Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan | ![]() |
St. Alfonsus (sekitar tahun 1760): “Saudaraku, jika engkau ingin hidup dengan baik, berjuanglah untuk hidup di sepanjang sisa hidupmu di hadirat maut. ‘Ya kematian, penghakimanmu baik adanya’ (Sirakh xli. 3). Oh, betapa benar cara ia menghakimi hal-hal, betapa baik cara ia mengatur tindakan-tindakannya, yakni, orang yang menilai dan mengatur hal-hal dengan maut di hadapan matanya! Ingatan akan kematian membuat kita kehilangan rasa sayang terhadap hal-hal dari hidup ini.” (Persiapan untuk Kematian, hal. 26-27)
Paus Pius XI (1928) tentang Kesatuan Gereja: " ... kesatuan tersebut hanya dapat dihasilkan dari satu pedoman iman saja dan satu kepercayaan dari semua orang Kristiani.”
St. Sirilus dari Yerusalem (350): “Barangsiapa percaya bahwa tubuhnya akan tetap berada untuk kebangkitan memberikan perhatian terhadap pakaiannya dan tidak mengotorinya dalam percabulan; tetapi barangsiapa tidak memiliki iman akan kebangkitan menyerahkan dirinya sendiri kepada percabulan, dan menyalahgunakan tubuhnya sendiri seakan-akan tubuhnya itu adalah milik orang lain. Suatu asas dan ajaran yang agung dari Gereja Katolik yang Kudus, maka dari itu, adalah kepercayaan akan kebangkitan orang mati ….”
Paus Benediktus XII (1336), ex cathedra: “ … pada hari penghakiman, semua manusia dengan tubuh mereka akan bersiap diri untuk memberikan pertanggungjawaban atas perbuatan-perbuatan diri mereka sendiri di hadapan pengadilan Kristus, ‘sehingga setiap orang dapat menerima hal-hal lahiriah yang pantas yang sesuai dengan apa yang telah diperbuatnya, baik yang baik maupun yang jahat.’” (Benedictus Deus, Denz. 531)
St. Yohanes Krisostomus (sekitar tahun 386): “Pada hakikatnya, tanpa pertolongan doa, mustahil adanya untuk menjalani kehidupan yang bajik.”
Paus Leo XIII (1888): “Ia [Yesus] memerintahkan segenap bangsa untuk mendengar suara Gereja, layaknya suara-Nya sendiri, dan mengancam orang-orang yang tidak hendak mendengarnya dengan kebinasaan kekal.” (Libertas #26)
St. Teresa dari Avila (sekitar tahun 1540): “Sewaktu saya sedang berdoa pada suatu hari, pada suatu saat, saya menyadari, tanpa tahu bagaimana caranya, bahwa saya tampaknya tenggelam di dalam Neraka ... Tanahnya tampak sarat akan air, lumpur biasa, yang baunya luar biasa busuk ... dan ditutupi oleh hama yang menjijikkan ... Saya tidak dapat menggambarkan api dalam diri itu atau keputusasaan itu, yang melampaui segala siksaan dan segala rasa sakit ... Tuhan kita pada waktu itu tidak lagi hendak mengizinkan saya melihat Neraka.”
Paus Pius XI (1930): “ … tidak mungkin ada pernikahan sejati antara orang-orang yang telah dibaptis, jika pernikahan, oleh karena fakta itu sendiri, merupakan suatu sakramen.” (Casti Connubii #39)
“ ... seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat.” (1 Yohanes 5:19)
1 Yohanes 5:11-12: “Dan inilah kesaksian itu, bahwa Allah telah memberikan kepada kita kehidupan kekal. Dan kehidupan ini ada di dalam Putra-Nya. Barangsiapa memiliki Putra, ia memiliki hidup. Barangsiapa tidak memiliki Putra, ia tidak memiliki hidup.”
[Mengenai Francisco dari Fatima - 1917]: “Kebanyakan orang asing membosankan Francisco. Betapa konyol pertanyaan-pertanyaan itu! ... ‘Apa kamu ingin menjadi tukang kayu?’ ‘Tidak, bu.’ ‘Menjadi dokter, iya kan?’ ‘Oh, tidak!’ ‘Saya tahu kamu mau menjadi apa – seorang imam!’ ‘Tidak.’ ‘Apa! Untuk mengucapkan Misa? Untuk mendengar pengakuan dosa? Untuk berdoa di dalam gereja? Itu kan?’ ‘Tidak, nyonya, saya tidak ingin menjadi seorang padre.’ ‘Jadi kamu mau menjadi apa?’ ‘Saya tidak mau menjadi apa-apa.’ ‘Kamu tidak mau menjadi apa-apa?!’ ‘Tidak. Saya mau mati dan masuk Surga.’” (William Thomas Walsh, Our Lady of Fatima [Bunda Maria dari Fatima], hal. 157.)
St. Fransiskus De Sales: (1602): “ … untuk berkata bahwa Gereja membuat kesalahan setara dengan berkata bahwa Allah membuat kesalahan, atau bahwa Ia menghendaki dan menginginkan agar kita membuat kesalahan; yang akan menjadi suatu penghujatan yang besar.” (The Catholic Controversy [Kontroversi Katolik, hal. 70.]
Klemens dari Roma (sekitar tahun 150): “Dan ketahuilah, saudara-saudara, bahwa kita singgah di dunia ini di dalam daging hanya dalam waktu yang singkat dan pendek; tetapi janji Kristus agung dan mengagumkan adanya, dan membawakan kita istirahat di dalam kerajaan yang akan datang dan dalam kehidupan kekal. Jika, oleh karena itu, kita melakukan kehendak Kristus, kita akan memperoleh istirahat; tetapi jika kita tidak melakukannya, jika kita mengabaikan perintah-perintah-Nya, tiada sesuatu pun yang akan menyelamatkan kita dari hukuman abadi.”
St. Ambrosius (389): “Bahkan para bidah tampak memiliki Kristus, sebab tidak seorang pun dari mereka menyangkal nama Kristus; bagaimanapun, barangsiapa tidak mengakui segala sesuatu yang berkenaan dengan Kristus kenyataannya memang menyangkal Kristus.”
St. Yohanes Vianney (sekitar tahun 1845): “Mabuk-mabukan adalah suatu dosa yang besar. Orang yang biasa mabuk-mabukan sulit untuk bertobat … Kemungkinan karena dosa itu begitu merajalela, terlalu besar adanya toleransi untuk kejahatan ini.”
Paus Pius XII (1943): “ … Perjanjian Baru mengambil alih Hukum Lama yang telah dihapuskan … Yesus telah membuat batal Hukum Lama dengan segala perintah dan ketentuan-ketentuannya … Sedemikian rupa, oleh karena itu … terlaksana suatu perpindahan dari Hukum Lama kepada Injil, dari Sinagoga kepada Gereja, dari banyak kurban kepada satu Kurban, sehingga, sewaktu Tuhan kita wafat, tabir mistis yang menyembunyikan dari pandangan bagian terdalam dari bait dan rahasianya yang kudus telah terkoyakkan dengan dahsyat dari atas ke bawah.’ Di Salib, oleh karena itu, Hukum Lama telah mati ....”
St. Alfonsus (1760): “Bunda Allah sendiri berkata kepada St. Matilda, bahwa seseorang tidak dapat memberi salam kepadanya dengan lebih baik daripada dengan ‘Salam Maria’. Barangsiapa memberi salam kepada Maria juga akan diberi salam olehnya. St. Bernardus sendiri mendengar dari telinganya pada suatu kali salam dari sebuah patung sang Perawan, yang berkata kepadanya, Salam ya Bernardus.”
St. Agustinus, 391: “Sewaktu kita akan telah datang ke hadapan-Nya [Allah], kita akan melihat kesetaraan dari keadilan Allah. Pada saat itulah tidak seorang pun akan berkata: … ‘Mengapa orang ini dituntun oleh Allah untuk dibaptis sedangkan orang itu, walaupun ia hidup dengan baik sebagai katekumen terbunuh di dalam suatu bencana yang tiba-tiba, dan tidak dibaptis?’ Jika anda mencari pahala, anda tidak akan mendapatkan sesuatu pun selain hukuman.”
^