| Extra Ecclesiam nulla salus (EENS) | Sekte Vatikan II | Bukti dari Kitab Suci untuk Katolisisme | Padre Pio | Berita | Langkah-Langkah untuk Berkonversi | Kemurtadan Besar & Gereja Palsu | Isu Rohani | Kitab Suci & Santo-santa |
| Misa Baru Tidak Valid dan Tidak Boleh Dihadiri | Martin Luther & Protestantisme | Bunda Maria & Kitab Suci | Penampakan Fatima | Rosario Suci | Doa-Doa Katolik | Ritus Imamat Baru | Sakramen Pembaptisan | ![]() |
St. Alfonsus (sekitar tahun 1755): “Kerendahan hati adalah kebenaran, seperti yang telah dikatakan secara benar oleh St. Teresa, dan karena itulah Tuhan amat mencintai orang yang rendah hati, sebab mereka cinta kebenaran.”
St. Gregorius dari Elvira (360 M): “Kristus disebut sebagai Jala, karena melalui Dia dan dalam Dia berbagai khalayak bangsa-bangsa dikumpulkan dari lautan dunia, melalui air Pembaptisan dan ke dalam Gereja, tempat dibuatnya pembedaan antara yang baik dan yang fasik.”
Santo Benediktus: “Jam demi jam, awasilah dengan berhati-hati segala sesuatu yang kaulakukan, penuh sadar bahwa tatapan Allah ada padamu, di mana pun engkau mungkin berada.”
Paus Pius IX, Konsili Vatikan Pertama, Sesi 3, Bab 4 tentang Iman dan Akal, 1870: “Itulah pula mengapa dogma-dogma suci harus senantiasa dipertahankan dengan makna yang telah sekalinya dinyatakan oleh Bunda Gereja yang kudus; dan tidak pernah boleh ada pergeseran dari makna tersebut di balik dalih dan atas nama suatu pemahaman yang lebih mendalam.”
St. Alfonsus (sekitar tahun 1755): “Dan damai sejahtera lebih besar seperti apa yang dapat dirasa jiwa, daripada mampu berkata ketika rebah di malam hari: Kalau saja ajal menjemput pada malam ini, aku berharap bisa mati dalam rahmat Allah. Betapa besar penghiburan yang datang ketika mendengar sambaran guntur, ketika merasakan tanah yang bergetar, dan menantikan ajal dengan kepasrahan, kalau demikianlah keputusan Allah!” (Persiapan Kematian: Cara Bersiap Menyambut Ajal - Pertimbangan X St. Alfonsus)
St. Afrahat (336 M): “Maka, inilah iman: bahwa seorang manusia percaya akan Allah … Roh-Nya … Kristus- Nya … Juga bahwa seorang manusia percaya akan kebangkitan orang mati; dan juga, bahwa ia percaya akan Sakramen Pembaptisan. Inilah kepercayaan Gereja Allah.”
Paus St. Gregorius Agung: “ … menjaga kaidah kebenaran, mengesampingkan hormat kepada pribadi manusia mana pun.” (Buku 2, Surat 18)
St. Petrus Kanisius (Abad XVI), tentang dosa sodomi: “Dosa yang tercela dan keji ini dikutuk di dalam surat-surat dari Santo Petrus dan Santo Paulus; dan di samping itu, dosa ini dikutuk oleh kodrat. Kitab Suci menyatakan kepada kita ... tentang betapa besarnya kejahatan ini … dosa yang mengerikan ini … Jika orang sampai dengan malang melakukannya, bumi sendiri akan menjadi najis, murka ilahi akan meletus setinggi-tingginya terhadap orang itu ....” (Summa Doctrinae Christianae)
Paus St. Gregorius: “Hendaknya benak anda setiap harinya merenungkan wejangan-wejangan Kitab Suci, yang olehnya pernyataan-pernyataan kaum bidah terbantahkan dan iman Gereja Kudus dibela melawan para anggota Iblis yang sedang mencoba menggulingkan agama Kristiani dengan berbagai macam alat mereka.” (Kepada Para Klerus, Biarawan dan Umat Awam Vallombrosa, 1073)
Paus St. Gregorius VII: “Kitab ilahi bersaksi bahwa hukuman sepadan patut diperoleh mereka yang berbuat jahat serta mereka yang menyetujuinya [Roma 1:32].” (Kepada Para Klerus dan Umat Awam Jerman, 1075)
Paus Inosensius IV (1254): “Terlebih, sehubungan percabulan yang dilakukan oleh seorang pria tak menikah dengan seorang wanita tak menikah, sama sekali tidak boleh ada keraguan sedikit pun bahwa perbuatan itu adalah dosa berat, sebab sang Rasul menyatakan bahwa ‘orang cabul dan pezina ditolak dari kerajaan Allah’ (1 Korintus 6:9).”
Paus Inosensius IV (1254): “Terlebih, sehubungan percabulan yang dilakukan oleh seorang pria tak menikah dengan seorang wanita tak menikah, sama sekali tidak boleh ada keraguan sedikit pun bahwa perbuatan itu adalah dosa berat, sebab sang Rasul menyatakan bahwa ‘orang cabul dan pezina ditolak dari kerajaan Allah’ (1 Korintus 6:9).”
St. Alfonsus (1755): “(St. Robertus) Belarminus bercerita bahwa ketika ia telah pergi menolong seseorang yang sekarat, dan usai menasihatinya untuk mendaraskan doa tobat, orang itu menjawab bahwa ia tidak tahu apakah penyesalan itu. Belarminus bersusah payah menjelaskannya kepada orang itu; tetapi pria yang sakit itu berkata: ‘Romo, saya tidak memahami anda; saya tidak mampu melakukan hal-hal ini’. Dan demikianlah ia meninggal, ‘dengan meninggalkan tanda-tanda yang jelas bahwa ia terkutuk’, seperti yang tercatat dalam karya tulis Belarminus. Akan seperti ini hukuman adil bagi pendosa, ujar St. Agustinus: karena ia telah melupakan Allah di sepanjang hidupnya, ia akan melupakan dirinya sendiri dalam kematian: ‘Ia dipukul dengan teramat adil, sebab ia telah melupakan Allah di sepanjang hidupnya, dan karena itu ia mati melupakan dirinya sendiri’.” (Persiapan Kematian, Pertimbangan VI: Kematian Pendosa)
Paus Leo X, Exsurge Domine, 15 Juni 1520, Kesalahan-Kesalahan Martin Luther, #23:
“Ekskomunikasi hanya merupakan pinalti lahiriah dan tidak merampas manusia dari doa-doa rohani bersama milik Gereja.” - Dikutuk
St. Robertus Belarminus: “ … dosa pertama nenek moyang pertama kita bukanlah ketidakberimanan namun tiada lain dari keangkuhan.” (De Amissione Gratiae et Statu Peccati, Buku 3, Bab 4)
Paus St. Gregorius VII: “ … memperlihatkan bahwa anda … penuh semangat dalam menaati agama Kristiani … agar usai lautan hidup ini anda boleh sedia datang dengan aman tenteram ke pelabuhan yang teduh tiada habisnya di mana ada kebahagiaan abadi, berkat karunia sang Penebus sendiri, Tuhan kita Yesus Kristus, yang bersama dengan Bapa dan Roh Kudus hidup dan berkuasa, Allah sepanjang segala keabadian. Amin.”
Lusia dari Fatima: “Kata-kata malaikat terpatri pada jiwa kami bagaikan terang yang membuat kami paham siapa Allah itu, betapa Dia mengasihi kita dan ingin dikasihi, berharganya pengorbanan dan betapa pengorbanan itu berkenan kepada Allah, dan bagaimana Dia mempertobatkan para pendosa oleh karena pengorbanan.” (Memoar)
Paus St. Damasus I, Konsili Roma, 382, Kanon 6: “Kami menganatema mereka yang berkata bahwa ada dua Putra, satu kekal, dan yang lain sesudah pengambilan daging dari sang Perawan.”
“Karena inilah kehendak Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu menjauhi percabulan, supaya kamu masing-masing mengambil seorang perempuan menjadi isterimu sendiri dan hidup di dalam pengudusan dan penghormatan, bukan di dalam keinginan hawa nafsu, seperti yang dibuat oleh orang-orang yang tidak mengenal Allah … Karena … Allah memanggil kita bukan untuk melakukan apa yang cemar, melainkan apa yang kudus ....” (1 Tes. 4:3-7)
Yesus berkata: “Kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu.” (Yohanes 5:39-40)
^