo Yohanes Penginjil, yang kepadanya Allah telah memercayakan Maria sebelum kematiannya, untuk memperbolehkannya melihat sang Perawan Suci. Santo Yohanes lalu membawanya masuk ke dalam ruangan di mana Maria berada. Santo Dionisius begitu terpesona akan kehadirannya, sehingga tiba-tiba ia melihat dirinya dikelilingi cahaya surgawi: ‘Aku merasa hilang, ujarnya, aku merasakan wangi yang begitu harum keluar dari tubuhku, sehingga aku percaya bahwa aku mati karena cinta; rohku dan hatiku begitu terkesima oleh besarnya kemuliaannya, sehingga aku jatuh pingsan. Aku melihat sebuah cahaya yang begitu berkemilau keluar dari tubuhnya... betapa beruntungnya diriku untuk dapat melihatnya! Oh, lalu seperti apakah ia sewaktu kita melihatnya di Surga, di samping Putrnya, terduduk di atas takhta yang indah dari kerajaan Surga, dan berhiaskan kemuliaan Allah sendiri’. Jadi, saudara-saudara, setelah semua yang telah kita katakan, kita tidak mencintai Maria, ia yang berbahagia untuk menjadi Bunda Allah, hanya untuk memperolehkan bagi kita rahmat yang lebih banyak? Oh betapa buta!... Tidak mencintai ia yang hanya menginginkan kebahagian kita, Ibunda yang akan memberikan hidupnya untuk menyelamatkan kita!
III. Sang Perawan Suci terus menjadi benteng melawan serangan iblis! Pada suatu hari, Santo Dominikus, abdinya yang agung, dimohonkan untuk mengusir iblis dari tubuh orang yang kerasukan di hadapan begitu banyak orang, yang datang untuk menyaksikan peristiwa tersebut; iblis mengakui di depan semua orang bahwa sang Perawan Suci adalah musuhnya yang paling kejam, bahwa ia memorak-porandakan segala rencananya; bahwa, tanpanya, sejak lama, tidak akan lagi ada agama, dan bahwa ia akan telah menggulingkan Gereja oleh skisma, bidah. Maria, setiap kali, merampas darinya jiwa-jiwa yang hendak dibawanya ke dalam Neraka, bahwa beberapa orang, menjelang kematian, dengan meminta pertolongannya, telah mendapatkan kerahiman, dan bahwa tidak seorang pun dari mereka yang menaruh kepercayaan pada dirinya tersesat. Begitulah, saudara-saudara, pengakuan iblis di depan semua orang yang hadir. Dan jika anda perlu untuk lebih diyakinkan, marilah melihat wanita ini yang dituduh dengan salah oleh suaminya dan dihukum mati: ia tersungkur di kaki sebuah gambar sang Perawan Suci, berdoa kepadanya untuk tidak membiarkannya mati, sebab ia tidak bersalah. Tetapi, pada saat sang algojo akan membunuhnya, ia tidak pernah dapat melakukannya sepenuhnya. Tetapi, wanita itu dipercaya sudah mati, lalu tubuhnya dilepaskan, dan sewaktu ia dibawa ke gereja untuk dikuburkan, bukan hanya ia memberikan tanda-tanda kehidupan, tetapi ia juga bangun dan berlari kepada sebuah gambar sang Perawan Suci: ‘Ya Perawan Suci, ia berseru, engkaulah pembebasku!’ Ia pun berpaling kepada orang-orang yang memenuhi gereja: ‘Ya, ujarnya, aku telah melihat Maria yang menghentikan tangan algojo, dan yang menghiburku saat aku tergantung di tiang gantungan’. Semua orang yang menyaksikan mukjizat itu merasakan kepercayaan mereka berlipat ganda kepada sang Perawan Suci.
Tetapi, beberapa orang yang bodoh dan tidak beragama akan berkata bahwa semua itu hanya baik bagi orang yang tidak tahu bagaimana membaca, atau yang kurang pintar dan tidak berpunya. – Ah, saudara-saudara, jika saya menghendakinya, saya akan membuktikan kepada anda bahwa di dalam setiap keadaan, telah terdapat abdi Perawan Suci yang agung; saya akan menemukan beberapa dari mereka yang mengemis roti dari pintu ke pintu; saya akan menemukan untuk anda dari antara mereka yang berada dalam keadaan seperti kebanyakan dari anda sekalian; saya akan menemukannya di antara orang kaya dan dalam jumlah yang banyak. Kita membaca dalam Injil bahwa Tuhan kita telah selalu memperlakukan dunia dengan kelemahlembutan yang besar, kecuali orang tertentu yang diperlakukannya dengan keras: orang-orang Farisi; dan hal itu dikarenakan bahwa mereka sombong dan adalah pendosa yang keras hati. Mereka akan dengan sukarela mencegah-Nya, jika mereka bisa, agar Ia jangan memenuhi kehendak Bapa-Nya; Ia juga menyebut mereka sebagai ‘kuburan yang dilabur putih, orang munafik, keturunan ular, ular berbisa, yang mencabik-cabik rahim ibunda mereka’. Kita dapat melihat hal yang sama sehubungan dengan devosi yang besar kepada Maria. Orang-orang Kristiani semuanya memiliki devosi yang besar kepada Maria, kecuali para pendosa tua yang keras hati, yang sejak lama, karena telah kehilangan iman, bergelimangan di dalam sampah hawa nafsu mereka. Iblis berupaya untuk menjaga mereka dalam kebutaan sampai pada saat di mana kematian akan membukakan mata mereka. Ah! Jika saja mereka berlindung kepada Maria, mereka tidak akan jatuh ke dalam Neraka, seperti yang akan terjadi kepada mereka! Tidak, saudara-saudara, janganlah kita meniru orang-orang itu, sebaliknya, marilah mengikuti jejak kaki semua abdi Maria yang sejati. Terhitung dari antara mereka adalah Santo Carolus Borromeus, yang selalu berdoa rosario sambil berlutut; terlebih lagi, ia berpuasa setiap hari menjelang pesta sang Perawan Suci. Ia begitu tepat waktu untuk menyalami sang Perawan pada waktu jam berbunyi, sehingga sewaktu Angelus berbunyi, di mana pn ia berada, ia mulai berlutut, terkadang bahkan di tengah jalan, di tengah-tengah lelumpuran. Ia ingin agar seluruh diosesnya memiliki devosi yang besar kepada Maria, dan agar orang menyebut namanya yang suci dengan rasa hormat yang besar. Ia membuat agar dibangun banyak kapel atas penghormatan kepadanya. Saudara-saudara, mengapakah kita tidak ingin meneladani para santo yang agung itu yang telah memperoleh dari Maria begitu banyak rahmat untuk menjaga diri mereka dari dosa, bukankah musuh yang kita hadapi sama, dan bukankah Surga yang kita harapkan itu sama? Ya, mata Maria selalu tertuju kepada kita: apakah kita digoda? Marilah mengarahkan hati kepada Maria dan kita pasti akan dibebaskan.
Tetapi, hal ini tidak cukup, saudara-saudara: untuk berhak mendapat perlindungannya, kita harus meniru kebajikan yang diberikannya sebagai teladan bagi kita. Kita harus meneladani kerendahan hatinya yang besar. Ia tidak pernah menganggap rendah seorang pun: walaupun ia sungguh tahu bahwa Allah telah mengangkatnya lebih tinggi dari segala martabat, yakni martabat Bunda Allah, Ratu Surga dan Bumi, bagaimanapun, ia menganggap dirinya sebagai yang terakhir dari semua ciptaan. Kita harus meneladani kemurniannya yang mengagumkan, yang telah membuatnya begitu berkenan kepada Allah. Besar kesederhanaannya, sehingga Allah senang menatapnya. Atas teladannya ini, saudara-saudara, kita harus menjauhkan diri dari hal-hal duniawi, dan hanya berpikir tentang Surga, tanah air kita yang sejati. Sejak Kenaikan Putranya yang ilahi, ia menanti di bumi. Ia menjalani hidup dengan kesabaran, memang benar; tetapi ia menantikan dengan bersemangat, kematian yang akan mempersatukannya kembali dengan Putranya yang ilahi, kecintaannya satu-satunya. Betapa seringnya ia berseru seperti para nabi: ‘Allahku, sampai kapankah Engkau akan memperpanjang pengasinganku! Oh kapankah datang saat bahagia di mana aku akan kembali bertemu dengan-Mu untuk selamanya? Oh! Jika Engkau melihat Mempelaiku, katakan kepada-Nya bahwa aku merindukan-Nya dengan cinta!’ Allah menariknya dari dunia di mana ia telah menderita selama perjalanannya yang panjang; ia meninggal, tetapi kerapuhan usia maupun kegagalan alam tidak memberikannya kematian, hanyalah cintanya kepada Putranya yang ilahi. Napas pertamanya adalah napas cinta, memang benar bahwa napas terakhirnya juga adalah napas cinta. Jika kita ingin yakin akan hal itu, saudara-saudara, layangkanlah pandang kepada ranjang di mana Maria meninggal. Mengagumkan! Surga dan Bumi dipenuhi ketakjuban; para umat beriman berlari dari seluruh penjuru; para rasul kembali bertemu satu sama lain oleh mukjizat dalam rumah yang miskin ini. Kematian Maria tidaklah menakutkan seperti kematian kita: kepucatan yang mengerikan, kegagalan universal, siksaan akibat kejang-kejang yang menyakitkan; pada waktu ia mati, Maria sungguh tenang, wajahnya bersinar lebih terang daripada sebelumnya, keanggunannya yang sederhana terwujud dengan kemilau yang bahkan lebih besar daripada saat ia hidup, kemurnian yang indah berkilau di dahinya, keagungan yang manis menutupi tubuhnya yang suci, matanya yang dengan lembut menatap Surga, sudah memiliki kedamaiannya; jiwanya... tampak sudah melihat-Nya secara langsung; hatinya yang lembut, yang terdesak oleh cinta yang kuat dan manis, terlebih dahulu merasakan aliran kenikmatan abadi yang telah dipersiapkan oleh Allahnya di Surga. Ia tidak takut sama sekali, sebab ia tidak pernah menyakiti Allahnya; ia tidak khawatir, sebab ia tidak pernah lekat dengan hal-hal duniawi; ia hanya rindu akan Ysusnya, dan kematian memperolehkannya kebahagiaan itu; ia melihat-Nya datang kepadanya, bersama seluruh penghuni istana Surga, untuk menghormati masuknya dirinya dengan penuh kemenangan ke dalam Surga. Demikianlah kekasih suci dari Tuhan tertidur dalam kecupan-Nya, demikianlah bintang yang cantik itu menghilang, yang telah menerangi dunia selama tujuh puluh dua tahun. Demiikianlah ia yang telah melahirkan Pencipta kehidupan, berjaya atas kematian...... Apakah kesimpulan dari semua itu, saudara-saudara? Bahwa kita harus, atas teladan kepada Maria, menantikan dan bekerja untuk menjadi pantas memperoleh kebahagiaan itu. Itulah yang saya harapkan bagi anda.
Catatan kaki:
Diterjemahkan dari Santo Yohanes Maria Vianney, Sermons [Khotbah-Khotbah], Bibliothèque S.J., Les Fontaines 60 – Chantilly, hal. 79-96.
Artikel-Artikel Terkait
Bunda maria yang penuh kasih... doakanlah kami yang berdosa ini ....
Thomas N. 1 bulanBaca lebih lanjut...Halo – meski Bunda Teresa dulu mungkin tampak merawat orang secara lahiriah, namun secara rohaniah, ia meracuni mereka: yakni, dengan mengafirmasi mereka bahwa mereka baik-baik saja menganut agama-agama sesat mereka...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Tentu saja kami ini Katolik. Perlu anda sadari bahwa iman Katolik tradisional itu perlu untuk keselamatan, dan bahwa orang yang meninggal sebagai non-Katolik (Muslim, Protestan, Hindu, Buddhis, dll.) TIDAK masuk...
Biara Keluarga Terkudus 2 bulanBaca lebih lanjut...Terpuji lah Tuhan allah pencipta langit dan bumi
Agung bp 2 bulanBaca lebih lanjut...apakah anda katolik benaran?
lidi 2 bulanBaca lebih lanjut...Saat bunda teresa dengan sepenuh hati merawat dan menemani mereka dalam sakratul maut saya percaya kalau tindakan beliau secara tidak langsung mewartakan injil dan selebihnya roh kudus yang berkenan untuk...
bes 3 bulanBaca lebih lanjut...Ramai dibahas oleh kaum protestan soal soal Paus Liberius. Trimakasuh untuk informasinya
Nong Sittu 3 bulanBaca lebih lanjut...Halo kami senang anda kelihatannya semakin mendalami materi kami. Sebelum mendalami perkara sedevakantisme, orang perlu percaya dogma bahwa Magisterium (kuasa pengajaran Paus sejati) tidak bisa membuat kesalahan, dan juga tidak...
Biara Keluarga Terkudus 5 bulanBaca lebih lanjut...Materi yang menarik. Sebelumnya saya sudah baca materi ini, namun tidak secara lengkap dan hikmat. Pada saat ini saya sendiri sedang memperdalami iman Katolik secara penuh dan benar. Yang saya...
The Prayer 5 bulanBaca lebih lanjut...Santa Teresa, doakanlah kami
Kristina 6 bulanBaca lebih lanjut...